1st January

By AstiaAoi

67.8K 3.9K 278

"Akankah aku hidup dalam jerat dendam seperti ini?"/DraRry/YAOI/ff kolaborasi. More

Chapter 1 : Awal Rencana
2. Kilat Dendam
3. Pernyataan Masa Lalu
4. Sahabat Lama
5. Terjadi lagi
6.Bertemu!
7. a Shocking News.
8.Gadis Sniper
9. 災害の始まり!(Saigai no hajimari!)
11. Complicated!
Bonus Chapter 1 : Misi pertama Ginny
Chap Bonus dua : Kisah Draco, Blaise, Yumi, Akira, dan Retsu
ケンの日常的な活動。[Ken no nichijō-tekina katsudō.] (kegiatan sehari-hari Ken) 1
12. Hari yang buruk!
13. Kencan dan Tragedi!
Behind The Scane Chapter 13: RonMione, SiriReggy
14. Perubahan Ken.
scene yang hilang di Chapter 14
15. End?
16. Something Bad!
17. Bloody Marry
18. Ken...?
Gone?! Really?!
Pengumuman
Visualisasi tokoh n Chat Author
Info

10. Rescue mission! Ken prime action!

2K 125 1
By AstiaAoi

Desclaimer:  J.K Rowling

Rating : M

Genre : Romance,Hurt/Comfort.

Warning: AU (Alternate Universe), OOC (Out Of Character ), OC (Original Character), Incest, YAOI, typo(s),  no magic.

 “IF YOU DON’T LIKE , DON’T READ , DON’T  ANY BASHING, DON’T PLAGIARIZED, NO FLAME!”

Author: Astia Aoi & Raya Salimah

Title: 1st January

-o0o-

Rescue mission! Ken prime action!

Pria itu tidak memperdulikan lagi salam plus senyum manis para junior di ORDE. Jangankan mereka, teriakan para pengendara mobil dan motor ketika dalam perjalanan kembali saja ia abaikan. Dan tahu kenapa? Hanya gara-gara sebaris pesan pendek dari seorang lelaki yang badannya juga masuk dalam kategori pendek. Sayangnya, pria pendek manis itu adalah satu-astunya lelaki yang ia cintai kini. Telunjuknya menekan tidak sabar tombol lift. Para anggota muda ORDE sudah di tunggu di ruangan Dumbledore. Dan draco yang sedang sibuk di peternakan biri-biri memiliki jarak yang paling jauh dengan markas ORDE. Begitu pintu lift terbuka separuh ia sudah masuk dan buru-buru memencet tombol tutup. Hebat! Cuma sebaris sms, dan ia bisa secemas ini.

Tentu saja kalau sebaris sms-nya berisi, 'Aku tunggu di pinggir kota. Regulus berhasil dibawa oleh antek-antek Voldemort. Jika lama aku pergi mengejar mereka sendiri'.

"Harry bodoh.." desisnya beberapa detik sebelum pintu lift terbuka.

Beberapa menit kemudian di pinggir kota London, Harry Tidak sabar untuk segera menyelamatkan paman Regulusnya, berdiri tidak sabar menunggu rekan-rekannya. Tidak lama kemudian Draco, Blaise, Hermione, Ron, Retsu dan Ken pun muncul.

"Harry! maaf kami lama," kata Hermione.

"Kita bagi menjadi dua kelompok agar lebih mudah,” kata Ron.

-o0o-

Regulus mengerjapkan matanya. Ia bisa merasakan sesuatu menghalangi kelopaknya untuk membuka. Seseorang pasti menutup matanya! 

“Baik, tenang.. Semuanya akan bertambah buruk jika kau panik Regulus..” batin Regulus berulang seperti mantra.

Ia mencoba menggerakan tangannya yang terasa menggantung di belakang kepalanya. Ah..ya dia benar. Dia diborgol, sensorik peraba pada pergelangannya merasakan dingin besi yang menyekap tangannya untuk bergerak. Regulus tahu kini posisinya terduduk dengan kedua kaki yang sepertinya juga dirantai.

"Sial" decihnya menyadari bahwa posisnya sama sekali tidak menguntungkan. Regulus memilih berusaha mengenali tempat ia 'disimpan' ini. Ia menggerakan kakinya, sedikit berusaha merabai lantai. Dan regulus langsung menydari permukaan tempat itu sama sekali tidak mulus. Mungkin lantai cadas. Yang jelas bukan marmer atau keramik. Ia mulai membaui keadaan sekitarnya, menemukan aroma kandang sapi sepertinya tak jauh dari tempatnya di sekap. Juga rasa debu yang lekat pada setiap helaan nafas yang ia dapat. Tapi ini bukan debu kota atau jalanan. Lebih karena sebuah tempat yang lama ditinggalkan. Regulus juga samar-samar mencium wangi tanah basah.

"Apa baru saja hujan?" gumamnya dalam hati. Setidaknya ia bisa memperkirakan dimana lokasi ini berada kini. Ia pasti dibawa cukup jauh dari London. Dan mungkin dekat peternakan sapi. Well... Itu bisa jadi daerah utara yang mahsyur karena keasriannya masih terjaga. Tapi tetap ini bisa jadi dimana saja. Cuma satu yang pasti. Ini bukan London.

‘Kriieeeettt’

Refleks Regulus melakukan gerakan mundur. Mewaspadai aura busuk dari seseorang yang baru saja masuk.

"Halo...Black.." Intuisi Regulus memang masih cukup terasah meskipun kini ia merasa mual setengah mati dan kepalanya terasa begitu pening. Tidak orang lain yang memiliki aura kelam sepekat ini.

"Voldemort.." desis lelaki bersuari htam panjang itu sinis.

"Hush...hush... Jangan dingin begitu.. Kau seharusnya bersyukur masih bisa mendengar suaraku saat ini.. Karena sebenarnya Bellatrix sudah hampir menyetrummu menggunakan salah satu alat penyiksanya. Dan kupastikan bayimu pasti akan menghilang saat itu juga.."

Regulus merasakan angin kehadiran seseorang yang makin mendekat. Berusaha mengendalikan ketegangan di seluruh saraf ototnya, "Darimana kau tahu soal bayiku?!" jerit Regulus kalap. Kini yang lebih ia takutkan adalah kehilangan bayinya . Ia akan menyerahkan nyawanya asalkan itu memastikan anaknya dapat melihat dunia.

"Oh.. Maafkan ketidaksopananku.. Aku hanya melakukan serangkaian tes untuk mengetahui perkembangan hormon yang kami suntikan padamu, Mr. Black.." Regulus yakin ia bisa merasakan Voldemort menyeringai di dekat wajahnya.

"Apa yang kau inginkan Voldemort!" desis Regulus menahan perasaan takutnya. ya dia takut...bukan takut kepada orang di depannya, melainkan takut jika terjadi sesuatu yang buruk terhadap bayi yang ada di kandungannya.

"Awalnya aku ingin membunuhmu dan kakakmu, tapi sepertinya aku berubah pikiran...kau adalah bahan percobaanku... jadi tidak akan kubunuh, sedangkan kakakmu...dialah yang akan mati!" kata Voldemort jelas-jelas senang dari nada dia bicara.

 Regulus semakin cemas, tapi dia berusaha keras untuk tenang.

"Well, sepertinya bayimu baik-baik saja, hmm..Severus, awasi dia baik-baik dan pantau terus keadaan dia," perintah Voldemort sambil keluar dari tempat itu diikuti pengikutnya yang lain.

Setelah itu Severus mendekati Regulus, "Regulus, bagaimana keadaan tubuhmu?" tanya Severus.

"Lumayan...aku mual Snape!"

Regulus merasakan bahwa Severus seperti sedang mencari sesuatu dibalik kain bajunya. Pasti ia menggunakan jas labnya.

"Cium ini!" hidung Regulus merasakan sensasi dingin yang juga menghangatkan. Teksturnya mengingatkan Regulus pada olive oil yang sering digunakannya memasak.

"Itu campuran anggrek gunung Tsien di China, akar pohon persik, cendana dan cajuput oil... Lebih baik?" Regulus mengangguk. "Saat ini mood Voldemort sedang bagus karena menemukan bayi dalam perutmu yang memiliki organ kewanitaan abnormal. Tapi itu mungkin tidak bertahan lama. Terlebih Bellatrix dan Lastrange bersaudara terus-menerus memperhatikanmu seperti anak kecil melihat mainan mahal..jadi aku akan senang sekali jika kau tak banyak melawan, Regulus. Aku sudah menghubungi ORDE, dan mereka pasti segera datang.."

Belum sempat Regulus menjawab kalimat panjang Snape yang diluar kebiasaan. Ia mendengar langkah masuk orang lain. Sepertinya lebih dari satu..

"Hallo..sepupuku.." Regulus tahu suara menyebalkan siapa itu. Sepupu perempuan gilanya! Bahkan keluarga Black pun tak pernah sudi mengakui keberadaannya.

"Snape.. Kuharap kau tidak terlalu memanjakan tawanan kita ini.." Severus membeku di temptnya berdiri. Merasa percuma juga menanggapi.

"Daging binatang pengurbanan tak akan lezat jika pemiliknya terlalu memanjakannya.." Regulus yakin wanita gila itu menyentuhkan sesuatu ke telinganya. Terasa seperti belahan tajam pisau. Sedikt saja salah gerak bisa teriris kulitnya.

“Aku dengar kakak tersayangmu tengah menuju kemari.. Jadi kami akan menyambutnya mungkin dengan sedikit ceremony..." bisiknya misterius. "Ceremony terakhir sebelum kematian.." lalu wanita itu terbahak jahat.

Regulus hanya diam, namun dalam hatinya dia benar-benar cemas.

-o0o-

"Harry-sama.. ingat anda jangan gegabah...sekarang diri anda juga diincar...jika ada sesuatu yang terjadi pada anda, entah Tuan Akira akan mengamuk seperti apa...." kata Retsu serius... dari belakang Yumi datang.

 "Niichan...aku ikut. jangan menolak, dalam keadaan seperti ini sniper dibutuhkan..." kata Yumi dengan nada final.

 "Huft....baiklah ayo masuk, kita berangkat sekarang." kata Retsu.

-o0o-

"Aku tak mau dengar apapun, Albus.." Sirius yakin sudah menginjak pedal gasnya dalam tekanan maksimum. Namun, mobilnya masih terasa berjalan terlalu lambat.

"Aku tak buru-buru menghubungimu karena kutahu kau akan bertindak gegabah seperti saat ini, Sirius. Sudah kukatakan, Bellatrix mengincarmu dan Regulus.. Jadi, jangan bodoh! Dan cepat kembali..!"

Sirius membanting stirnya ke kiri. Memasuki jalan tol menuju luar kota. London Bridge berdiri megah di sampingnya. Pemandangan menjelang sore disini memang menyenangkan jika saja Sirius tidak sedang dikejar waktu karena adik terkasihnya baru saja diculik oleh... Ouh! Demi Merlin! Sirius bahkan berharap tidak perlu mengingat jika wanita gila itu masih hidup.

"Dengar Albus.. Aku sudah kehilangan sahabatku, James... Dan akan kupastikan bahwa aku tak akan kehilangan lagi.." desisan terakhir itu di sambut bunyi plip ringan dengan Sirius yang kemudian menghubungi nomor lain.

"Harry!" begitu nada tersambung terdengar Sirius menyambar. "Kau tahu betul situasi ini tak butuh basa-basi.. Jadi kemana? Kemana mereka membawa adikku?" lidah Sirius terasa kelu. Bahkan ia tak berani jujur soal hubungan mereka di saat genting seperti ini.

"Jangan tanyakan dulu alasan mengapa Regulus berada di rumaah sakit.. Aku akan jelaskan nanti.." agaknya Harry di ujung telepon sana bersikeras tak memberinya informasi. Pasti Albus memerintahkan semua anggota ORDE untuk tak melibatkan dirinya.. Sirius berpraduga. Harry tetap tidak memberitahukannya, pada akhirnya dia menutup teleponnya. Ketika dia hampir putus asa dia teringat sahabat Harry, Akira. dia menelpon Akira.

"Ne, Mr. Black...."

"Akira, aku tahu pasti kalau kau mengetahui tempat dimana Regulus?"

"Y a aku tahu....tapi jangan katakan kau tahu dari aku ne."

"Baiklah, cepat katakan!!"

 kemudian Akira mengatakan tempatnya.

-o0o-

Di mobil yang ditumpangi kelompok satu-mobil milik Retsu-...

Retsu yang menyetir,  Blaise, Harry, Draco duduk di bangku belakang, sementara Yumi naik motor hitam kesayangannya. ketika itu ada telepon dari Akira ke telepon yang ada di mobilnya. Retsu menggeser tombol "yes" pada layar sentuh,

"Ha’I, moshi-moshi(ya, halo) master, Naidesuka(apa)?" tanya Retsu.

"Retsu di mobilmu ada siapa saja?" tanya Akira.

"Ada Harry-sama, Mr.Malfoy Jr, dan Mr.Zabini...master loudspeaker atau hanya aku saja?" tanya Retsu.

"Tidak. Jangan di loadspeaker....untuk misi ini...bukan hanya ORDE, tapi ini masuk dalam masalah Klan Mamoru, kau ingat apa yang telah di perbuat Bellatrix dan Lestrange bersudara terhadap Anak buah klan kita? kalau ingat, kau juga ingat peraturan klan?" Akira berhenti sebentar.

"Yes master, aku tahu," kata Retsu sedangkan yang lain diam.

"Good. Kau, Ken dan Yumi....di bebaskan...jangan tahan diri kalian. Bantai, Habisi, dan musnahkan mereka bertiga! dan bawa mayat mereka ke hadapanku! aku tidak akan memaafkan mereka dengan apa yang telah mereka perbuat terhadap anak buah kesayanganku. dan ingat jangan sampai anggota ORDE terluka parah," kata Akira tegas yang juga di dengar oleh Yumi dan Ken lewat telepon di mobil milik Ken yang ditumpangi Ron-Ron yang menyetir-, dan Hermione.

"Wakarimashita(aku mengerti)..." lalu Akira menutup teleponnya. 

"Waktunya berburu mangsa," gumam Retsu yang terdengar oleh Blaise, Harry dan Draco.

-o0o-

Mungkin untuk Regulus, yang paling menyiksa saat ini adalah kontraksi dalam perutnya yang tidak berangsur membaik. meskipun ramuan yang diberikan Snape berhasil mengelabui rasa mualnya. Tidak berlaku untuk nyeri yang memang sejak seharian kemarin ia rasakan. bertambah parah sekarang. sayangnya bukan saatnya mengeluhkan sakit di sekitar perutnya ini. 

"Sial... Regulus Black terkurung tidak berdaya dalam sel bau seperti ini.." nada yang keluar begitu sarkatis. Sirius selalu mengatakan bahwa kekuatan terbesar Regulus sebagai seorang akademisi adalah sikap skeptisnya. sifat sulit dibohongi. Regulus selalu berada dalam posisi 'yang dipercayai' bukan 'yang mempercayai'. Itulah batu sandungan awal hubungan keduanya. Regulus yang sulit sekali mau mengerti bahwa Sirius sungguh-sungguh dengan hubungan mereka ini.

Kedua lengannya yang tergantung tanggung di atas berusaha ia tarik sedari tadi. berharap paku tua berkarat yang menahan borgolnya terlepas. Sepertinya alasan mengapa Voldemort tidak mau keluar biaya untuk membuat penjara yang lebih layak... adalah kerena paku tua ini saja bahkan masih bisa menahan kekuatan seorang Regulus Black. Fine mungkin ia kini mengandung dan kondisinya tidak begitu bugar. Tapi Regulus tetap Regulus seharusnya. Tetap anak laki-laki dari keluarga Black. Ia terbiasa dilatih untuk mengandalkan kemampuannya sendiri.

"Heh..." nafas lelahnya berhembus, menyembul disekitar wajahnya. Mungkin... ini saatnya Regulus untuk percaya...

-o0o-

Sementara itu di mobil yang ditumpangi oleh Retsu hening tidak ada seorangpun yang berbicara, mereka masih bingung dengan Obrolan-perintah-Akira kepada Retsu.

"Nn...anu, Retsu kalau boleh tahu apa yang dikatakan oleh Akira?" tanya Harry memecahkan keheningan.

Retsu melihat Harry dari kaca spionnya,"*sigh* Well, aku, Ken dan Yumi tidak perlu menahan diri untuk menghabisi lawan yang akan dihdapi...Kasarnya kami diijinkan untuk 'membunuh' alias 'membantai' mereka tanpa ampun," jelas Retsu.

Semua anggota ORDE mengerti konotasi 'bantai'. Dan yah.. Sepertinya kali ini Retsu yang nampak paling lemah lembut diantara seluruh klan Mamoru yang lain... Mengatakan membantai dengan begitu tenangnya? Well, harus digaris bawahi bahwa ORDE terbiasa dengan permaianan yang elegan. Mereka menyelsaikan diplomasi seperti seharusnya. Bahkan menyelsaikan 'tugas kasar' dengan cara halus. Itu salah satu keuntungan menyewa jasa ORDE, mereka tidak membuat banyak kerusakan, seperti yang Yumi lakukan tempo hari dengan tembakannya. ORDE mengutamakan agar para penjahat itu dapat digugat seperti selayaknya penjahat yang lain. Aroganitas mereka diakhiri dengan segala cara dinamis yang ORDE praktekan. Berbeda dengan FBI yang sering asal main bom atau tembak. Seperti yang sudah-sudah.. Selalu ada orang seperti Blaise atau Hermione yang akan menyusunkan rencana bagi mereka. Jadi.. Gaya bertarung klan Mamoru akan ditampilkan saat ini?

Harry melirik kawan-kawannya sesama ORDE.

Menemukan isyarat pada wajah mereka, "Ayo kita kerahkan semuanya hari ini!" Harry mengangguk mengerti.

"Jika begitu.. Jangan lupakan bahwa kita satu tim.." Retsu tersenyum. Kali ini terasa teramat tulus, bukan sekedar fomalitas basa basi yang dibatasi kasta.

‘Ckiiiiiiiiiiit’ mobil direm mendadak.

"Lastrange..." lirih Harry dan Draco bersamaan.

Retsu melihat Rodolphus Lastrange, Rabastan Lestrange bersama tujuh anak buahnya menghadang laju mobil mereka.

"Yare-yare....menyebalkan...." gumam Retsu, kemudian dia mengambil sebuah katana di sandaran kursi sebelah kanan,

"Kalian diam saja di dalam mobil, biar aku yang urus mereka," kata Retsu sambil turun dari mobil.

"Wah wah...lihatlah siapa yang turun, kau..kalau tidak salah tangan kanan si orang Jepang itu kan? kalau tidak salah julukanmu adalah Ular Merah." kata Rodolphus Lastrange.

"Urusai(Berisik)! tidak usah banyak bicara, apa maumu?"

Sementara itu di mobil Retsu….

"Apa-apan dia itu? Mau menghadapi mereka semua sendiri?! Jangan bercanda... Itu Lastrange bersaudara!!" ujar Blaise sedikit menyimpang dari karakternya yang terkenal sedikit bicara. Entah karena kesal dengan tindakan Retsu yang bagaimanapun termasuk gegabah. Entah karena tersinggung merasa terlecehkan oleh sikap Retsu-yang notabene klan Mamoru- yang seakan-akan meremehkan ORDE.

"Jika Akira-sama sudah mengatakan bantai.. Berarti Lastrange yang harus berhati-hati.. Kalian mau kwaci? Sepupuku dari China mengirimkannya kemarin.." Ken masuk ke mobil mereka dan duduk bangku depan lalu menawarkan sebungkus makanan aneh yang baru kali itu Blaise lihat, ralat anggota ORDE lihat.

Para anggota muda ORDE itu tak habis pikir, apa yang ada di kepala bocah ini? Seniornya sedang menghadapi salah satu buronan paling dicari oleh FBI, dan ia makan kwaci?

"Yakin? Tidak ada yang mau?" ia memutarkan bungkusan itu.

"Uhm.. Padahal menyaksikan Retsu senpai bertarung itu tontonan yang mengasyikan..." Ken menggigit salah satu biji matahari itu dan melempar begitu saja kulitnya ke arah Yumi yang sedang diam duduk diatas motornya. Gadis itu serta merta mendelik. Namun, diabaikan Ken. Disana ia bisa melihat Retsu semakin memperkecil jarak dengan para penjahat itu. Yumi hanya mencibir dan berusaha agar pistol digenggamannya tidak begitu saja menembak kepala Ken. Sementara di mobil lain kini sudah ada Sirius yang bergabung dengan mereka.

"Well, siapa yang mau maju lebih dulu?" tanya Retsu dengan nada malas.

"Biar aku saja kak, lagi pula dia hanya bocah kecil," kata Rabastan Lastrange.

"Ya, terserah kau."

 Di mobil Retsu...

 "Wah...wah... Mereka meremehkan Retsu senpai...kasihan, semoga mereka mati dengan seni yang indah," gumam Ken sambil memakan kwaci-lagi-.

Draco, Blaise dan Harry semakin tidak habis pikir dengan tingkah bocah berambut hijau itu. Abaikan Ken. Kembali ke Retsu...

Retsu mulai melepas sarung katana miliknya dan mengacungkannya tepat di depan wajah Rabastan, sedikit ritual yang selalu dia lakukan ketika akan membantai seseorang. 

Sedangkan Rabastan mengacungkan pistolnya dan bersiap menembak, tanpa disadari olehnya kini Retsu sudah bergerak dengan sangat cepat kearahnya dan dalam hitungan detik Retsu menebaskan katana miliknya tepat di dada dan juga tangan Rabastan, membuatnya berteriak kesakitan. Tanpa memberikan waktu sedikitpun Retsu menancapkan katananya ke perut Rabastan dan membelahnya seperti di membelah perut sapi. Darah yang keluar dari perut Rabastan itu menghujani tubuh Retsu serta sudah pasti katana miliknya.

-o0o-

Yumi melaju terlebih dahulu meninggalkan dua rombongan mobil itu. Melintas dalam kecepatan di ambang batas. Tak masalah. Klan Mamoru memiliki imunitas dari surat tilang. Beberapa kilometer berselang, Yumi merasa aneh.

"Mereka belum menyusul?" ucapnya membatin sambil melirik kaca spion. 

"Mereka bisa menjaga diri sendiri.." mengendikan bahu, dan menekan gasnya lagi. 

Selentingan detik, sebuah bunyi memekakan telinga. Detik berikutnya motor Yumi kehilangan keseimbangan. Tubuh gadis itu terlempar cukup jauh ke pinggir jalan. Sementara motor sportnya terpelanting ke ujung jembatan. Nyaris terjatuh kejurang. Medan pinggir kota Inggris memang masih cukup dipadati hutan. Dan woolpit juga termasuk ke dalam daerah dua curam. Penuh jurang.

Beruntung bukan Yumi yang terpelanting ke jurang. Dan selain cairan merah yang Yumi lihat mengalir dari kakinya. Ia melihat sebuah mobil tanpa plat nomor berhenti di depannya. Dan suara menyebalkan seorang wanita memekakan pendengarannya.

"Bawa dia!" bertepatan dengan itu kesadarannya menghilang.

-o0o-

Rodolphus Lastrange beserta semua anak buahnya terkejut dengan apa yang terjadi dihadapannya. Bukan hanya mereka, Harry, Draco, dan Blaise pun hanya mampu mengerjap-ngerjapkan matanya sambil menatap tubuh Retsu yang kini bersimbah darah Rabastan Lastrange.

Berbeda dengan ketiga orang tadi, Ken tertawa renyah sambil menyimpan wadah kwaci-nya, dia mengambil dua katana kesayangan miliknya dan turun dari mobil.

"Ne...Retsu senpai. izinkan aku bermain-main juga ya."

Retsu membalikkan badannya dan menatap Ken, "Huh, terserah. tapi kau urus saja anak buah Lastrange itu....Rodolphus Lastrange adalah mangsaku..." kata Retsu dingin.

"Shishishi...anda sedang bersemangat Senpai..." goda Ken sambil melepas kedua katana miliknya dan berjalan penuh percaya diri. Sementara itu Yumi dkurung dibilik tmpat Regulus dkurung.

-o0o-

"Hey.." Yumi mengerjapkan matanya. Pertama yang ia lihat adalah kunang-kunang yang berpijaran di sekitar matanya. Lalu ia merasa pusing dan hendak menutup matanya lagi.

"Hey.." suara lelaki itu mengembalikan Yumi pada kesadarannya. Tanpa membuka mata ia menoleh ke arah suara si lelaki itu.

"Kau sepertinya baru mendapatkan benturan keras di kepalamu?" Yumi lebih dulu menyamankan posisnya yang terduduk dengan punggung bersandar pada dinding lembab. Ada bau anyir yang menguar.

"Dimana kita?" Yumi mengabaikan pertanyaan pria itu. Ia yakin ada rasa perih di pelipisnya, dekat mata kanan. Pasti itu luka yg belum diperban. Jadi ia tak perlu banyak menjelaskan.

"Entahlah. Kita disekap nona, bukan sedang pergi liburan..." sarkatis Regulus kumat. Tapi di luar dugaan kalimat barusan justru memancing senyum dari bibir Yumi.

"Biar kutebak... Kau Mr. Black yang sedang berusaha kami selamatkan?" Regulus mengernyit. Membawa rantainya agar menjulur lebih panjang. Mendekati Yumi yang di rantai di sisi lainnya.

"Kami? Kau?" tanya Regulus bingung.

"Anggota klan Mamoru. Yumi. Sayangnya aku terpisah dari rombongan dan sepupu wanitamu yang menyebalkan itu menghancurkan motorku dalam sekejap.."

"Kalian..Siapa saja yang datang ke tempat ini?" tanya Regulus sedikit panik.

"Tenanglah....kakakmu, Harry, Blaise, Draco, Ron, Hermione, Retsu, dan Ken yang datang ke tempat ini," Jawab Yumi.

Regulus benar-benar tidak habis pikir, "Bodoh, Kalau Sirius bisa dipahami... tapi Harry, kenapa dia juga harus turun ke misi bodoh ini?" gumamnya.

"Tenanglah, mereka bukan orang-orang lemah dan bodoh. Daripada itu, bisakah anda menyeka dan mengobati lukaku dengan obat-obatan dan perban yang ada di kotak p3k yang ada di dekatmu itu?" kata Yumi santai.

Regulus menghela nafas, masih setengah panik mendengar Harry datang menolongnya.

"Nona.. aku juga sedang dirantai sepertimu... mana bisa mengambil kotak P3k dan lagi pula lihat baik-baik.."

Yumi menahan perih di pelipisnya dan mencoba membuka mata lebih lebar. mengkonfirmasi kemudian benda apa yanga da di sisi kanan Regulus. Sebuh kotak putih dengan tanda plus merah. “Itu p3k kan?"

Regulus menggeleng setengah sebal, "Severus meninggalkan itu tadi.. isinya hanya hormon-hormon berbahaya..." Yumi semakin merasa lemas. Perih lukanya menjadi.

"Ah, hihihihihi....orang-orang bodoh itu benar-benar bodoh," tiba-tiba Yumi tertawa kecil membuat Regulus heran.

"Apa yang lucu nona?" tanya Regulus.

"Aku lupa....tapi tuan aku yakin tanganmu masih bisa mengambil peralatan p3k yang ada di kantung belakang tubuhku, yang tidak mereka sadari," kata Yumi sambil membalikkan tubuhnya.

Regulus melihatnya, dan memang tas itu tidak tersentuh sama sekali karena warnanya yang sama dengan bajunya dan menyatu dengan baju Yumi.

"Well.. nampaknya para anggota Death Eater itu tak sepandai yang kita kira.."Regulus menyimpul senyum. beringsut mendekat.

"Semua ini sepertinya cukup diprediksi oleh master...karena itu semua anggota klan Mamoru selalu memakai pakaian multifungsi..." kata Yumi yang entah kenapa cukup nyaman berbicara dengan orang yang pertama kali dia temui, padahal normalnya dia tidak akan berbicara sedikitpun.

"Ah.. maksudmu bocah Jepang sahabat Harry itu?" Yumi mengangguk.

"Anda bisa memabantuku, tuan?" Regulus berusaha sekali lagi. memanjangkan rantainya. sedikit terasa seperti mengiris, saat permukaan kasar rantainya bergesekan dengan pergelangan tangannya yang bayak tergores.

Regulus berhasil mengeluarkan kotak p3k kecil dan mengobati luka Yumi lalu mengembalikannya ke tempat semula..

"Thank’s, haah...dengan begini aku bisa dengan mudah bergerak," kata Yumi.

-o0o-

Setelah pertarungan Ken dan Retsu. Mobil mereka kembali melaju. Satu hal yang kini menjadi ganjalan mereka. Yumi ditangkap. Blaise yang melaporkan. Mobil yang di tumpangi oleh Blaise dan yang lainnya melihat bangkai motor Yumi. Sepertinya sengaja dibakar. Dan Yumi hilang. Blaise yang mencoba mendeteksi lewat GPS yang dipasangkan pada seluruh anggota ORDE dan klan Mamoru termasuk Yumi, tak terlacak.

"Shit! bagaimana ini?" Blaise sedikit panik dan kesal.

"Tenanglah... aku yakin Yumi baik-baik saja...dia bisa menjaga dirinya sendiri..." kata Retsu.

"Ah senpai...ada pesan kecil dari pager senpai tuh," kata Ken.

Retsu segera mengamil Pager dari ikat pinggangnya. Ketika Retsu membacanya, ternyata itu dari Yumi.

'Ne, Retsu-niisan aku sekarang sedang dikurung disebuah kandang sapi, kira-kira di peternakan pinggir kota, bersama Regulus-san.'

"Mereka berada di kandang sapi yang ada di pinggir kota," kata Retsu.

"Kandang sapi? Tidak berkelas tuh.." celetuk Ken.

"Urusai Ken!"bentak Retsu.

"Ne, gomenasai," gumam Ken yang sedang malas debat.

"Terserah bagaimana cara mu bisa mengetahui keberadaan si Yumi itu.. Tapi bisa kita fokus sekarang?" Blaise menyela pertarungan lempar 'deathglare' anatar Retsu dan Ken.

"Kau punya rencana?" Harry terdahului suara berat Sirius yang ditingkahi kecemasan.

"Sedang kupikirkan... Tapi aku sedang memikirkan untuk mengurangi resiko kita.." mata sang penerus nama Zabini itu tertuju pada Harry.

"Kau butuh sesuatu dariku?" salah tingkah sedikit. Tapi kegugupan Harry tidak akan sebegitu kentaranya jika bukan karena pandangan cemburu Draco pada Blaise.

"Ya, sebaiknya kau kembali ke markas," ungkap Blaise tenang. Cukup untuk membuat semua orang tercengang.

Retsu yang paling pertama bersuara, "Ya, kurasa Mr. Zabini benar, Harry. Misi kali ini terlalu berbahaya untu--"

"Dengar... Uncle reggy ku ditahan oleh sepupu gilanya dan bagaimana bisa aku diam saja? Aku belum mengenal dekat siapa itu Yumi.. Tapi dia orang yang dipercaya Akira.. Maka tidak seharusnya aku mundur saat dimana oanrg kepercayaan sahabatku ditangkap ilmuwan gila macam, Voldemort!"

Semua nampak mencerna. Alasan Blaise sangat masuk akal tanpa perlu dipaparkan. Kondisi tubuh dan psikis Harry memang belum 100% pulih meskipun mengalami banyak kemajuan. Hanya saja terlalu dini jika harus kembali berhadapan dengan Voldemort itu.

"Huft...wakarimashita. kalu begitu Harry-san anda harus bisa menjaga emosi anda...jangan memaksakan diri," ucap Retsu sambil membuka jaket panjang yang berlumuran darah dan menyimpannya.

"Fufufu...aku punya ide Retsu senpai," kata Ken.

"Biar kita berdua yang membuat 'sedikit' kekacauan disana sedangkan Harry-san, Draco-san, Blaise-san, dan Sirius-san yang masuk untuk menyelamatkan dua orang itu," kata Ken.

"Itu rencana awalku, Ken.. Tapi melihat kenyataan bahwa yumi bisa sampai disandera oleh mereka.." Retsu terlebih dahulu menatap Harry sebelum kembali melanjutkan kata-katanya.

"Kurasa ada baiknya kita lakukan tanpa melibatkan anda, Harry-san.." pemuda itu sedikit membungkuk. Berusaha membuat permintaannya terkabul dan permintaannya tak menimbulkan rasa tersinggung.

"Kurasa Retsu benar Harry.. Pikirkan lagi baik-baik... Kau adalah incaran utama mereka, membiarkanmu ikut andil dalam misi kali ini sama saja seperti mengantarkan santapan utama pada mereka--"

"Apa kemudian aku bisa memaafkan diriku sendiri jika menyerah sebelum berperang?" sergah Harry tiba-tiba.

Pandangan emeraldnya mantap menyebarkan ketegasan, "Aku akan bertarung. Apapun yang kalian khawatirkan, akan aku buktikan kalian hanya membuang-buang waktu saja.." dengan jejak-jejak tegas di aspal yang bervibrasi menimbulkan derap.

Harry kini berada telah berada dalam mobil, di posisi setir, "Siapa yang ikut aku?" 

Draco tersenyum, "Keras kepala seperti biasa..." dan pemuda itu mengambil tempat duduk di samping kekasihnya. Baru kemudian langkah mengejek Ken, dan langkah ragu-ragu Blaise. Tak punya pilihan Sirius dan Retsu pun menyusul.

"Kalau begitu tuan Harry, anda harus bersiap-siap...dan jangan menghalangi pertarunganku," kata Ken dengan nada mengejek yang kentara. Retsu yang duduk disebelahnya menjitak cukup keras.

"Jaga bicaramu Ken! tuan Harry, serahkan urusan penjaga dan hal lainnya pada kami berdua. Anda, Tuan Draco dan tuan Blaise segera melepaskan Yumi dan tuan Regulus saja," kata Retsu.

Kemudian Harry menjalankan mobilnya diikuti oleh mobil Ron yang didalamnya ada Hermione dan Sirius.

-o0o-

"Apa yang sedang kau susun Dumbledore?" pria berjanggut putih itu tak merasa perlu untuk melepaskan fokusnya pada balok-balok domino yang tengah ia susun di tengah ruangan. Bahkan sengaja memanggil Flinch untuk membantunya menggeser sofa utama.

"Susunan apa yang sedang kau tanyakan, Lucius?" lelaki berambut platina itu menghembus napas kesal, sambil otaknya berputar menyusun rencana untuk membalas si Paddfoot kalau ia sudah kembali membawa Regulus.

"Itu.." Lucius berjalan mendekat, berhenti sekitar dua langkah di belakang Dumbledore sambil menunjuk ke arah domino.

"Dan mengapa kau mengirim Harry? Kau mengabaikan semua resiko.. Terdengar seperti bukan Dumbledore bagiku.." 

Sedetik kemudian kekehan lelaki berjnggut putih memecah keheningan, "Jadi kau pikir aku seseorang yang menyamar?" kali ini lelaki di ujung senja itu menyempatkan diri berbalik, sekedar memeriksa reaksi. Well.. Walau kakek tua itu tahu bahwa Lucius-sebagai seorang Malfoy dan Slytherin sejati- tak akan bereaksi terlalu berlebihan.

Senyum penuh arti Dumbledore berbentur datar mimik Lucius, "Aku sedang menyusun sebuah kebenaran sebuah pertanda.." lirih lelaki tua itu sambil meneruskan penyusunan balok dominonya.

"Pertanda? Sebuah ramalan?" Dumbledore mengangguk sambil terus membungkuk menyusun. Lucius dengan gerakan teliti memprediksi apa yang akan terbentuk dari susunan ini.

“Tentang?" Lucius melanjutkan pertanyaannya.

"Hari itu aku masih memiliki seorang sahabat.." Lucius mengernyit. Ia hanya meminta Dumbledore menceritakan isi ramalannya dan bukan membuatnya mendengarkan kisah biografi kakek pemimpin ORDE ini. Demi Merlin!!

Namun, Dumbledore yang serius dengan apa yang ia kerjakan dan tak menangkap perubahan raut di wajah sang Malfoy senior tersebut tetap melanjutkan cerita.

"Hari itu mendung menggantung di barat daya London. Daerah pinggiran tempat kami tinggal. Aku pergi keluar membeli makanan dan di tengah jalan seorang nenek mencegat langkahku pulang.." Dumbledore masih terus dengan kesibukannya menyusun. Semakin mundur dan mundur. Semakin nampak pola yang sang master maksud.

"Aku lupa wajahnya, yang jelas ia bungkuk dan berbau amis ikan... Ia meminta sedikit makanan, aku memberinya. Ia tersenyum jika aku tak salah duga.. Karena kesannya seperti mengejek" Lucius berdehem sebagai kode agar Dumbledore tak perlu melanjutkan cerita. Ini membuang waktu. Anaknya mungkin kini tengah menghadapi Bellatrix, bibinya. Dan itu bukan kemungkinan terburuk. Bisa saja kini Voldemort telah mendapatkan Harry.

"Sebentar.." Dumbledore membiarkan dirinya berbelok ke kanan selangkah. "Bagian yang aku ingat berikutnya adalah ia yang memntaku untuk waspada. Karena sahabatmu tak selamanya sahabat. Obsesi yang sama dari kami berdua akan mengakibatkan kehancuran. Dan ketahuilah.. Kehancuran itu tengah dimulai.." logika cerdas Lucius memprotes ketidaksinkronan.

"Kalau begitu ramalan itu sudah terjadi?" Lucius mundur menghindari Dumbledore yang terlalu serius berjalan mundur dan nyaris menabrak dirinya.

"Lalu apa yang sedang berusaha kau buktikan dengan pengorbanan sebesar ini?" Lucius mulai terdengar tak sabar. Mulai merasa dipermainkan. Dan Slytherin tak pernah suka dipermainkan. Karena merekalah yang biasanya mempermainkan.

"Aku belum selesai... Aku tak langsung mempercayainya dan hanya tersenyum formal. Namun, ia justu mengeratkan pegangan pada tanganku.. Aku tak bisa bergerak.. Ia terus berkata 'ini akan terjadi' dengan pelototan mengerikan.. Sambil berkata.. Jauhi sahabatmu! Atau kalian akan dihancurkan oleh..." Dumbledore menggantung kalimatnya. Ternyata domino terakhirnya telah selesi di taruh. Lelaki berjanggut lebat itu menatap Lucius sekelebatan. Lalu tersenyum, nampak tulus. Dan detik selanjutnya sentilan kecil merobohkan seluruh domino yang disusun lelaki tua itu dalam satu setengah jam. Dalam hitungan detik, kehancuran itu menunjukan pola. Chaos yang membawa kedalam ORDE. Ketidakteraturan menuju keteraturan. Lucius sekali lagi mengernyit mendapati gambar apa yang dibentuk ratusan balok domino itu.

"Petir?" dan senyum serba tahu Dumbledore mengembang disamping Lucius.

-o0o-

Di tempat lain, sebuah ruangan yang luas, seorang pria duduk dihadapan pemuda yang kini menatap wajahnya tanpa takut sedikit pun. pemuda itu berbadan tinggi, rambut hitam panjang yang diikat rapi, wajah tegas dan sedikit oriental meski matanya tidak sipit, berpakaian serba hitam.

"Well, Mr. Mamoru apa yang membuat anda datang ke kantorku?"

"Hmm... to the point seperti biasa Mr. Greengrass.. aku hanya ingin tahu, apa keputusanmu tentang tawaran beberapa hari yang lalu," jawab Akira tenang sambil meminum kopi miliknya.

Mr. Greengrass berpikir cukup lama lalu dia menghela napas, "Mr. Mamoru seperti yang anda ketahui kalau keluarga Greengrass sudah mengikuti Voldemort sudah sangat lama....dan sekarang aku mulai muak dan berpikir untuk berpindah ke sisi lain...tapi Dumbledore pun sama seperti Voldemort...karena itulah saya selaku kepala keluarga Greengrass menerima tawaran anda asal anda berjanji untuk menepati semua yang anda katakan pada saya..."

 "Well, thank's atas jawaban anda dan perlu anda tahu bahwa klan Mamoru 'tidak pernah melanggar' janji," kata Akira puas.

"Terima kasih....kalau begitu mulai hari ini kami berada di pihak anda," jawab Mr. Greengrass sambil menanda tangani surat perjanjian. 

"Ok...kalau begitu urusan saya disini beres, kalau ada yang anda perlukan anda bisa menghubungi anak buah saya...dan sisanya akan diurus oleh mereka. saya permisi," ucap Akira sambil meninggalkan ruangan kantor itu.

Akira tersenyum puas, kini sudah tiga keluarga bangsawan London bergabung di pihaknya.

"Apa mereka sudah selesai?" Akira berjalan santai menuju parkiran mobilnya. Basement gedung megah itu nampak lengang. Dengan beberapa mobil mewah yang parkir berseling di sekitarnya. Akira melapas jas formalnya.

"Sudah tak ada yang harus diurus?" ia mengacak sedikit rambutnya yang tersusun rapi. Menata agar terasa sedikit tidak terlalu klimis. Mengambil GPS-nya yg berbentuk tablet.

"Ah.. Titik Harry masih berada di dekat Retsu.. Baiklah.. Lelaki itu memang keras kepala, seperti biasa..." menyungging senyum yang tak termaknai. Lelaki berwajah setengah oriental itu menutup mata sejenak. Setelah merasa sesak yg dirasanya tak berbahaya kali ini, ia pun mengambil keputusan.

"Kurasa aku perlu menyusul mereka..".

-o0o-

"Ah Ne Senpai....di depan itu tempatnya...tapi aku tidak melihat ada mobil Voldemort." kata Ken.

 "Hn...sepertinya dia sedang tidak di tempat ini." kata Retsu sambil mengelap katana miliknya.

"Ah begitu....aneh...apa ini jebakan?" gumam Ken.

"Maksudmu?"

"Aku merasa firasat buruk senpai, kenapa tidak ada satupun yang menjaga tempat itu?" tanya Ken membuat Retsu mengernyitkan keningnya.

-o0o-

Derap langkah Severus jauh dari kesan santai. Ia tahu ia sedang begitu ketat diawasi, namun tidak ada pilihan lain saat ini. Sandra bertambah menjadi dua. Itu bukan kabar bagus. Setidaknya ia harus memberitahu Dumbledore ranjau khusus yang disiapkan Voldemort untuk menyambut laskar muda ORDE...ekhemn... Plus Sirius tentu saja yang tidak akan pernah lagi jadi muda. Sudah cukup Sirius dan James menjahili Severus di masa mudanya. Tidak akan bagus jika Severus kembali berubah muda sedang ia bertambah tua.

Sampai. Di depan pintu lab pribadinya. Severus menarik nafas agar sesuai dengan kebiasaannya. Melupakan kenangan buruk masa remajanya yang sekelabatan tadi melintas. Ia harus fokus. Severus mungkin tidak perduli pada Sirius atau bahkan Dumbledore. Ia juga sama sekali sebenarnya tidak ingin terlibat lagi dengan persoalan ORDE. Sayang sekali, James menurunkan bakat dicintai oleh masalah, kepada Harry a.k.a putra Lily. Jadi yang menjadi prioritas utama Severus saat ini adalah menyelamatkan pemuda bermata emerald itu dari kemungkinan terburuk. Setelah memasukan beberapa kombinasi pin dan memindai kornea mata. Severus memperhatikan dengan bosan pintu minimalis labnya yang terbuka perlahan. Buru-buru mengunci dengan kombinasi pin tambahan pada sistem. Ia mendekati telepon anehnya. Tidak ada kabel yang tersambung, dan bukannya juga handphone yang mengantarkan sinyal. Hanya Severus dan Dumbledore yang tahu sistem kerja alat itu. Ia menghubungi nomor Dumbledore. Melakukan seperti yang sudah ia lakukan sebelumnya. Tidak menelpon secara langsung. Ia mengirim kode morse. 

Isi pesannya, ‘jangan biarkan mereka melewati jalan utama menuju markas ini. Ada bom pendeteksi getaran. Mereka semua bisa hancur. Ambil jalan memutar.’

Selesai. Sekarang kembli ke profesi utamanya, menyamar.

Dumbledore yang sudah menerima pesan tersebut segera menginformasikannya kepada Harry dkk.

-o0o-

"Well....senpai, berita terbaru dari Dumbledore, katanya dia mendapat info dari Severus kalau jalan utama menuju markas ini. Ada bom pendeteksi getaran," ucap Ken. 

"Ya, aku sudah memiliki rencana B. kita akan mengubah arah mobil ini," ucap Retsu yang kini menggantikan Harry menyetir. 

"Tapi, itu akan lama sampai disana..." ucap Harry. 

"Lebih baik kita tidak ceroboh Harry-sama." kata Retsu dengan tenangnya.

"Aku tahu..." nada suara Harry terkesan mengambang.

"Aku juga mencemaskan Regulus, Harry... Aku mengerti. Tapi akan lebih buruk jika kita semua juga mati,hmm?" kata Blaise.

Harry tersenyum. Berkesan menerima seluruh rencana ini. Tapi, anggaplah bahwa Harry mulai tidak waras. Saat ia merasakan perutnya terasa sakit. Kontraksi lagi. Dan yang kali ini memunculkan firasat. Sesuatu yang buruk tengah berada dihadapan Regulus.

"Hei?" Harry memalingkan wajahnya ke kursi belakang. Menemukan Draco tersenyum tipis disana. "Semuanya akan baik-baik saja..." entah mengapa bisikan Draco selalu berhasil meyakinkan hatinya.

Harry tahu, sejak awal menolak Draco yang kembali padanya hanyalah penyiksaan pada dirinya sendiri. Tapi harga diri Harry, dan kekeraskepalaan pemuda ini memang tiada banding. Itu sebabnya ia bisa menolak kenyamanan yang ditawarkan Draco sampai sejauh ini. Ya, hanya bisa sejauh ini sepertinya.

"Kuharap begitu.." pemuda bermata emerald itu melepas kan tangan Draco yang masih berada di pundaknya. Dan kembali fokus pada jalanan.

Retsu mulai memutar kemudinya. Ketika itu ada sebuah pesan masuk ke dalam hp miliknya lalu dengan cepat dia membukanya... 

"Ck, Ken Akira-sama menyusul kita..."

"Oh ya! wah asyik dong, bisa melihat aksi master!" ucap Ken semangat.

"Justru itu yang aku tidak mau...."gumam Retsu yang masih terdengar oleh semuanya.

"Hiiieee...memang kenapa?" tanya Ken lagi.

"Kau tahu pasti alasannya, Ken." jawab Retsu.

"Yare yare....tapi master juga pasti sudah bisa menahan diri bukan."

"Ck, sudahlah...kau sama sekali tidak mengerti."

-o0o-

"Panggilan kepada Mr. Snape... Anda ditunggu Mrs. Bellatix di ruangan utama..."

Dari semua bagian mengerikan dari bekerja dengan Voldemort. Mungkin yang paling Severus benci adalah pengeras suara yang begitu berisik tadi. Mengganggu ketenangan dan waktu eksklusifnya saat berurusan dengan bahan-bahan kimia berbahaya.

Well.. Bukan saatnya menggerutu. Ia memperbaiki kerah jas putihnya sebelum mengulang 'prosesi' memasukan password agar ia bisa keluar dari sana. Menuju ruangan utama...yah.. Ruangan utama adalah kantor Voldemort sekaligus ruang rapat staf-staf penting perusahaan ilegal ini. Terkadang juga menjadi tempat penerimaan rekanan bisnis gelap mereka. Severus memasuki ruangan tersebut...

"Ada keperluan apa kau memanggilku?" tanya Severus to the point ketika sampai di ruangan tersebut.

"Well...well... Mr.Snape aku hanya ingin menanyakan beberapa hal kepadamu... Pertama, apakah ada kemajuan dari penelitian ramuan yang diperintahkan oleh tuan Voldemort? kedua, apa sebenarnya hubunganmu dengan Dumbledore? dan yang ketiga, apa tugasmu sebagai mata-mata kami di dalam kubu Dumbledore sudah memiliki infomarsi terbaru?" tanya Bellatrix-yang sepertinya belum sadar kalau suami dan iparnya sudah mati-.

Severus menghela nafas. Berusaha sebiasa mungkin dengan tiga pertanyaan frontal dengan nada yang jelas-jelas meragukan loyalitasnya.

"Pertama, aku sedang memasukan bahan percobaan baru saat kau tiba-tiba saja memanggilku kesini. Kedua, seperti yang kalian tahu Dumbldore adalah mantan guruku. Ketiga, aku terlalu sibuk dengan ramuan pesanan Lord Voldemort dan belum diperintahkan untuk kembali masuk menyusup ke tempat Dumbledore lagi. Puas?"

Bellatrix menyeringai. "Kurasa berpura-pura manis di depanmu tak ada gunanya, Snape... Aku tidak menyukaimu. Aku selalu meragukan loyalitasmu untuk Lord Voldemort..." Severus termundur selangkah. Meskipun ia mata-mata bertahun-tahun disini. Perasaan was-was selalu menghantui pikiran lelaki itu.

"Terserah apa pendapatmu, tapi yang pasti aku bekerja untuk tuan Voldemort...kalau sudah tidak ada hal penting lagi aku kembali mengerjakan tugasku..." kata Severus sambil meninggalkan ruangan itu. sementara Bellatrix hanya mendengus kesal karena gagal mendapatkan informasi sesuai keinginannya, pada saat itu anak buahnya memberikan info tentang suami dan iparnya.

-o0o-

"Guys, bersiaplah....kita sudah sampai," kata Retsu sambil menepikan mobilnya di tempat aman.

"Yuhuuuu....mari berburu..." kata Ken semangat.

Pandangan mata Blaise bertemu dengan Draco, detik berikutnya mereka berdua memutar bola mata mereka, jengah mendengar komentar-komentar Ken. Maksudnya..hmm... Ouh ayolah... Ini misi penting menyelamatkan nyawa dua orang yang mempertaruhkan nyawa seluruh anggota muda ORDE.

"Mr. Zabini..." Retsu memanggil pria itu agar mendekat.

"Anda selalu punya data dan rencana paling brilian diantara kami semua.." tatapan Retsu mudah dimengerti siapa saja. Blaise mengangguk, kembali ke mobil dan membawa laptopnya yang sudah memampangkan cetak biru gedung tua di hadapan mereka.

"Nama gedung O'illuminate... Sebuah pabrik penghasil susu terbesar sebelum perang dunia kedua. Aku tidak memiliki cetak biru terbaru, tapi yang kalian lihat sekarang ini adalah skema bangunan itu sejak tahun 1932... Bangkrut begitu perang dunia kedua dimulai dan terbengkalai selama beberapa dekade hingga sekitar lima tahun yang lalu seorang bernama belakamg Lastrange membelinya dan mulai membangun kembali bangunan ini sebagai peternakan sapi dan pabrik penghasil susu. Sebenarnya ada dua bangunan berbeda secara stuktural. Sebuah bangunan kayu besar sebagai kandang hewan dan bangunan lain sebagai tempat mesin berproduksi. Menurut, fakta sejarah... Bangunan ini sempat diambil alih pemerintah Inggris dan dijadikan markas militer sekitar tahun 1942. Ada beberapa penjara bawah tanah yang kemungkinan digunakan sebagai tempat penyekapan Mr. Regulus dan Yumi.." Blaise berhenti sejanak menelan ludah.

"Menurutku bisa saja kita melupakan soal kandang hewan, tapi akan lebih baik jika kita memanfaatkannya. Jadi Ken dan Ron bertugas untuk membuat kegaduhan di kandang tersebut sebagai pengalih perhatian. Sisanya menerobos masuk secara diam-diam. Menghindari pertumpahan darah dan tidak cerboh akan mengamankan posisi ORDE saat ini yang mulai diawasi pemerintah..."

Ken merengut protes mendengar tugasnya, "Ouw...C'mon...masa tugasku hanya sepele seperti itu sih???" Rajuk Ken, tiba-tiba saja sebilah katana nan tajam mendarat tepat di depan lehernya.

"Lakukan saja tugasmu Ken...atau kau tahu apa kompensasi dari sikap tidak patuhmu itu," kata Retsu dingin tanpa memindahkan katana miliknya.

"a-aah...wa-wakarimashita senpai...a-aku mengerti..." kata Ken gugup melihat Retsu sudah serius dan mulai mode siap membantai.

"Bukan hanya kau yang merasa kesal disini Ken...aku juga...tapi ini tugas ORDE, bukan tugas divisi klan kita, kita harus mengikuti aturan mereka....kecuali jika itu berhubungan dengan orang-orang incaran incaran klan..." kata Retsu setelah menarik lagi katana dan memasukannya lagi ke dalam sarungnya.

"Ya....kalau begitu aku boleh dalam mode setengah serius saja kan...tee hee..." kata Ken sedikit santai dan tidak terlalu menggebu-gebu.

"Well, kalau begitu ayo kita laksanakan...." kata Retsu.

"Tunggu dulu.." Blaise masih setia menenteng laptopnya yang sudah padam kini layarnya menahan langkah semua orang.

"Memangnya kalian tidak merasa aneh kenapa Voldemort mau mengambil bekas pabrik susu sebagai markasnya?" pertanyaan Blaise berkesan pernyataan. Ia sedang mengetes jalan pikiran teman-temannya. Beberapa detik tak ada yg bersuara. Bahkan Ken si ember bocor itu diam saja.

"Ada banyak jebakan disana. Jadi aku ingin kalian memastikan kalian tidak pergi sendirian. Ini bukan bekas pabrik susu lagi setelah diambil alih pemerintah Inggris. Ini.." Blaise menunjuk gedung di hadapan mereka dengan raut begitu mencekam. “Sebuah pejagalan bagi para terhukum mati. Apapun yang terjadi... Ingat ini.. Jangan pernah bertarung sendirian!"

"Well, tenang saja...aku akan bekerja sama dengan tuan rambut merah, asal dia tidak menghalangi jalanku kekekeke..." ucap Ken mata birunya berkilat tajam.

"Aku mengerti itu Mr.Zabini, dan Mr.Weasley kuharap kau bisa menjaga diri dan tolong awasi makhluk hijau itu," kata Retsu sambil membuka jasnya.

"Hmm...ngomong-ngomong soal penjagalan, tempat ini cocok untuk orang itu Retsu...ah tentu cocok denganmu Retsu, Diablo-iblis- akai-merah-, karena itu yang harus diawasi sekarang adalah kau..." Kata Ken dingin sambil menatap Retsu seakan mengejek bahkan dia tidak memanggil Retsu dengan sopan lagi.

"Whatever...sepertinya kepribadianmu yang asli mulai keluar huh..." ucap Retsu.

"Fufufufu....Urusai....lebih baik kita masuk sekarang, katanaku mulai haus darah lagi....ah, tenang saja tidak akan terlalu kacau, aku tidak akan membunuh mereka, hanya 'mematahkan' beberapa saja..." kata Ken yang mulai berubah dari Ken yang biasanya.

"Jangan kalian dengarkan perkataan Vampir bodoh itu, sekarang kita masuk berpasangan saja, Mr.Black bersama Mrs.Granger, Mr.Malfoy bersama dengan Mr.Potter, dan aku bersama Mr.Zabini," kata Retsu.

Blaise sedikit-banyak-penasaran terhadap Retsu dan Ken, 'Aku harus mencari tahu lebih banyak tentang mereka berdua,' batin Blaise. setelah itu mereka melakukan misi mereka.

Retsu memutar fokus matanya, "Well.. Mr. Zabini... Bagaimana kita masuk?"

Blaise tersadar dari lamunannya tentang klan Mamoru, "Ok... Untuk Ron dan Ken.. Kalian hanya tinggal mencongkel sedikit pintu belakang. Mereka tidak menempatkan jebakan apapun di kandang. Itu tidak lebih dari sekedar kamuflase. Dan kita pun menggunakannya hanya untuk pengalih perhatian..." Blaise melirik Ken yang ‘MASIH’ merasa ridak rela dengan tugasnya kali ini.

"Tapi bukan berarti tugas itu sepele. Harry, Draco.. Aku ingin kalian sudah bersedia di pintu masuk banker.. Jika perhitunganku tidak salah ada seorang penjaga disana, kita mulai setelah ada kegaduhan. Sementara aku dan Retsu akan masuk melalui ruang fentilasi, kami akan menelusuri lantai dua, sementara Mr. Black dan Hermione menyusup lewat pintu belakang... Ada sekitar tiga penjaga disana.. Jadi, kurasa kalian akan sedikit berkelahi... Tapi aku yakin itu bukan masalah?" Hermione mengangguk.

"Baiklah... Ingat! Prioritas utama kita hanya untuk melepaskan mereka yang disekap. Jika bertemu dengan musuh dan masih berkesempatan lari, maka kalian harus lari. Hindari resiko yang terlalu besar..." Blaise melanjutkan. Pada kata-kata terakhirnya ia bersitatap dengan Ken, seakan memperingati.

Ken memutar matanya menahan kesal. "Aku mengerti, ayo Weasley," Ken memutar badannya dan berjalan menuju lokasi.

"Baik! Ayo!" Retsu memberi aba-aba, dan rombongan itu pun berpencar. Bersedia di posisi yang telah ditetapkan Blaise sebelumnya.

Retsu berjalan di belakang Blaise dan bersandar ke tembok tempat mereka menunggu keributan yang diperbuat Ken dan Ron.

"*Sight*, semoga dia bisa menahan diri..." gumamnya.

"Sebenarnya Ken itu...seperti apa?" tanya Blaise secara tiba-tiba tanpa ia sadari.

"Hmm...bagi orang-orang seperti dirimu serta anggota ORDE lainnya, tidak akan mudah-mungkin-untuk mengetahui siapa dan seperti apa kami sebenarnya. dan suatu saat nanti kalian juga akan mengetahuinya secara jelas..." jawab Retsu yang sedang mengontrol emosinya. 

Blaise menatap Retsu sedikit sinis, "Well...itu bukan kalimat yang kuharapkan akan keluar dari partner ku dalam misi seperti ini.."

Retsu tak menanggapi. Lebih memilih memimpin langkah mendekat ke bangunan tua itu. Sekitar sepuluh meter dari bangunan itu, Retsu memutuskan untuk bersembunyi di antara semak. Blaise mengikuti pergerakan pemuda berambut merah itu di belakangnya.

"Mr. Zabini.."

"Yes..."

"Aku minta maaf jika kami terlihat tak mempercayakan informasi apapun tentang klan kami pada kalian. Percayalah, kami punya alasan.."

Blaise mendengarkan dengan seksama sambil membagi fokusnya pada pergerakan penjaga yang berlalu lalang disana. Seragam mereka nampak biasa. Selayaknya petugas keamanan pada pabrik-pabrik industri di Inggris. Beberapa truk pengangkut susu untuk diolah terparkir.

"Truk-truk bergambar sapi yang tersenyum sambil mengunyah rumput, tidak ada yang pernah berfikir bahwa isi dari truk itu adalah steroid dan obat-obatan berbahaya. Jangan tersinggung, tapi menurutku klan Mamoru sangat tepat jika dianalogikan dengan truk itu.."

Retsu, meskipun tersentak dengan kalimat barusan hanya merespon dengan sedikit pergerakan. Ia memilih tidak mendebat. Kenyataannya apa yang dikatakan Blaise memang tidak berlebihan. Klan Mamoru tiba-tiba menyetujui bekerjasama dengan ORDE. Sementara selama ini bahkan proposal kerja sama FBI dan CIA ditolak mentah-mentah. Terlalu tahu banyak dan muncul dengan cara-cara tak terduga, kemampuan yang tak tertebak dan emosi yang berubah-ubah. Jika dilihat dari sudut pandang orang awam, kehadiran klan Mamoru memang teramat mencurigakan.

"Setidaknya.. Sekali ini, tolong percaya pada kami.." Blaise seakan berfikir, setelah beberapa detik baru mengangguk menyetujui. Meskipun Retsu berada di depannya dan tak melihatnya. Keduanya menatap jam tangan menghitung mundur waktu yang telah ditentukan sebagai titik dimulainya rencana.

"Sekarang!" bisik keduanya tegas disusul suara gaduh binatang-binatang yang melenguh dan mengamuk keluar kandang.

-o0o-

Di tempat penyekapan Yumi dan Regulus...

"Huh....akhirnya berhasil juga aku melepaskan borgol sialan ini," ucap Yumi berdiri dan mengusap-usap pergelangan tangannya.

"K-kau...huh, cukup hebat juga sebagai gadis muda yang bertubuh kecil," kata Regulus-yang mau tidak mau-mengagumi-sedikit-apa yang telah dilakukan Yumi.

"Huh....jangan meremehkan seorang gadis 'paman'...." kata Yumi sedikit sinis, Yumi yang memiliki ego tidak ingin dikalahkan bahkan diremehkan oleh orang lain...

Regulus terkekeh kecil menahan sakit. Kontraksi di perutnya makin menjadi. Ia semakin pesimis bahwa masih ada nyawa yang berkembang dalam rahim 'buatan' di tubuhnya. Anggaplah insting keibuannya mengatakan jiwa yang tengah berkembang itu seakan berteriak meminta bantuan. Ia tahu, emosinya juga berpengaruh pada sang cabang bayi. Namun, kekhawatiran dan emosi-emosi negatif yang menguasainya terasa semakin melemahkan.

"Hei! Paman!" panggil Yumi sedikit menyentak. Agaknya baru saja Regulus sesaat terlelap, karena lelah.

"Kau tampak tidak baik.." meskipun masih merasa sedikit tidak suka Yumi juga merasa iba. Perasaan ke-perempuanannya trnyata masih ada. Tidak tergerus seluruhnya lewat rentetan tembakan dari senapan miliknya. Yumi mengeluarkan kawat yang tadi ia gunakan untuk membuka borgol miliknya.

'Cetrek' suara borgol terlepas..

"Yippiii... berhasil...Well, apa paman bisa berdiri?" tanya Yumi dengan ekspresi malas.

"Sedikit sulit..."

"Well....kita punya beberapa pilihan, pertama kita bisa kabur sendiri dari tempat ini, kedua kita menunggu bantuan, ketiga kita menunggu kematian...ukh...yang ketiga aku belum mau...khekhekhe....so, mau pilih yang mana 'paman'.." kata Yumi dengan sebuah senyuman tipis di wajah cantiknya.

"Kurasa yang pertama, keluarga Black benci menunggu dalam ketidakpastian," Yumi melebarkan sedikit senyumnya.

"Baiklah 'paman' perlu bantuan?" Regulus menatap uluran tangan Yumi kepadanya. Memang bukan saatnya bergengsi-gengsi ria saat ini. Faktanya ia memang nyaris tak kuat berdiri. Ia menerimanya.

"Tangan 'paman' dingin sekali.." Yumi menggumam. Tapi gerakan keduanya terhenti saat mendengar suara ribut di luar sel mereka. Regulus berfikir mungkin kelinci percobaan lain yang berusaha kabur. Tempat ini mengerikan.

Seketika itu juga pintu terbuka lebar dan menampilkan sosok Sirius serta Hermione. Sirius yang melihat keadaan Regulus segera mendekatinya dan memeluknya.

"Reggy, maaf...aku terlalu lama untuk menjemputmu...kau baik-baik saja kan?"

Regulus hanya memejamkan mata. Mengeratkan tangannya yang balas memeluk Sirius. Rasanya seperti mimpi pria ini berada di hadapannya, memeluknya.

"Ekhem... Maaf, aku tidak bermaksud mengganggu. Tapi kita harus segera keluar dari sini," Hermione menginterupsi.

"Dimana yang lain? Regulus butuh bantuan untuk sekedar berdiri, setidaknya har--"

"Aku mengerti.. Aku sudah mengirim sinyal pada yang lain.." Hermione mengeluarkan alat komunikasi khusus anggota ORDE buatan Blaise.

"Tapi setidaknya kita harus bergerak ke simpangan lorong dekat tangga. Jangan tersudut di satu ruangan.." Yumi mengangguk dan akhirnya ikut membantu Sirius memapah Regulus.

Yumi berhenti sebentar, "Mrs.Granger, bisa menggantikanku menahan 'paman'?" tanya Yumi.

Hermione mendekati dan menggantikannya, "Ada apa?"

"Aku mau mengambil senjata-senjataku, tuh," jawab Yumi sambil menunjuk sudut ruangan. 'Kecerobohan yang dilakukan oleh Death Eater,' batinnya.

"Ah ya..." Hermione bergumam singkat. Melanjutkan langkahnya memapah Regulus bersama Sirius.

"Yang menjadi pertanyaanku dan semua anggota ORDE setelah ini berakhir adalah.. Sebenarnya uncle Regulus menderita sakit apa sampai harus berada di rumah sakit sejak tujuh hari yang lalu?"

Sirius mendadak menghentikan langkah. Membuat tubuh Regulus sedikit limbung, menjadi lebih bertumpu pada sisi Hermione. Yumi yang berjalan di belakang mereka melihat getar ringan, seakan ada kegugupan yang coba Sirius Black tahan.

"Hanya perawatan tubuh biasa. Kondisiku melemah lagi, kalian tahu sendiri hormon di tubuhku sering lebih tidak stabil dibanding Harry..." Sirius menatap helaian rambut panjang Regulus yang menutupi sisi kanan wajah pria itu. Sirius yakin, Regulus merasakan kegugupannya. Adik kecilnya menyelamatkannya lagi. Dari ketakutannya sendiri untuk berterus tetrang pada semua orang. Hah.. Sirius tiba-tiba merasa jadi tak berguna.

"Hihihihiihi.....'paman' hebat, kau bisa menjadi seorang aktor huh...." kata Yumi yang sudah mengambil semua senjatanya.

Regulus dan Sirius terdiam, "Sudahlah sekarang kita mesti pergi dari tempat terkutuk ini," kata Sirius.

"Uncle Regulus, Sirius!" panggil Harry yang sudah berada di dekat mereka.

"Kalian tidak apa-apa?" tanya Draco.

"Aku baik-baik saja, tapi entah dengan 'paman'," jawab Yumi sekenanya.

Sementara di tempat Ken dan Ron mereka harus berhadapan dengan Bellatrix,

"Cih, sekarang apa aku harus menahan diri kalau lawannya wanita ini, Mr.Weasley?" tanya Ken yang berada disamping Ron.

"Siapa diantara kalian yang bertanggung jawab atas kematian Suami dan Iparku huh!!!" tanya Bella penuh emosi.

"aku tidak tahu apa yang kau bicarakan.. Tapi melihat anak buah sebanyak ini, yang jelas kita harus pertahankan nyawa kita. Ingat, kita diperintahkan untuk lari. Jadi..cukup membuat celah saja!" Ron dan Ken mulai masuk dalam mode waspada tingkat satu. Keduanya merapat dan menjaga kestabilan kuda-kuda. Ron mengeluarkan pistol laras pendek miliknya, sementara Ken mengeluarkan sebuah senjata yang tak Ron ketahui namanya. Terserahlah, buat apa juga ia pikirkan. Ia hanya harus memastikan anak ini tidak berulah seperti yang diminta si rambut merah. Ekhem.. Ya Ron juga berambut merah, tapi setidaknya miliknya tak sekelam darah.

"Yakin hanya butuh 'celah'? Aku bisa buatkan jurang jika kau tak keberatan Mr. Weasley..." Ron memutar bola matanya jengah. Yang satu ini memang biangnya hal-hal menyebalkan. Patut digarisbawahi bahwa seluruh klan Mamoru di ORDE itu menyebalkan. Tapi yang ini rajanya.

"Ditolak. Cukup 'celah', lalu kita keluar. Tadi Hermione sudah memberi sinyal bahwa mereka menemukan Mr. Black dan adikmu. Jadi? Misi selesai.." belum habis nafas Ron, beberapa anak buah Bellatrix sudah memuntahkan pelurunya ke arah mereka.

Ken dengan sigap memotong menjadi dua bagian peluru-peluru yang menuju arah mereka, "Ck, baiklah tapi aku hanya dapat menahan 'hasratku' selama enam menit lagi. tambahan, Yumi bukan adikku....dia adik si merah...kekekeke..." Ken mulai menyerang anak buah Bellatrix tanpa 'membunuhnya'.

Ron mengawasi sekitarnya, dia tidak habis pikir terhadap orang yang kini membuat celah di hadapannya. Dia berpikir kenapa bisa ada orang yang 'sangat menyukai' petarungan seperti Ken.

"Hei Mr. Weasley, jalan sudah ada dan wanita itu tertinggal di belakang, jadi ayo cepat jangan terdiam seperti badut," kata Ken.

Ron hanya memutarkan matanya dan segera menyusul Ken yang sudah keluar terlebih dahulu.

Ditempat lain, Blaise masuk ke dalam sebuah ruangan yang cukup luas.

"Mr.Zabini, apa yang kita lakukan di tempat ini?" tanya Retsu sambil melihat sekelilingnya. Ruangan berukuran sedang disekelilingnya dipenuhi lemari berisikan buku serta file-file. Retsu mendekati sebuah lemari dan mengambil sebuah buku, 'Info Hasil penelitian huh, bingo...’ batin Retsu.

"Kau pasti mengerti apa yang akan kita lakukan disini," jawab Blaise sambil mengambil sebuah buku dan mulai memfoto isinya. 

"Huh....ha'i Mr.Zabini...." balas Retsu sambil mulai melakukan hal yang sama. mereka melakukan itu selama beberapa menit dan berhasil mendapatkan informasi dari semua yang berada di dalam itu.

"Well, cukup. lebih baik kita pergi dari sini baru saja Mrs.granger memberikan sinyal kalau mereka sudah berhasil menemukan Mr.Black dan adikku," kata Retsu.

"Ya, aku tahu.." Blaise memamerkan alat komunikasinya yang nampak sedikit berbeda dari anggota lain.

"Aku lupa. Kau pencipta benda aneh ini.." Retsu tersenyum satire. Menyimpan beberapa file yang dirasa perlu disimpan di balik jasnya.

"Jangan berfikir untuk memonopoli data yang kita dapat hanya untuk keuntungan klanmu, Retsu.." lelaki berkulit eksotis itu mendahului langkah Retsu. Masih dalam mode waspada meskipun sebelum sampai di ruangan ini pun Blaise telah memastikan keamanan jalan.

Mau tidak mau Retsu harus mengakui, lelaki ini memang luar biasa. Klan Mamoru saja-mungkin-tak akan menang tanpa menumpahkan darah. Tapi lelaki ini dapat menyusun rencana dalam sekejap untuk mengelabui penjaga di ruang pengawas, kamera pengintai dan berbagai sistem keamanan lainnya.

'Ah, sekarang aku mengerti, kenapa Akira-sama Menugaskan kami bertiga untuk bergabung dengan ORDE selain tujuan 'itu”,' batin Retsu.

Tidak lama mereka bergabung dengan anggota lainnya.

"Sepertinya kita yang terakhir bergabung," Gumam Retsu.

"Aye, halo Senpai, aku tidak mengacaukannya loh...kalau tidak percaya tanya kan pada dia," kata Ken riang.

"Urusai...lebih baik kita keluar melewati pintu samping, karena lebih cepat sampai ke mobil," kata Retsu.

"Hmm....Lebih baik kita jangan banyak bicara, karena tadi waktu aku mengambil senjata-senjata milikku, aku mendengar ada beberapa penjaga yang memberikan intruksi untuk mengebom tempat ini...itulah sebabnya sekarang tempat ini cukup sepi," kata Yumi.

"Jadi? Kenapa kita tidak lekas pergi?" ujar Ken dengan wajah riang dan tanpa rasa bersalah. Padahal sedari tadi yang banyak bicara dan memperlambat pergerakan mereka siapa? Ya Ken.

"Heeeh..." seluruh anggota muda ORDE kompak membuang nafas. Mereka pun bergegas memasuki mobil yang terparkir. Sirius membopong Regulus memasuki van yang sama dengannya. Semua sudah siap sedia. Sampai...

"Ken!" lelaki berambut hijau itu tiba-tiba saja keluar sedetik setelah mesin kedua mobil itu dinyalakan nyaris bersamaan.

Ia membuka kap mobil yang ia naiki secara paksa. Dan..

"Kalian semua! Keluar dari mobil! Sekarang!!" Retsu tiba-tiba saja mengerti. Ken sedang memberi signal bahaya.

"Semuanya ayo keluar!" Retsu mengulang kalimat perintah Ken. Yang lain meskipun kebingungan dengan apa yang sedang terjadi mengikuti saja kedua klan Mamoru itu untuk menjauh sebisa mereka dari kedua mobil itu.

Satu menit...

Dua menit...

Tiga menit...

"Sebenarnya ada apa dengan kalian berdua?" Ron yang pertama kali protes mengapa mereka harus keluar dan berlari begini segala? Musuh tidak mengejar mereka. Dan tidak ada yang salah dengan kedua mobil itu.

4 menit.

"Tenanglah.." Blaise yang tanpa diduga menepuk pundak Ron menenangkan. Mereka sudah mengambil jarak 500 meter jauh ke pelosok.

"Mereka tahu sesuatu..." ujar Blaise ambigu.

5 menit.

‘Dduuuuaaaaaaaaaaarghhh!!!!!’

Sebuah ledakan dahsyat berasal dari kedua mobil itu. Blaise tersenyum menanggapi tatapan bingung dari Ron dan teman-teman ORDE-nya. Well, juga anggota klan Mamoru yang heran mengapa Blaise menjadi yang pertama mempercayai mereka.

"See? Mamoru pasti tahu sesuatu.."

"Tapi, bagaimana caranya kalian mengetahui kalau mobil kita dipasangi bom?" tanya Draco.

Ken melihat Draco, "Perbedaan," jawab Ken ambigu.

"Perbedan? maksudnya?" giliran Hermione yang bertanya.

"Ya, aku merasakan sesuatu berubah, suara mesin mobil serta ada sedikit goresan di kap mobilnya meski hanya sedikit. Juga letak mobilnya sedikit bergeser," jawab Ken tenang, kebalikan dari sifatnya yang biasa.

-o0o-

Seluruh anggota ORDE terdiam mengerti. Yumi mendekati retsu perlahan, "Nii-chan... Sekarang bagaimana?"

Harry dan Retsu saling melempar pandang. Entah mengapa mereka sepertinya merasakan firasat buruk merajai dada mereka.

"Harry?" tubuh pemuda itu sedikit oleng merasa pening tiba-tiba. Draco menyangga bahunya tapi tak seluruh massa tubuh Harry membebaninya.

"Harry-sama, saya harus mengatakan ini. Tapi saya diperintahkan oleh tuan Akira untuk memprioritaskan keselamatan anda daripada anggota lain.." serempak pandangan protes bermunculan dari mata anggota ORDE. Namun, belum sempat satu orang pun membuka suara, tiba-tiba bunyi tembakan bertubi-tubi mengarah pada mereka.

"Semua sembunyi!" komando Blaise.

"Ah itu wanita bernama Bellatrix kan? Yare yare... kalau sudah begini bagaimana Retsu? diam saja?" tanya Ken yang bersembunyi dibalik pohon samping Retsu.

"Tetap dalam rencana....kau jangan sampai membunuhnya kecuali dalam keadan 'terdesak ' mengerti?" kata Retsu tegas. 

"Ha'i Wakarimashita Senpai..." kata Ken yang tumben-tumbennya patuh.

Anggota ORDE muda mulai melakukan pembalasan untuk melindungi diri, ketika itu Bellatrix berhasil mendekati anggota ORDE muda dan mulai menodongkan pistolnya ke arah Harry.

"Mati kau Potter!" teriak Bellatrix sambil menembakan pistolnya.

Namun yang terkena tembakannya bukanlah Harry melainkan Draco tepat di bagian perutnya.

Ken yang melihat itu langsung melesat melindungi Draco dan Harry dan menebas tangan Bellatrix menggunakan katana miliknya.

"Kau!" Bellatrix segera dilindungi oleh pasukan Voldemort dan menghilang dibalik kerumunan. Hanya menyisakan ceceran darah.

Sementara konsentrasi anggota ORDE Terpecah setelah melihat Draco terluka. Blaise yang merasa memiliki tanggung jawab sebagai pimpinan misi ini mendekati Draco. sekilat mungkin memeriksa keadaan pria bermbut pirang yang kini terduduk di belakang punggung Harry sementara Harry tetap melepas beberapa tembakan ke kubu lawan.

"Draco.. kau masih bisa bicara?" pria angkuh itu hanya menarik nafas dan terbatuk kemudian. Darah menguar dari mulutnya.

"Sial.. berarti kemungkinan mengenai organ vital.."  Blaise melihat sekliling. Menatap Harry yang tidak berkomentar apa-apa sejak tadi. lengan kirinya memagangi dada Draco agar tidak hilang keseimbangan. Sementara tangan kanannya terus menembak. 

‘Refleks yang bagus,’ pikir Blaise. well, tapi itu tidak cukup. Mereka tetap jelas kalah jumlah. Meskipun anggota klan Mamoru memiliki kualitas tanding jarak dekat yang tidak diragukan. tapi pasukan Voldemort yang terus menerus bertambah, tidak diragukan membuat mereka kewalahan.

"Retsu! Ken! mundur!" kedua orang merasa dipanggil namanya berpaling ke belakang. mengendurkan sedikit serangan. membiarkan Yumi mengurusi bagian depan.

Ketika itu ada tembakan dari arah kanan anggota ORDE muda, namun tembakan itu menuju arah musuh. Yumi melihat orang yang datang ke arah mereka.

"Nona Yumi, cepat kalian pergi ke sisi kanan gedung disana Tuan Akira sudah menunggu dengan van yang dapat membawa kalian semua, yang disini biar aku dan anak buahku yang urus," kata Yukari..

Tanpa membalas kalimat bawahan Akira itu. Yumi langsung melesat menuju belakang dimana Blaise memanggil Retsu dan ken.

"Nii-chan..kita dapat bantuan.." gadis itu tersenyum manis, yeah..walau dalam versi Blaise tetap saja terlihat sinis.

"Akira-sama?" Ken bertanya, sekedar mengkonfirmasi.

Sementara Retsu hanya memasang wajah datar. Blaise merasakan aura Retsu berubah saat nama Akira disebutkan. tapi bukan sesuatu yang tepat untuk dibahas saat ini. setelah Yumi mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Ken dan mengatakan dimana Akira kini berada. Blaise memutar kepalanya menghitung kemungkinan agar mereka semua bisa lolos tanpa satu orang yang terluka lagi dari pihak mereka.

"Ok.. dengar.. kalian bertiga.. atur formasi... kita dahulukan anggota yang terluka.. Ron akan membawa Draco sementara Mr. Black akan membawa Tuan Regulus... minta Hermione mundur untuk menjaga barisan belakang bersama aku dan--"

"Biar aku yang membawa Draco.." Harry menyela, setelah sedari tadi diam saja.

"Tidak Harry! ini perintah!" Blaise menyentaknya. ini bukan saatnya sanggahan dari bawahan.

"Tolong.. ini misi bersama dan jangan egois, Mr. Potter..aku masih butuh ketajaman tembakanmu untuk memastikan Draco selamat," Harry mendengus tapi tak lagi memprotes. sementara tiga anggota klan Mamoru melaksanakan instruksi yang diberikan Blaise. terlihat Yukari tidak begitu senang karena Yumi tetap berada di laga pertempuran. Tapi kedipan dari gadis itu yang mengisyaratkan tidak apa-apa cukup untuk membuatnya diam. Tidak lama kemudian mereka tiba di sana Akira sudah menunggu.

"Kalian tidak perlu lagi menembak, sekarang kalian segera masuk!" pinta atau perintah Akira tegas, Blaise melihat wajah Akira yang serius berbeda dari kesehariannya.

Ron berhasil menaikkan Draco begitu pula Sirius berhasil menaikan Regulus. Setelah itu mereka masuk kedalam van, namun ketika Blaise akan naik ke dalam van ada salah satu anak buah Voldemort yang berhasil melepaskan tembakan ke arah Blaise, akan tetapi kini yang terkena tembakan itu adalah Yumi yang berhasil membalas tembakan dan mengenai kepalanya sehingga anak buah voldemort itu mati. Blaise yang melihat kejadian itu menghampiri Yumi.

"Kau tidak apa-apa? bagian mana yang terkena?”

"Kh...kau cerewet...a-aku tidak apa-apa, hanya tangan kiriku yang terkena," jawab Yumi.

Blaise mendiamkan jawaban Yumi yang tetap terkesan sinis padanya. Ia hanya segera menumpukan massa tubuh Yumi dalam gendongannya. Membawanya memasuki mobil dimana ada Akira di dalamnya. sampai disana, Blaise meningglkan Yumi bersama Akira tanpa berkata apa-apa lagi. Kecuali ucapan terima kasih yang teredam bising tembakan. herannya Yumi dapat mendengarnya sekilas.

"Kau melakukan hal bodoh lagi," nada sarkatis, suara Akira yang setengah kesal bukan pertanda baik.

"Aku tidak minta pendapatmu.." Yumi meringis kecil setelah berkata begitu. Akira membebat luka Yumi seadanya. Mereka tidak saling tatap. Tidak saling bicara. Berbeda dengan Blaise yang berusaha agar membuat Draco tetap sadar. Mendadak, gadis itu merasa iri karenanya.

"Sial..." lirihnya. memancing senyum 'sok tahu segalanya' tersungging di bibir Akira.

Setelah semuanya masuk kedalam van itu Akira segera memacu van itu dengan kecepatan penuh memasuki jalanan yang untungnya kosong.

Akira berbisik ke Yumi, "Cemburu eoh? tumben kau menolong orang lain dengan mengorbankan tanganmu seperti itu?"

"Urusai! Baka Otoko (laki-laki bodoh)!" kata Yumi sedikit berteriak.

"Ck, Ha'i Ha'i, tapi jaga mulutmu nona...." kata Akira.

Retsu melihat percakapan Kira dan Yumi dengan wajah sendu.

"Ne, Akira-sama...dibelakang ada mobil yang mengikuti kita," kata Ken.

"Bereskan...Ken." perintah Akira.

Ken segera mengambil senapan laras panjang dan membuka atap van itu, lalu menembaki mobil dibelakang sampai mobil itu tersingkir ke pinggir jalan. setelah itu dia menutup atap dan duduk kembali.

"beres Akira-sama."

Tidak lama kemudian mereka sampai ke markas ORDE, segera saja Draco, Regulus, dan Yumi dibawa masuk ke RS disebelah markas. Sirius menemani Regulus, Blaise menemani Yumi, dan Ron, Harry, Mione menemani Draco.

TBC

A/N :

Astia Aoi : Ayeeee, maaf ya ffnya molor banget Updatenya….author sibuk persiapan UAS, ama author Rayanya baru beres UN ama lagi persiapan untuk SMPTN jadi kayaknya lagi-lagi Note Raya ga akan aku masukin….*maaf Aya >.<*... maaf kalau masih ada kesalahan. Di chap ini aku aga Lieur (pusing) ngeberesinnya…hehehe….Tank’s and R.E.V.I.E.W O.K!!!

Continue Reading

You'll Also Like

814K 39.1K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
70.1K 8.2K 36
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
1M 60.9K 36
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
207K 31.6K 57
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...