Home - Jeon Jungkook (Sequel...

By R_Seokjin

938K 58.5K 5.7K

Jika kalian berfikir semua berakhir bahagia, kalian salah.. Justru badai yang paling besar datang setelah Se... More

Home 1
Home 3
Home 4
Home 5
Home 6
Home 7
Home 8
Home 9
Home 10
Home 11
Home 12
Home 13
Home 14
Home 15
OPEN PO
Home 16
Home 17
Home 18
Home 19
Home 20
Home 21
Home 22
Home 23
Home 24
Home 25
Jin Hyung!
Home Terbit Lagi 💕
PRE ORDER LAGI!!

Home 2

33.3K 2.6K 287
By R_Seokjin

"Hyung kajja! Kita jahili Jin Hyung!"

"Yaak Kook jangan!!"

Jungkook merenggut tak terima.

"Ahh Wae??" Jungkook merengek.

"Tunggu Taehyung dulu. Baru kita jahili Jin hyung sama sama."

Senyum mengembang begitu saja saat Jimin ternyata setuju dengan idenya untuk menjahili kakak tertuanya itu.

"Yak Tae! Cepat kemari!" Teriak Jimin pelan. Taehyung yang sedang berinteraksi dengan Army pun akhirnya menghampiri Jimin dan Jungkook.

"Lihat Jin hyung sedang tidur. Kita jahili bagaimana?"

Taehyung mengangguk antusias.

"Sebentar!"

Taehyung pergi pada Hoseok yang tengah mengipasi dirinya di pinggir lapangan. Mereka hari ini menjadi peserta untuk ISAC ngomong-ngomong.

"Hyung pinjam kipasnya ya?!"

"Yaak! Kipasku! Mau kau apakan hah? Tidak tahu apa hyung panas?"

"Sebentar. Nanti ku kembalikan. Terima kasih hyung!"

Setelah merampas kipas dari tangan Hoseok, Taehyung pergi begitu saja. Hoseok hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Namjoon hyung, Jin hyung, Yoongi hyung, Hoseok hyung, Jiminie, Jungkook-ie." Taehyung menunjuk satu persatu kipasnya seraya menghitung jumlahnya. Taehyung berfikir sejenak. Merasa ada yang kurang.

"Kenapa Tae?"

"Bukankah setelah Jimin itu aku? Kipasku kemana???" Ucap Taehyung ribut.

"Kenapa Kipasku tidak ada?"

Jimin dan Jungkook memandang Taehyung datar.

"Jim, Kook bantu aku mencari ki...... Pas nya hhee.. Ahh kenapa tidak bilang kalau aku memegangnya." Taehyung terkekeh malu saat Jungkook mengangkat tangannya yang terdapat kipas dirinya sendiri.

Jungkook hanya menghela nafas, kesal dengan tingkah Taehyung yang absurd.

"Sudah lengkap."

Cekrek!

Jungkook, Taehyung dan Jimin tertawa tertahan karena tidak ingin membangunkan sang hyung yang tertidur pulas dan berakhir mereka akan kena serangan balik.

"Dekatkan wajahnya."

Jungkook mengangguk lalu menanggapi perintah Taehyung. Lagi lagi mereka tertawa melihat hasil jepretan mereka.

"Sudah kita upload sekarang di Sosial media. Jim, Kook bereskan kipasnya. Hilangkan jejaknya. Ppali."

Jungkook dan Jimin mengangguk. Buru-buru mengambil kipas yang berjejer mengelilingi Seokjin lalu memberikannya pada hyung mereka.

Jungkook Jimin dan Taehyung tidak berhenti tertawa saat mereka berhasil mengupload foto Seokjin. Masalah tentang akan di hukum itu masalah nanti. Yang penting hari ini mereka senang karena sudah menjahili sang kakak.
.
.
"Jim!"

"Ahh hyung kau mengagetkanku!"

"Kau melamun?"

"Nee? Anni.. Aku tidak melamun hyung."

"Aku sudah mengurusmu lama ya Jim. Aku sudah hafal sikap kalian. Jadi jangan coba-coba untuk membohongiku."

Jimin tersenyum miring. Merasa malu karena ketahuan melamun oleh sang Manager. Sejin.

"Jungkook bagaimana?"

"Sedang di ruang PD-nim. Kenapa kau tidak ikut masuk?"

Jimin mengedikan bahunya.

"Hyung Bangtan's Room kenapa banyak debu? Apa tidak di bersihkan?" Tanya Jimin sambil melihat kesekitarnya. Mencolek dasaran meja lalu menunjukan telunjuknya yang kotor pada Sejin.

"Tidak, aku tidak membiarkan siapapun masuk kesini."

"Loh kenapa?"

"Kalian tidak ingat? Ruangan ini kami berikan untuk menjadi tanggung jawab kalian. Mulai dari kebersihan sampai tata letak itu kalian yang urus."

"Kau benar juga hyung." Jimin terkekeh.

"Jadi seberapa lama kalian tidak masuk ke ruangan ini bersama-sama?" Tanya Sejin yang membuat Jimin terdiam.

"Jim, sampai kapan? Kalian akan seperti ini terus? Jungkook sudah kembali. Dan apa salahnya kita mencoba lagi?"

"Hyung, semuanya berbeda sekarang. Aku bahkan seperti tidak mengenal mereka. Bukannya aku tidak ingin. Tapi itu sangat sulit hyung."

"Meskipun ada Jungkook? Kalian tega membohonginya?"

"Biarkan seperti ini dulu hyung. Aku takut Jungkook kembali tertekan. Aku tidak ingin Jungkook seperti dulu. Itu menyakitiku hyung."

"Aku salut dengan akting kalian di depan Jungkook. Jim, asal kau tahu aku masih akan tetap menunggu kalian. Sampai kapanpun itu."

Jimin menatap Sejin lekat. Tatapannya begitu rapuh. Begitupun Sejin. Sejin tidak tega sebenarnya melihat Jimin seperti ini. Menjadi orang yang harus terlihat kuat karena janjinya dengan Seokjin dulu.

Jimin benar-benar menjaga janjinya untuk tidak menjadi lemah di hadapan hyung dan adiknya. Bahkan disaat masalah terbesar di antara mereka datang. Jimin harus terlihat kuat.

"Jimin-ah. Kau bisa mengeluh apapun padaku jika memang semuanya berat untukmu."

"Hyung, sebenarnya ini semua berat untukku. Tapi aku sudah janji pada Jin hyung. Aku tidak boleh ikut lemah disaat member lain sedang lemah. Apalagi sekarang ada Jungkook. Aku harus menjaga perasaannya hyung. Dia tidak tahu apa-apa."

"Tapi cepat atau lambat Jungkook pasti curiga Jim. Dia anak yang pintar. Dia pasti akan langsung mencari tahu masalahnya sampai ke akar kalau dia merasa ada yang mengganjal."

Jimin mengangguk lemah. Memang Jimin sangat tahu bagaimana Jungkook. Dia bukan anak biasa.

Dia terlalu pintar untuk di bodohi. Dan Jimin juga harus menyiapkan apapun jika suatu saat Jungkook tahu dan meminta penjelasannya.

"Hyung, apa aku harus bertahan?"
.
.
.
"Bagaimana Kook?"

"Kenapa PD-nim menawarkan kegiatan solo padaku? Kenapa tidak lengkap ber-6?"

"Begini, kau tahu kan selama kau di New York member lain juga melakukan kegiatan solo?"

Jungkook mengangguk.

"Scedhule mereka sudah terjadwal sampai 9 bulan mendatang Kook. Dan aku tidak mungkin membatalkan schedule mereka karena comeback Bangtan." Jelas sang PD.

Jungkook terlihat memicing. Tatapan curiga ia berikan pada sang CEO. Namun sebisa mungkin Bang PD mempertahankan wajahnya untuk meyakinkan si bungsu.

"Benarkah?"

Bang PD hanya bisa mengangguk.

"Waah, mereka benar-benar serakah. Oke PD-nim aku juga mau. Aku juga ingin sibuk mengalahkan hyung-hyung yang lain!" Seru si Maknae membuat Bang PD melongo.

Semudah itu Jungkook percaya?

Ahh sudahlah tak apa. Yang penting Keadaannya saat ini bisa di selamatkan.

Iya saat ini.

Belum tahu nanti.

"Baiklah. Tunjukkan hasil belajarmu di New York Jungkook-ah."

"Baik PD-nim!" Jungkook tersenyum senang. Ini saatnya ia memberikan hasil yang ia dapat dari New York.

Sementara di Bangtan's Room, Jimin sedang membersihkan ruangan pribadi member Bangtan. Mulai dari meja, komputer, sampai lemari pajangan.

Mata Jimin terdiam saat melihat trophy kemenangan mereka yang memang sengaja Bang PD simpan di ruangan pribadi mereka.

Alasannya supaya mereka tidak melupakan jika bukan karena trophy itu, mereka mungkin tidak akan seperti sekarang.

"Benar-benar berdebu. Sudah berapa lama aku tidak kesini? Sudah berapa lama juga mereka tidak kesini?" Lirih Jimin.

Matanya memanas saat memory tentang mereka terputar begitu saja di otaknya.

Bagaimana sulitnya mereka dulu hanya sekedar untuk bermusik. Berbagi kamar tidur di tempat yang kecil. Berlatih di gedung yang di sewa hanya beberapa lantai.

Rekaman di garasi mobil, membagikan brosur untuk konser yang bisa di datangi dengan tanpa di pungut biaya dan banyak lagi kenangan pahit mereka saat itu.

Sampai akhirnya mereka menerima trophy kemenangan pertama setelah 2 tahun mereka debut dan orang mulai melirik mereka. Perlahan mereka merangkak menuju ke arah kesuksesan.

Chart nomor 1 di tiap situs musik, sampai mengadakan konser di gedung terbesar di beberapa negara. Impian mereka satu persatu tercapai. Dan mereka senang.

Tapi, Bangtan harus di uji dengan kehilangan sang Kakak yang paling mereka sayangi. Kakak yang selalu menjadi panutan mereka. Kakak yang selalu bisa menghibur di saat mereka lelah, kakak yang selalu siap menjadi pendengar kapanpun mereka memiliki masalah.

Kim Seokjin.

Ya, Tuhan memberi cobaan terbesar untuk mereka. Seokjin harus pergi menuju kebahagiaan kekalnya. Dan mereka tidak bisa menahannya.

Tidak sampai disitu, mereka juga harus kehilangan si kecil karena gangguan psikis yang membuat mereka harus terpisah selama 1 tahun lamanya.

Mereka kembali bangkit dan menjemput sayap mereka. Army yang sudah lama menunggu akhirnya mendapat jawaban dengan kembalinya Jungkook pada Bangtan.

6 bulan setelah kembali, Jungkook harus menempuh pendidikan musiknya di New York dan mereka kembali ditinggalkan. Sampai akhirnya 2 tahun berlalu Jungkook kembali pulang dengan sumringah tanpa tahu apa dan bagaimana keadaan Bangtan selama dia meninggalkan Korea.

"Jin hyung. Aku harus bagaimana pada Jungkook? Jujur hyung aku lelah. Aku tidak bisa terus bertahan jika seperti ini. Maafkan aku hyung. Tapi aku sungguh benar-benar lelah."

Jimin terisak. Hanya jika sendiri Jimin bisa menangis. Tidak di hadapan hyungnya, tidak di depan sahabatnya, dan tidak di hadapan adiknya Jungkook.

Jimin tidak ingin Jungkook tahu apa yang terjadi dengan mereka.

Maka dari itu muncul kesepakatan di antara mereka untuk membohongi Jungkook.

Bukankah berbohong demi kebaikan itu di perbolehkan?

Tapi mereka juga harus siap dengan keadaan dimana Jungkook suatu saat harus dan pasti akan tahu yang sebenarnya.
Dengan mulut mereka sendiri, atau bahkan Jungkook sendiri yang mengetahuinya.

Hanya waktu yang bisa menjawab semua.

Ahh tidak, hanya bagaimana sepintar-pintarnya mereka untuk bisa tetap ber-akting di depan Jungkook. Bersikap seakan semua baik-baik saja.

"Hyung?? Jimin hyung didalam??"
Jimin cepat-cepat menghapus pipinya yang basah lalu menyimpan trophynya ke tempat semula sampai akhirnya ia membukakan pintu untuk Jungkook.

"Hyung! Kenapa password nya di ganti?"

"Kata Sejin hyung harus sering di ganti agar tetap aman." Jelas Jimin.

Memang benar kok. Itu Jimin tidak bohong. Memang Sejin selalu mewanti-wanti untuk selalu mengganti password ruangan mereka. Supaya aman katanya.

"Waaah sudah lama aku tidak ketempat ini."

"Aku juga sudah lama tidak kesini Kook." Batin Jimin.

"Sofanya masih sama. Kalian tidak ada niat untuk menggantinya? Ahh pasti Yoongi hyung sudah terlalu nyaman tidur disini ya hihi." Kekeh Jungkook.

"Justru aku tidak tahu Yoongi hyung sering tidur dimana Kook." Lagi-lagi batin Jimin yang berbicara.

Jimin benar-benar merasa bersalah pada Jungkook. Ingin sekali rasanya ia memberitahu semuanya pada Jungkook. Tapi tidak, ia tidak ingin merusak kebahagiaan Jungkook.

Sudah cukup Jungkook begitu terpuruk karena kehilangan salah satu kakaknya. Jimin harus memastikan agar Jungkook tidak akan kehilangan lagi hyung yang lainnya.

Ya, Harus!

To Be Continued

Annyeong!
Home up lagi...
Maafkan aku up malem malem hehe..
Masih ada yang On gak nih?
Lumayan kan buat nemenin kalian menghadapi senin besok 😆
Gimana??
Semoga chapter ini memuaskan yaa..

Terima kasih kalian yang sudah begitu antusias...
Terima kasih vomentnya..

Dan foto konsep versi 1 udah rilis dong.. Gimanaa ini kenapa bikin ambyar 😭
Bikin bucin.. Makin cinta sama bangtan 😭😭

See you di next chapter yaa..

Annyeong!

-RJin-

Bonus nih buat kaliaan yang lagi ambyar sama konsep foto mereka..




Biar ambyar bareng-bareng..
Ga mau bucin sendiri!
Titik!. Bye!

Continue Reading

You'll Also Like

240K 36K 65
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
88K 6.3K 60
Sebuah kisah perjalanan hidup seorang vampire yang berjuang mencari jawaban atas rumitnya sebuah permasalahan. "...... Aku pergi! " Melibatkan kelu...
48.2K 5.8K 26
[COMPLETED] Namaku Kim Seokjin. Aku bukanlah anak dari seorang pengusaha yang memiliki perusahaan besar dengan cabang di mana-mana. Ayahku hanyalah s...
81K 7.8K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...