Polar Bear ā€¢ (SUDAH TERBIT)

By nafiaaw

4.8M 507K 57.9K

#VERNANDOSERIES 3 šŸ¤“šŸ» Bagi Kayra, Rama itu ibarat beruang kutub. Orang-orang akan menilai hewan itu lucu dan... More

first of all & group WA Vernando
šŸ» t r a i l e r | s1 & s2 šŸ»
šŸ» Polar Bear ā€¢ 01
šŸ» Polar Bear ā€¢ 02
šŸ» Polar Bear ā€¢ 03
šŸ» Polar Bear ā€¢ 04
šŸ» Polar Bear ā€¢ 05
šŸ» Polar Bear ā€¢ 06
šŸ» Polar Bear ā€¢ 07
šŸ» Polar Bear ā€¢ 08
šŸ» Polar Bear ā€¢ 09
šŸ» Polar Bear ā€¢ 10
šŸ» Polar Bear ā€¢ 11
šŸ» Polar Bear ā€¢ 12
šŸ» Polar Bear ā€¢ 13
šŸ» Polar Bear ā€¢ 14
šŸ» Polar Bear ā€¢ 15
šŸ» Polar Bear ā€¢ 16
šŸ» Polar Bear ā€¢ 17
šŸ» Polar Bear ā€¢ 18
šŸ» Polar Bear ā€¢ 19
šŸ» Polar Bear ā€¢ 20
šŸ» Polar Bear ā€¢ 21
šŸ» Polar Bear ā€¢ 22
šŸ» Polar Bear ā€¢ 23
šŸ» Polar Bear ā€¢ 24
šŸ» Polar Bear ā€¢ 25
šŸ» Polar Bear ā€¢ 26
šŸ» Polar Bear ā€¢ 27
šŸ» Polar Bear ā€¢ 28
šŸ» Polar Bear ā€¢ 29
šŸ» Polar Bear ā€¢ 30
šŸ» Polar Bear ā€¢ 31
šŸ» Polar Bear ā€¢ 32
šŸ» Polar Bear ā€¢ 33
šŸ» Polar Bear ā€¢ 34
šŸ» Polar Bear ā€¢ 35
šŸ» Polar Bear ā€¢ 36
šŸ» Polar Bear ā€¢ 37
šŸ» Polar Bear ā€¢ 38
šŸ» Polar Bear ā€¢ 39
šŸ» Polar Bear ā€¢ 40
šŸ» Polar Bear ā€¢ 41
šŸ» Polar Bear ā€¢ 42
šŸ» Polar Bear ā€¢ 43
šŸ» Polar Bear ā€¢ 44
šŸ» Polar Bear ā€¢ 45
šŸ» Polar Bear ā€¢ 46
šŸ» Polar Bear ā€¢ 47
šŸ» Polar Bear ā€¢ 48
šŸ» Polar Bear ā€¢ 49
šŸ» Polar Bear ā€¢ 50 (end S1)
thank you šŸ–¤
šŸ» Polar Bear ā€¢ 51 (start S2)
šŸ» Polar Bear ā€¢ 52
šŸ» Polar Bear ā€¢ 53
šŸ» Polar Bear ā€¢ 54
šŸ» Polar Bear ā€¢ 55
šŸ» Polar Bear ā€¢ 56
šŸ» Polar Bear ā€¢ 57
šŸ» Polar Bear ā€¢ 58
šŸ» Polar Bear ā€¢ 59
šŸ» Polar Bear ā€¢ 60
šŸ» Polar Bear ā€¢ 62
šŸ» Polar Bear ā€¢ 63
šŸ» Polar Bear ā€¢ 64
šŸ» Polar Bear ā€¢ 65
šŸ» Polar Bear ā€¢ 66
šŸ» Polar Bear ā€¢ 67
šŸ» Polar Bear ā€¢ 68
šŸ» Polar Bear ā€¢ 69
šŸ» Polar Bear ā€¢ 70
šŸ» Polar Bear ā€¢ 71
šŸ» Polar Bear ā€¢ 72
šŸ» Polar Bear ā€¢ 73
šŸ» Polar Bear ā€¢ 74
šŸ» Polar Bear ā€¢ 75
šŸ» Polar Bear ā€¢ 76
šŸ» Polar Bear ā€¢ 77
šŸ» Polar Bear ā€¢ 78
šŸ» Polar Bear ā€¢ 79
šŸ» Polar Bear ā€¢ 80 (END)
āœØ Firefly šŸ
šŸ» Polar Bear ā€¢ extra part
šŸ» Polar Bear ā€¢ Rama Side Story
šŸ» Polar Bear ā€¢ Rama Side Story 2
šŸ» Polar Bear ā€¢ extra part 2
šŸ» Polar Bear ā€¢ extra part 3 (last)
Penghapusan Part & Informasi Versi Cetak
Jadwal Pre-Order & Daftar Harga
PRE-ORDER 16-28 Sept 2023
ICE PRINCESS WEB SERIES
cuplikan scene ICE PRINCESS web series + jadwal live pemain
ICE PRINCESS TAYANG MULAI HARI INI!

šŸ» Polar Bear ā€¢ 61

37.8K 4.1K 313
By nafiaaw

Tadi sore sempet kehapus 500 kata :( tapi alhamdulillah masih bisa sempet up malem ini 😊

Dan maaf banget kalau banyak nemuin typo, karena kak fi belum sempet ngecek lagi. Atau kalau boleh, dikasih tahu aja, biar bisa langsung direvisi. Matur nuwun 💜

-

Happy Reading!

🐻

"Jelasin ke gue. Apa bener lo dijodohin sama Jane?" Reza, orang yang beberapa menit lalu terus menekan bel apartemennya bertanya tanpa sabaran.

"Dia kasih tahu lo?"

Reza mengangguk singkat. "Dan gue pengen denger dari mulut lo langsung."

Rama yang perasaannya masih berat, hanya bisa menghela napas, lalu mengangguk. Tangannya bergerak mengacak-acak surai legamnya, menunjukkan betapa beratnya masalah yang tengah ia hadapi.

"Gue gak mau salah paham. Jadi, bisa lo ceritain ke gue secara detail? Lo tahu, meskipun Kayra adek kandung gue, dan gue sebagai abang tentu aja gak terima kalau adek gue sakit hati nantinya, tapi gue gak boleh memandang dari satu sisi aja. Makanya gue ke sini, karena gue mau denger tentang perjodohan itu versi lo."

Rama mengangguk paham, lalu perlahan mulai menjelaskan kejadian tempo hari. Semuanya, tanpa ada satu pun yang kurang.

"Gue ada di titik di mana gue berdiri di ambang jurang. Dengan sebuah batu besar yang siap menggelinding di belakang gue, dan ratusan ular di bawah sana yang siap bunuh gue." Rama menghela napas. "Yang mana, apapun pilihan yang gue ambil, gue akan tetep jatuh ke jurang sana."

Reza memijit pangkal hidungnya, akibat pening yang ia rasakan secara mendadak. Ia, benar-benar tidak tahu jika keluarganya memiliki masa lalu yang begitu pelik dengan Vernando.

Kemudian tangan Reza berlabuh di pundak Rama, dan menepuknya dua kali. "Gue ngerti posisi lo. Dan gue gak akan nyalahin lo mengenai masalah ini. Bagaimana pun, posisi lo serba salah."

"Makasih, Bang."

Reza hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Sekarang, gue gak tahu harus gimana. Keluarga Elbrensa tetep kekeh buat ngadain perjodohan ini. Mereka gak peduli gue udah nolak."

"Mereka udah menetapkan tanggal?"

Anggukan Rama semakin membuat perasaan Reza menjadi kalut. "Satu minggu dari sekarang."

Pupil Reza membulat. "Di Jerman atau-"

"Di Jakarta."

Rama tahu apa yang sekarang Reza rasakan, karena tentunya, tak berbeda jauh dari apa yang ia rasakan sejak kemarin.

"Bang, jujur, gue buntu. Gue gak tahu harus gimana." Rama mengusap wajahnya kasar, sementara kedua maniknya bergerak gelisah.

Reza terdiam untuk membantu memikirkan hal ini. Membuat ruang tamu itu hening, dengan jarum jam sebagai satu-satunya benda yang bersuara di sana.

"Untuk saat ini, mending lo ikutin dulu aja permainan nenek lo. Abis itu kita cari tahu permasalahan yang terjadi di antara keluarga Farenza dan Vernando."

Mendengar rencana Reza, Rama meragu. Hatinya masih tak kuasa untuk sekadar melaksanakan apa yang neneknya mau. Karena semua yang akan ia lakukan, melibatkan hati seseorang yang teramat ia cintai dari dulu.

"Terus gimana sama Kayra, Bang?"

"Untuk Kayra, gue rasa lo harus ngomong sendiri ke anaknya."

Kalimat itu adalah hal yang paling Rama takutkan. Ia paling tidak bisa melihat raut terluka dari Kayra. Apalagi yang membuat luka itu hadir adalah dirinya sendiri.

"Bukannya gimana Ram, kalau misal lo mau gue aja yang ngasih tahu Kayra juga boleh. Tapi masalahnya, Kayra justru akan semakin kecewa kalau dia tahu dari orang lain. Walau itu gue, selaku abangnya sekalipun."

Rama mengangguk paham. "Tapi, gue bingung mau kasih tahu dia kapan."

"Gimana kalau besok lusa, lo pulang ke Indonesia bareng gue? Jadi lo masih punya waktu untuk ngomong ke Kayra."

"Gue gak yakin nenek ngebolehin."

"Pasti boleh, dah. Atau kalau perlu gue ikut ngomong, biar dapet izin."

Jawaban Reza mengundang Rama pada tawa kecil. Tatapannya bahkan tak sekelam tadi. "Tumben lo baik."

Reza menatap Rama tak percaya. "Ke mana aja lo selama ini, Ram?"

Rama hanya menyambung tawa kala Reza berucap. Namun tak lama, bibirnya kembali mendatar, ketika masalah itu tiba-tiba datang menyapa batinnya.

Semoga saja, ia sanggup memberitahu Kayra lewat mulutnya sendiri setibanya di Indonesia nanti.

***

Kayra : gue di parkiran. kalo udah sampe bilang aja. gue mager buat ke luar

Kayra menghela napas setelah mengirimi pesan pada kakak satu-satunya itu. Kesal masih saja membara di hati. Pasalnya, Reza begitu bersikeras agar ia mau menjemput laki-laki itu di bandara. Padahal setumpuk pekerjaan di kantor masih belum ia sentuh satu pun.

Menyender sejenak pada kursi kemudi, Kayra lalu menutup kedua manik matanya, menggunakan waktu yang ada untuk sekadar beristirahat walau sejenak.

Dua puluh lima menit kemudian, ponselnya bergetar.

Reza : buru, gue udah di pintu keluar

Kayra : otw

Dengan sedikit kantuk yang masih menyergap diri, Kayra pun mulai menyalakan mesin mobil, dan membawa mobil itu ke luar dari arena parkir. Kemudian mengarahkannya ke pintu keluar bandara, sesuai dengan apa yang kakaknya tuturkan.

Menemukan raga Reza yang tengah berdiri menyender pada tiang penyangga, Kayra pun menghentikan mobilnya tepat di beberapa meter dari tiang itu.

Membuka jendela, Kayra lalu memekik. "Kak, buruan!"

Reza yang sedari tadi fokus pada ponsel, segera menegakkan tubuhnya kala mendengar teriakan dari suara yang ia kenali betul. Namun laki-laki itu memilih tidak mendekat, justru mengulurkan tangan, mengisyaratkan agar Kayra turun dari mobil.

"Ngapain?"

"Bantuin bawa koper," sahut Reza santai.

Kayra menghela napas jengah, lalu segera turun dan mendekat pada kakaknya itu. Ia sebenarnya malas, tapi kalau tidak segera dituruti, laki-laki itu justru akan semakin memperpanjang hingga ia mau menuruti kemauannya.

Ketika hendak menyeret koper milik Reza, sebuah tangan mengambil alih dengan cepat.

Kayra lantas terkejut, ia sudah menduga seseorang akan mencuri koper itu. Namun ketika kepalanya mendongak, rasa terkejutnya semakin bertambah besar. Terbukti dari kedua pupilnya yang sudah melebar penuh.

"Rama?!" Kayra yang tak bisa mengendalikan rasa senangnya, langsung membekap mulutnya yang terbuka lebar dengan kedua tangan.

Rama, dengan gaya pakaian kasualnya, tersenyum manis menyambut Kayra. Bahkan tangannya kini sudah merenggang, memberikan sinyal pada gadis itu untuk segera memeluknya.

Kayra yang peka pun segera mendekat, lalu mendekap tubuh itu erat. Ia benar-benar tak menyangka harapannya kemarin bisa terkabul di hari ini.

Sementara Rama, laki-laki itu menyalurkan segala perasaannya detik itu juga. Ia bahkan semakin menelungkupkan wajahnya pada ceruk leher Kayra, mencari posisi nyaman. Karena hanya pada gadis itu, perasannya dapat membaik meski tak ada kalimat yang keluar sebagai pelampiasan.

"Ceritanya mau balas dendam yang soal kemarin aku ke Jerman gak bilang-bilang itu?"

Rama mengangguk untuk membalas pertanyaan Kayra.

Saat Kayra merasa pelukan mereka cukup, dan hendak melepasnya, Rama justru menariknya kembali, seakan pelukan selama itu belum juga cukup bagi laki-laki itu. Membuat benak Kayra lantas bertanya-tanya karena merasa aneh sekaligus khawatir. Pikirannya pun kembali teringat dengan kejadian tempo hari, di mana Rama menangis kala tengah melakukan panggilan video dengannya.

"Is everything okay, Ram?" tanya Kayra sambil menepuk-nepuk punggung tegap laki-laki itu.

Rama menghembuskan napas, sebelum merenggangkan pelukan, dan menatap Kayra dengan tatapan lembut, serta senyum menawan yang membuat beberapa gadis di sekitar mereka terpukau akannya.

"Nothing better."

Jawaban Rama membuat kedua sudut bibir Kayra lantas tertarik ke atas, membentuk sebuah senyuman manis.

"Jadi, gimana? Udah selesai melepas rindunya?" Sebuah suara datang menginterupsi kegiatan mereka, membuat keduanya lantas menoleh lalu saling memasang wajah jengah.

Kayra mengambil alih koper itu kembali, dan berjalan. Namun baru dua langkah, Rama kembali merebut koper itu, sambil berkata, "aku aja yang bawa."

"Udah, aku aja. Kamu pasti capek abis perjalanan jauh."

"Enggak capek sama sekali. Makanya aku aja."

"Ram ..."

"Kay ..."

Reza yang tengah menyaksikan keduanya pun memutar bola mata, jengah. "Udah sini, biar gue aja." Ia lalu meraih kopernya, dan membuka bagasi mobil. Kemudian meletakkannya di sana, sebelum masuk dan duduk menyender pada kursi.

Sementara Kayra dan Rama saling melempar tatap, lalu tertawa.

***

BRAK BRAK BRAK

Rama yang tengah menjalankan sedikit demi sedikit perusahaan di sebuah tablet miliknya, terkejut kala pintu kamarnya di gebrak berkali-kali dari arah luar.

"Ram, buka pintunya!" Itu suara Arjuna, sang kakak.

Tanpa menyahut, Rama segera membuka kamarnya, dan-

Bugh!

Arjuna langsung menyerang pipi kirinya dengan satu buah tinju. "Kenapa lo terima perjodohan itu? Hm?!"

"Lo bosen sama Kayra? Kalau bosen kenapa gak minta putus aja? Kenapa harus lewat cara klasik kayak gini? Lo gak mikir gimana terlukanya Kayra nanti?! Di mana otak lo?!" Arjuna menekan-nekan pelipis Rama ketika berbicara.

Rama sendiri tetap bergeming. Ia tidak membalas ataupun mengelak semua perlakuan yang Arjuna tujukan padanya. Karena menurutnya, ia pantas mendapatkan itu.

"Ram, meskipun gue gini orangnya, gue gak pernah ngajarin lo buat nyakitin cewek. Seujung jari pun gue gak pernah. Kenapa lo malah gini?" Suara Arjuna sedikit melemah, ia tengah memperlihatkan kekecewaannya pada sang adik.

Rama mengusap pipinya yang memerah, dan meringis seketika. Tatapan itu kemudian terangkat pada wajah sang kakak. "Gue buntu, Bang."

"Buntu gimana?"

Rama lantas menceritakan secara detail apa yang nenek mereka katakan tempo hari. Hal itu membuat Arjuna mengacak rambutnya kasar, karena tak percaya sang nenek bisa bertindak seegois itu.

"Yang berhak ngatur hidup lo itu papah sama bunda. Bukan nenek. Jadi lo gak harus selalu kabulin permintaannya. Apalagi ini menyangkut masa depan lo, Ram."

Sejenak Arjuna mengamati hasil ulahnya tadi. "Dan gue minta maaf udah pukul lo. Gue refleks karena bener-bener emosi waktu bunda cerita."

Rama mengangguk, "gak apa. Wajar kalau lo mukul gue."

"Terus gimana? Lo udah ngomong hal ini sama Kayra?"

Gelengan Rama membuat Arjuna menghela napas. Ia tidak menyalahkan sang adik. Karena ia tahu betul bagaimana susahnya menyampaikan berita seperti itu pada orang yang paling disayang.

"Gue butuh waktu, gak mudah buat menyampaikan ini secara langsung."

Arjuna mengangguk, "gue ngerti. Dan gue gak maksa atau nuntut lo. Tapi emang lebih baik, dia tahu semuanya dari diri lo sendiri."

Tak lama, pintu terbuka. Menampakkan raga Raya yang datang dengan perut membuncit, karena ada bayi berumur 7 bulan di dalam sana.

"Ram, gimana kabarnya?" tanya wanita itu dengan ramah.

Rama mendekat, lalu menyalami kakak iparnya dengan sopan. Kemudian ia tersenyum simpul, "gak terlalu baik, Kak."

Raya tersenyum maklum. Ia juga sempat terkejut ketika ibu mertuanya itu bercerita bahwa Rama akan dijodohkan.

Mengambil tempat di sebelah Rama, Raya memperhatikan wajah adik iparnya itu dengan jeli hingga menyadari ada lebam yang tertoreh di sana.

Tatapan maut Raya lempar pada Arjuna, suaminya. "Ini ulah kamu, kan?" tebaknya, yang dibalas sang suami dengan cengiran bodoh.

"Gak papa kok, Kak. Kak Juna refleks aja tadi."

Raya berdecak mendengar pembelaan yang terlontar lewat mulut Rama. Kemudian tangannya terulur mengusap lembut surai Rama. Ia suka melakukan ini karena sudah menganggap laki-laki itu seperti adiknya sendiri. Apalagi, ditambah dengan hormon kehamilannya, yang seketika merasa bahagia kala melakukannya.

Sedangkan Rama hanya membiarkan. Mengingat sang kakak ipar juga tengah hamil besar, dan kegiatan itu tak mengganggunya sama sekali.

"Kamu kalau ada apa-apa cerita sama kita. Kita pasti bantu sebisa mungkin. Jangan suka dipendem sendiri, karena masalah kamu menyangkut banyak pihak."

Rama mengangguk, "makasih, Kak."

Raya lalu tersenyum tanpa melepas usapan tangannya pada surai legam Rama. Membuat sang suami yang duduk tak jauh dari mereka menggeram menahan cemburu.

"Udah kali ngusapnya, kan ada rambut aku. Kamu bisa ngusap sepuas kamu."

"Gak mau, rambut kamu bau."

Jawaban yang Raya lontarkan lantas membuat Arjuna mendelik tak percaya, sementara Rama malah terkekeh kecil di tempatnya.

***

Ting Tong!

Kayra yang masih mengenakan baju tidurnya pun lantas segera menuju pintu apartemen.

Tanpa menilik siapa orang itu lewat interkom, Kayra langsung membukanya dan membelalak terkejut. "Rama?"

"Pagi, Sayang," sapa Rama, si pelaku yang tadi memencet bel apartemen.

Laki-laki itu terlihat tampan pagi ini, dengan kaus oblong putih, yang terbalut jaket cokelat-tunggu,

"Oh, itu kan, jaket yang dulu pernah aku kasih ke kamu waktu kamu sakit sampe gak masuk sekolah. Jaket yang beli dua gratis satu. Kamu masih simpen?" Kayra begitu antusias melihat jaket itu. Padahal, sudah sangat lama, tapi masih saja laki-laki itu simpan.

"Habisnya nyaman, makanya aku pake." Rama kemudian menatap penampilan Kayra dari atas sampai bawah. Lalu tersenyum geli. "Kamu baru bangun tidur?"

Kayra ikut melihat penampilannya, lalu menyengir. Rama yang melihat mengacak surai gadis itu dengan sayang.

"Yaudah, sana mandi. Aku tunggu."

"Emang kamu mau ngajak aku ke mana?"

"Jalan-jalan, ke mana aja."

Sontak saja Kayra memekik kegirangan. Ia langsung mengacir ke kamar mandi, yang letaknya berada di luar kamar tidur, meninggalkan Rama seorang diri di ambang pintu.

Rama sampai dibuat geleng-geleng kepala akan tingkah sang kekasih. Lantas saja ia masuk, dan menutup pintu apartemen, hingga terkunci dengan sendirinya.

Selama Kayra mandi, Rama menelusuri tempat tinggal gadis itu saat ini, dan tersenyum lebar kala melihat begitu banyaknya foto-foto mereka berdua, yang gadis itu cetak dengan gaya polaroid dan digantung di sekeliling kamar dengan kabel lampu hias sebagai talinya.

Manik Rama kemudian menangkap sebuah buku berwarna ungu pastel di atas meja belajar Kayra. Ia meraihnya, dan membaca isi dari buku itu.

Rupanya, itu sebuah jurnal mengenai apa saja yang gadis itu lalukan di setiap bulannya. Sesampainya di tengah buku, Rama menemukan sebuah catatan panjang yang rupanya sebuah curhatan gadis itu mengenai betapa rindu dan besar cinta Kayra pada Rama.

Rama membaca dengan seksama, hingga tanpa sadar matanya berkaca-kaca, mengingat berita yang harus ia beritahu pada gadis itu segera.

Ram, 143 ...

Dengan kata itulah curhatan Kayra diakhiri. Rama kemudian meraih pulpen yang tergeletak di atas meja, lalu menuliskan sesuatu di bawah kata itu.

520, Kay :)
Thank you for loving me and spend our time together.

Usainya, Rama cepat-cepat menutup buku itu dan meletakkannya kembali di tempat semula. Merebahkan diri di kasur, Rama lalu meraih ponsel, dan larut tak lama kemudian. Hingga kantuk datang, membuatnya tertidur beberapa menit setelahnya.

Kayra yang baru selesai mandi dengan pakaian kasualnya pun dibuat gemas akan tingkah sang kekasih. Ia kemudian meraih ponsel yang tengah diisi dayanya, dan memotret laki-laki itu. Kemudian dengan usil, ia mengunggahnya di Instagram.

kayrayunda nyenyak banget bobonya, haha. sweet dreams, yang katanya mau ngajak jalan tapi malah ngebo 😘❤️

Usainya, ia meraih selimut di lemari, lalu dibalutnya ke tubuh Rama. Laki-laki itu terlihat begitu lelah. Apa ia sedang banyak kerjaan? Atau justru banyak pikiran?

Kayra ingin bertanya pada laki-laki itu. Mengenai tangis kemarin, ataupun pelukan kemarin. Ia hanya merasa, ada yang tidak biasa dari cara laki-laki itu bertindak.

Semoga saja, gak ada hal buruk yang terjadi, batin Kayra sembari menatapi raga Rama yang tenang dalam tidurnya.

🐻

sampai bertemu di hari Jum'at/Sabtu mendatang 👋🏻😃

-

Terima kasih sudah selalu mensupport kak fi dan polar bear yaa ❤️❤️❤️

-nafiaaw

Continue Reading

You'll Also Like

RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.7M 226K 68
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.9M 284K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
6.7M 219K 75
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
481K 5.8K 22
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+