Neo City : The Game Is Called...

Oleh jeongharuu

175K 25.2K 3K

book 2 dari Neo City: Unexpected Phenomenon Kelanjutan dari petualangan para anggota tim NCT yang memiliki ke... Lebih Banyak

introduce
introduce(2)
Lv.00 : End to Start
Lv. 01 : Kehidupan yang Tenang(1)
Lv. 02 : Kehidupan yang tenang(2)
Lv. 03 : Kehidupan yang Tenang (3)
Lv 04. Kehidupan yang Tenang (4)
Lv.05 : Kehidupan yang Tenang (5)
Lv. 06 : Kehidupan yang tenang(6)
Lv. 07 : Terusik
LV. 08 : Terusik (2)
Lv.09 : Terusik (3)
Lv. 10 : Terusik (4)
Lv. 11 : Solusi
Lv. 12 : Solusi (2)
Lv.13 : Solusi (3)
Lv. 14 : Solusi (4)
Lv. 15 : Diskusi
Lv. 16 : Diskusi (2)
Lv. 17 : Diskusi (3)
Lv. 18 : Persiapan
Lv. 19 : Misi Dimulai
Lv.20 : Misi Dimulai (2)
Lv. 21 : Memasuki Game
Lv. 22 : Berkemah di gua kelelawar
Lv. 24 : Melanjutkan Perjalanan
Lv. 25 : Desa Kelahiran Kembali
Lv. 26 : Berusaha untuk Mengingat
Lv. 27 : Rencana Selanjutnya
Lv. 28 : Berusaha untuk Mengingat (2)
Lv. 29 : Berpisah
Lv. 30 : Berpisah (2)
Lv. 31 : Berpisah (3)
Lv. 32 : Berpisah(4)
Lv. 33 : Merindukanmu
Lv. 34 : Merindukanmu(2)
Sembilan Putra Dewa
Lv. 35 : Leveling (1)
Lv. 36 : Leveling (2)
Lv. 37 : Leveling (3)
Lv. 38 : leveling (4)
Lv. 39 : leveling (5)
Lv. 40 : Leveling (6)
Lv. 41. Leveling (7)
Lv. 42 : Kerusuhan
Lv. 43 : Bertemu Kembali
Lv. 44 : The Truth
Lv. 45 : Bimbang

Lv. 23 : Berkemah di Gua kelelawar (2)

4.2K 604 73
Oleh jeongharuu

Setengah jam kemudian, tim yang bertugas untuk melakukan pembersihan gua akhirnya kembali. Mereka memiliki ekspresi yang sangat santai, berbanding terbalik dengan ekspektasi yang Jaemin bayangkan sebelumnya.

Ia awalnya berpikir bahwa Mark pasti akan berteriak dan menjerit-jerit saat melihat makhluk yang ada di dalam Gua. Namun dia lupa satu hal, Mark adalah ketua kelompok khusus dari kepolisian yang sudah pernah melihat segala macam hal di dunia. Sungguh konyol kau Na Jaemin!

"Selesai?" Tanya Ten.

Johnny mengangguk singkat, "setelah ini sebaiknya kita masuk, namun kita harus berburu terlebih dahulu untuk mengisi perut."

"Berburu? Bukankah ini hanya game?" Tanya Winwin.

"Ya, tapi jiwa kita ada didalam game ini. Dan otomatis tubuh yang kita miliki sekarang juga memerlukan makanan untuk bertahan." Jawab Yuta.

Winwin hanya mengangguk kecil sambil ber'oh' ria.

"Aku akan berburu unggas kalau begitu" tawar Jeno.

Jaemin yang melihatnya mengambil inisiatif langsung mengangkat tangan kanannya, "aku ikut dengan Jeno!! Jisung kau juga!"

Jisung mendelik tajam, "apa-apaan!"

"Tidak apa, aku juga akan ikut denganmu.." ujar Chenle sambil menepuk-nepuk punggung Jisung cukup keras.

"Aku akan mencari sungai dan membawa air kembali untuk minum.." ujar Kun.

"Aku akan menangkap ikan!!" Winwin berkata dengan penuh semangat. Ia tak sabar untuk menunjukkan keahliannya dalam menangkap ikan.

"Kenapa aku merasa bahwa...ini lebih seperti perkemahan musim panas daripada melakukan misi penting?" Tanya Ten yang berdiri tak jauh dari Johnny.

"Entahlah.. kurasa mereka seperti ini karena kita belum menemukan bahaya yang sesungguhnya." Jawab Johnny, nadanya sedikit melunak.

Ten hanya memandangnya sekilas lalu kembali menatap teman-temannya yang seperti siswa sekolah dasar. Meski begitu, pikirannya berada di tempat lain. Ia menyadari nada bicara Johnny sedikit berbeda dengan yang ada di ingatannya saat insiden new gen.

Johnny yang sekarang adalah Johnny yang tenang dan lembut saat bicara dengannya, namun tiga tahun lalu dia adalah seorang yang sangat dingin. Bahkan padanya.

Apa itu karena pengaruh usia? Atau Johnny berubah karena sesuatu? Ten sangat penasaran.

Ketika ia sibuk melamun sebuah tangan menepuk pundaknya cukup keras dan membuatnya kembali tersadar. Itu Yuta, si 'rambut merah'. Ten memanggilnya begitu karena rambutnya yang sangat ikonik, berwarna merah mencolok. Ia menoleh pada pria Jepang itu.

"Apa?" Tanya Ten.

"Kau mau ikut dengan siapa? Atau mau tetap disini?" Tanya Yuta.

"Aku ingin diam saja, melelahkan melakukan itu semua..." Ten mendudukkan dirinya di atas rumput dengan lesu.

Yuta hanya bisa menggelengkan kepalanya, temannya ini benar-benar....

"Baiklah, aku pergi kalau begitu." Ia melambaikan tangannya dan mengikuti Winwin yang sudah berjalan lebih dahulu bersama Kun dan Renjun.

Ten menatap sekitarnya, hanya ada dia, Johnny, Taeil, Doyoung, Jaehyun, serta Lucas yang tengah tidur dibawah pohon akasia dengan paha Jungwoo sebagai bantalnya. Sisanya mengumpulkan makanan.

"Kenapa anak-anak itu tidak menyediakan bahan makanan saat kita memasuki game? Setidaknya kita tidak perlu mencari-cari seperti ini." Ten kembali bertanya.

"Hyung, saat ini belum ditemukan teknologi untuk mengubah benda nyata menjadi sekumpulan data. Ini adalah game, sistem data yang dibuat dari sekumpulan kode. Yang dirancang sedemikian rupa hingga menjadi seperti ini, dan apa yang ada di dalamnya juga merupakan data. Termasuk kita." Jawab Lucas panjang lebar.

"Lalu kenapa kita bisa memasuki dunia data ini sementara makanan tidak?" Doyoung ikut bertanya.

"Kesadaran." Jawab Haechan yang baru saja datang.

Semuanya melirik kearah datangnya suara, Haechan, Taeyong dan Mark membawa banyak buah-buahan liar yang mereka petik dan juga beberapa tanaman aneh yang tidak mereka ketahui.

"Maksudnya?" Tanya Ten.

"Belum ada alat untuk bisa membuat seseorang menjadi data, tapi alat untuk menangkap kesadaran dan gelombang otak manusia sudah aja sejak dua tahun lalu. Anak-anak itu menggunakan cara kerja mesin yang menggunakan gelombang otak kita untuk membuat alat ini. Demikian pula dengan kacamata holografik yang dibuat oleh pengembang game." Jelasnya.

"Maksudmu secara fisik kita baik-baik saja dan hanya dalam keadaan tidak sadar, sementara kesadaran kita diubah menjadi data dan berada di dalam game seperti ini?" Ujar Taeil.

"Persis seperti itu." Jawab Haechan.

"Makanan tidak memiliki kesadaran, itu sebabnya mengapa anak-anak itu tidak menyertakan makanan pada kita." Sela Johnny.

"Sial! Ikan disini sangat besar!! Apa itu bukan hewan yang bermutasi?" Ujar Yuta yang telah kembali dari memancing bersama Winwin, Kun, dan Renjun.

Winwin hanya tertawa terbahak karena reaksi Yuta yang menurutnya sangat lucu, sementara Kun dan Renjun hanya diam.

Dipundaknya, Yuta menyampirkan sulur tanaman dengan beberapa ikan. Begitu pula dengan Winwin, berbeda dengan Kun dan Renjun yang membawa batang bambu yang cukup panjang untuk menampung air.

"Cepat sekali." Komentar Jungwoo.

"Ikannya mudah ditangkap, hanya saja ukurannya yang besar membuatku sedikit kewalahan saat menangkapnya." Jawab Yuta. "Kupikir dengan tubuh besar seperti itu, ikan-ikan disini akan sangat gesit dan sulit ditangkap."

"Ini ukuran normal, untuk kampung halamanku." Sela Winwin.

"Yaahh... daerah-daerah yang masih memiliki udara bersih pasti hewan disana juga sangat baik." Ujar Taeil.

"Kami menangkap sembilan ekor, satu untuk dua orang." Ujar Yuta. "ini cukup besar sehingga kita bisa berbagi dengan yang lain."

Ten mengangguk, "belum lagi Jeno sedang mencari unggas liar, bukankah kita terlalu serakah?"

"Jangan lupakan buah-buahan yang dipetik mereka." Sela Johnny.

"Aku rasa untuk buah-buahan sebaiknya kita simpan untuk bekal." Saran Jaehyun.

"Ide bagus, kalau begitu kita hanya makan ikan dan unggas bakar untuk malam ini." Ujar Renjun.

"Kami kembali!!" Ujar Jaemin dari jauh, di tangannya terdapat beberapa burung yang diikat terbalik. Senyumnya mengembang karena puas akan hasil buruan mereka. Dibelakangnya, Chenle, Jisung, Jeno mengikuti.

"Jika semua sudah berkumpul, ayo masuk. Matahari akan terbenam sebentar lagi, dan banyak bahaya yang mengincar. Apalagi kita masih di level rendah." Ujar Johnny sambil berdiri dan menepuk-nepuk pakaiannya yang terkena debu.

Yang lainnya mengangguk paham lalu mereka berjalan bersama menuju ke dalam gua yang sudah di bersihkan sebelumnya.

"Hei Chenle! Gunakan sihirmu untuk membuat cahaya!" Ujar Ten.

"Tentu!" Jawab Chenle, ia lalu mengayunkan tongkat pendek yang dibawanya dan merapal mantra. Setelah itu seberkas cahaya muncul perlahan dari tongkatnya.

"Winwin, kau seorang summoners. Panggil hewan milikmu yang memiliki elemen api." Ujar Yuta.

Winwin mengangguk, ia mengikuti instruksi Yuta dan memanggil hewan summoners nya. Yang seekor burung kecil. "apa yang harus kulakukan?"

Yuta mengambil sebuah batang pohon yang cukup besar lalu menyodorkannya pada pemuda summoner itu. "Bakar ujungnya."

Setelah itu, burung kecil itu menembakkan api dari mulutnya ke kayu yang disodorkan Yuta. Tak butuh waktu lama, itu cepat terbakar dan burung itu berhenti menyemburkan api.

Setelah mendapatkan api, Yuta berjalan lebih dulu lalu berhenti di tengah gua. Ia menoleh kearah Lucas dan melambaikan tangannya. "Kemari, bawa semua ranting-ranting itu!"

Lucas mengangguk kecil lalu berjalan menuju tempat Yuta berada sambil menyeret seikat besar ranting kayu. "Disini?" Yuta mengangguk.

"Susun beberapa, setelah itu aku akan menaruh kayu ini diatasnya." Ujar Yuta.

"Tentu." Lucas mengikuti arahan, dan tak lama member yang lain sudah ada di sekitar mereka.

"Kamp musim panas yang sangat alami..." Ujar Ten.

"Ini pertama kalinya aku berada di alam liar." Doyoung berkata jujur.

"Aku sering pergi untuk berburu dengan ayahku, tapi itu sudah lama sekali..." Chenle.

"Berburu? Kau masih kecil sudah pergi ke tempat seperti ini?" Tanya Taeyong.

Chenle mengangguk kecil, "aku tidak suka diam dirumah, jadi aku ingin pergi kemana pun itu asalkan menyenangkan."

"Ketika aku seusiamu, aku lebih suka menggunakan waktuku untuk pergi ke perpustakaan kota.." ujar Taeil.

"Kolot sekali..." Ejek Jisung.

Taeil tertawa, "ya, tapi itu menyenangkan...belum lagi penjaga perpustakaan itu sangat baik."

"Apa kau menyukainya?" Tanya Jaehyun penasaran. "Maksudku...suka dalam arti kau memiliki perasaan untuknya.."

Semua orang menatap Taeil dengan penasaran, menuntutnya untuk memberikan jawaban yang memuaskan.

Taeil menggeleng pelan, "meski dia baik, aku hanya menganggapnya sebagai kakakku."

Entah mengapa Doyoung merasa lega setelah mendengar jawaban itu, tapi ia juga sedikit bimbang. Apakah perasaannya juga hanya akan dianggap sebagai teman semata? Ia tidak bisa untuk tidak merasa kurang percaya diri.

Taeil mengamati ekspresi Doyoung, ia hanya tersenyum. Ia tidak tahu apa yang dipikirkan oleh pemuda yang menurutnya mirip kelinci itu, namun entah mengapa ia merasa bahwa dirinya bersalah karena Doyoung menjadi sedih seperti itu.

"Kalian akan terus mengobrol? Apa kalian tidak lapar?" Sarkas Renjun.

"Aku lapar!!" Chenle berlari menuju Renjun dan mengambil ikan bagiannya. "Jisung, ayo kita berbagi?"

"Un" Jisung mengangguk kecil. Dengan cepat Chenle berjalan kearahnya dan duduk dekat dengan si pemuda bermata sipit itu.

Matahari sudah terbenam, sinar oranye merambat ke dalam gua yang gelap. Perlahan meredup lalu hilang digantikan oleh cahaya malam dari sang Dewi malam.

Mereka bercanda, tertawa bersama dan saling berbagi informasi mengenai kehidupan mereka selama ini. Membuat suasana menjadi hangat dan harmonis, menyingkirkan semua kecanggungan yang tersisa dan mempererat hubungan antara satu dengan yang lainnya.

Ketika makanan sudah habis, semua orang tertidur pulas. Puas dengan apa yang mereka makan. Hanya ada beberapa yang berjaga untuk beberapa jam kedepan, setelah itu mereka akan melakukan pergantian jaga.

To be continue
_________________

Maap ges aku telat lagi :')

Oh iya, buku mom for us aku udah selesai sebenarnya. Nah aku mau buka PO pdfnya dua Minggu lagi (mungkin) yang mau ikut siap-siap ya...

Ada banyak extra chp disana, dan gak bakal aku publis di wp tapi cerita yang ada di wp gabakal aku unpub

Sekian info nya

Bye

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

108K 212 4
-Cerita ini bukan untuk anak dibawah umur. 🔞 Cerita Dewasa ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat , foto, dan kejadian ataup...
53.8K 93 9
Hana dan ceritanya yang panas
38.8K 2.6K 200
Penulis: Ziyue Youlan Jenis: perjalanan waktu dan kelahiran kembali Status: Selesai Pembaruan terakhir: 20-01-2024 Bab Terbaru: Daftar Bab Bab 297 Ta...
17.5K 3.4K 21
[ JANGAN LUPA UNTUK FOLLOW TERLEBIH DAHULU, SEBELUM MEMBACA YA! ] "GUE? JADI ANTAGONIS? YANG BENER AJE LO!" - SALSA KAMANIYA SHAENETTE. "GUE SUDAH ME...