Pers Kampus 2.0✔

Galing kay Allyoori

214K 23.6K 4.5K

╰Pers Kampus 2.0╮ ⚠️⚠️ Chapter lengkap Pers Kampus dan Pers Kampus 2.0 dengan chapter tambahan, dapat dibaca... Higit pa

1 : Hello, Setengah Periode!
1.1 : Hello, Setengah Periode!
1.2 : Hello, Pers Kampus!
2 : Suhu Dingin
3 : Jelousy, Photo
4 : Terkucilkan
5 : Litbang VS Perusahaan
6 : Kejutan Parkir Atas
7 : Fall In, Silent
8 : Gossip Girl, Kumpul Kios
9 : Please ... Dont Let Me Doubt About Us
10 : Kekanakan
11 : Ups!
12 : Ghibah
13 : Menjadi Asing
14 : Too Late, To Realize It
15 : I Wish
16 : Pulpy Orange
17 : Go Public
18 : Pregnant?!
19 : Arya, Setahun Lalu
20 : Hurt Road
22 : Smile On Me
23 : See You, When I See You
24 : Senin di Malam Rabu
25 : Even Now, Its Still You
26 : Still Want To Believe
27 : Bintang dan Peri yang Membebaskan Hati
28 : Another Man
29 : Dan Terjadi Lagi
Video : 1
30 : Nama yang Masih Menjadi Jawabannya
Twitter : 1
31: No One To Be Wrong
32 : Soal Ada dan Tidaknya Rasa
33 : Tertangkap Mata
34 : Peluk Untuk Arya
35 : You Should Choose
36 : I Dont Love You
37 : Not Mine, Not Fine
38 : Re-call
39 : On - Track
40 : Content Iklan
41 : Firasat
42 : Pelantikan
43 : Guncangan
44 : Begin Again
45 : Punch
46 : Stories They Dont Know
47 : Awkward Silence
48 : Candy Crush
49 : Have A Lunch With Siddiq
50 : Jangan!
51 : Menunggu di Depan Pintu
52 : Talking To
Photo : 1
53 : Menyerah
54 : Am I Right To Be Like This?
55 : After We Broke Up
62 : Something Flutter
63 : The Way I Like You
Untuk Para Pembaca, dari Orion
75 : Angkatan 16 - Dinding Terakhir
Dari Pembaca, Untuk Pers Kampus
Special Chapter : Video
GIVEAWAY PERS KAMPUS!
PO ke - 2 Novel PERS KAMPUS

21 : Srimulat

2.5K 370 132
Galing kay Allyoori

Dua hari berlalu sejak Arya mengakui anak yang dikandung Sindy adalah anaknya. Sejak saat itu, Jinan, Orion dan Sian terus menerus mengadakan rapat. Agak berlebihan disebut rapat karena ketika mereka berkumpul di warkop, hanya diisi obrolan tidak penting.

Dari mau kasih hadiah apa saat lahiran anak Dodoy nanti, sampai ide gila Orion – Sian yang keukeuh pengen pake wig supaya bisa menyamar saat jalankan misi.

Terkadang, Siddiq, Arya, dan Hanif ikutan rapat mereka, supaya tahu rencana apa yang akan mereka jalankan. Tapi berakhir menyesal mendengar topik tidak penting yang dibahas sampai dua jam lebih.

Mereka pun lekas pergi, daripada semakin gila mendengar Sian yang ingin mencoba menyamar jadi Tukang Cilok ala – ala Intel BIN atau Orion yang pengen banget minjem walkie talkie milik Resimen Mahasiswa biar kaya James Bond. Jangan kalian kira Jinan paling normal, malahan lelaki jangkung itu ingin mencoba menjajal kemampuan aktingnya berpura – pura sebagai Ibu Pejabat yang mau ajak kerja sama Universitas buat vaksin tetanus.

Alasannya, supaya bisa masuk rektorat tanpa dicurigai, karena seluruh pejabat rektorat sudah hafal betul dengan wajah anak lelaki semata wayang-nya Rektor dan Professor Hukum Universitas Kartawirya Arjuna itu.


Intinya sih mereka ...


Sinting semua.




"Gue kok makin hari makin khawatir ya ngeliat mereka."

Siddiq menatap Daniel yang menggigiti kukunya cemas.

"Khawatir kenapa?"

"Ya, Bang. Lo tahu Jinan, Sian, Orion, Brian dan Lucas banyolnya kaya apa? Gue ragu."

Siddiq tertawa.

"Kalo ngeliat tingkah mereka sekarang sih, Abang juga ragu. Tapi Niel,"

Daniel yang tadi sibuk nyedot Nutrisari Jeruk di gelasnya menatap Siddiq yang duduk di hadapannya.

Mereka kini ada di pojokan Kantin Teknik.

Jangan lupa, kalau Siddiq dan Daniel ini satu fakultas. Yang satu Arsitektur, yang satu lagi Sipil. Meski Daniel lebih sering Jaiz dan Salwa sebut Tukang Bangunan.

"Lo tahu, dulu Abang nunjuk Brian jadi Pemimpin Litbang bukan tanpa alasan. Nawarin Orion jadi Pemimpin Redaksi juga ada alasannya. Apalagi Jinan dan Sian, yang sekarang jadi pemimpin. Lucas, sih, gak tahu ya, tapi Abang yakin, dia juga punya kemampuan kalau ngeliat Sian percaya sama anak itu megang SDM. "

Siddiq tampak berpikir sebentar, "untungnya sih, yang punya rencana sekarang Jinan, Orion sama Sian doang. Bayangin kalau sama Brian atau Lucas?"

Daniel terkekeh. "Grup Srimulat doang itu."

"Kita kasih mereka kepercayaan aja, Abang yakin mereka gak akan ngelakuin sesuatu yang ngerusak Pers Kampus, Arya dan diri mereka sendiri kan?"

"Semoga aja Bang."


Harapan Daniel dan Siddiq tidak salah,


Tapi .....


"AYO! Kita bobol ruang Rektor aja, ambil capnya."



Orion memukul kepala Sian dengans sedotan yang ada di tangannya.

"Lo mau jadi maling? Salah – salah kita bisa ditangkep polisi."

Orion menghela nafas sebentar kemudian menatap Jinan yang ada di sampingnya.

"Kita kan punya anaknya di sini. Suruh dia aja yang panggil. Gue denger dari Wendy kalau pencurian antar keluarga itu, bisa gak dilaporin polisi. Jadi lebih aman."

Jinan menatap senior di sampingnya tak habis pikir.

"Enak banget lo ngomong Bang. Gitu – gitu Bapak gue mantan Jaksa, Nyokap gue pernah jadi Hakim, bukan dipenjara di rutan, bisa – bisa gue langsung dieksekusi mati di tempat."

Bulu kuduk Jinan meremang sendiri membayangkannya. Sian dan Orion manyun, gagal deh rencana mereka.

"Lo sama Siddiq udah ngomong belum sama Wakil Rektor 3?" tanya Sian.

"Udah, kata Warek 3 sih, harus ada alasan kuat dulu kenapa sidang pertanggung jawaban Fikom gak bisa dilaksanakan dan LPJnya kenapa harus dipercepat. Kita 'kan gak lagi dalam keadaan darurat bencana."

Orion menjentikan jarinya, "tapi kan ada Corona virus tuh? Bahaya tahu!"

"Iya. Itu juga udah dijadiin alesan sama Bang Siddiq."

"Terus?" tanya Sian dan Orion berbarengan.

"Tapi tetep harus ada permintaan resmi dan DAMFikom, DAMU, dan BEMU atas ini. Kalau bukan mereka yang minta, pihak kampus gak bisa gitu aja ngelarang. Nantinya bisa dicurigai penyalahgunaan wewenang. Harus ada kesepakatan kedua belah pihak. Antara Ormawa dan pihak Kemahasiswaan," jelas Jinan.

"Rumit juga. Kalo lo ke DAM-Universitas sama BEM-Universitas gimana?"

Sian mengulum bibirnya, berusaha mencari kalimat yang tepat. "Gue udah ngomong sama DAM-U, BEM-U bahkan Ikatan Alumni Kampus. Bisa sih lengser tanpa sidang pertanggung jawaban dan LPJ dilaporkan dua bulan lebih cepat, cukup laporan pertanggung jawaban aja yang dikasih, tapi harus ada alasan konkrit atau permintaan resmi dari DAMFikomnya juga."

Orion mengangguk mengerti, "Kandungan Sindy, bakalan makin gede kalo lebih dari dua bulan. Kita harus cepet. Bisa keburu ketahuan. Kita juga tahu 'kan, informasi itu bisa nyerempet cepet banget."

Sian dan Jinan paham dengan apa yang dimaksud Orion.

"Kalau gitu, ayo kita buat alasan konkrit buat mereka."

Alis Jinan dan Sian berkerut bingung, "caranya?"


.....


Maka malam itu, Orion, Jinan dan Sian memutuskan memakai pakaian hitam-hitam bahkan masker yang menutupi setengah wajah mereka dan mengendap – ngendap di sekre DAM-U.

Pukul 11:17 WIB dan lorong ormawa sepi sekali.

Jarak sekre DAM-U dengan sekre Pers Kampus adalah 6 ruangan sekre.

Harus terus lurus 3 sekre dari Pers Kampus, belok ke kiri melewati 3 sekre dan sampai di sekre DAMU yang terletak di Per-empatan lorong. Seperti rumah tusuk sate.

Jinan, Orion dan Sian sudah berada di depan pintu masuk, siap melakukan aksi mereka.

"Kan maling itu gak boleh. Kalo kita diliat orang, terus dilaporin gimana?"

Orion dan Sian menatap Jinan jengah.

"Kita ini siapa? Pers Kampus, Jurnalis Mahasiswa. Kita dibolehin gak liat dokumentnya?"

Jinan mengangguk mendengar pertanyaan Sian," Boleh, lah. Itu udah hak kita, jadi badan pengawas. Ngambil aja boleh."

Sian menjentikan jarinya, "Itu dia. Kita cuman ngambil hak kita tanpa sepengetahuan pengurus DAMU aja. Minjem doang, ntar kita balikin. Maling bukan itu?"

Jinan menggeleng," Bukan."

"Eh, btw kalian ngerasa aneh gak, sih?" Pertanyaan Orion yang tiba – tiba membuat Sian dan Jinan alih fokus.

"Aneh kenapa?" tanya Jinan.

Orion menggerekan hidungnya seperti anjing, mengendus bau yang sedari tadi menganggunya.

"Apa gue aja, atau emang ini bau bunga melati?"

Sian dan Jinan ikutan lakukan hal serupa.

"Ih iya anjir, bau melati," jengit Jinan terkejut.

"Kok gue tiba – tiba keinget kalo gedung kegiatan mahasisw ini, khususnya lorong Ormawa itu bekas kuburan ya?"

Jinan melotot, "gue malah dengernya bekas rumah sakit!"

Orion mengangguk, "gue juga dengernya gitu, terus lorong ormawa tuh bekas kamar mayat. "

Ketiga saling memandang horror. Jantung mereka berdetak lebih cepat, dahi mereka tiba – tiba mengeluarkan keringat dingin.

"Udah – udah, masuk aja sana. Biar cepet beres. Baunya makin menyengat nih," titah Jinan menatap Sian.

"Kok lo nyuruh gue? Lo aja sana duluan," tunjuk Sian.

"Lo aja An, lo kan udah sering main kesini. Tahu denah dan tempat nyimpennya." Orion ikut memberi perintah.

"Ya lo juga suka sini Nan!" dengus Sian tak terima.

Tapi Orion dan Jinan keburu menumbalkan Sian untuk masuk lebih dulu ke dalam sekre.

"Bismillah dulu, terus istigfar banyak – banyak," pesan Jinan.

Sian mendorong pintu Sekre DAMU yang lebih canggih daripada pintu kayu lapuk milik sekre mereka.

Orion gatal ingin mengomentari, "Keren amat, pintunya dari kaca anti tembus pandang, terus bisa digeser lagi."



"AAAAAA!"



Orion dan Jinan yang masih diluar pintu lekas masuk begitu mendengar teriakan Sian.

Mereka mendapati Sian sudah terduduk dengan tatapan horror.

"Kenapa An? Lo kerasukan nyet? Astagfirullah eling An!" Orion langsung komat kamit baca Ayat kursi.

" Udah gue bilang banyakin istigfar, SAHA IEUU? MAUNG LAIN? HAYANG KOPI NAON? STARBUCK? CHATIME? XI BOBA? NGOMONG! " Jinan memegang kening Sian. Seperti dukun hendak baca mantra.

Bacaan Ayat Kursi Orion terhenti, naasnya otak miliknya langsung ngeblank begitu mengikuti arah pandang Sian.

Jinan juga demikian, sudah ikut terduduk bersama Sian. Mereka duduk dengan wajah terkejut dan mulut menganga.







"Loh? Bang Sian? Bang Orion? Bang Jinan? Lagi pada ngapain di sini?"

Sekre DAMU itu luas, ruangan mereka berbentuk letter L, dan sekarang tiga srimulat itu melirik suara yang baru saja muncul dari tembok sebelah kiri mereka.


"Eshan?" tanya Jinan lemas.


Eshan melirik orang yang berdiri di sebelahnya, "Yes, lo kalo shalat mukenanya langsung dilepas dong."

Orang itu melirik Eshan dengan wajah terkejutnya.

"Baru mau gue lepas, tapi tiba – tiba ada yang masuk, terus teriak, baca Ayat kursi, dan nawarin starbuck, chatime sama Xi Boba."

Masih dengan wajah terkejutnya orang itu membuka atasan mukena warna putihnya.

Membuat Jinan, Orion dan Sian terkejut sekaligus lega secara bersamaan.

"YESHA?"

Yang dipanggil mengangguk.

"Iya aku Yesha."

Tiga senior di Pers Kampus itu mengusap wajah mereka kasar, dan sesegera mungkin menenangkan detak jantung mereka yang berdetak tak karuan.

"Weh, kok sekre jadi rame?" Dari arah pintu, muncul si gembul Deon dan Janu.

Membawa kantung kresek besar, dari wanginya sih ketahuan kalo itu Nasi Goreng Tirtayasa favorite Jinan.

Ketiga 'maling' pun ditenangkan oleh Naura yang memberi mereka tiga gelas teh hangat. Duduk berjajar, berhadapan dengan lima anak ayam pers Kampus mereka.

Jinan mengernyit mencium bau melati yang semakin kuat,

"Kok bau melatinya makin kerasa sih?" desis Jinan pelan.

Naura yang mendengarnya langsung menajwab, "Ini emang Teh Melati Kak. Aku bawa dari Rumah. Kata Bunda ini bagus buat meredakan stress."

Orion dan Sian mendesis bersama, "bukan meredakan, tapi malah bikin stress. "

Jinan mengangguk, merutuki kebodohannya dan teman – temannya.

"Jadi, kenapa kalian kok bisa ada di sekre DAMU?"

"Kan Bang Sian yang nyuruh," jawab Janu.

Sian keselek saat meminum Tehnya. "Gue?" tunjuknya pada dirinya sendiri.

Ke lima anak ayam mengangguk.

"Kita kan minggu depan magang Litbang. Terus Abang nyuruh kita buat deketin semua anak ormawa. Terutama DAMU yang suka susah diajak kerja sama," ujar Deon.

Naura meneruskan ucapan Deon, "kalau cuman main ke sekre aja, cuman bentar, gak bisa langsung deket."

"Terus, kita mikir gimana cara deketinnya?" lanjut Yesha.

"Pas minggu kemaren, ada pembukaan panitia buat Pemilihan Presiden Mahasiswa bulan depan, Kita daftar deh jadi volunteer," tutup Eshan.

"Sekarang kita lagi masa persiapan. Disuruh senior DAMU buat bikin ngerapihin LPJ tiap ormawa kampus dari tiga tahun ke belakang. Karena banyak banget, jadi kita mutusin nginep bareng di sini. Udah diijinin kok sama Ketua Komisi nya," jelas Janu.

Ketiganya mengangguk kembali bersamaan, merutuki kebodohan mereka bertiga.


......


Selepas malam itu, sebuah berita mengejutkan datang.

Lucas yang pertama heboh berlari ke dalam sekre,

"BANG! BANG! DAMU bikin masalah!"

Wishaka yang duduk di kursi putar depan computer berdiri menghampiri Lucas.

"Masalah apa?"

"Bang Sian mana? Gue mau laporan Bang, exclusive nih."

"Udah, sama gue aja. Sian paling masih kelayapan."

"LPJ semua Ormawa yang disimpen DAMU, cetakan aslinya, HILANG!"

Alis Wishaka tertaut, "LPJ Ormawa mana?"

"Semuanya Bang! LPJ 3 tahun ke belakang, banyak yang bolong. Terutama punya Ormawa FIKOM. Semuanya. Prmawa fakultas lain yang ilang paling cuman lima sampai tujuh LPJ dari 3 tahun itu, tapi FIKOM cuman nyisa satu, itupun LPJ Pers Kampus jaman Bang Siddiq yang aman. Punya BEMU aja ilang, " cerita Lucas.

"Kok bisa, sih?" Jaiz yang sedari tadi mendengarkan bersama Wira, Salwa, Mark, dan Dana di sana bertanya.

Lucas yang pegal berdiri akhirnya duduk di atas karpet.

"Katanya sih, pas anak volunteer buat rekapan data LPJ, dan mereka meriksa semua LPJ, banyak banget yang bolong dari data yang harusnya. Padahal kan cetakan asli LPJ itu cuman DAMU dan si Ormawa yang pegang. Sisanya bentuk soft file. Jadi sekarang DAMU lagi kelimpungan nyari kemana LPJnya."

"Gak ada yang dicurigain gitu?"

"Awalnya si anak volunteer ini didesek kan. Ditanya ada kali satu jam lebih. Tapi pas liat isi lemari, emang bener gak ada. Gak mungkin juga mereka berlima maling LPJ, buat apa? Dikiloin juga paling dapet berapa, sih? Buat Jajan chatime aja gak cukup. Terus pada curiga ada yang buang atau ngambil orang luar 'kan. Itu doang yang aku tahu, gak tau kelanjutannya. Aku langsung lari ke sini."

Suara grasak – grusuk datang dari arah pintu, Arya dan Siddiq yang datang tergesa – gesa.

"Petugas kebersihan yang angkutin ternyata. Katanya, ada anak DAMU yang minta itu dibersihin. Terus semua LPJnya itu udah dibawa ke TPA."

Begitu masuk, Arya langsung menjelaskan. Melengkapi cerita Lucas.

"Gue dapet kabar nih dari anak BEM-U, katanya semua ormawa disuruh bikin cetakan asli lagi. Warek 3 marah – marah, minta DAMU segera beresin kekacauan ini," lapor Wira sembari melihat ponselnya.

Salwa juga melihat ke arah ponselnya," DAMFikom sekarang lagi kacau banget. Mereka lagi sibuk ngehubungin semua alumni mantan pejabat ormawa Fikom."

Tangan Wishaka mengusap dagu runcingnya, "Mereka ilang paling banyak sih. Pasti sibuk banget, apalagi Ormawa Fikom tuh terkenal gak rapih nyimpen arsip. Untung Hukum gak gitu."

Anak Fikom di sana pengen protes, tapi apa yang diomongin Wishaka emang bener.




"ASSALAMMUALAIKUM PARA CALON PENGHUNI KUBUR!"

Teriakan nyarin Jinan menggema satu sekre. Semua pasangan mata yang ada di dalam menatapnya, termasuk Sian dan Orion yang ikutan masuk dengan wajah cerah.

"Dateng juga yang gue tunggu," sahut Siddiq.

Tiba – tiba saja, Arya mendapat telfon. Melihat siapa yang memanggil dia langsung menjawabnya dengan cepat.

"Halo, Doy."

Tahu Dodoy yang menelfon, semua diam mendengarkan Arya.

"Lu udah bikin? Okey."

Telfon ditutup Arya.

"DAMFikom, mutusin buat gak bikin Sidang Pertanggung jawaban tiga bulan ke depan. Termasuk Sidang BEMFikom, DAMFikom, dan Himpunan. Mereka semua fokus buat ngerapihin arsip data, barusan Dekan Fikom ngadain rapat darurat, semua ormawa Fikom kena tegur. Jadi, sebagai gantinya, cukup pemberian LPJ, dan minggu depan udah bisa diterima."

Siddiq mengangguk, "Gue tahu Dodoy anaknya rapih, dia pasti udah beres bikin LPJ kan?"

Arya mengangguk, "Bahkan besok pun dia rencana mau langsung ngasih LPJnya. Pelantikan Para Ketua baru pun bakal dipercepat. Bulan depan udah mulai. Secara simbolik dan sederhana aja katanya."

Semua orang di sana mengangguk mengerti sekaligus lega. Dengan begitu, mereka tak akan mendengar Arya mengaku sebagai Bapak dari anak yang dikandung Sindy.

Tetapi, tatapan Arya dan Siddiq gak lepas dari tiga anggota srimulat yang mengangguk puas di depan pintu. Meski gak habis pikir, tapi Arya dan Siddiq menatap ketiganya dengan sebuah senyuman tipis yang terbit di sudut bibir mereka.

Akur sekali melihat Jinan dan Sian merangkul Orion di tengah.

"Ini kelakuan kalian ya?" tanya Arya dan Siddiq bersamaan.

Ketiganya saling menatap, " Hehehehe, "

Dan tertawa seperti orang bodoh.


.....


Semua orang di sekre, menahan nafas mendengar cerita Jinan, Orion dan Sian.

Dari mereka yang tadinya mau bikin surat keputusan rektor tentang pembatalan sidang, dengan cap rektor yang mereka maling tapi batal, terus jadinya masuk sekre DAMU mau maling LPJ, tapi kemduian menemukan ponsel milik Ketua Komisi yang tertinggal. Akhirnya, menggunakannya untuk menghubungi Pegawai Kebersihan yang langsung mengangkut tumpukan LPJ yang berhasil diletakan susah payah oleh lima anak ayam dan tiga dari mereka di lorong Ormawa ke Truk Sampah.

Bagaimana Jinan dengan terampil mengembalikan ponsel si Ketua Komisi itu ke sekre BEMFikom diam – diam. Membuat si pemilik ponsel mengira meninggalkannya di sekre BEMFikom, tak menyangka jika ponselnya sudah disalah gunakan.

Mereka juga bercerita, bagaimana mereka hanya menyisakan LPJ Siddiq di sekre DAMU, supaya Siddiq gak perlu repot nyetak hardcopy LPJnya tahun lalu. Biar Bang Chandra dan PU sebelumnya saja yang repot.

Sian dan Jinan sebagai pengikut Siddiq, tak mau liat Jenderal mereka kesusahan. Orion sih iya - iya aja.

"Tetep aja, ntar gue yang disuruh," kesal Wendy saat para pengurus termasuk lima anak ayam berkumpul semua di sekre mendengarkan cerita dari Jinan, Orion dan Sian.

Orion menepuk lengan Wendy pelan. "Tenang, ntar gue bantuin gampang."



Cerita ketiganya pun, ditutup dengan pengalaman Yesha yang dianggap hantu, dan teh melati Naura yang disangka bau makhluk halus.

"Bang Jinan, kan nawarin Aku Starbuck, Chatime sama Xi Boba ya. Aku pilih Chatime aja deh, rasa pure cocoa pake pearl yang banyak ya."

Jinan mau protes atas permintaan Yesha, tapi tawa seorang gadis di pojok sana yang sangat menyukai chatime itu membuat protesnya urung.

"Inget, lo udah punya Rabu Bro," bisik Sian.

Arya lega, Dodoy bisa mengakhiri jabatannya dengan tenang, fokus kuliah dan bertanggung jawab pada Sindy.

Siddiq tenang, Dia tak akan kehilangan Arya di pers Kampus dan Trio Srimulat gak bikin masalah. Wait, mereka bikin masalah sih, tapi seenggaknya bukan tindak criminal, dan 'hanya' membuat para Ormawa pusing pergi ke percatakan.

Sedangkan Jinan, Orion, dan Sian merasa puas, mereka tak akan kehilangan rekan sekaligus, teman dan keluarga mereka.



. . . . .

Here we go tiga anggota srimulat kita!




Orion Zaidan

Kontent Kreator Dept.Redaksi Pers Kampus 2019






Sian Axelle Farzan

Pemimpin Litbang Pers Kampus 2019





Jinan Melviano Pradipa

Wakil Pemimpin Umum Pers Kampus 2019





. . . . .


Btw, Aku penasaran nih mau nanya, kalian tahu book wp Pers Kampus darimana?





See you on next chapter!

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

1.2M 5.5K 10
Kocok terus sampe muncrat!!..
126K 15.2K 23
Di sudut kota Bandung, Kiandra Rinjani bertemu Kaisar Mahameru dalam sebuah acara film yang memulai cerita panjang mereka. . . . . . . ...
928K 18.4K 42
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...
469K 39.8K 60
jatuh cinta dengan single mother? tentu itu adalah sesuatu hal yang biasa saja, tak ada yang salah dari mencintai single mother. namun, bagaimana jad...