Psikopat Analog [TAMAT]

feraliakumbri

6.5K 659 251

"Jangan!! Jangan menggunakan perasaan yang bahkan tidak kamu punya. Itu ... menjijikkan!!" ucap Utari dingin... Еще

Victim 06
Mr. & Mrs. Ditama
-- Sister
- The Only Exception -
-- Evanesce
Reunion
-- The Call
Souvenirs
A Sign
Jealousy
Don't Touch --
-- Another Death
Fear
-- Dismembered
Short Trip -- Healing
Kill it
The Key (Part 1)
The Key (Part II)
-- Fake Protagonist
- Time To Remember
Dirty
Your Secret --
Fiction
FICTION ( BAGIAN DUA)
Reason
Unravel
-- Still Alive
Judgement
Analog

--Stay

163 18 1
feraliakumbri

"This ain't love, it's clear to see. But darling, stay with me." Sam Smith.

Desember 2018

Wanita itu terlihat cemas. Beberapa kali dia melihat ke kiri dan ke kanan seolah takut akan sesuatu. Dia tampak mengeluarkan ponselnya. 

"Sialan lo Fi, kenapa jadi gue yang minta tanda tangan buat buku anak si Pak Bos, sih?" ujarnya dengan seseorang dari seberang sambungan telepon.

"Sorry deh, kali ini aja tolongin gue, lo minta tanda tangan kalo udah langsung balik. Semua bakal baik-baik aja kok, Tar. Tolongin banget yah,  calon mertua gue tiba-tiba berkunjung nih," balas seseorang di seberang sana. 

Kemudian wanita itu selesai menelpon seseorang.

Gilirannya tiba, dan dia maju ke atas panggung kecil. Di sana duduk seorang pria dengan kaca mata dan senyum yang sangat manis menunggu wanita itu mendekat.

"Hai, nama kamu?" ucap pria itu santai masih dengan senyum yang cerah di wajahnya.

"Utari, Oh sorry maksud gue Katalina Firsa," balasnya gugup.

"Bukunya bukan buat kamu?" tanya pria itu sembari membubuhkan tanda tangan pada halaman depan buku bersampul berwarna biru gelap dengan gambar bulan penuh di bagian tengah. Dia melihat pergelangan tangan wanita yang berdiri gelisah di hadapannya. Dia tersenyum aneh.

"Bukan, " balasnya lagi singkat seolah tidak ingin berlama-lama.

"Beautiful lady with beautiful scar," ucapnya tersenyum seraya menyerahkan buku yang sudah dia tanda tangani dan mengulurkan tangan. Wanita itu tersenyum kaku, mengambil buku yang sudah di tanda tangani.

"Thanks .... Sorry," ucapnya terburu-buru dan pergi. Pria berkaca mata itu tersenyum sekali lagi dan berbicara dengan salah satu staf acara.

"Cari tau tentang wanita tadi yah," ucapnya singkat.

2019

Pria itu masuk dengan tergesa-gesa tapi tidak membuat raut wajahnya panik. Waktu menunjukan pukul 7 malam lewat 5 menit. Dia mendapati rumahnya gelap tanpa penerangan. Istrinya, Utari, duduk dalam kegelapan di tengah-tengah ruangan itu. Perlahan dia berjalan mendekati. Berusaha tidak menimbulkan suara yang mungkin akan membuat sang istri terkejut.

"Tari ..., " ucapnya lembut tapi tidak direspon oleh sang istri.

"Tari, jawab aku," ucap Arion sudah duduk di hadapan Utari yang menatap kosong.

"Wajah kamu ...," ucapnya lagi terhenti saat Utari merespon dengan tatapan mata yang tajam. 

"Ada hubungan apa sih kamu sama perempuan itu?" ucap Utari kemudian dengan air mata yang jatuh membasahi kedua pipinya. Arion menghapus air mata Utari ekspresi wajahnya berubah menjadi lebih lembut.

Dia memandangi sepasang mata indah yang menatap sayu. Dia merengkuh tubuh ramping yang terkulai lemah di hadapannya. Utari mulai terisak dalam pelukan sang suami. Kemarahannya teredam dengan satu sentuhan Arion, sang suami. 

Setelah beberapa lama, Arion berhasil menenangkan Utari. Dia menyalakan penerangan di seluruh area rumahnya yang gelap.  Arion membawa secangkir teh hangat untuk sang istri. Utari sudah duduk di sofa, sedangkan Arion duduk di lantai menghadap sang istri. 

"Sudah tenang?" tanya Arion dibalas anggukan oleh Utari yang telah berhenti menangis. Pria itu mengambil cangkir teh dari genggaman sang istri dan meletakkannya di atas meja. Pria itu kemudian menggenggam tangan sang istri.

"Kamu udah tau jawaban dari pertanyaanmu sendiri, Tari. Kamu tau betul seperti apa perasaanku ke kamu," ucap pria itu lembut. Mereka berdua saling mengeratkan genggaman dan bertukar pandangan.

"Aku tau, tapi tetap saja aku takut dan marah," balasnya pelan.

"Kalau marah aku mengerti. lalu kenapa takut?" tanya Arion kemudian. Lama Utari hanya melemparkan pandangan ke arah suaminya itu.

"Aku ...  takut, kalau kamu ...  ninggalin aku," ucap Utari masih dengan suara yang pelan, kepalanya tertunduk. Sebuah senyum tiba-tiba merekah mencerahkan wajah Arion yang tadi terlihat sedikit sendu. Pernyataan Utari barusan membuat suasana hatinya mendadak ceria. Sebuah kalimat yang tidak pernah dia sangka sebelumnya.

Selama ini dia hanya berusaha menjadi sebaik-baiknya pasangan untuk mendampingi Utari. Tidak berharap perasaannya akan terbalas secepat ini, karena dia paham dan tahu pasti saat dia jatuh cinta pada wanita itu, tentang apa yang akan dia hadapi di masa yang akan datang.

Perasaannya pada Utari unik. Satu-satunya wanita yang membuatnya berbeda.

Dia beranjak dari duduknya kembali memeluk sang wanita yang masih tertunduk. Pelukannya erat. Kemudian kembali dia menatap lekat wanita di hadapannya itu. Kecupan mendarat di bibir Arion dia tampak terkesiap. Tapi, kali ini dia tidak menahan diri. Dia membalas kecupan sang istri dengan penuh gairah membuat wanitanya tampak kesulitan mengimbangi.

Utari terengah-engah, Arion memperhatikan ekspresi wajah wanitanya dengan seksama dan memutuskan melanjutkan cumbuan penuh gairah yang tidak pernah dia lakukan itu. Ini pertama kali bagi mereka berdua setelah menikah. Ketakutan akan sentuhan itu tidak dia rasakan pada pria yang sangat bergairah dan sedang menikmati cumbuan mereka. Dia menikmatinya, sangat menyukainya.

"Janji, kamu akan tetap tinggal, kamu akan tetap sama-sama aku ... selamanya, hmm-mm ..., " ucap Utari pelan.

"Even if you want to run away from me, i'll catch you and lock you up in my arm, oke?" Setelah kalimat Arion selesai, Utari menghambur kembali dalam dekapan pria itu. Dia tak kuasa menahan air mata haru yang menyeruak keluar.

Kembali bibir mereka berpaut satu dan lainnya, pria itu menggiring wanitanya untuk berdiri tapi tidak melepaskan ciumannya. Mereka masuk ke dalam kamar dan mulai melepaskan pakaian yang mereka gunakan satu per satu dan kini berserakan di lantai.

"Takut?" ucap pria yang sudah melepaskan hampir seluruh pakaian yang dia gunakan tadi. Wanita itu menggeleng pelan, wajahnya bersemu.

"Kalau itu kamu, aku ... tidak takut," ucapnya setengah berbisik dekat dengan telinga Arion.

"Kamu milikku, Tari," ucapnya diikuti ciuman penuh gairah. Tubuh mereka terhempas di atas ranjang. Malam ini menjadi malam pertama bagi keduanya setelah tujuh bulan saling berjanji akan menjalankan kehidupan bersama. Malam pertama bagi Utari menyadari bahwa dirinya membutuhkan Arion lebih dari apa yang dia bayangkan selama ini.

Sinar mentari mengintip dari celah gorden yang masih tertutup. Kilaunya mengusik tidur wanita itu. Lama dia menatap langit-langit kamarnya, mengingat kejadian demi kejadian yang dia alami tadi malam. Tiba-tiba wajahnya bersemu, dia malu dan menutup wajahnya dengan selimut.

"Sayang?" Suara berat itu membuat Utari menurunkan sedikit selimut yang membungkus tubuhnya. Pria itu mendekatinya dengan membawa sarapan.

Dia tersenyum melihat tingkah sang istri.

"Kamu malu?" ucap Arion seraya duduk di tepian tempat tidur. Wanita itu mengerjap tanpa menjawab. Arion mengecup kening sang istri yang masih membungkus dirinya dengan selimut.

"Kejadian semalam ... akan aku ceritakan ke Dokter Syifa," ucap Arion seraya menurunkan selimut yang menutupi sebagian wajah sang istri. Mendengar ucapan sang suami, Utari langsung mengambil posisi duduk dengan selimut membalut tubuhnya.

"Jangan!" ucap Utari cepat.
"Aku malu, Raf ..., dan sedikit merasa berdosa sama kamu ... sebagai istri seharusnya hal ini ...," ucapnya terhenti.

"Sayang, kamu punya kondisi khusus. Lagipula aku sudah mengetahui dari awal dan menyanggupi semua kondisi khusus kamu, karena aku, menginginkan kamu. Ngerti? Jadi jangan merasa bersalah, takut atau malu sama aku, suamimu. Kamu boleh membenci seluruh dunia asal jangan benci aku. Kamu boleh meninggalkan apa saja atau siapa saja, asal jangan tinggalkan aku. Aku cuma butuh kamu, Tar. Aku nggak butuh yang lain! Aku akan melakukan apa saja untuk kamu," ucap Arion dengan nada lembut yang menghipnotis. Utari memeluk pria yang duduk di hadapannya itu.

"Thanks Raf, sudah mencintaiku," balas Utari masih dalam pelukan sang suami.

13 jam yang lalu.

"Aarg...." Wanita itu terguling jatuh dari tangga darurat. Tubuhnya tak lagi bergerak. Darah mengalir dari kepalanya.

Dengan cepat dia yang telah dengan sengaja mendorong wanita itu berlalu meninggalkan tubuh itu tergeletak begitu saja. Dia sama sekali tidak menyesal, malah merasa sangat puas.

==================,
Halo,
Senin pertama di bulan spesial buat aku nih, Februari 💞. Dengan jabatan dan tanggung jawab yang baru juga di bulan ini. Beda dari jabatan sebelumnya yang cenderung santai, posisi kali ini riweh bin ruwet 😂. Semoga bisa cepat beradaptasi.

Selamat hari Senin ya.
Happy reading jangan lupa vote dan komennya.

Chuu,
Bii.

Продолжить чтение

Вам также понравится

Ineffable Cafune (Pindah ke Dreame) Septi Nofia Sari

Художественная проза

111K 5.2K 10
Because even every second that I pass, I do always see you. As a man. Always like that. I choose you. And will always choose you for now, tomorrow an...
4.9M 183K 14
Series #2 Fantasi Damn My Mate Is A Nerd [Baca dulu cerita Mine] Hai, namaku Kelvin. Aku anak pertama dari pasangan teromantis sepanjang massa, sia...
562K 85.4K 74
Cocok untuk kamu peminat cerita dengan genre #misteri dan penuh #tekateki, juga berbalut #action serta #scifi yang dilatarbelakangi #balasdendam. Kas...
4.9K 252 47
Bella tak pernah tahu apa yang di perbuat di masa lalu sehingga hidupnya seperti sekarang. 3 tahun lalu ia merasa dunianya hampir sempurna. Namun han...