My Perfect Luna (COMPLETE)

By fatifides2_

1.1M 66.6K 1K

Devanio Alexandro, putra mahkota dari Bluemon pack. Calon Alpha dari pack terbesar dan terkuat dari wilayah t... More

MPL-1
MPL-2
MPL-3
MPL-4
MPL-5
MPL-6
MPL-7
MPL-8
MPL-9
MPL-10
MPL-11
MPL-12
MPL-13
MPL-14
MPL-15
MPL-16
MPL-17
MPL-18
MPL-19
MPL-20
MPL-22
MPL-23
MPL-24
MPL-25
MPL-26
MPL-27
MPL-28
MPL-29
MPL-30
MPL-31
MPL-32
MPL-33
MPL-34
MPL-35
MPL-36
MPL-37
MPL-38
MPL-39
MPL-40
MPL-41
MPL-42
Cerita Baru

MPL-21

19.4K 1.1K 10
By fatifides2_

Kring....!!!

Bel istirahat berbunyi. Semua murid langsung bergegas menuju kantin untuk mengisi perut-perut mereka yang sudah meronta-ronta.

"Jes, Tuh gebetan lo. Cepet sana gih." Seorang cewek menunjuk seorang cowok yang duduk di bangku, menyantap makanannya sendiri.

"Eh iya. Doain gue yha!" ucap seorang cewek kepada kedua sahabatnya seraya merapikan penampilannya.

"Sip!" Setelah mendengar jawaban dan acungan jempol dari kedua sahabatnya, gadis itupun menghampiri cowok yang tengah menyantap makanannya sendiri.

"Hai..! Gue boleh duduk nggak?" Seperti suara yang memecah keheningan, ucapan itu memecah ketenangan cowok di depannya.

Tak mendapat balasan, Jessy langsung menjatuhkan tubuhnya ke bangku yang terletak tepat di depan Devan.

"Enak yha? Minta dong...!" Devan menghentikan sendok dan garpu di tangannya. Ia menatap Jessy sebentar dan kembali menatap santapannya kembali.

Sudah satu bulan terakhir Devan selalu saja diganggu oleh cewek yang bernama Jessy itu.

Jenuh, itulah yang dirasakanya. Setiap hari harus melihat gadis itu dengan tingkahnya yang mencoba mendekati dirinya, membuatnya harus mengatur kesabaran.

"Devan!" Merasa tak digubris Jessy memanggil cowok di depannya dengan meninggikan volumenya.

"Aku dicuekin lagi nih?" Seperti kehilangan semangat Jessy meletakkan kepalanya di atas tangan di meja. Ia memperhatikan Devan yang melahap makanannya dalam diam.

Krang..!!

Suara sendok yang bersentuhan dengan mangkuk mengakhiri makan siang Devan. Tanpa memperdulikan cewek di depannya, Devan langsung saja berdiri dan berjalan menjauh, meninggalkan Jessy yang masih duduk di bangku.

"Gimana hari ini? Dicuekin lagi?" Melihat sahabatnya yang ditinggal begitu saja, kedua sababat Jessy itupun menghampiri Jessy dan duduk di sana.

"Tak apa. Gue belum nyerah kok. Gue bakal terus perjuangin. Sampai kapanpun itu dan bagaimanapun caranya," ucap Jessy penuh dengan keyakinan.

Itulah Jessy. Salah satu primadona di sekolahnya. Banyak cowok yang mengejarnya, tapi entah mengapa hanyalah Devan seorang yang dapat singgah di hatinya.

*****

Brakk....!!!

Tubuh salah seorang gadis menghantam pintu gudang belakang disusul dengan suara tawa ketiga gadis yang menariknya ke sana.

"Tolong kak, maafkan aku," ucap gadis itu memohon ketakutan.

"Maaf? Lo tau salah lo apa ha?" Salah satu dari mereka mendekati gadis itu dan bermain dengan rambut panjang gadis yang dia sandra.

Dengan polosnya gadis itu menggeleng. Ia memeng tak tau apa apa kenapa ia bisa berurusan dengan kakak-kakak kelas yang dia hindari.

"Lo mau tau kesalahan Lo itu apa?" ucap salah satu dari mereka yang lain yang langsung dibalas anggukan oleh gadis kecil itu.

"Kesalahan lo itu__"

Tack...!! Tack...!! Tcak..!!

"Woy, siapa yang ngelempar gue pakek botol minuman?" Tak terima dengan perlakuan itu, ketua dari kedua gadis itu, Jessy, berteriak.

"Gue? Kanapa?" Dari belakang mereka muncul dua cewek yang sedikit lebih muda dari mereka.

"Mau lo, apa ngelempar kepala gue pakek botol?!" Seru Jessy kepada Derin.

"Gue mau lo lepasin temen gue dan jangan pernah lo ngangguin temen-temen gue lagi. Ngerti?" Tanpa rasa takut Derin menjawab ucapan Jessy tajam.

"Kalau gue enggak mau, lo bisa apa?" Jessy melangkahkan kakinya kedepan mendekati Derin yang berdiri di tempatnya.

"Gue bisa apa?" ucap Derin seolah menanyai dirinya sendiri. "Gue bisa ngelakuin hal yang sama yang lo lakuin ke orang-orang yang lo pernah bully," lanjutnya tajam.

"Yakin lo bisa berani ngelawan gue?" kata Jessy meremehkan.

"Bisa kok. Sekarang pun bisa." Derin mengambil botol yang berisikan air minum yang dibawa oleh sahabatnya. Kemudian dengan beraninya ia membuka botol tersebut dan menuangkan semua air didalamnya tepat di atas kepala Jessy tanpa tersisa.

Jessy yang menyadari itu tentu saja menjadi naik pitam. Ia melupakan siapa cewek di hadapannya saat ini adalah adik dari Devan.

"Kurang aja!" Tak dapat mengontrol kemarahannya lagi, Jessy mengangkat tangannya dan berniat mendaratkannya di salah satu pipi Derin.

Belum sempat ia mendaratkan tangannya, tangan Jessy di tahan oleh seseorang. Merasakan hal itu Jessy mengalihkan pandangan, melihat siapa yang berani-beraninya menahan tanyannya itu.

Dengan susah payah Jessy menelas salivanya. Melihay Devan dengan tatapan tajan an dingin membuat nyalinya menciut.

"Jangan sentuh adik gue. Ini peringatan buat lo," ucap Devan dingin di setiap katanya.

Tak ingin menggenggam tangan itu lebih lama, Devan segera melepaskan tangan itu.

"Dia menyiram wajahku. Bukakkah itu hal yang kurang ajar? Aku berhah menghukumnya" ucap Jessy membela diri.

"Lo pantas menghikumnya? Orang seperti lo, pantasnya untuk dihukum atas apa yang lo perbuat selama ini. Dengan sifat senioritas lo, lo membuly mereka semena-mena." Devan berhenti mengucapkan kata. Ia mengangkat salah satu sudut bibirnya. "Sebaiknya lo ngaca," lanjutnya dingin.

"Apa yang adik gue lakukan itu karna ulah lo sendiri. Tidak ada reaksi tanpa aksi, lo tau?" Sekali lagi Devan mengeluarkan aura dinginnya.

Jessy diam. Ia sudah kalah telak. Nyalinya terlalu lemah saat ini.

Tak ada balasan dari Jessy, Devan beranjak dari tempatnya diikuti oleh Derin dan kedua temannya.

*****

"Kak!" Lagi-lagi Derin memanggil Devan dengn nada tinggi, membuat kakaknya itu memberhentikan langkahnya kembali.

"Kak! Kakak harus tau. Jika Mama mengetahui kakak berbuat seperti ini, Aku yakin dia pasti akan kecewa," ucap Devan merendahkan volumenya.

Devan bergeming. Ia menggerakkan bolanya gelisah. Melihat perubahan Devan, Jessy memberikan senyuman hangatnya untuk meyakinkan Devan. Devan yang melihat itupun membelasnya dan pergi menjauh.

"Kakak nggak akan mengecewakan Mama kan?" kata Derin sangat pelan.

Tanpa tersadar air mata Derin terjatuh. Mengaliri pipinya dan berakhir jatuh di atas tanah. Ia menangis. Menangisi kakaknya yang telah hilang. Itu bukanlah Devan yang dia kenal.

Sebuah tangan mendarat di salah satu bahu Derin. Membuat gadis itu menoleh ke belakang.

Rora berdiri di sana. Dengan wajah menguatkan kakaknya itu berdiri di belakangnya dengan tenang.

Tanpa menunggu lama Derin menghambur ke pelukan Rora. Ia menaggis di dalam dekapan hangat seorang wanita yang ia sudah anggap sebagai kakaknya sendiri.

"Kak! Kakak, jangan percaya semua itu. Aku yakin dia bukanlah kak Devan," ucap Derin masih dalam tangisannya. Rora mengangguk menanggapi dan mengelus-elus pelan punggung adiknya itu.

*****

Makan siang. Suasana sangat tenang menyelimuti makan siang hari ini. Tak ada suara dari mulut-mulut yang sedang melahap santapan di siang ini.

"Luna, ini buah yang anda pesan." Salah seorang Maid meletakkan mangkuk sedang berisikan buah mangga yang masih segar.

"Terima kasih," balas Rora dan kemudia Maid itu pergi setelah menganggukkan kepalanya, memberi hormat.

"Jessy, kau mau?" Rora mengarahkan mangkuk itu ke arah Jessy dengan senyum tulusnya.

Jessy menatap mangkuk itu. Sesaat kemudian ia mengembangkan senyumannya dan menerimanya. "Baiklah, akan aku makan."

*****

Tok..tok..tok ...!

Suara ketukan pintu terdengar di kamar Rora. Mendengar ketukan itu, Rora langsung bergegas membukanya.

"Luna, Al- Alpha memanggil anda untuk ke kamarnya." Setelah pintu terbuka, Rora mendapati Maid yang langsung menyampaikan tujuannya dengan panik.

"Hai, ada apa?" tanya Rora melihat Maid itu ketakutan.

Aurora POV

Tak mendapat jawqban dari Maid itu, aku langsung bergegas menuju kamar Devan. Yha kamarku dengan Devan yang seharusnya.

Setiba di sana, pintu tak tertutup. Tanpa mengetuk pintu, aku langsungsaja masuk. Terdapat Defan, Jessy, dan seorang Dokter. Oke l, aku tau apa yang sedang terjadi saat ini.

"Dev, dia yang meracuniku." Jesy mengarahkan telunjuknya seraya merengek.

"Apa itu benar? Kau dengan sengaja menuangkan racun ke dalam makanan yang kau berikan kepada Jessy?" Devan menatapku dengan sendu, tapi perkataannya saat ini begitu dingin.

"Tidak, aku tidak melakukannya," ucapku jujur. Memang bukan aku yang memberikan racunnya. Sebenarnya yang memberikannya adalah orang yang lemas kerena efek dari racun yang dia beri sendiri.

"Jika bukan kau siapa lagi? Kau yang memberikan mangga yang beracun itu kepadaku. Pasti kau sengaja memasukkan racun itu, lalu memberikannya kepadaku," ucap Jessy menentang.

"Kau. Aku melihat kau menuangkan sesuatu ke mangga itu sebelum makan siang." Tanpa berpikir panjang aku langsung mengatakan apa yang aku lihat dari kedua mataku sendiri.

"Begitukah? Apa kau pikir aku bodoh? Jika aku yang meracuni mangga itu, aku pasti tidak akan mau memakannya," balas Jessy dengan percaya diri.

"Dev, kau percaya padakukan? Aku tidak mungkin melakukan hal itu." Hanya ini yang bisa aku lakukan, berharap Devan dapat mempercayaiku. Semoga dia masih percaya padaku.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

. ______________________________________

Semoga tidak mengcewakan.

Jangan lupa vote dan Komennya.
TERIMA KASIH

Continue Reading

You'll Also Like

977K 12.8K 25
Sebuah Cincin bermata biru yang merupakan warisan dari Pakde suamiku membuat rumah tanggaku hancur. Mampukah aku lepas dari makhluk penunggu cincin...
75.3K 3.9K 44
Hidupku baik baik saja, sampai akhirnya umurku menginjak 20 tahun. Semuanya tampak aneh bagi diriku, banyak teka teki didalam hidupku mulai tersusun...
810K 82.8K 48
PINDAH KE APK KUBACA Aku hanya berlari dan berlari terus hingga aku memasuki hutan. Dan sampai aku melihat semua makhluk yang dipercayai oleh manusia...
129K 12.1K 33
MY LUNA QUEEN [COMPLETED] ============================== Seorang raja dan ratu melahirkan putri pertamanya, lalu tidak mengandung lagi setelah itu. L...