LOVE VIBES

By reva_adhia

182K 9.9K 2K

Icha yang mulai bahagia punya hidup dan suasana baru, tapi kenyataannya berbanding jauh sama ekspetasi yang d... More

PROLOG
1 - Meeting
2 - Incident In Canteen
3 - Watch Together
4 - Strange Things
5 - Worries
6 - Stared To Moved Away
7 - Rain
8 - Punishment
9 - Hated
10 - Bookstore
11 - Hate But Worry
12 - Work Group
13 - New News
14 - Contest
15 - Really?
16 - Care / Attetion
17 - A Taste
18 - Walk Together
19 - Among Them
20 - Him Again
21 - Statement
22 - Uncertain
23 - The Plan Started
24 - Jealous
25 - Choice
26 - Decision
27 - Bring A Feeling
28 - Quarrel
29 - Change
30 - Not Fine
31 - Getting Better
32 - Near
33 - Invented?
34 - New Status
35 - Alysya Home
36 - New Friend
37 - Simple
38 - Not Susceptible!
39 - Olympiad
40 - One Wish
41 - Whats Wrong With Him?
42 -Trying Understand
43 - Tired
44 - Reason In Fact
45 - Hopefully Strong Icha
46 - Anonymous Messages
47 - Hoping Too Much
48 - Not A Priority Anymore
49 - Broken
50 - Messages Again
51 - He Send It
52 - Which It Actually
53 - Break
54 - Letting You
55 - Truth Or Dare
56 - Back Cool
57 - Goodbye Indira
59 - Meet Again
60 - Problem
61 - Resolve
62 - Disaster
63 - End In Here
64 - Without News
65 - Empty Without You
66 - Too In Love
67 - Steven Back [ENDING]
EPILOG
EXTRA PART I
EXTRA PART II

58 - Happiness

1.9K 102 27
By reva_adhia

🎶: Ariana Grande - Boyfriend

Suka aja liat fotonya :)

***

"Gue mau kita sama-sama lagi, Cha."

Icha pun refleks memukul lengan Steven, ia sungguh terkejut. Mata Icha melotot mendengar itu, Steven yang dipukul Icha malah tersenyum kecil.

"Stev! Nggak ngerti keadaan banget sih! Ada Mamanya Indira," kesal Icha dengan pelan. Beruntung Mama Indira tidak mendengar apa yang diucapkan Steven karena masih terpukul atas kepergian Indira. Icha sangat malu, pipinya merah merona.

Steven tiba-tiba menggenggam tangan Icha dan menariknya dengan paksa, Icha berusaha melepaskan tangannya dari tangan Steven tak bisa. Yang dilakukan Steven saat ini adalah pamit dan menyalami tangan Mama Indira, mau tidak mau, Icha juga menyalami tangan Mama Indira.

Sebenarnya, Icha masih mau berada disini menemani Mama Indira. Tapi Steven malah mengajaknya pulang, hal itu membuat Icha kesal setengah mati.

"Tante, saya sama Icha pulang dulu ya. Mama nyuruh saya pulang," pamit Steven sopan.

Mama Indira menggangguk dan tersenyum meski pipinya dipenuhi air mata. "Iya, kalian berdua hati-hati ya. Makasih banyak kalian udah buat Indira bahagia selama ini. Tante nggak bisa balas apa-apa."

Icha dan Steven tersenyum mendengarnya. "Sama-sama, Tante. Saya sama Icha pulang dulu ya, maaf nggak bisa lama-lama disini."

Icha dan Stevenpun pergi dari ruang rawat itu, sebenarnya Icha tak tega meninggalkan Mama Indira sendirian, tapi Steven memaksanya.

Saat mereka sudah berada di luar, Icha akhirnya bisa melepaskan genggaman tangan itu. Icha menatap Steven kesal, yang ditatap hanya memasang wajah tanpa ekspresi.

"Steven kok nggak ngerti keadaan banget sih!" kesal Icha dengan mengerucutkan bibirnya.

"Icha malu tau! Ada Mamanya Indira tadi!"

"Untung tadi Mama Indira nggak denger!"

"Steven nggak malu gitu?"

"Kok malah diem aj-" ucapan Icha terpotong karena perlakuan Steven.

Tanpa aba-aba, Steven menarik Icha kedalam dekapannya. Icha membeku ditempat, sangat kaget dengan perlakuan Steven yang memeluknya. Jantungnya mendadak tak normal, tapi entah mengapa Icha senang.

"Gue rindu sama lo," ucap Steven lembut.

Tak terasa, kedua sudut bibir Icha terangkat membentuk senyuman. Kata-kata yang dilontarkan dari mulut Steven membuat Icha merasa bahagia. Icha membalas pelukan itu, jujur ia juga sangat merindukan Steven.

"Icha juga rindu banget sama Steven," lirih Icha dalam hati.

Steven melepas pelukan itu, lalu ia tersenyum yang membuat Icha terpesona. "Gue mau kita baikan lagi, Cha."

Sedangkan Icha yang ditatap seperti itu, menundukkan kepalanya dalam-dalam. Ia gugup saat ini, pipinya sudah seperti kepiting rebus.

"Lo nggak mau?" tanya Steven kembali datar. Icha sedikit kesal karena Steven mengubah nada bicaranya, dari yang lembut menjadi datar.

"Masih marah sama gue?" tanya Steven lagi. Nadanya masih tetap sama, datar dan dingin.

"Nggak," jawab Icha cepat.

"Gue nggak akan nanya lagi," ucap Steven dengan senyum kecilnya. "Karena gue udah tau apa jawaban lo."

Stevenpun menggenggam tangan Icha dan membawanya pergi dari rumah sakit ini.

***

Hari ini Icha sangat gugup dan panik, ia berkali-kali menatap pantulan dirinya dicermin. Penampilannya hari ini terlihat cantik dengan dress warna cream.

Icha merasa jantungnya beritme cepat, ia takut bertemu dengan Fany, Mama Steven. Memang sangat mendadak, Icha sebenarnya juga sangat gugup bertemu dengan Mama Steven.

Steven menunggu di teras rumah karena hari Anita lembur, Icha berkali-kali menarik napas lalu menghembuskannya perlahan. Ia masih berusaha menguatkan diri untuk bertemu Fany.

"Tenang Icha, ini bukan apa-apa. Cuma ketemu sama Mamanya Steven," ucap Icha memberi semangat pada dirinya sendiri.

Icha memejamkan mata sejenak lalu mengucap doa, semoga ia disambut hangat oleh Mama Steven. Setelah selesai, Icha mengambil sling bag di ranjang nya.

Saat Icha sampai di teras rumah dan menutup pintu serta menguncinya, ia melihat Steven yang saat ini memandangnya dengan intens. Icha malu ditatap seperti itu, ia pun menurunkan pandangannya.

"Stev, jangan dilihatin terus," ucap Icha dengan pipi yang merah.

"Kenapa? Nggak boleh lihat pacar sendiri?" balas Steven dengan terkekeh pelan.

Icha berdecak sebal, ia selalu kalah jika berbicara dengan Steven.

"Cantik," puji Steven tulus.

Senyum Icha mengembang. "Makasih."

"Emang gue muji lo?" tanya Steven datar tanpa ada rasa bersalah.

Sialan! Icha langsung merengut, kesal dengan ucapan yang dilontarkan dari mulut Steven tadi. Melihat perubahan raut wajah Icha membuat Steven mengerti.

"Lo cantik kok, Cha," ujar Steven lagi. Ia memang suka melihat Icha marah, terlihat lucu baginya.

"Beneran?"

Steven menggangguk cepat, lalu ia menggengam tangan Icha yang sedikit bergetar.

"Stev, Icha takut," lirih Icha sebelum Steven melangkah.

Steven tertawa pelan. "Nggak papa, pasti Mama gue jadiin lo mantu kok."

Ichapun kembali malu, lalu ia mendorong tubuh Steven agar berjalan ke depan. Memang saat ini Icha merasa gugup, takut, malu semuanya campur aduk menjadi satu.

***

Akhirnya motor Steven berhenti di rumah besar itu, Icha kagum dengan rumah Steven yang sangat besar ini. Mereka berdua turun dari motor dan melepas helmnya.

Tapi kegugupan Icha tidak bisa berkurang, jantungnya berdebar tak biasa. Stevenpun langsung menggenggam tangan Icha dan menarik Icha masuk ke dalam rumahnya.

"Nggak papa, Cha. Mama gue pasti suka sama lo," tutur Steven berusaha menenangkan.

Icha tersenyum paksa. "Emang tau dari mana?"

"Karena Mama gue tau pilihan gue nggak salah," jawab Steven tanpa beban.

Blush! Pipi Icha merah merona karena ucapan Steven, sudah ia tidak mau bicara lagi. Icha hanya memejamkan mata dan mengucap doa dalam hati, Steven yang melihat itu merasa gemas dan tersenyum kecil.

Kedatangan Icha disambut hangat oleh Fany, iapun dengan senang hati menyalami tangan Fany. Fany tersenyum lebar dan mengelus puncak kepala Icha, Icha sedikit terkejut.

"Cantik," puji Fany.

Icha membalas senyum itu. "Makasih, Tante Fany."

Yang ada dibenak Icha sekarang adalah Mama Steven cantik, tidak terlalu terlihat tua. Pantas saja Dani dan Steven nyaris sempurna, Mamanya saja juga sangat cantik.

"Tante Fany juga cantik kok," puji Icha balik disertai seulas senyum.

"Panggil Mama aja," ujar Fany tanpa beban dan senyum merekah. "Bisa aja kamu."

"Iya, Mama," jawab Icha dan masih tersenyum canggung.

"Ayo duduk, Mama mau cerita banyak. Jangan malu gitu," ajak Fany ramah.

Icha mengangguk. Mereka berduapun duduk di kursi sofa ruang tamu, sedangkan Steven ke kamarnya tidak ingin mengganggu mereka. Icha merasa tidak lagi gugup dan canggung setelah banyak berbincang dengan Fany. Icha merasa ada yang kurang, ya tidak ada Papa Steven.

"Mah, Papanya Steven kemana ya?" tanya Icha dengan melihat sekelilingnya.

"Papanya Steven lagi kerja, lembur dia," jawab Fany.

"Sebelum pacaran sama Steven, kamu deket sama Dani ya?" tanya Fany.

Icha perlahan menggangguk. "Iya, Mama. Tapi Icha sama Kak Dani cuma sekedar teman kok."

Fany terkekeh. "Kok bisa semua anak Mama suka sama orang yang sama."

"Nggak tau, Mama. Icha sebenarnya suka sama sifat kak Dani, tapi Icha hanya mengganggap Kak Dani kakak Icha," jawab Icha. "Eh iya, Kak Dani mana Mama?"

"Dia ada di kamarnya, kamu mau nemuin dia?"

Icha menggeleng pelan disertai senyum.

"Mama, kenapa ya Steven sama Kak Dani kok di sekolah nggak saling sapa? Kaya orang nggak kenal gitu," tanya Icha masih penasaran akan hal kecil itu.

"Mama juga nggak tau, tapi mereka akur-akur aja kalau di rumah. Tapi pas mereka berantem, Mama bingung mau apa, Cha. Kalau Dani sih masih bisa diajak bicara, tapi kalau Steven udah nggak bisa," jawab Fany panjang.

Icha terkekeh. "Saudara bisa gitu juga ya."

"Steven sama Dani berantem juga karena kamu kan?" goda Fany dengan senyum jahil.

"Mama, Ish," sebal Icha. "Tapi Icha minta maaf ya, Ma. Gara-gara Icha mereka berdua berantem."

"Nggak papa, Mama tau kok," ujar Fany sembari tersenyum hangat. "Kamu kenapa kok sukanya sama Steven? Dia itu orangnya dingin, jarang bicara. Kamu betah sama dia?"

Icha tersenyum mendengar itu. "Betah aja, apapun yang ada di diri Steven, Icha suka. Meskipun dia kadang nyebelin, Mah."

Fany mengelus puncak kepala Icha. "Kalau udah cinta, emang susah ya? Tapi Steven pernah ngelakuin hal romantis buat kamu nggak, Cha?"

"Nggak pernah, Mama. Dia aja cuma ngasih Icha buku kisi-kisi olimpiade buat nyatain cintanya," jawab Icha dengan tawa pelan karena mengingat kejadian itu.

"Hah? Masa sih, Cha?" kaget Fany, takjub dengan cara unik seperti itu.

Icha menggangguk cepat. "Tapi nggak tau kenapa Icha bahagia meskipun Steven nggak romantis."

"Eh, kamu juga pernah ikut lomba olimpiade sama Steven ya?" tanya Fany membuka topik baru.

"Iya. Tapi Icha butuh perjuangan buat Steven mau ikut lomba itu, dia susah banget dibujuknya," jawab Icha.

Icha menerawang semua itu dengan senyum kecil, kenangan yang manis baginya.

"Setahu Mama, Steven itu nggak suka ikut lomba kaya gitu. Kalau basket, dia masih mau," ucap Fany masih tak percaya.

Ichapun mengangguk-anggukan kepalanya, ia sampai sekarang masih belum mengerti apa alasan Steven mau ikut lomba yang sangat tidak disukai dan dihindari olehnya.

Makin lama, mereka makin larut dalam obrolan untuk mengenal lebih dalam satu sama lain. Ternyata, Mama Steven tidak semenakutkan yang Icha kira. Kecanggungan itu hilang begitu saja karena sambutan Fany yang hangat.

Icha senang bisa bertemu dengan Fany. Bisa mengenal lebih dalam tentang keluarga Steven. Meskipun Papa Steven tidak bisa bertemu dengannya hari ini, Icha masih tetap bahagia.

Fany mulai mengambil album foto keluarga, setelah itu Fany mulai menceritakan setiap foto itu. Icha hanya bisa senyum, tertawa, dan juga senang bisa sedekat ini dengan Mama Steven, Fany.

***

Akhirnya Icha-Steven baikan.

Suka sama part ini nggak?

Mau cepet update? Votment yang banyak dong!

Jangan lupa vote and comentnya, selalu ditunggu. ❤

Salam,

Reva Adhia

Continue Reading

You'll Also Like

1.7K 115 14
Kisah ini baru dimulai. Ivone Alaura Dimitria gadis cantik dengan banyak tingkahnya. Kekasih dari Arkarion Vaderro pentolan Sma Pelita. Semua mengira...
2.1M 124K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
687K 47K 40
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
5.5M 232K 55
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...