HOW LONG? [Ebook Project]

De Atayung

13.5K 1.2K 264

"Berapa lama lagi aku akan menjadi istri pura-pura Kak Taehyung?" "Selamanya." Disclaimer: Cerita ini real re... Mai multe

Bab 1
Bab 2
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8 (End Wattpad)
Open PO Ebook How Long?

Bab 3

1K 142 12
De Atayung

Halo Atsi...

PO Ebook How Long? Sudah dibuka ya :)

Untuk link pemesanan bisa kalian cek di bio Instagram @atsiuniverse atau di bio Wattpad Ata ya.

PO dibuka mulai dari tanggal 14 - 26 Maret 2024.

Pastikan kalian mengisi formulir dengan benar.

Selamat membaca.

.

.

Sohyun menarik kedua sudut bibirnya, senyuman yang dia tunjukkan pada kedua orang tua Taehyung adalah bentuk dari kekesalan karena ucapan mereka yang menurut Sohyun terlalu kelewatan.

Namun, kekesalan itu bukan Sohyun tujukan pada Dojun dan Ilhwa. Melainkan pada putra mereka, jika tahu begini Sohyun pasti akan menolak untuk ikut dengannya.

Wanita muda itu mengulum bibirnya dengan helaan napas yang semakin memberat. Dada Sohyun terasa sesak.

Dia baru saja masuk dalam jebakan Taehyung. Padahal mereka tidak sedekat itu untuk saling bekerja sama.

"Maaf, tapi aku tidak bisa menikah dengan Kak Taehyung. Dia terlalu tampan untuk disandingkan dengan wanita jelek sepertiku dan dia juga seseorang yang kaya raya." Sohyun dengan wajah memelas mencoba untuk mengatakan apa yang kini bersarang di kepalanya. Atau lebih tepatnya dia tengah menyampaikan penolakan pada kedua orang tua Taehyung. "Kami berdua tidak cocok jika menjadi sepasang suami istri, jadi lebih baik biarkan aku pulang lalu meratapi kesialanku ini."

Pada akhir kalimat, Sohyun sengaja memelankan suaranya. Nyaris berbisik, Sohyun pikir Taehyung dan kedua orang tua pria itu tidak mendengarnya.

Namun, mungkin Sohyun salah. Karena Taehyung mempunyai indra pendengaran yang kuat. Berbeda dengan kedua orang tua Taehyung yang terlihat bingung.

Mereka tidak mendengar kalimat terakhir yang Sohyun ucapkan. Fokus mereka hanya ada pada penolakan Sohyun.

Taehyung melirik Sohyun, kemudian mengalihkan pandangan pada kedua orang tuanya. "Ayah, Ibu. Apa boleh aku membawa Sohyun ke kamar? Ada yang mau kami berdua bicarakan. Ini sangat penting."

"K-kamar?" tanya Sohyun. Entah kejutan apa lagi yang sedang Taehyung siapkan.

Taehyung tersenyum tipis dengan sedikit anggukan. "Iya Sayang. Bukankah tadi sudah aku katakan di mobil, kalau aku ingin bicara berdua denganmu saat sampai rumah."

"Tapi Kak-"

"Ayo, kita ke kamar sekarang." Taehyung menarik pergelangan tangan Sohyun, lalu membawanya menuju lantai dua. Di mana kamarnya berada.

Ilhwa menoleh ke belakang, melihat suaminya yang mungkin sepemikiran dengannya.

"Kita akan segera menimang cucu." Ilhwa bergumam pelan, tapi masih bisa ditangkap oleh suaminya.

"Hush jangan mengada-ada. Mereka hanya mau bicara saja, tidak lebih." Meskipun sempat berpikiran yang bukan-bukan, Dojun masih memiliki sedikit sisi pikiran positif.

Taehyung dan Sohyun sempat berhenti. Mereka berdua melihat ke arah Dojun dan Ilhwa yang tersenyum penuh arti.

Sohyun sedikit tersentak saat Taehyung kembali menggenggam tangannya, lantas menarik wanita muda itu untuk lekas menuju ke lantai dua.

Sesampainya mereka di dalam kamar, Taehyung segera mengunci pintu. Sohyun yang berdiri di belakangnya menatap punggung Taehyung dengan perasaan dongkol berlapis takut.

Jujur Sohyun takut Taehyung melakukan hal buruk padanya. Seperti ... ah sudahlah, sebaiknya jangan diteruskan.

Manik wanita muda itu membulat saat Taehyung berbalik secara tiba-tiba, sial sekali jantung Sohyun malah berdegup sangat kencang.

Gerakan Taehyung selalu saja tiba-tiba. Seperti rencana bodohnya.

Taehyung mengusap wajah frustasi. "Aku tidak tahu ini akan terjadi."

Sohyun melipat lengan di depan dada, wanita muda itu mengangkat dagunya. Menampilkan kesan angkuh pada pria yang membuatnya teramat kesal hari ini.

"Dengar Kak Taehyung! Aku pun tidak mau tahu dengan apa yang akan terjadi nanti. Pokoknya Kakak harus membatalkan rencana itu, katakan pada mereka kalau sebenarnya kita tidak memiliki hubungan apa-apa pun." Sohyun menurunkan tangannya, lalu wanita itu melihat ke sekeliling kamar bernuansa hitam putih dengan beberapa bingkai foto seorang wanita yang berada hampir di setiap dinding kamar Taehyung. "Waaah, dia sangat cantik. Apa dia kekasih Tuan? Mengapa tidak menikah dengan dia saja?"

Taehyung mengembuskan napasnya berat, jujur saja Taehyung tidak pandai berbohong jika itu menyangkut Irena Lee, wanita itu mempunyai tempat tersendiri di dalam hati Taehyung dan sampai kapan pun nama Irena takkan pernah tergantikan oleh siapa pun.

Mungkin salah jika Taehyung mengambil keputusan ini, tapi itu lebih baik daripada dia menerima perjodohan dari sang Ibu. Toh Ibu dan Ayahnya juga tidak mempermasalahkan Sohyun saat dibawa ke sini.

"Kau menyukai Gwan Jungkook bukan?"

Sohyun menoleh. Dia menatap Taehyung dalam diam, lalu beberapa saat kemudian wanita muda itu tersenyum.

"Tentu saja Kak Taehyung, aku sangat sangat sangat menyukai Jungkook." Sohyun menyatukan kedua tangannya di depan dada, seolah membayangkan masa depannya dengan lelaki Gwan itu. "Aku ingin menjadi istri dan Ibu dari anak-anaknya. Ouh astaga, Kak kau jadi mengingatkanku pada pria yang tidak mungkin bisa kumiliki."

"Kau bisa memilikinya," ujar Taehyung. Pria Choi itu menatap lurus ke netra Sohyun yang berwarna kecoklatan. "Tapi dengan satu syarat."

Sohyun tampak berpikir sejenak sebelum bertanya, "Apa syaratnya?"

Taehyung menghela napasnya berat, sulit mengatakan ini. Namun dia harus mengatakannya.

"Jadilah istri pura-puraku."

***

"Taehyung-ah, tolong maafkan aku." Irena menundukkan wajahnya, menatap ujung sneakers yang dia kenakan. Untuk menghalau kegugupan yang dia rasakan saat ini.

"Ada apa?"

Taehyung yang berdiri di depan sang kekasih, segera mengangkat dagu Irena dan yang Taehyung dapatkan adalah air mata yang jatuh berlinang hingga membasahi wajah cantiknya itu.

"Kenapa menangis? Apa Jimin mengganggumu?"

Irena menggeleng, gadis remaja itu memeluk Taehyung dan menangis dalam dekapan pria Choi itu.

Irena tidak tahu bagaimana caranya mengatakan pada Taehyung jika dirinya akan pindah ke luar negeri. Karena dia tahu Taehyung sangat mencintainya dan pria itu pasti akan menolak mentah-mentah jika dia meminta ijin untuk pindah.

Gadis itu menarik dirinya, menciptakan jarak yang cukup jauh. Gadis yang masih memakai seragam itu, mengangkat punggung tangannya dan segera mengusap air mata yang sialnya tak mau berhenti keluar.

"Taehyung-ah, aku minta maaf." Tangisan Irena tak bisa ditahan lagi, gadis itu menghela napasnya berat. "A-aku ingin hubungan kita berakhir cukup sampai di sini."

"Tidak!" Kedua mata Taehyung terbuka lebar dengan jantung yang berdegup lumayan kencang.

Beberapa saat kemudian Taehyung bangun dari posisi berbaringnya, mimpi buruk itu datang lagi. Pun sudah tiga belas tahun lebih Taehyung hidup dalam bayang-bayang Irena mantan kekasihnya.

Wanita yang teramat Taehyung cintai semenjak mereka masih berada di bangku sekolah menengah pertama hingga saat ini.

Bagi Taehyung, Irena adalah hidup dan matinya. Taehyung ingat, saat itu dia tidak sekaya ini.

Taehyung ingat meskipun hidup berkecukupan sejak kecil, keluarganya masih belum bisa melampaui keluarga Irena. Yang merupakan anak dari seseorang berpengaruh di Korea Selatan.

Hubungan yang mereka jalani rupanya merupakan sebuah kesalahan.

Sampai sekarang Taehyung masih berpikir jika Irena meninggalkan dirinya atas permintaan kedua orang tua wanita itu.

Sudah tiga belas tahun pula Taehyung tidak mendengar kabar tentang Irena. Mereka benar-benar terpisah tanpa kabar dan berita.

Irena semakin jauh di mata. Namun, tidak dengan hati Taehyung. Dia masih bisa merasakan kehadiran wanita Lee itu.

Taehyung mendudukkan dirinya, waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Beruntung hari ini hari libur, jika tidak Taehyung pasti sudah terlambat.

Kejadian kemarin masih melekat kuat diingatan Taehyung, tentang wanita muda keras kepala yang memprotes dirinya.

Astaga Taehyung merasa sial karena telah membawa Sohyun masuk dalam kehidupannya. Tapi mau tidak mau dia terpaksa harus melanjutkan rencana itu, karena kedua orang tuanya pasti tidak akan tinggal diam.

Taehyung mengambil ponselnya, lelaki itu mendesah kasar. Selalu saja begini, tidak hari kerja tidak juga dengan hari libur. Kim Taeri selalu mengganggunya.

Sepupu sialan:
Siang ini ada acara makan bersama dengan para kolega, aku harap kau akan hadir.

Taehyung melempar ponselnya ke sudut ranjang, lalu menyibak selimut yang dia pakai. Taehyung harus segera mandi agar kepalanya menjadi dingin, jika terus seperti ini kepalanya akan pecah.

Satu masalah belum terselesaikan, kini dia harus menghadapi masalah baru.

Tiada hari tanpa bekerja.

Seandainya bisa, Taehyung ingin sekali beristirahat barang seminggu saja. Namun, hati dan pikirannya seolah menolak.

Setiap kali Taehyung ingin berlibur, dia selalu mengingat kenangannya saat bersama dengan Irena.

Pada akhirnya yang bisa Taehyung lakukan hanyalah bekerja dan terus bekerja.

***

Sohyun mengunyah roti bakar buatan Namjoon dengan sangat pelan, wanita muda itu masih berpikir bagaimana caranya dia mengatakan pada Namjoon dan Ibunya jika dia ingin menikah.

Kedua orang itu masih terlihat tenang sambil menikmati sarapan pagi mereka.

Kedua kaki Sohyun yang berada di bawah meja tampak tidak tenang. Itu merupakan suatu kebiasaan Sohyun ketika dia sedang kebingungan.

Wanita muda itu bersumpah, dia akan membunuh Taehyung jika lelaki Choi itu tidak menepati janjinya.

Namun, bagaimana Sohyun bisa mengatakan keinginannya jika Namjoon dan sang Ibu ibu masih berkutat dengan aktivitas mereka masing-masing.

Bisa jadi makanan yang mereka makan tidak terasa nikmat lagi.

Terlebih urusan dengan Kakaknya Namjoon akan semakin panjang. Mengingat Namjoon merupakan sahabat baik Taehyung.

"Hyun, kenapa makannya sangat sedikit. Apa rotinya tidak enak?" tanya Namjoon yang sedari tadi memperhatikan adiknya.

Sohyun yang mendengar pertanyaan Namjoon langsung menggeleng, wanita muda itu segera menelan makanannya.

"Roti bakar dengan selai strawberry ini sangat enak Kak. Apalagi kalau Kakak yang membuatnya."

"Makanlah yang banyak. Tubuhmu semakin kecil, padahal saat masih sekolah tubuhmu sangat berisi." Namjoon mengingatkan Sohyun.

"Dengar apa yang Kakakmu katakan. Kau selalu saja begadang, makan sedikit, dan lebih banyak tidur."

Sohyun mencebik usai mendengar ocehan Ibunya. Lagi-lagi wanita baya itu memarahinya.

Namjoon mengusap puncak kepala Sohyun, lelaki itu mengambil tempat di samping adiknya. Kemudian sang Ibu menyusul, ikut duduk berseberangan dengan kedua anak-anaknya.

Mereka bertiga selalu mengawali pagi mereka seperti ini, makan bersama. Kemudian melanjutkan aktivitas masing-masing, jika di hari libur seperti ini Namjoon akan istirahat sedangkan Ibunya masih tetap berjualan.

Sohyun sendiri tidak perlu ditanya lagi. Kalian pasti tahu apa kegiatan wanita muda itu dia hanya akan duduk santai seharian sambil bermain ponsel tentunya.

Beberapa saat kemudian Sohyun mengangkat gelasnya yang berisi cokelat panas dengan sekali teguk isi gelas pun tandas.

Itu membuat Ha Eun kesal.

"Hei, apa yang terjadi. Mengapa kau minumnya terburu-buru sekali?"

"T-tidak ada apa-apa Ibu, a-aku hanya kehausan."

Sebagai seorang Ibu, feeling Ha Eun memang tak pernah salah. Terlebih dia sangat tahu kebiasaan putri bungsunya itu.

Sohyun jika dia sedang takut atau ingin menyampaikan sesuatu. Dia akan meminum apa pun dengan sangat cepat, kemudian cara bicara wanita muda itu akan tersendat-sendat.

Kebiasaan Sohyun yang satu itu terjadi sewaktu dia berusia tiga tahun.

Saat itu Sohyun terjatuh dari sepeda, lututnya pun terluka. Sohyun yang masih sangat kecil merasa takut dengan ketiga orang yang begitu menyayanginya dengan tulus.

Mereka selalu mengingatkan Sohyun untuk hati-hati, tapi gadis kecil itu masih saja ceroboh.

Alhasil dia jatuh dan terluka.

Setelah insiden itu Sohyun langsung masuk ke dalam rumah, dia mengambil segelas air minum. Kemudian menenggaknya sampai habis dan tak lama kemudian Sohyun mulai bercerita pada Ibunya kalau tadi dia terjatuh.

Gaya bicaranya yang tersendat-sendat membuat Ha Eun panik, dia takut Sohyun kehilangan napas.

Namun, seiring berjalannya waktu. Akhirnya Ha Eun pun sadar, jika itu memang salah satu keanehan yang melekat pada diri putrinya.

Dengan begitu mereka jadi tahu Sohyun sedang ada dalam masalah atau tidak.

Karena Sohyun bukanlah tipikal orang yang gampang menangis. Dia masih bisa menahan air matanya meskipun sedang kesakitan, tapi di balik itu semua mereka juga khawatir dan takut Sohyun kenapa-kenapa.

"Sohyun anakku sayang, apa yang kau pikirkan?" tanya Ha Eun lembut.

Sohyun mengangkat wajahnya, menatap sang Ibu dengan perasaan kalut.

Sejak tadi jantung Sohyun masih berdegup kencang, dia bahkan tidak tahu bagaimana caranya untuk menghentikan debaran itu.

"Bicaralah Hyun. Tidak apa-apa," ucap Namjoon. Itu membuat adiknya memiliki sedikit keberanian.

"I-ibu, Kak. A-aku
...."

Kini giliran Namjoon yang menatap Sohyun. Lelaki itu menghentikan aktivitas makannya sejenak hanya untuk memperhatikan Sohyun.

"Jangan membuat Kakak dan Ibu khawatir."

Sohyun menelan ludah samar. "A-aku, i-ingin menikah." Mata wanita itu terpejam.

Ha Eun segera melepas pisau potong roti yang ada di tangannya, wanita baya itu menenggak saliva susah. Tenggorokannya terasa sedikit kering.

Selama ini putri bungsunya itu tidak pernah berkencan, jadi bagaimana bisa Sohyun secara tiba-tiba mengatakan ingin menikah?

Namjoon mengusap kepala Sohyun dengan sayang, jika dalam keadaan seperti ini Sohyun tidak bisa dikasari. Dia mungkin sedang ketakutan sehingga bicaranya seperti tadi.

"Kau mau menikah?"

Sohyun mengangguk pelan, maniknya sudah berkaca-kaca. Sohyun ingin menangis, tapi dia tidak bisa.

"Dengan siapa, apa pria itu lebih baik dari Kakak? Jika iya, berarti Kakak akan melepas Sohyun untuknya. Namun, jika tidak. Kakak tidak bisa membiarkan kalian menikah."

"Kau mengatakan ini terlalu cepat, apa kau hamil?" Belum sempat Sohyun menjawab pertanyaan Namjoon, Ha Eun kembali mencecarnya dengan pertanyaan yang di luar dugaan.

Sontak Sohyun segera menggeleng. "I-itu Ibu, Sohyun t-tidak hamil. Dan pria itu."

Namjoon mengulas senyum, dengan tatapan yang sendu. Dia tidak rela jika Sohyun menikah dengan pria yang salah.

"Siapa?" tanya Namjoon sekali lagi.

"D-dia Choi Taehyung."

Hanya dalam sekejap, Sohyun berhasil membuat Namjoon dan Ibunya terdiam dengan pikiran yang berkecamuk hebat.

Sementara Sohyun hanya mampu menundukkan kepala dalam.

Sohyun rasa dia sedang berada dalam masalah besar. []

-16 Januari 2020
atayungkimi

.

.

Sampai jumpa di bab selanjutnya ;)

Continuă lectura

O să-ți placă și

84.3K 7.9K 21
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
57.8K 8.8K 55
Rahasia dibalik semuanya
70.9K 13.6K 15
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
90.7K 6.2K 26
"MOMMY?!!" "HEH! COWOK TULEN GINI DIPANGGIL MOMMY! ENAK AJA!" "MOMMY!" "OM!! INI ANAKNYA TOLONG DIBAWA BALIK 1YAA! MERESAHKAN BANGET!" Lapak BxB ⚠️ M...