To Be Naruto [DISCONTINUED]

By valloyard11

13K 778 158

Apa jadinya jika seorang OC bermulut pedas, banyak berpikir, dan penggila estetika masuk ke dalam tubuh Narut... More

00 » What The Hell!?
01 » Banshee, Duckbutt, and Cyclop
02 » Preparation
03 » The Bell Test
04 » Slipped Memories
05 » Wave Mission!
06 » The Attack
07 » Training and Pain
08 » Battle on the Bridge
09 » Other's View
10 » More Training and Bonding!
12 » Of The Plan and The Feel
HIATUS (I'm Sorry)
Up For Adoption??

11 » Sand Siblings and The Begining of Chūnin Exam

644 41 17
By valloyard11

Aku mengetuk-ngetukan pena ke dagu, menatap penuh perhatian ke arah daftar belanjaan yang ada di tanganku.

Hari ini hari kamis, yang itu artinya besok hari jumat, hari yang telah ditetapkan sebagai 'Bonding Day' bagi tim 7 setiap minggunya. Jumat kemarin kami sudah mengacau ditempat Sasuke, dan Jumat ini adalah saatnya tempatku yang dikacaukan. Maka dari itu aku memutuskan untuk berbelanja bahan-bahan mentah makanan, merasa yakin kalau hanya dapur yang disibukkan, apartemen itu masih akan berdiri sampai di penghujung hari.

Jadilah, aku sudah membeli beberapa sayuran dan buah-buahan, daging ayam dan selusin telur, dan bahan bahan lain untuk memanggang kue. Aku yakin Sakura akan dengan senang hati membagi resep Ayam Karaage pedas manis ibunya, dan sebagai gantinya aku akan memberinya resep Pai Apel Mama.

"Boss, apa masih banyak yang ingin kau beli!?"

Suara rengekan bernada tinggi membuyarkan lamunanku. Aku menoleh ke belakang, melihat tiga minion yang sedang kesusahan berjalan sembari membawa tas-tas belanjaan di kedua tangan. Jika kalian pikir itu karena paksaanku, maka tolong jauhkan itu dari pikiran kalian karena mereka lah yang memaksa ikut dan membantu membawa belajaan nya.

Tim Konohamaru, tiga anak kecil yang punya hero worship kepada Naruto (atau dalam kasus ini; aku), selalu mengikutiku setiap aku memiliki waktu senggang. Entah itu dalam wujud memata-matai dibawah batu berbentuk kotak, mengajak bermain ninja, atau sekedar mengunjungi untuk menceritakan hari-hari mereka di Akademi.

Aku tidak keberatan, sih. Itu artinya aku punya tiga anak untuk dijadikan kelinci percobaan terhadap resep-resep kue dan makanan ku. Sejauh ini mereka belum pernah keracunan, bahkan mereka punya favorit masing-masing (Moegi dengan permen Apel Karamel, Udon dengan kue Jahe, dan Konohamaru dengan Panekuk Vanila).

"Maaf, ya. Tapi aku harus mengambil pesanan di Toko Kue Inaba," aku terkekeh begitu mendengar mereka mengeluh keras-keras. "Begini saja, kalian pergi duluan ke apartemen ku. Saat aku pulang nanti, aku akan menanyakan satu pertanyaan tentang apa yang kalian pelajari hari ini di Akademi. Yang berhasil menjawab boleh memilih menu makan siang, caphice?"

"Caphice!" Mereka menjawab secara serempak. Awal-awal aku menggunakan kata itu, mereka kebingungan. Karena, yeah, tidak ada yang tahu slang dari Italia disekitar sini.

"Kami tunggu, ya, Naruto nee-chan!" Kata Moegi sembari berjalan menjauh.

"Jangan lama-lama, boss!" Konohamaru ikut menyahut.

"Iya! Kalian perhatikan jalan kalian, jangan sampai menabrak orang saat aku tidak ada!" Aku menjawab. Tak ada yang mau insiden tabrak-menabrak dengan Kankuro terjadi tanpa ada aku untuk menginterupsi, kan?

"Wah, wah, siapa yang tahu kalau Naruto punya insting keibuan?"

Aku menoleh pada suara yang terkesan malas itu, dan menemukan Shikamaru yang berjalan dengan kedua tangan dimasukkan ke saku celana dan wajah penuh senyuman miring. Aku memutar bola mataku.

"Memangnya kenapa kalau aku punya insting keibuan? Kau terkesan, Pineapple?" Aku bertanya, dengan nada main-main.

"Sejujurnya? Itu aneh," katanya ringan, sembari mengangkat kedua bahunya. "Kau ini kan anak berisik yang suka mengerjai orang. Itu seperti kau sudah berubah."

"Dengan gaya hidup shinobi seperti ini, waktu lima bulan adalah waktu yang cukup lama untuk seseorang bisa berubah," jawabku, mengikuti gesturnya. "Atau mungkin, sifat itu memang sudah ada dalam diriku. Dan butuh jutsu gila dari Mizuki untuk memicu nya."

"Dan dalam waktu lima bulan itu juga kau berubah menjadi lebih bijak dan poetik," Shikamaru menggumam, namun masih bisa ku dengar.

"Yeah, yeah, cukup tentangku. Bagaimana dengan tim 10? Maaf, ya, terakhir kali kita bertemu tak berjalan begitu baik." Aku terkekeh, mengingat kejadian dua minggu yang lalu.

Hari itu tim 7 bertemu dengan tim 10 saat sedang berlari dengan pemberat, hal rutin yang kami lakukan untuk menjaga daya tahan tubuh dan kecepatan kami. Saat itu tim 10 sedang belajar berjalan secara vertikal di batang pohon, jadi kupikir kenapa tidak mampir sebentar untuk menyapa? Lagipula aku sudah lama tidak bertemu Shikamaru dan Chouji. Sakura juga mungkin merindukan Frenemy-nya. Dan Sasuke bisa berlatih berinteraksi dengan manusia selain tim 7 dan Hokage. Itu adalah win-win situation!

Tapi ternyata itu bukanlah hal bijak untuk dilakukan.

Dengan mengurangnya tingkat fangirling Sakura, aku kira dia mendingin bersama Ino. Tapi nyatanya tidak, mereka tetap saling terbakar satu sama lain. Dan jika bukan karena si Duckbutt, itu karena fuckin' teamwork.

Sejak misi di negeri Ombak, Sakura menjadi penjunjung tinggi kerjasama tim secara ekstrim. Sakura lah yang berinisiatif untuk mengadakan 'Bonding Day' setiap minggunya. Dia bahkan mengusulkan untuk mengadakan acara Sleepover setidaknya sebulan sekali, yang mana itu belum terwujud. Karena hubungan kita belum sampai situ, kata Duckbutt.

Aku tidak yakin dimana pertengkaran mereka dimulai, yang pasti itu sudah berlangsung lebih dari empat menit sampai akhirnya aku dan Sasuke memutuskan untuk menggeretnya dari sana. Untung saja mereka tidak sempat menumpahkan darah satu sama lain.

"Itu tidak pernah bisa dihindari. Ino dan Sakura memang gadis yang merepotkan."

Aku menggelengkan kepala, Shikamaru dan semua keluhannya.

Kami berdua sampai didepan toko Kue Inaba. Aku tanpa ragu masuk kedalam toko, yang anehnya diikuti oleh Shikamaru. Toko kue ini menyajikan kue-kue manis yang kebanyakan berasal dari luar Elemental Nation, tempat dimana bahasa inggris dunia ini berasal. Toko ini juga menjual bahan-bahan berkualitas, apalagi bubuk kakao dan matcha nya. Dan yang paling ku suka adalah, keluarga Inaba, pemilik toko, tidak peduli tentang statusku sebagai jinchūrīkī yang ku pegang dan tetap melayaniku dengan ramah. Tidak banyak yang seperti itu di Konoha, makanya aku berlangganan secara permanen di toko ini.

"Selamat datang di toko kami," kata Inaba Ran, anak perempuan keluarga Inaba yang menjaga kounter. Dia tersenyum begitu melihatku. "Hai, Naruto-chan, mau mengambil pesanan?"

"Tentu, Ran nee-san."

"Sebentar, ya. Aku akan mengambilnya." Setelah itu, dia menghilang dibalik pintu dibelakang kounter.

"Aku baru tahu kalau kau suka mampir ke tempat seperti ini," kata Shikamaru, sembari melihat-lihat kue yang terpajang di etalase.

"Banyak yang tidak kau tahu tentangku," jawabku. "Lagipula, ini bukan pengetahuan umum. Hanya para minion dan tim 7 yang tahu kesukaanku pada estetika makanan manis. Oh, dan kau barusan."

Shikamaru hanya mengangguk.

Bel tempat pintu dipasang berbunyi, dan aku tahu pasti ada pelanggan yang masuk. Yang tidak ku duga adalah siapa yang memasukinya.

Dua orang, satu kepala pirang dan satunya coklat. Masing-masing menggendong senjata mereka, kipas raksasa dan boneka. Dan jangan lupakan headband berlambang desa Suna. Mereka Temari dan Kankuro.

Haha, damn.

Kankuro dan Temari menjatuhkan pandangan mereka ke arahku, lalu Shikamaru. Dari sudut mataku, aku yakin Shikamaru melakukan hal yang sama.

Saat ini aku sedang memakai pakaian santai ku (hoodie biru muda dengan celana pendek putih), jadi kemungkinan mereka mengira aku adalah warga sipil. Tapi Shikamaru sedang dalam pakaian misinya. Dan meskipun Konoha dan Suna adalah rekan, semua tahu bahwa hubungan itupun sangat tegang. Jadi wajar saja tensi meninggi begitu ninja dari masing-masing desa saling bertemu.

"Selamat siang," aku menyapa, tak tahan dengan tegangnya suasana. "Inaba-san sedang kebelakang, mohon tunggu sebentar, ya."

Oke, entah kenapa aku malah terdengar seperti nona kasir di supermarket dan bukannya orang yang ingin mencoba ramah. Apalagi ketika Temari hanya mengangguk sementara Kankuro tetap melanjutkan sesi tatap-menatap nya bersama Shikamaru.

Astaga, ini awkward sekali. Aku sudah sangat mengantisipasi hari dimana aku akan bertemu sand siblings, dan mencoba membentuk skenario dimana aku bisa berteman dengan mereka. Tapi aku tidak menduga bahwa akan seaneh ini bertemu mereka diluar insiden tabrakan dari Konohamaru.

"Apa ini pertama kalinya kalian datang ke Konoha?" Aku bertanya, masih belum ingin menyerah untuk membangun hubungan.

"Ya, ini pertama kalinya untuk kami," setidaknya kali ini Temari sudi menjawab.

"Hmm, kalian harus berkeliling kalau begitu, ada banyak tempat-tempat bagus disekitar desa kami. Juga toko-toko maupun restoran yang menjual makanan enak, seperti toko ini. Aku bisa mengantar kalau kau mau." Bagus, sekarang aku malah terdengar seperti pemandu wisata.

Saat Temari menaikkan alisnya, aku merasa ingin sekali menggali lubang dan mengubur diriku sendiri disana. Tapi Temari tetap menjawab dengan sopan. "Terima kasih, mungkin akan kami pikirkan nanti."

Oke oke, mari kita ganti topik. "Kau suka makanan dari luar Elemental Nation?"

"Sebenarnya, ini pertama kalinya bagiku. Saat aku melihat makanan-makanan yang terlihat unik dipajangan dekat jendela, aku jadi tertarik untuk mencoba," jawab Temari. "Tapi aku tak tahu harus mulai dari yang mana."

"Aku cukup tahu banyak tentang desert dari luar," aku berkata secara otomatis, dan rasanya aku malu sendiri. Ini terlihat seperti aku punya motif tersendiri untuk terus mengajak nya mengobrol.

"Hm... kau bisa membantuku kalau begitu?"

Pertanyaan itu hampir membuatku tersandung. Awalnya aku tak tahu harus menjawab bagaimana, tapi begitu aku sadar apa yang dia tanyakan, aku langsung mengangguk dan tersenyum. "Dengan senang hati."

Dan itulah bagaimana aku dan Temari mengobrol panjang lebar mengenai makanan ini dan itu, dan Shikamaru dan Kankuro yang saling mengirimkan tatapan listrik sebagai latar belakang. Ketika Ran nee-san muncul, saat itulah tanda bahwa percakapan kami disudahi.

"Terima kasih atas bantuannya," Temari tersenyum. Bukan senyum sopan yang mengatakan 'kau beruntung aku sedang memiliki mood yang bagus', tapi senyuman tulus yang mengatakan 'kau cukup membantu'.

Ini pertanda baik, kan?

"Tidak masalah, aku senang bisa membagi ketertarikan ku terhadap makanan manis," aku melambaikan tangan didepan wajahku, lalu teringat satu hal vital yang belum aku tanyakan. "Eh, aku lupa belum memperkenalkan diri secara benar. Namaku Uzumaki Naruto, dan temanku ini Nara Shikamaru."

Dibelakangku, Shikamaru mengangguk.

"Ah, aku Temari dan ini adikku Kankuro." Kankuro mengangguk juga dibelakang Temari.

"Ku kira ini sudah saat nya kami pergi, ada tiga minion yang sedang menunggu di rumah," kataku, sembari mengambil paper bag di atas kounter, yang langsung diambil oleh Shikamaru. Aku menaikkan alisku kearahnya, sebelum memberi senyuman kearah Temari dan Kankuro. "Sampai jumpa lagi, Temari-san, Kankuro-san. Terima kasih atas bahan-bahan nya, Ran nee-san."

"Sampai jumpa," balas Temari.

Aku dan Shikamaru keluar dari toko dan berjalan beriringan ke arah apartemenku. Dan di perjalanan itu pikiranku mulai bekerja.

Temari dan Kankuro sudah muncul, ini pertanda bahwa ujian Chūnin sudah dekat, dan sama halnya dengan hal vital lain. Apa yang harus ku lakukan tentang ini? Padahal aku sudah mulai menemukan kedamaian dikehidupan ini.

"Aku tidak suka mereka," perkataan Shikamaru barusan membuyarkan pikiranku. "Aura mereka tidak mengenakkan."

Aku langsung tersenyum geli. "Sejak kapan kau bisa merasakan aura orang lain?"

Shikamaru hanya mengangkat kedua bahunya, dan aku menggelengkan kepalaku.

"Apa kau mau menjadi gentleman dan membawa itu sampai ke apartemenku?" Aku menunjuk ke arah paperbag yang ada ditangannya. "Karena kalau iya, kau bisa sekalian mampir untuk makan siang, aku punya es krim matcha untuk makanan penutup. Tapi menu makan siang hanya akan ditentukan oleh salah satu minion, sih."

Shikamaru menatapku sebentar, lalu kembali melihat kedepan. "Merepotkan, tapi baiklah."

   

●●●

 

Hari jumat, dan Bonding Day milik tim 7 berjalan dengan baik. Diawal hari, kami membuat chocolate truffle dan limun untuk dinikmati sampai makan siang tiba. Karena aku tidak memiliki playstation ataupun televisi, kami memutuskan untuk bermain monopoli. Yang mana membuahkan hasil dengan tanah milik Sakura tersebar diseluruh penjuru Elemental Nation, Sasuke yang masuk penjara dan masih belum bisa keluar, dan penginapan ku yang hanya tersisa di desa Taki dan desa Hoshi karena bangkrut.

"Permainan bodoh," Sasuke menggeram, masih belum bisa mendapatkan angka kembar untuk keluar dari penjara.

"Bilang saja kau memang tidak bisa main, Duckbutt." Kataku, menyeringai jahil. Sasuke yang kesal langsung melempar dadu ditangannya ke arahku.

"Baiklah, baik," Sakura menginterupsi. "Daripada kalian menjadi semakin ganas, lebih baik kita mulai membuat makan siang."

Seperti yang aku duga, Sakura dengan senang hati membagi resep Karaage ibunya untuk makan siang. Sebagai ganti, aku mengajarinya cara memanggang pai Apel untuk bekal kami memancing nanti.

Ini semua sangat domestik, kalau kupikir. Bagaimana kami jatuh dalam ritme yang sangat familiar, seolah kami sudah melakukannya selama bertahun-tahun. Bagaimana aku dan Sakura berkoloborasi dengan epik dalam memasak, dengan konstan saling mengulurkan bahan dan bumbu secara bergantian. Lalu Sasuke, dengan perhatiannya menyiapkan peralatan makan diatas meja dalam diam. Ini aneh, perasaan aneh yang baik. Itu bahkan membuatku lupa masalah yang akan datang sejenak, sampai Kakashi datang dan mengingatkannya.

"Wah, wah, pemandangan apa ini yang kulihat disini..." kata Kakashi, secara tiba-tiba muncul di jendela dapur, dan membuat Sasuke tersedak ayamnya.

"Hai, 'Kashi-sensei!" Aku menyapa secara otomatis. "Kau mau ikut makan bersama kami? Kami punya Karaage yang dimasak dengan resep Mebuki-san, ada Kiriboshi Daikon yang direbus dengan wortel, dan sup Miso yang berisi Tofu dan Tomat Ceri. Tapi kami tidak punya terung, sih."

Meski berusaha untuk tidak kentara, tapi aku dapat melihat bagaimana mata Sasuke dan Sakura langsung melirik kearah Kakashi, atau lebih tepatnya ke arah maskernya. Itu adalah misteri yang belum bisa mereka pecahkan selama berbulan-bulan. Padahal sudah berbagai cara dilakukan untuk bisa melihat apa yang ada dibalik maskernya, tapi semua selalu gagal. Hanya aku yang tidak terlalu berusaha, karena, yea, aku sudah melihat estetika dibalik masker itu. Berulang-ulang kali.

"Hmm, mungkin lain kali saja, ya." Kata Kakashi, membuat bahu Sasuke dan Sakura sedikit turun karena kecewa. "Sebenarnya, aku datang untuk memberi kalian ini."

Tiga kertas diberikan ke Sasuke, yang duduk paling dekat dengan jendela. Duckbutt itu lalu memberikan kepadaku dan Sakura masing-masing satu. Dan apa yang tertulis di kertas itu memukulku lebih keras dari apa yang ku bayangkan.

"Ujian Chūnin?" Suara Sakura terdengar bertanya.

Kakashi menjelaskan sesuatu entah apa itu, tapi aku tidak lagi dapat mendengarkan. Telingaku berdenging, pikiranku hanya dapat tertuju pada dua kata; Ujian Chūnin.

Oh, Tuhan, aku tahu aku sudah mengantisipasinya semenjak bertemu dengan Sand Siblings, tapi tetap saja ini benar-benar membuatku terkejut. Ini cepat sekali! Apa yang harus aku lakukan? Apaaa!?

Apa aku harus mencegah kematian Sandaime Hokage? Tapi bagaimana caranya? Kirim surat? Gila, siapa yang akan percaya pada secercah kertas? Konfrontasi langsung? Itu lebih gila, siapa yang akan menjamin aku tidak akan diserang habis-habisan oleh seorang Yamanaka?

Ada sedikit bagian dari diriku yang ingin membiarkan semua berjalan sesuai canon, jadi aku tidak perlu repot dan panik daj khawatir akan kelangsungan semua. Tapi itu sangat egois, kan? Bagaimana bisa aku duduk diam saja seolah tak tahu apa-apa sementara aku bisa mencegahnya?

"Harpy!"

Kepalaku mengangkat mendengar panggilan itu. Tanpa sadar aku terus diam dan menatap kertas secara intens dan sama sekali tak mendengarkan. Terlalu tersesat dalam pikiran.

"Kau bilang apa?" Tanyaku.

"Aku bilang, kita sudah siap untuk ujian ini," jawab Sakura. "Kau setuju, kan?"

Sudah siap? Entahlah, aku tidak tahu. Memang, Sakura sudah tak lagi menjadi penggemar fanatik dan lebih serius dalam menjalani karirnya sebagai Kunoichi. Memang, Sasuke mengurangi arogan nya dan meningkat pesat dalam ninjustu dan kenjutsu. Memang, aku sudah lebih baik dalam segel dan elemen angin ku. Tapi itu cukup?

Kerjasama tim kami membaik, dan kami telah menyelesaikan beberapa misi C-rank dengan mulus karena hal itu. Tapi jika kami ikut ujian ini, maka kami akan mendaratkan kaki ke level yang lebih tinggi lagi. Apa kami sudah siap untuk masuk ke level itu?

Cih, siapa yang berusaha aku bodohi disini?

"Yea, tentu saja. Kita kan calon sanin generasi kedua. Ujian seperti pasti akan bisa kita lewati," kataku, berusaha agar nadaku terdengar ceria dan sombong.

Aku kembali mengangkat kepalaku, dan menatap satu-persatu ekspresi dari mereka. Sakura tersenyum cerah sekali, sangat excited dengan konsep ini. Kakashi memberikan eyesmile, tapi aku tak bisa membaca garis bibirnya dibalik masker sialan itu. Sasuke... dia menatapku tanpa ekspresi awalnya, tapi setelah beberapa detik, seringai Uchiha nya tergambar di wajah itu.

Kalau begitu, aku harus mulai membuat rencana, kan?

  

●●●

  

Helloooo, guuuys!! I miss u so muuch!!

Ini udah lebih dari tiga bulan (atau empat?) Semenjak aku update terakhir.

I am sorry, I really am. Beberapa bulan terakhir adalah masa yang lumayan mendistraksi. Banyak insiden pokoknya. Dan yang parahnya, cerita yang udah aku tulis susah susah, hilang gak berbekas. Hari itu hampir aja aku ngamuk di dalam kamar.

Aku udah selesain chapter yang lain, meski chapter itu masih dalam tahap touchy touchy feely nya Naruto tentang ujian chunin. Dan aku masih dalam tahap penulisan chapter task pertama, pengenalan tokoh lain, yada yada yada. Dan kalo mood ku ini terus berlanjut, mungkin selama ramadhan aku bisa tulis sampai task ke tiga ujian.

Dear readers, gimana kabar kalian? Aku harap kalian tetap sehat di tengah tengah corona fiasco ini. Semua sekolah diliburkan, dan itu buat aku lumayan kesel karena gak bisa dapat uang saku. Apalagi pelajaran mesti tetap berlanjut dari rumah via internet. Aku ini old fashion, guys. Dan aku gak suka belajar tanpa tatap langsung sama guru nya.

Aaand, selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalani!!
Ramdhan kali ini sepiii banget. Gak bisa ngabuburit karena corona, dan gak akan kebayang gimana lebaran nanti, pasti gak akan dapet THR sebanyak tahun lalu :p

Tetep jaga kesehatan guys, banyak banyak minum air putih yaa. Mari kita berdoa semoga pandemi ini cepat berlalu dari muka bumi, aamiin.

Salam manis,
Vallo

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 60.2K 73
In which the reader from our universe gets added to the UA staff chat For reasons the humor will be the same in both dimensions Dark Humor- Read at...
160K 5.7K 42
❝ if I knew that i'd end up with you then I would've been pretended we were together. ❞ She stares at me, all the air in my lungs stuck in my throat...
599K 12.7K 43
i should've known that i'm not a princess, this ain't a fairytale mattheo riddle x fem oc social media x real life lowercase intended started: 08.27...
174K 4.6K 40
" She is my wife, stay away from her!" " Keep trying she will remain mine. " " Show me your scars, I want to see how many times you needed...