The Tale Of Jaemin

By milyzaleaa

6.7K 816 167

PUS || Parallel Universe Series #Book 2 Sekitar 2 tahun lalu, Jaemin dikabarkan menghilang tanpa kabar. Dia t... More

Prolog
2. Meninggalkan Rumah
3. Selamat Datang

1. Kotak Musik

1.9K 233 64
By milyzaleaa

Jaemin. Laki-laki berumur tujuh belas tahun -umur Korea- itu sudah malas menghabiskan waktu hampir setengah tahun di rumah.

Dia tidak diperbolehkan berjalan ke luar rumah karena masalah kesehatannya dan juga takut nanti ada fans yang melihatnya.

Peraturan ketat dari sang ibu membuat Jaemin mau tak mau berdiam diri di rumah. Menghabiskan waktu dengan bermain game, menonton tv, atau mencari informasi tentang member NCT Dream di artikel-artikel berita.

Dalam hati. Jaemin sungguh merindukan ke-enam member dream yang selalu menjadi penyemangatnya selama ini.

Jaemin juga telah menghabiskan banyak sekali waktu bersama empat member diantaranya.

Sejak masuk ke agensinya SM Enterteinment, Jaemin memiliki hubungan yang cukup baik dengan para trainee lain yang umurnya tak terpaut jauh dari Jaemin.

Ingin rasanya Jaemin ikut comeback bersama NCT Dream ketika mereka mengeluarkan lagu My First and Last. Namun apa daya, agensi tidak memperbolehkannya ikut sebelum kesehatannya pulih benar.

Padahal kalau Jaemin mau jujur. Dia sudah sembuh dari sakitnya. Punggung yang memiliki masalah itu tidak lagi terasa sakit saat bergerak. Jaemin benar-benar melalui masa pengobatan dengan sangat baik agar bisa secepatnya kembali bersama enam member dream.

Sampai pada hari itu. Di musim dingin, tepatnya seminggu setelah NCT Dream comeback.

Jaemin dengan sengaja keluar rumah untuk mencari makanan hangat. Dia bosan di rumah terus menerus, lagi pula punggungnya sudah sembuh dan tidak sakit lagi.

Jaemin memutuskan pergi ke sebuah kedai ramen, makan ramen di sana secara sembunyi-sembunyi agar tidak ada orang lain yang mengenalinya.

Sepulangnya dari sana, Jaemin bertemu dengan seorang perempuan berusia enam puluhan yang berjualan barang bekas. Hati Jaemin yang memang lembut itu tergerak untuk membeli salah satu barang bekas dari si nenek -begitu Jaemin memanggilnya-.

"Bisa saya beli kotak musiknya?" Jaemin bertanya sopan, matanya tak bisa lepas dari kotak musik dengan hiasan tiga kuda berbeda warna.

Si nenek mengangguk, menyerahkan kotak musik langsung pada Jaemin.

"Berapa, Nek?"

Si nenek tersenyum, menggeleng pelan. "Ambil saja, itu gratis untukmu."

"Ah, tidak Nek, saya tidak enak." Jaemin mengeluarkan beberapa lembar won, memberikannya ke si nenek. "Terima kasih, Nek." Jaemin membungkuk hormat, lalu pergi meninggalkan si nenek.

Si nenek memandangi punggung Jaemin dengan senyum mengembang. "Kotak itu akhirnya menemukan pemilik yang baru."

Waktu itu, Jaemin tidak tahu apa fungsi kotak musik yang ia beli dari si nenek penjual barang bekas. Dalam pikirannya, Jaemin membeli kotak musik itu hanya untuk membantu si nenek saja. Tidak lebih, tidak kurang.

Kotak musik yang Jaemin beli dia taruh begitu saja di dalam lemari. Tidak dimainkan atau diutak-atik.

Baru sekitar tiga bulan kemudian Jaemin ingat kalau dia punya kotak musik berbentuk komedi putar itu.

Jaemin segera mengambil kotak musik dari dalam lemari. Dia taruh kotak musik itu di atas kasur.

Jaemin mencari tombol di kotak musik untuk memainkannya. Setelah menemukan tombol, dia menekan tombol itu.

Musik mulai mengalun indah. Tiga kuda beda warna berputar pelan, mengiringi alunan musik seakan tengah menari.

Suara alunan musik itu menenangkan Jaemin. Hati Jaemin menjadi tenteram setelah mendengar suara kotak musik.

Beberapa menit berputar, kotak musik akhirnya berhenti. Jaemin bersiap menekan tombol kotak musik lagi agar alunan musik kembali bermain. Namun, sebelum dia sempat melakukannya, sebuah cahaya terang lebih dulu memancar keluar dari kotak musik.

Jaemin refleks menutup mata menggunakan lengan, menghindari cahaya terang dari si kotak musik.

Beberapa saat Jaemin merasa ada pusaran angin di sekelilingnya. Angin yang begitu besar sampai dia berpikir benda di dalam kamarnya akan berantakan.

Setelah angin dan cahaya terang menghilang, Jaemin menurunkan lengan dari wajah. Matanya terbuka sebelah, mengintip sekiranya apa yang akan dia dapatkan sesudah membuka mata.

"Haalloo."

"WAAAAAA!!"

Gubrak.

Jaemin jatuh terjerembab ke lantai ketika sesosok peri muncul tepat di depan wajahnya.

"Aduh! Eomma sakittt!" Jaemin merintih. Punggungnya baru saja sembuh, dan kini dia jatuh dengan tidak elitnya ke lantai.

Semoga saja tulang punggungnya tidak terluka.

"Hei!" Si peri terbang mendekat ke Jaemin.

"EH EH EH. MUNDUR! JANGAN DEKET-DEKET!" Jaemin menunjuk-nunjuk si peri dengan mata melotot.

Peri yang ditunjuk tidak mengindahkan seruan Jaemin. Peri itu terus terbang mendekat.

"HUAAA EOMMA TOLONGIN NANA!" Jaemin berteriak panik. Dia sudah memundurkan tubuh sampai mentok dinding. Berusaha menghindar dari sosok kecil yang bisa terbang.

"Iihh! Cowok macam apa kamu. Sama peri aja takut kayak liat hantu." Si peri mengarahkan telunjuk kecilnya ke dahi Jaemin. Menekan jari telunjuknya sampai Jaemin merasa dahinya panas.

"Yak! Panas!" Jaemin menepak sosok peri menjauh dari wajahnya.

Si peri jatuh terpelanting ke lantai akibat tepakan Jaemin.

"Ishh! Dasar manusia menyebalkan." Si peri membersihkan baju yang dia pakai.

Untuk ukuran peri kecil, debu di kamar Jaemin ini sangat banyak.

"Kamu yang nyebelin. Tiba-tiba muncul entah darimana. Dasar peri setan!"

"Heh! Sembarangan kalau bicara." Si peri terbang mendekat ke arah Jaemin.

"Kenalin, aku Tintin. Peri pembuka gerbang dunia paralel." Tintin, si peri berputar kecil di depan Jaemin sebelum membungkuk seraya menarik sedikit ujung roknya ke atas. Memberi salam ala peri.

Raut wajah Jaemin tampak kebingungan. "Maksudmu?"

"Haish. Tidak mengerti juga ya?" Tintin menggerakkan sayap, terbang mendekat ke Jaemin. "Tanganmu."

Jaemin mengangkat alis. "Apa?"

"Uluran tanganmu!" perintah Tintin.

Jaemin mendecih sebelum mengulurkan tangan.

Tintin segera terbang ke arah tangan Jaemin dan duduk di sana. "Gitu dong dari tadi. Kan capek terbang mulu." Tintin sudah duduk santai di atas telapak tangan Jaemin.

Jaemin rasanya ingin memakan peri itu kalau saja rasa penasarannya tidak lebih tinggi.

"Jadi sekarang apa?" tanya Jaemin.

Tintin mengangkat bahu. "Aku ngantuk. Mau tidur."

"HEH!" Jaemin berseru di depan Tintin.

"Waaaaa!" Tintin terjatuh dari telapak tangan Jaemin. "Ishh. Bisa nggak sih biasa aja ngomongnya. Jangan di depanku. Aku bisa jatuh kalau terkena tekanan angin dari mulutmu. Mana bau lagi."

Mendengar kata bau dari Tintin, Jaemin langsung mengecek bau mulutnya. Dia mendekatkan telapak tangan ke mulut, meniupnya. "Nggak ah nggak bau. Bohong kamu!" seru Jaemin ke Tintin yang sudah kembali terbang.

"Tau ah." Tintin memposisikan dirinya di depan Jaemin. "Pokoknya aku ini seorang peri pembuka gerbang dunia paralel."

"Dunia paralel?"

Tintin mengangguk. "Ya, dunia paralel. Cerminan dari dunia di mana kamu tinggal." Tintin menunjuk Jaemin.

"Aku tidak pernah mendengar tentang dunia paralel," kata Jaemin.

"Tentu saja tidak pernah. Tidak semua orang tahu keberadaan dunia paralel. Begitupun semua makhluk yang tinggal di dunia paralel. Hanya para penjelajah dunia paralel saja yang tahu apa itu dunia paralel."

"Tunggu!" Jaemin memijit pelipis. "Aku tidak mengerti maksudmu."

"Ya sudah kalau tidak mengerti." Tintin melambaikan tangan, bergerak menuju sebuah bingkai foto.

"Wah, itu kamu?" Tintin menunjuk sebuah foto yang menampilkan lima orang anak berumur belasan tahun.

"Iya." Jaemin menjawab singkat. Dia marah karena si peri mengabaikan dirinya.

Tintin mengangkat foto di dalam bingkai dengan teknik kinetik. Maksudnya, dia menggerakkan foto tanpa menyentuhnya sama sekali.

"Eh eh jangan!" Jaemin berseru.

Tintin tersentak kaget dan kehilangan fokus mengendalikan foto. Akhirnya foto itu jatuh berserakan ke lantai.

"YAK! AKU KAN SUDAH BILANG JANGAN!" Jaemin berteriak kesal, mengacak rambutnya frustasi.

"NA JAEMIN! KAMU BICARA SAMA SIAPA SIH? CUKUP PUNGGUNG KAMU AJA YANG SAKIT KEJIWAAN KAMU JANGAN!" Terdengar teriakan kencang dari luar kamar Jaemin.

Jaemin menghela napas. Ibunya itu memang benar-benar.

Masa Jaemin dikatai gila. Jaemin itu tidak gila. Dia hanya kaget saja melihat sesosok peri muncul di kamarnya, bercerita tentang dunia paralel, lalu menghancurkan bingkai fotonya.

Apa semua peri sama menyebalkannya seperti Tintin?

"NA!"

"IYA EOMMA. AKU BICARA DENGAN JENO DI TELEPON." Jaemin balas berteriak. Sedikit berbohong kepada ibunya.

Tidak apalah. Toh Jeno juga tidak akan keberatan namanya dibawa-bawa. Ya selama Jeno tidak tahu sih. Hehe.

"Dasar pembohong!"

"Yak! Kamu yang memecahkan bingkai fotoku. Ganti!" kesal Jaemin.

"Bingkai kayak gitu aja. Murahan pasti."

"Aishhh!" Jaemin sungguh tidak tahan dengan Tintin.

Baru beberapa menit lalu peri itu tiba-tiba muncul begitu saja. Sekarang kepala Jaemin rasanya mau meledak menghadapi peri kecil itu.

Perkataan ibu Jaemin sepertinya akan terjadi beberapa waktu lagi. Jaemin benar-benar bisa kehilangan kewarasan hanya karena sesosok peri kecil yang memperkenalkan diri sebagai peri pembuka gerbang paralel.

___The Tale of Jaemin___

To Be Continue

.
.
.

Halooo..

Chapter ini nggak ada revisi sampe 2 chapter ke depan ya dari cerita yang aku unpublish sebelumnya, jadi boleh dilewat aja kalo yang udah baca karena isinya sama😁

Tunggu buat chapter selanjutnya ya aku lagi baca dulu dan mastiin kalo alurnya udah aku inget💚💚💚

Continue Reading

You'll Also Like

60.6K 6.3K 22
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
298K 22.9K 104
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
58K 6K 19
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
190K 9.3K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...