Blind Flower Girl

By Jungmate

554 35 8

Seorang gadis yang membuatku tertarik dan penasaran sejak pertama kali jumpa. Beberapa kali kami bertemu seca... More

2. Tetangga Baru
3. Nydia, the Bilind Flower Girl
4. Teman Baru
5. Stay by Post Malone
6. Nina Bobo
7. Hanamasa
8. Canon D' Major

1. Gadis Malaikat

183 4 0
By Jungmate

Susan POV

Musim hujan merupakan sebuah berkah dan juga merupakan musibah. Tergantung dari mana sudut pandang kita. Jika kita berpikir positif bahwa hujan menyirami tumbuhan dan memberi kita tampungan air maka akan menjadi berkah. Tetapi jika kita berpikir hujan menimbulkan kemacetan dan jalanan yang licin hingga menyebabkan kecelakaan maka akan menjadi musibah.

Aku sedang menunggu jemputan, dan tiba-tiba hujan turun mengguyur lingkungan sekitar. Kuputuskan untuk mengambil tempat berteduh di depan sebuah toko CD. Kuperhatikan sekitar, tepat di samping kananku terdapat seorang gadis cantik yang sedang berteduh sama sepertiku. Dia tampak tenang dan pandangannya lurus ke depan.

Wajahnya berbentuk bulat kecil dengan mata yang sedikit sipit, hidungnya kecil dan bibirnya tipis. Sungguh perpaduan yang sempurna, terlebih kulitnya berwarna putih susu dan bertekstur mulus melengkapi bagian tubuhnya. Perawakannya kecil dan mungil, yang mana cocok dengan wajahnya yang manis. Ujung kepalanya menyembul sedikit di atas pundakku, yang ku taksir tingginya sekitar 155cm.

Sudah hampir 30 menit aku menunggu jemputanku yang tak kunjung datang. Aku segera menghubungi ibuku yang sedang menjemputku. Dan benar saja ibu sudah menelfonku beberapa kali tapi tak ku angkat. Ibu bilang dia tengah terjebak macet karna ada tabrakan di depannya. Memang sih, musim hujan seperti ini sangat rawan untuk terjadi sebuah kecelakaan. Merasa bosan dengan gadget di tanganku aku melirik sekitar.

Kulirik gadis yang berada di sebelah kananku, dia tak berubah tempat barang se-cm. Kuputuskan untuk membuka obrolan dengannya.

"Hujannya ga berhenti-berhenti ya"

"..." tak ada jawaban darinya, pandangannya tetap tertuju pada jalanan di depan

"Em.. kenalin namaku Susan" lanjutku sambil menjulurkan tanganku yang tak mendapat sambutan darinya. Apa aku yang terlalu SKSD (sok kenal sok dekat) atau memang dia tipe yang sombong atau mungkin pemalu akupun tidak tahu. 

Ibu baru saja mengirimiku sebuah pesan yang berisi "Sue, kamu pesan taksi online saja ya, sepertinya ibu akan lama karena polisi butuh beberapa saksi untuk dimintai keterangan prihal kecelakaan beruntun yang baru terjadi". Segera setelah membaca pesan dari ibu aku memesan taksi online. Tak kunjung lama taksi online yang ku pesan datang. Aku sempat terdiam sejenak kmudian aku berpamitan pada gadis di sebelahku.

"Emm.. aku pergi dulu ya, dah.." dan seperti yang kutebak dia tak menggubrisku sama sekali, toh apa ruginya bersikap ramah.

Setelah 40 menit perjalanan akhirnya aku tiba di rumahku. Aku tinggal di perumahan elite "The Hills Regency". Aku pindah ke mari sekitar dua minggu yang lalu. Rumah ini milik pria yang baru saja dinikahi oleh ibuku, namanya om Tono. Om Tono merupakan pria yang baik dan bertanggung jawab. Istrinya telah lama meninggal dan beliau tak memiliki anak. Om Tono sudah dekat dengan ibuku sejak tiga tahun lalu tapi mereka baru menikah baru-baru ini dengan alasan mungkin aku tak akan setuju. Mana mungkin aku membiarkan ibuku sendiri selamanya dan menghalangi kebahagiannya. Ayahku telah wafat lima tahun lalu dikarenakan serangan jantung. Aku dan ibu sangat terpukul saat itu, tapi kami berhasil bangkit dan melanjutkan hidup.

Aku berjalan memasuki kamar, meletakkan tas beserta barang bawaanku kemudian menuju kamar mandi untuk membersihkan badan. Seusai mandi, aku membaringkan tubuhku di atas kasur berukuran queen size miliku. Sejenak aku terbayang wajah gadis yang berteduh bersama di sampingku tadi. Bagaimana wajahnya yang bagai malaikat bertolak belakang dengan sikapnya yang sangat tak acuh. Aku tertawa sendiri memikirkannya.

Tampilan gadis malaikat tadi mirip dengan seorang artis thailand bernama Aom Sushar. Wajah mereka benar-benar memiliki kemiripan yang sangat besar sekitar 90% dan tatapannya yang tak acuh dengan bentuk wajah yang sangat manis membuatku selalu membayangkannya.

...

Cahaya matahari memenuhi sebagian kamarku melewati sela-sela jendela. Matahari hampir terbit sempurna, menunjukkan bahwa aku harus segera bangkit dari kasur dan bersiap.

We never learn we been here before

Why are we always stuck and running from

The bullets

The bullets

Lagu Sign of the Times by Harry Styles merupakan alarmku di pagi hari. Aku segera mengambil gadget dan mematikan alarm. kulirik jam dinding, jarum pendek tepat berada diangka tujuh dan jarum panjang diangka dua belas.

"jam 7!!! huh?" aku bergegas mandi kemudian turun untuk sarapan bersama. Kulihat dua orang yang sedang kasmaran di hadapanku, malas untuk melihatnya aku hanya mengambil sepotong roti dan memakannya di jalan.

"Sue, sarapan nasi dulu.." teriak ibu

"Ini roti aja, ntar makan di kantin gampang" tanggapku pada ibu yang masih bermesraan dengan om Tono.

Aku berangkat menggunakan sepeda motor Scoopy yang baru saja dibelikan oleh om Tono. Sebenarnya beliau ingin memberiku mobil Jazz merah miliknya, namun aku menolak dengan alasan kurang efisien jika menggunakan mobil. Dan akhirnya beliau membelikanku sebuah sepeda motor Scoopy berwarna pink.

Hari ini merupakan hari pertamaku diawal semester genap. Yap aku tengah berada di masa perkuliahan. Aku mengambil jurusan Psikologi di sebuah universitas negeri lokal. Universitasku memang tidak seterkenal UI (Universitas Indonesia) ataupun segagah UGM (Universitas Gajah Mada), tetapi setidaknya masih masuk top20 seindonesia. Dan untuk jurusan psikologi sendiri mendapatkan akreditasi A.

Mata kuliah pertamaku merupakan Biopsikologi, ilmu yang mempelajari proses mental manusia dan bagaimana proses tersebut dapat terjadi. Matkul ini merupakan satu dari lima matkul utama Psikologi.

"Sue, ayok ke kantin" ajak Nina segera setelah dosen meninggalkan kelas. Nina sendiri merupakan temanku dari semester awal.

"Ngapain?"

"Ngepet"

"Hahh?"

"Ya makanlah dodol.. cepetan laper nih... perut gue meronta-ronta bagai fens kpop yang lagi nonton konser" gerutunya kemudian aku mengekor Nina menuju kantin.

"Pesen apa lu?"

"Siomay sama es teh, nih uangnya"

"Jagain tempat duduk" ujarnya kemudian meninggalkanku sendiri dan memesan makanan.

Kulirik sekitar, saat ini kantin cukup ramai, terdapat bebagai macambentuk mahasiswa dan mahasiswi. Di bagian timur ada kelompok gadis yang bergaya modis dan bermake up tebal, mungkin mereka anak-anak jurusan hukum. Bukan hal yang mengejutkan jika kebanyakan anak hukum bergaya fancy. Di bagian barat terdapat kelompok pria dengan kebanyakan mengenakan kacamata dan membawa buku tebal. Pasti kalian bisa menebak mereka dari jurusan mana. Yaps mereka merupakan mahasiswa kedokteran yang belajarnya tuju hari tuju malam tanpa henti.

Di bagian utara terdapat gabungan pria dan wanita yang berpakaian mencolok dan rambut yang diwarnai. Tampak jelas bahwa mereka dari jurusan seni. Dan di bagian selatan terdapat beberapa mahasiswa dari jurusan berbeda termasuk aku dan Nina yang berasal dari jurusan psikologi.

"Nih siomay lu, bentar gue mau balik lagi ambil es tehnya" Nina segera pergi setelah meletakan seporsi siomay milikku dan semangkuk soto miliknya.

"Wah matep nih pagi-pagi makan soto begini" makannya dengan lahap.

"Pelan-pelan, nanti keselek tau rasa"

"Lu tuh sukanya doain gue yang jelek-jelek, uhuk-uhuk..."

"Sukurin kualat, ngeyel mulu sih" aku menyodorkannya segelas es teh den menepuk pelan punggungnya.

"Eh habis ini kita matkul Bahasa Inggriskan?" tanyanya setelah meneguk segelas es teh tanpa tersisa

"Iya.."

"Kelasnya bakal dicampur ngga sih sama jurusan lain?"

"Kayaknya sih iya"

"Semoga ada cowo manis, biar bisa cuci mata, hihihi.."

"Awas tu mata katarak"

"Ihh lu mah suka banget kalo gue kena apes" gerutunya sambil memajukan bibirnya yang ingin sekali kukuncir dengan karet es teh.

Setelah Nina puas dengan sarapannya dua mangkuk soto dan tiga gelas es teh, kami berjalan menuju kelas bahasa inggris. Aku mengambil bangku di bagian tengah, di baris keempat dari depan dan Nina hanya mengekor dan duduk di sebelahku. Cukup lama aku mendengarkan ocehan Nina tentang ini itu, tentang neneknya yang salah mengira dia dengan anak tetangga sehingga uang jajannya seminggu hilang sampai kucingnya yang berbuat mesum dengan kucing tetangga pagi-pagi sehingga membangunkannya. Ocehannya terhenti ketika dosen memasuki ruangan. Dosen itu memperkenalkan diri untuk mengajar kami di semester genap ini.

Aku mengeluarkan binder khas anak kuliahan, aku mengeruk-ngeruk isi tasku, sepertinya aku lupa membawa kotak pensilku.

"Na, pinjem pen dong"

"Sejak kapan kuliah gue bawa pen? Nyatet aja kagak pernah. Kan gue selalu pinjem catetan lu pas deket-deket ujian.." yah aku lupa kalo Nina memang tidak pernah mencatat. Dan tasnya hanya berisi dompet dan peralatan make upnya saja. Aku melirik-lirik sekitar, aku mencoba mencari pinjaman alat tulis dari orang lain.

"Permisi, ada pen lebih tidak? Boleh pinjam tidak?" aku bertanya dengan sopan dengan gadis di samping kiriku. Dia tak memberikan jawaban. Kuulangi kembali pertanyaanku.

"Permisi, apakah saya boleh meminjam alat tulis?" kulihat wajahnya dengan saksama. Tunggu wajahnya tak asing, dimana aku pernah melihatnya? Bukankah dia gadis yang di depan toko CD saat hujan beberapa hari lalu. Yaampun, aku ingat betul wajah malaikatnya dan sikapnya yang bertolak belakang.

Tiba-tiba dia menyodorkan sebuah pen kepadaku, tatapannya masih saja lurus kedepan sama seperti waktu itu. Segera kuambil pen yang diberikannya.

"Makasih ya.." ucapku padanya yang tak mendapat balasan sama sekali.

Kuperhatikan pena pinjaman darinya sangat lucu. Bermotif Unicorn dan berwarna pink. Sangat cocok dengan pemililknya haha..

Sementara di sisi lain Nina sibuk melirik sana-sini mencari cowok manisnya.

Dua jam matkul bahasa inggris akhirnya berakhir. Aku mengembalikan pen milik gadis di sebelah kiriku. Dia langsung mengambilnya dan aku mengucapkan terima kasih atas pinjamannya. Belum selesai aku menyelesaikan kalimatku Nina menarikku keluar kelas.

"Apaan si Na, main tarik-tarik aja"

"Sorry-sorry, Sue temenin gue yuk ke ruangannya pak Bambang. Gue ada janji ketemuan nih"

"Hah lu janjian sama pak Bambang?? Yaampun Na, lu kalo doyan om-om yang bagus dikit napa?? Pak Bambangkan udah botak, palanya kinclong sama kumisnya ga nahan gitu.. yaampun Na... gue kasian sama lu.." ocehku pada nina yang diakhiri dengan cubitan super pedih di bahu kiriku.

"Heh, pak Bambang tu dosen PA gue, lu lupa?? Gue mau urus SKS gue buat semester ini"

"Oh iya deng, PA lu hahaha... kirain om-om gemesh lu.. ''

"Mau gue tampol lu pake sepatu gue yang pake heals 5 cm?"

"Ampuunn non.."

Aku pun menemani Nina yang menuju ke ruangan dosen. Pikiranku tak luput dari si gadis malaikat yang kutemui saat berteduh di depan toko CD. Dia mahasiswi di sini juga ternyata, tapi kenapa aku baru melihatnya. Ahh mana mungkin juga aku hafal setiap mahasiswa dari ribuan yang pernah aku temui, itu hal lumrah jika aku merasa baru melihatnya.


- Anna's pen -

Continue Reading

You'll Also Like

2.9M 71.6K 22
"Stop trying to act like my fiancée because I don't give a damn about you!" His words echoed through the room breaking my remaining hopes - Alizeh (...
163K 12.6K 34
Her marriage was fixed which was an arrange marriage but she moved to London for pursuing her career and dreams and after that she would marry. But i...
4M 168K 63
The story of Abeer Singh Rathore and Chandni Sharma continue.............. when Destiny bond two strangers in holy bond accidentally ❣️ Cover credit...
2M 110K 96
Daksh singh chauhan - the crowned prince and future king of Jodhpur is a multi billionaire and the CEO of Ratore group. He is highly honored and resp...