Curse You OP!

By IndonesianOtaku

595 25 6

Hanya kisah kehidupan sekumpulan orang yang hidupnya penuh dengan cobaan karena memiliki perawakan yang mirip... More

Profile tokoh-tokoh (3 orang)

Chapter 1

237 14 5
By IndonesianOtaku

Lucy Whitby Magalhães, itulah namanya. Seorang gadis manis asal Brasil yang kini tinggal bersama pamannya di Jepang untuk melanjutkan kuliahnya.

Ia baru saja menyelesaikan segala berkas-berkas yang diperlukan untuk mendaftar kuliah di Universitas All Blue. Sebuah universitas berakreditasi A yang entah mengapa tidak banyak yang tahu.

Lucy sangat senang mengetahui bahwa Ia akan bisa bersama lagi dengan kedua sahabat masa kecilnya, beserta sahabat-sahabatnya yang lain di grup Strawhat. Sudah lama mereka tidak bersama, tidak semenjak mereka berpisah untuk SMA. Semuanya memilih SMA favorit di kampung halaman masing masing, sedangkan Lucy menetap di London untuk melanjutkan SMA-nya.

Beruntungnya mereka sudah sepakat untuk memilih All Blue sebagai tujuan akhir mereka dalam meraih ilmu pengetahuan. Tentunya dengan jurusan masing-masing, sesuai dengan minat dan bakat mereka.

Sang gadis Brasil sendiri memilih jurusan Animasi. Alasannya karena dia sangat suka menggambar serta membuat animasi. Menurutnya para animator itu sangat hebat, mampu mengubah sebuah gambar dan imajinasi seseorang menjadi sebuah maha karya yang dapat bergerak dan menghibur banyak orang. Meski Ia sendiri suka bentuk karya seni lainnya, animasi menjadi pilihan akhir dari gadis bermanik biru laut ini.

Saat ini Lucy tengah menikmati sarapannya bersama sang Paman di rumah kecilnya di Waraigatari, sebuah kota kecil nan unik yang jarang orang ketahui di Jepang. Terkadang Lucy berpikir bahwa inilah alasan universitas hebat semacam All Blue jarang diketahui orang. Ia sungguh heran mengapa pemerintah Jepang seolah melupakan kota seunik Waraigatari dengan segala isinya ini. Well, their loss I guess.

Tengah asyik memakan bacon dan telur mata sapinya, si rambut raven tak mendengar langkah kaki di belakangnya hingga sepasang tangan menepuk kedua pundak mungil gadis tersebut. Tersentak, secuil bacon di atas sendok melayang ke arah muka sang pelaku, menghasilkan sumpah serapah keluar dari mulutnya.

Lucy segera menoleh ke belakang dan mendapati Paman nya, Paman Shichi, menyingkirkan potongan bacon itu dari wajahnya. Gelak tawa tak bisa ditahan, semuanya keluar tat kala melihat ekspresi jijik di wajah tampan pria berkulit sawo matang tersebut.

"Oh céus, itulah Paman, shishishishi, mangkanya jangan suka gangguin orang makan. Kena kan getahnya shishishi," ejek Lucy sembari tertawa.

Shichi hanya bisa manyun dan menutup mulut keponakannya yang manis ini, menghalangi tawa khasnya keluar dari bibirnya. "Ah diam kau cebol! Tak kasihan kah kau melihat wajah tampan pamanmu ini kena minyak?"

"Nggak, shishishi."

Seketika aura kelam menyelimuti tubuh jangkung pria berkewarganegaraan Jepang ini.

Tak mengindahkan sang paman yang kini mulai ditumbuhi jamur di sudut dapur, Lucy menghabiskan sisa makanannya sebelum mencuci semua perabot yang Ia gunakan tadi untuk menyiapkan sarapan. Dengan sergap jemari lentiknya meraih sweater merah yang Ia gantung di kursi dan mengenakannya, sebelum mengantongi Iphone yang sedari tadi dia mainkan selama menghabiskan sarapannya ke dalam saku celana pendeknya.

Gadis berambut pendek ini kemudian melangkah menuju Pamannya — sambil menepuk-nepuk celananya untuk memastikan Ia telah membawa dompet — dan mencium pipinya. "Aku berangkat ya Paman. Sudah telat nih. Jangan lupa sarapan ya, sudah kubuatkan tamagoyaki kesukaan Paman."

Kaki-kaki kecilnya membawa sang putri tunggal Magalhães ke pintu depan. Menggunakan sepatu kets putih, Lucy melambai riang ke dalam rumah dan berteriak, "Tchau tio tchau! I will be back at seven for dinner!"

Tampa menunggu balasan, Lucy segera berlari ke luar rumah. Tak lupa Ia mengunci pintu, mengingat sang Paman tak akan pergi kemana-mana hari ini dan sudah pasti akan menghabiskan hari liburnya dengan tidur seharian.

Dengan senandung ria, sang gadis manis berjalan dengan semangat. Tangannya Ia ayunkan mengikuti irama kakinya. Senyum manis terpatri di wajah cantiknya.

Angin berhembus pelas. Meniup dedauan dari pepohonan. Hembusannya membelai lembut rambut hitam pendek sang gadis. Merekahkan senyumannya dan mendorong sang gadis untuk bernyanyi mengikuti kicauan burung.

Langkahnya membawa sang gadis menuju jalan pinggir laut — mengingat tempat tinggal sang Paman yang sangat dekat dengan laut — iris birunya yang senada dengan air laut menatap indahnya pemandangan pagi itu. Ingin sekali dirinya berdiam di sana dan menikmati udara pagi, namun Ia harus bergegas menuju pusat kota, jika tak mau telat.

Dengan berat hati sang gadis Brasil meninggalkan tempat itu.

Setelah berjalan selama 10 menit, tibalah Lucy di halte bus yang akan membawanya ke distrik Yoake. Beruntungnya ketika Ia sampai, bus yang akan membawanya baru saja tiba. Dengan sigap sang gadis bermanik biru melangkah masuk dan memilih duduk di kursi paling dekat dengan pintu.

Tak seperti saat di jalan, Lucy terdiam sembari memainkan ponselnya. Jika ada yang melihat ke arahnya, mereka akan mendapati pemandangan seorang gadis mau dewasa berambut raven sebahu, mengenakan sweater merah kebesaran dan celana pendek sepaha, menampakkan kaki putih yang sedikit chubby, dan sepatu kets putih, tengah bermain ponsel dengan wajah yang teramat datar.

Tak akan ada yang pernah menyangka bahwa dibalik wajah manis bak malaikat ini, terdapat jiwa seorang gadis pecinta bajak laut yang tengah menonton serial anime One Pi*ce.

Jemari lentiknya terangkat, menampakkan sebuah cincin perak berhiaskan batu safir, dan menggaruk pipi kirinya, yang berhiaskan sebuah bekas luka dengan 2 jahitan di bawah mata kirinya.

Jika diperhatikan lebih jelas lagi, maka akan tampak seorang gadis dengan perawakan yang serupa dengan tokoh utama dari serial anime yang tengah ditonton oleh gadis manis ini. Yah meski jelas-jelas berbeda sex dan gender sih.

Dirinya jauh lebih beruntung dibandingkan semua teman-temannya yang bernasib sama. Setidaknya Ia masih bisa merubah penampilan sedemikian rupa hingga tak akan begitu mirip dengan Luffy.

Namun jika dibandingkan dengan sang kekasih di Jerman sana, maka semua orang bisa dikatakan sangat beruntung.

Bagaimana tidak? Selain wajah dan sifat, caranya berbicara, pergerakan, cara berpakaian, bahkan namanya pun mirip!

Law Trafalgar yang malang. Setiap hari harus bersembunyi dan kabur dari kejaran para fans. Ia bahkan tak mengetahui OP sebelum sang kekasih yang juga tunangannya menceritakan mengenai kemiripannya, tepat ketika karakter yang bernama serupa namun tak sama itu pertama kali muncul.

Law tak pernah henti-hentinya mengutuk sang penulis. Meski harus Ia akui, sang calon doktor muda sangat menyukai kembaran dunia kartunnya itu.

Suara intercom menarik perhatian sang gadis manis dari lamuannya. Ia segera mematikan ponselnya dan berlari keluar dari bus.

Udara khas kota adalah hal pertama yang menyambutnya. Aroma khas yang sering kali membuatnya mual dan ingin segera kembali ke kenyamanan kamarnya. Namun kali ini Ia harus kuat. Karena sang gadis bermanik biru ini akan bertemu dengan kedua sahabat kecilnya yang sudah lama tak dijumpai.

Dengan semangat, Lucy berjalan menuju tempat janjian mereka. Disebuah cafe terkenal di tengah kota, dekat dengan taman kota yang asri dan indah — setidaknya itulah kata Choper, yang sudah lebih dulu tiba sebelum dirinya.

Sembari bersenandung, Lucy memikirkan kedua sahabat lainnya, Uriel dan Choper, yang lulus bersama dirinya dan akan berkuliah di tempat yang sama. Meski dengan jurusan yang berbeda tentunya.

Choper sudah berangkat lebih dulu, tepat setelah kelulusan, untuk mengurusi pendaftaran dan beasiswanya. Ia akan menjadi mahasiswa di jurusan kedokteran, sebagai dokter umum. Bersama dengan sang kekasih yang lebih tua 3 tahun darinya.

Sedangkan Uriel akan masuk jurusan desain grafis, jadi masih satu fakultas denganya. Seingat Lucy, Uriel akan tiba minggu depan setelah selesai mengurusi paspor nya yang sedikit bermasalah.

Selagi mengingat tentang kedua sahabatnya itu, mata sang gadis Brasil berbinar mengingat kabar yang Ia dapatkan kemarin. Sebuah berita gembira dari sang kekasih yang juga adalah tunangannya.

Tentang bagaimana Law akan pindah ke Universitas All Blue dan melanjutkan kuliahnya serta sekolah medisnya. Katanya sih biar bisa sama-sama dia, namun Lucy tahu bahwa alasannya sebenarnya ya biar Ia tidak sendirian, bahwa sang kekasih merasa lebih nyaman jika bersamanya dalam menghadapi para "fans" gilanya.

Ya bagaimana tidak, kalau dengan teman-temannya yang ada Law hanya akan ditertawakan, kalau dengan Lucy pasti akan dibantu.

Sungguh Lucy tidak tahu harus tertawa atau kasihan, Ia lebih memilih keduanya saja. Berhubung terkadang Ia mengalami nasib yang serupa. Kalau ditertawakan nanti jadi karma.

Saat memikirkan sang kekasih yang belum lama ini Ia temui, matanya menangkap logo cafe tempat mereka janjian. Sebuah lingkaran dari rangkaian bunga aster dan agapanthus, dengan gambar secangkir kopi dengan uap yang mengepul keluar dari lingkarang bunga, serta sebuah tulisan di atas pita yang bertuliskan 'Bar de Fête' yang berarti Party Bar dalam bahasa Perancis. Nama yang aneh memang untuk sebuah cafe, tapi sesuka hati yang punya.

Ketika maniknya menatap ke dalam melalui kaca besar cafe, Ia melihat kumpulan manusia di dalam. Seketika hatinya berdegup, tangannya sedikit bergetar dan dingin. Oh jangan bilang Ia harus melewati mereka semua.

Dengan tarikan nafas dalam, Lucy melangkah masuk. Dentingan lonceng menyambut kedatanggannya, beberapa orang menoleh dan Lucy membalas dengan pandangan kebawah. Dengan satu tarikan nafas dalam lagi sang gadis ber sweater merah ini melangkah lebih dalam dan berbaris di depan meja kasir.

Ia sungguh tak menyukai situasi ini. Seharusnya ketika mereka merencanakan pertemuan ini Ia lebih melawan rencana mereka bertemu di tempat seperti dan lebih memilih tempat yang lebih sepi. Namun apa daya, nasi sudah menjadi bubur, Ia hanya bisa pasrah dan menjalankannya.

Pandangannya memandar ke seluruh cafe, mencari kedua sahabatnya namun nihil. Bahkan hingga dia suda tepat di depan meja kasir Ia masih tak bisa menemukan mereka. Dengan nafas sedikit berat Lucy mengeluarkan senyum kecil dan memesan minuman dan cemilan kecil yang akan diantarkan ke mejanya — tentunya setelah Ia menemukan kedua sahabatnya.

Setelah membayar pesanannya, Lucy menepi dan kembali mencari mereka.  Setelah berjalan sedikit ke belakang Ia akhirnya menemukan mereka.

Duduk di salah satu sofa di dekat jendela belakang, menghadap tepat ke areal terbuka cafe dan berhias tanaman dan bunga di pinggir jendela. Cahaya mentari tebus dari kaca dan menyinari ruangan — serta menjadi lampu sorot untuk membantu Lucy menemukan mereka.

Dengan lompatan kecil, Lucy mulai berjalan menuju posisi mereka, melewati para pengunjung cafe yang lain. Meski agak kesusahan mengingat tubuhnya yang kecil, namun berkat tubuh kecil itu pula Ia dapat melintas di antara celah para kerumunan manusia tersebut.

Dengan nafas terengah seolah habis berlari maraton, Lucy mendudukan dirinya di depan Naimi dan Zenko, tak mengendahkan tawa mereka melihat perjuangannya. Setelah beberapa saat Ia bisa merasakan nafasnya kembali dan menatap kedua sahabatnya dengan kesal, "Ya silahkan tertawa. Setidaknya aku tidak tersesat dalam perjalanan kemari atau tersenggol pengunjung lain!"

Kata-kata Lucy menghentikan tawa pasangan tersebut. Dengan jelikan tajam ke arah Lucy yang kini tersenyum puas. Tak bisa dipungkiri bahwa kata-kata tersebut sungguh menohok hati.

"Ah diam kau. Jarang sekali melihatmu telat. Ini kesempatan langka kau tahu." cercah Zenko dengan senyum jahil di wajah tampannya.

"Benar, benar. Kau selalu datang paling awal. Setiap kita sampai, kau selalu sudah duduk manis dengan segelas teh manis dan kacamata bundar menempel di wajah manismu. Biarkan kita menikmati momen langka ini sayangku~" lanjut Naimi dengen kikikan kecil.

Wajah Lucy merona, pipinya menggembung dan matanya bersinar oleh air mata, tak suka mendengear ejekan teman-temannya. "Huh! Biarkan! Daripada kalian, tukang telat!"

Memang benar, selama ini Lucy selalu datang paling pertama di setiap pertemuan mereka. Setiap ada pertemuan, ketika yang lain tiba Lucy selalu sudah menunggu di tempat yang paling strategis dan cantik, dengan secangkir teh atau minuman lain yang Ia idamkan hari itu dan sebuah buku yang telah Ia bawa dari rumah, dibaca dengan khimad dari balik kacamat bundar berframe tipis milik Lucy. Sang gadis bermanik biru ini memiliki kebiasaan baik ini dikarenakan ketidaksukaannya pada tempat ramai dan berbaur dengar orang-orang yang tak Ia kenal. Sehingga Ia selalu datang di tempat tujuan dikala masih sepi orang. Semua teman-temannya suka mengejek sang rambut raven akan hal ini, namun tak bisa dipungkiri bahwa kebiasaan unik Lucy sangat menguntungkan mereka.

Meski jujur saja, mereka sangat menikmati melihat Lucy yang kalang kabut mencari mereka di antara kerumunan masa dengan tubuhnya yang mungil itu. Sungguh pemandangan yang mengocok perut, terutama bagi kedua orang yang kini tertawa terbahak-bahak melihat reaksi Lucy yang imut.
"Hahaha, sudah sudah, aku nggak kuat ahahah. Oh kära, kami hanya bercanda. Jangan manyun gitu dong, senyum, nah gitu cantik kan~" canda Naimi sembari mencubit ringan pipi tembam Lucy, yang menghasilkan senyum manis terpancar dari wajah bulat sang gadis Brasil.

"Ngomong-ngomong Lucy, bagaimana kabar keluargamu, sehat?" terkah Zenko tat kala melihat senyuman ayu Lucy.

Manik biru laut Lucy menangkap manik kuning sang pria berambut hijau tersebut, senyumannya semakin berkembang mendengar pertanyaannya, "Sehat, sehat! Mum mengajak kami berkunjung ke rumah Aunty Lizzy sebelum keberangkatanku, Dad sudah sembuh dari penyakitnya dan Sabo datang berkunjung bersama pacarnya, Karlia. Oh! Arthur — Ace maksudku — juga datang bersama pacar barunya." di akhir kalimatnya senyum Lucy sedikit memudar ketika menyebutkan pacar sang kakak sepupu.
Melihatnya membuat Naimi dan Zenko saling menukar pandang. Sedikit heran namun juga paham arti ekspresi sang sahabat bertubuh kecil mereka.

Arthur Pulita Gulterre, atau biasa dipanggil Ace oleh keluarga dan teman-teman terdekatnya untuk membedakannya dengan sepupu Lucy yang lain yang memiliki nama yang sama. Putra tunggal dari Rogerio Alvares Gulterre, kakak beda Ayah dari Delmiro Alvares Magalhães, ayah Lucy. Ace memiliki kebiasaan buruk bergonta-ganti pasangan. Meski baru berusia 20 tahun Ia sudah memiliki mantan lebih dari 100, baik itu pria maupun wanita. Semua telah Ia kenalkan pada keluarga, dengan kata-kata; "Dialah yang untukku". Namun hingga kini tak ada yang bertahan lama. Semuanya selalu berakhir dengan air mata dan seorang gadis Brasil bersenjatakan pisau lipat mengejar mantan-mantan sialan. Hingga kini tak ada satu pun orang yang berhasil menerima restu dari sepupu kesayangan sang 'tinju api' Ace.

Naimi mengelus pelan tangan Lucy yang mengepal dan berbisik menenangkan, "Åh älskling, tenangkan dirimu. Sini ceritakan, seperti apa orangnya kali ini?"

"Meu Deus! Dia sungguh menyebalkan! Namanya Monika dan kerjanya hanya meminta ini itu dari Ace. Dia sangat suka bergosip dan menjelek-jelekan Ace di depanku. Dia bahkan mengejekku di depanku! Que puta! Cara bicara dan berpakaiannya bahkan tak sopan! Bukannya apa sih, aku banyak punya teman yang berpakaian seperti dia. Tapi ya masa sih dia berpakaian seminim itu di acara makan keluarga? Bukan minim dalam artian rok mini ya, tapi bra dan celana jins pendek yang lebih mirip celana dalam! Aku tak mengerti maunya dia apa. Cara bicaranya pun seolah dia adalah ratu! Olá, você está sentado na frente de sua futura sogra, por favor, seja mais diplomático!"
Semakin lama suara Lucy semakin tinggi dan dipenuhi kalimat-kalimat berbahasa Portugis yang sedikit dimengerti kedua orang yang kini hanya bisa meringis. 'Sepertinya gagal lagi...' begitulah pikir keduanya melihat sang gadis ber sweater merah mengumpat dalam bahasa Ibunya sembari mengayunkan tangannya kesana kemari dengan penuh emosi.

Mereka hanya bisa berharap Ace menemukan pendamping hidupnya yang tepat secepatnya sebelum telinga mereka menjadi korban amukan si cebol penyuka daging di hadapan mereka ini.

Zenko kemudian dengan keberanian yang entah muncul dari mana menepuk pundak Lucy dan berkata dengan suara yang tak terbata-bata, "Lucy, sudah, sudah. Kami mengerti. Bagaimana kalau kita bicarakan topik lain?"

Seolah mendapat pencerahan baru Naimi menganggukkan kepalanya dengan cepat dan menyahut; "Höger! Raring, bisakah kamu menceritakan sedikit tentang... Ah! Tentang Law, sudah lama kita tak bertemu dengannya sejak Ia pindah ke Jerman untuk kuliah kedokteran."

Ekspresi Zenko sempat menjadi masam mendengar nama Law sebelum berubah menjadi cerah lagi mengingat pasangan favoritnya. Ia mungkin menyukai Lucy dan tak suka kebersamaannya dengan Law, namun disaat yang bersamaan Ia sangat mendukung hubungan keduanya. "Benar juga, sudah lama kami tidak mendegar kabar darinya. Bagaiman kabarnya Lu?"

Raut marah Lucy seketika berubah menjadi sangat bahagia, dengan rona merah menghiasi wajah manisnya (membuat kedua sejoli di hadapannya ber-tos ria di bawah meja kafe). Law adalah salah satu topik pembicaraan yang selalu bisa merubah perasaan Lucy menjadi sangat berbunga.
"Ah~ dia baik-baik saja. Aku sempat mengunjunginya sebelum kemari kau tahu? Dia semakin tampan saja~" pipi tembamnya kian memerah dengan senyum manja tercetak di bibir ranumnya, "kami bahkan sempat mengunjungi Neuschwanstein dan Obersee Lake. Ah! Kalian tahu, Law bilang bahwa dia akan pindah kuliah di All Blue. Katanya biar bisa lebih dekat denganku~" lihatlah, Lucy sudah hilang di dunianya sendiri.

Melihat Lucy yang kini tengah cekikikan malu, jelas sedang memikirkan sang kekasih, membuat kedua sahabat kecilnya ikut tertawa. Sungguh, hubungan antara kedua sejoli beda negara ini sangatlah imut dan menggugah jiwa!

Ketika kalimat terakhir si gadis mungil tercena di otak mereka, keduanya membelalakkan mata dan menatap gadis berambut raven yang kini masih cekikikan. "APA?" teriak keduanya berbarengan.

"Iya!" jawab Lucy dengan anggukan semangat, senyum di bibirnya tak pernah lepas.
Kaget bukan main, itulah dirasakan kedua sahabat beda negara ini. Bukannya apa, hanya saja mendengar bahwa Law akan pindah ke Jepang, tempat yang mana Ia bersumpah tak akan pernah menginjakkan kaki lagi setelah trauma yang Ia alami beberapa tahun lalu.

Jelas saja, siapa sih yang tidak trauma setelah dikejar-kejar oleh ribuan fans gila, hanya karena memiliki perawakan yang sama dengan salah satu tokoh dalam sebuah serial animasi terkenal? Yah meski dalam kasus Law, bukan hanya perawakan, tapi juga sifat bahkan nama mereka sama persis. Beruntungnya pada saat itu Ia berhasil lolos.
Saking traumanya Law bahkan nyaris menuntut sang pencipta manga karena trauma yang dialaminya. Beruntung sang kekasih — yang waktu itu baru menginjak usia 12 tahun — berhasil mencegahnya.

Malangnya Law, liburan yang sudah lama Ia idam-idamkan berubah menjadi mimpi buruk. Zenko masih tidak bisa memilih untuk tertawa atau kasihan setiap kali mengingatnya, mengingat Ia juga sering mengalami nasib yang sama. Bedanya, dia cukup menikmatinya.
Menggelengkan kepala, Zenko menatap lurus iris biru si gadis Brasil, "Kau yakin? Law yakin? Bukankah dia sudah bersumpah nggak akan kesini lagi?"

Senyum Lucy sedikit mengecil, sebelum pandangan halus terpancar dari dua bola matanya, "Iya, dia yakin. Tentu dia ingin melanjutkan studinya untuk menjadi ahli bedah terbaik, dia sempat berencana untuk berkuliah di Inggris. Namun karena adiknya harus di opname, Law memilih untuk melanjutkannya di Jerman. Tapi Lene sudah jauh lebih baik sekarang, dan setelah berunding lama, Law memutuskan untuk ikut aku ke Jepang dan melanjutkan studinya di All Blue. Kalian tahu kan, kalau fasilitas di All Blue sangat lengkap dan tidak main-main. Law juga bilang, kalau dia mau menghilangkan "trauma"nya. Dia tidak bisa terus menghindari Jepang. Lagipula, dia sudah lama sekali bermimpi untuk berkeliling Jepang. Dia tidak mau gara-gara sekumpulan fans gila yang mengira dia Trafagal Law asli — meski dia emang Law Trafagal — dia jadi tidak bisa melihat mimpi keduanya itu menjadi nyata. Jujur, aku senang sekali mendengarnya."

Senyum Lucy terlihat sangat tulus. Ia sangat senang dan bangga akan sang kekasih, yang terus mengejar mimpinya meski memiliki trauma yang busa saja menghalangi mimpinya tersebut.

Naimi dan Zenko saling bertukar pandang. Senyum bangga terpampang di wajah mereka. Senang mendengar mantan kakak kelas mereka akan berkuliah di tempat yang sama, meski beda jurusan. Serta bangga karena Ia berani menghadapi traumanya.

"Oh Lucy, Jag är glad för dig också. Harap-harap saja nanti tidak ada orang-orang macam itu lagi. Susah sih memang punya muka yang serupa dengan orang terkenal — yah meski untuk kita, karakter anime terkenal — apalagi kalau fansnya ada banyak sekali. Tapi akan susah juga, kalau kita tidak berani untuk menghadapi mereka dan memilih untuk terus kabur. Kita juga bukan kriminal, hanya kembaran kita saja, yang mengejar kita juga bukannya untuk menangkap kita, mereka bukan marine yang punya kekuatan aneh. Mereka hanya fans!" ucap Naimi sambil menyeruput es jeruk coco nya.

"Ya, fans gila yang siap menerkam kapan saja. Jangan bilang kau lupa dengan para fans Nami, yang bisa aku bilang, kebanyaka terdiri dari cowok-cowok mesum." sergah Zenko.

Lucy yang duduk di depan mereka mengangguk mengiyakan. Dirinya sendiri memiliki trauma tersendiri dari para fans Luffy, meski mereka kebanyakan lebih suka mencubit pipinya dan membelikannya makanan. Enak memang, tapi tetap saja, mereka menyeramkan!

Naimi memicingkan matanya, tak senang akan kata-kata sang sahabat. Namun Ia kemudian mengangguk sekilas, menandakan bahwa perkataan sang pria barambut hijau itu ada benarnya.

"Haah sudah-sudah! Kenapa ngomongin fans aneh sih, kita sudah lama nggak bertemu, mari ceritain pengalaman kita masing-masing setelah kelulusan ku dan Zenko. Dimulai dari kau Lu!" tunjuk Naimi dengan semangat.

Lucy hanya mendesah malas, tak mengindahkan tawa Zenko dan senyum jahil Naimi.  Sisa hari itu mereka habiskan dengan bercerita dan tertawa bersama. Mengenang masa kecil yang telah lama terlewat. Reuni indah setelah 4 tahun berpisah.

Hari mereka akan berakhir dengan indah, jika saja tidak ada seorang gadis yang meneriakkan nama Zoro sembari menunjuk pada Zenko. Yang berakhir pada semua orang menyadari keberadaan mereka dan kaburnya ketiga sahabat itu dari cafe indah hijau di tengah hiruk pikuk kota.

Sungguh reuni yang indah :)









Yak, itu dia chapter 1 nya.

Maaf jelek, maklum baru pertama di fandom ini. Saya juga jarang nulis fanfic. Jelek? Pasti. Typo banyak? Hmm, sepertinga. Kalau ada saran atau kritik silahkan saja. Aku akan sangat senang.

Oh ya, mau infoin aja, yah meski nanti juga bakal muncul di profil karakter kedepannya, nama asli Law itu bukan hanya Law Trafalgar, tapi Lawrence Trafalgar, tapi dia nggak suka nama aslinya jadi hanya dipakai Law saja, sekarang dia agak nyesal 😂

Btw, aku bukan orang yang jago humor, jadi kalau nge krik maklumin ya.

Setting tempatnya ada di Jepang, tepatnya di sebuah pulai kecil fiktif di wilayah Hokaido yang aku bikin sendiri. Berhubung aku nggak begitu kenal wilayah Jepang dan takutnya salah 😅. Jadi disini semua karakter menggunakan bahasa Jepang, jadi semua bahasa asing termasuk bahasa Indonesia akan aku garis miring untuk menandakan itu bahasa asing selain Jepang.

Aku juga pakek google translete, jadi maklum kalau banyak salah. Untuk Bahasa Inggris sih aku bisa sendiri, Bahasa Perancis akan aku coba sendiri bentar, tapi kalau susah aku pakek banguan mbah google lagi. Semua nama dan info di sini aku juga minta bantuan si mbah jadi tolong maklum ya 😅

Sudah segini saja saya ngebacot. Terima kasih sudah mau baca. Berhubung ini project kecil-kecilan dan hanya bisa aku bikin jarang-jarang karena minjem hp bapak, jadi untuk update bakal lama dan nggak nentu. Tapi tunggu aja ya, bakal update kok 😁

Ok. Sekian dan terima kasih sekali lagi. Salam dari saya, Nadya. Sampai jumpa lagi. Ciao~

Continue Reading

You'll Also Like

815K 59.6K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...
58.8K 5.2K 62
Chitralekha adalah anak angkat Bisma yang agung dan adik angkat dari Raja angga karna, jati diri Chitra adalah dewi yaitu adalah anak dari dewa brahm...
28.8K 4.8K 17
Allura Christy Gadis remaja polos nan lugu yang kerap kali mendapat bullyan dari semua siswa siswi di sekolahnya. Bagaimana tidak, sekolahnya saja s...
YES, DADDY! By

Fanfiction

314K 2K 10
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar