ZIALGA ✔

By Savta5

1.8M 16.3K 483

[Pindah ke Dreame dengan judul yang sama] ___ Kehidupan Zia berubah setelah dia tinggal bersama kakak laki-la... More

PROLOG
1
3
4
5
PENGUMUMAN
info

2

60.6K 2.5K 47
By Savta5

Orang yang mengambil hak orang lain itu sampah!

—Lano Candratama

***

Angin malam yang berembus kencang tak membuat suasana dalam ruangan itu dingin. Beberapa orang berceloteh dan sisanya tertawa membuat ruang itu hangat oleh cengkrama. Alunan gitar yang dipetik salah satu di antara mereka ikut meramaikan suasana.

Saat asik tertawa, seseorang berjaket hitam masuk tanpa permisi. Menggeser orang yang sedang duduk di kursi agar ia bisa menempatinya. Karena tak ada lagi kursi yang tersisa. Alhasil, orang yang tadi diusir berdiri sambil berkacak pinggang.

"Eh, ini dia nih yang dari tadi ditunggu-tunggu!" celetuk salah satu cowok yang tadi memainkan gitar.

"Hem, bilangnya nggak akan telat! Taunya malah lupa!" timpal cowok lain.

"Baru dateng aja udah gusur-gusur! Sanaan ah, ini tempat gue!" marah cowok yang tadi diusir.

Mata tajam Vero mengarah pada Lano, cowok yang tadi ia usir. "Lo mau gue sikat?"

"Mau dong, kebetulan gue belum mandi."

Vero berdecak kesal. "Cari tempat lain sana!"

Lano menatap tak percaya. "Kok gue? Ya lo lah! Kan lo yang dateng-dateng lansung rebut tempat orang!"

"Gak ada tempat lain." jawab Vero dengan mengalihkan pandangannya ke lain arah.

"Ya itu lo tahu! Ck, gue pergi lah! Nggak sudi main sama tukang nikung kursi!" kesal Lano, kemudian mengambil jaket yang tadi tergeletak di punggung sofa.

"Mau kemana lo?" tanya cowok yang mirip Lano, dia Kano, saudara kembarnya yang sifatnya 185,55° berbeda dari Lano. Jika Lano mudah marah, maka Kano sangat sabar. Jika Lano kekanak-kanakan, maka Kano lebih dewasa. Mungkin karena Kano dilahirkan dahulu dari pada Lano.

"Cari makan!"

"Weh, kita kan mau meeting!"

"Bodo!" ketus Lano, kemudian keluar dari markas.

"Tu anak gitu aja ngambek!" degus Vero pada teman-temannya yang lain.

"Salah lo juga kan!" timpal cowok yang bersandar pada sofa. Daniel namanya, cowok yang tadi menelepon Vero agar cepat ke markas.

"Dikit," jawab Vero cuek.

"Btw, lo bilang sekarang tinggal sama adek lo. Kalo lo tinggal, dia sendirian dong di rumah?" tanya Daniel sambil menyeruput kopi yang tadi ia buat di dapur. Memang markas ini seperti rumah, ada toilet, dapur, ruang tengah luas yang saat ini sedang mereka tempati, dan beberapa kamar untuk para anggota yang ingin menginap.

"Iya. Dia sendirian. Nggak tega gue sebenernya."

"Sejak kapan lo punya adek? Lo nggak pernah cerita ke kita-kita."

"Cewek apa cowok?" tanya Kano yang juga penasaran.

"Cewek. Emang gue nggak pernah cerita karna gue udah lama nggak tinggal sama dia. Dia dulu ikut nyokap sama keluarga barunya. Sekarang tinggal lagi sama gue."

"Wih, cewek bro!" sahut orang di belakang Vero yang tak diketahu siapa.

"Umurnya berapa?" Daniel penasaran.

"Setahun lebih muda dari gue."

Daniel tersenyum. "Wih, cakep! Kapan-kapan bisa kenalin nih."

Vero memberi tatapan tajam pada Daniel. "Nggak akan sudi dia kenalan sama kudanil!"

Yang lain tertawa renyah mendengarnya. Sementara Daniel yang disebut kudanil, menatap tajam teman-temannya agar tak tertawa di bawah penderitaan orang lain. "Ngapain pada ketawa?! Gak ada yang lucu! Kudanil itu singkatannya 'kusayang daniel' iya kan, Ver!" ucapnya percaya diri.

Vero bergidik ngeri. "Gue bukan homo ya!"

"Elah, sekali aja belain gue!"

"Udah, udah. Malah pada bahas apa sih! Langsung ke rencana aja. Kita mau bahas tentang strategi penyerangan kan?" Kano menengahi perdebatan.

"Bentar-bentar, kayak ada yang kurang." Mata Vero menyusuri tiap sudut ruangan, tapi orang yang ia cari tak ketemu. "Alga mana kok nggak keliatan?"

"Itu Alga!" tunjuk Daniel pada cowok jangkung yang baru saja datang dengan wajah tertekuk. Cowok itu masuk ke ruangan dan tanpa diperintah, Daniel langsung bergeser agar Alga dapat duduk di kursinya.

"Dari mana aja, Ga?"

"Biasa," singkat Alga yang langsung dipahami teman-temannya. Biasa itu merujuk pada berjalan-jalan menemani pacarnya belanja ke mall.

"Oh. Ya udah, langsung ke topik aja biar cepet selese. Kasihan adek gue nunggu di rumah!"

"Oke. Jadi ...."

Mereka yang berada di ruangan sepenuhnya larut dalam diskusi rahasia mengenai strategi penyerangan lawan. Mereka adalah DALTON, geng yang cukup terkenal di kalangannya. Terdiri dari 20 anggota inti dan 23 cadangan, geng ini sudah ditakuti orang-orang karena kebrutalannya melawan musuh. Dalam geng ini terdapat 5 anggota pokok yaitu Vero, Alga, Daniel, Kano, dan Lano. Lima orang itu lah yang membangun geng Dalton.

Berkelahi dan tawuran sudah menjadi rutinitasnya. Mereka berpendapat bahwa kedua hal itu adalah suatu wujud menghibur diri. Tak hanya dua itu saja, ada lagi kenakalan mereka, salah satunya balap liar. Meskipun brengsek, mereka punya semboyan 'nakal boleh, selagi wajar'. Hal yang tidak wajar bagi mereka adalah membunuh. Itu larangan keras dalam geng mereka, siapapun yang melakukannya akan langsung dikeluarkan.

Kano menutup rapat pada malam ini. Sebagian anggota keluar dan pulang, sebagian lagi menetap untuk menginap atau sekedar menghabiskan waktu saja. Ruangan kini hanya tersisa Vero, Alga, Daniel, Kano, dan 4 cowok yang akan bermalam di sini.

"Mana sih Lano?! Dari tadi kok belum balik-balik." Kano berdecak gelisah. Takut jika terjadi sesuatu pada kembarannya, mengingat ini sudah tengah malam.

"Mampir dulu kali!" sahut Daniel sambil menghidupkan televisi.

"Mampir kemana coba? Ditelepon juga gak aktif! Bikin kuatir aja tuh cebong!" Kano melempar ponselnya asal ke meja.

"Positive thinking aja, mungkin dia lupa jalan pulang." celetuk Vero, kemudian mematikan nyala rokoknya yang sudah kecil. "Alga!"

Cowok yang bersandar di sofa paling pojok itu membuka matanya yang sempat tertutup setelah diskusi tadi. Tanpa bersuara, ia memandang Vero dengan tatapan bertanya. Vero pun paham dengan itu.

"Lo pulang apa di sini?"

"Pulang."

"Gue nebeng ya!" pinta Vero.

"Motor lo kemana, Ver?" tanya Daniel.

"Gue nggak bawa motor. Lagi males nyetir."

"Elah, bilang aja kalo bensinya tipis!"

"Mana ada! Orang gue kalo ngisi sampe luber!"

"Ngisi lo sebulan sekali."

Vero tak menanggapi ejekan Daniel, ia kembali menatap Alga yang kembali memejamkan mata. "Gimana, Ga?"

"Iya, lo nyetir, gue ngantuk!" ucap Alga tanpa membuka mata.

Vero berdecak. Sama saja dong, padahal niatnya tak membawa motorkan agar tak menyetir. "Ck, okelah. Demi nyawa gue."

"Lo gimana, No? Nunggu si curut atau mau pulang sama gue?" tanya Daniel yang melihat Kano gelisah.

"Gue nunggu Lano dulu deh. Kasian kalo dia ke sini tapi nggak ada gue."

Vero menggelengkan kepalanya heran. "Itu kembaran laknat amat ya! Sodaranya lagi nunggu, dianya kelayapan nggak jelas!"

"Kalo gue jadi lo, udah gue kutuk jadi timun tuh adek durhaka!" timpal Daniel.

"Lah, kok timun, buat apa coba?"

"Timun kan enak buat lalapan," jawab Daniel dengan gampang. Vero lupa jika kudanilnya itu memang suka lalapan sebagai teman makan. Bahkan jika nonton, Daniel lebih milih makan lalapan sebagai camilannya.

"Balik!" Alga berucap pada Vero.

Vero hanya mengangguk sebagai jawaban. Alga itu memang irit bicara dan pendiam. Jika teman-temannya sedang bercanda, ia lebih memilih memejamkan mata. Jangan tanya alasannya, karena itu sudah bawaan dari lahir.

"Kita duluan ya!" pamit Vero pada teman-temannya.

"Ya, gue juga mau balik!" sahut Daniel.

_

"Thanks yo, bro!" ucap Vero memberi jeda. "Hati-hati kalo bawa motor!" Setelah itu Vero pergi masuk ke rumahnya.

Alga masih duduk di jok belakang motornya yang sudah distandratkan. Menatap punggung sahabatnya yang perlahan hilang di telan pintu. Matanya mengerjap. Hanya begitu?

Apa sahabat yang sudah ia antar tak ingin menunggunya pergi dulu?

Alga menggeleng, apa yang ia harapkan dari teman tak tahu dirinya itu. Ia pindah ke jok depan dan menghidupkan motornya. Tak sengaja lewat ekor matanya, Alga melihat sebuah jendela yang terang dengan lampu. Bayangan seseorang berambut panjang muncul di sela-sela jendela yang tertutup gorden itu.

Alga bergidik. Setahunnya, Vero hanya tinggal sendirian. Tidak, ia tinggal dengan pembantunya. Tapi itu jika siang saja. Lalu siapa bayangan yang ia duga berjenis kelamin perempuan itu?

Alga kembali menolehkan matanya ke kamar itu, tapi sekarang jendelanya sudah gelap. Lampunya mati.

Bulu kuduk Alga berdiri, padahal ia memakai jaket tebal. Cepet-cepat Alga memutar gas untuk meninggalkan rumah itu.

Continue Reading

You'll Also Like

5K 446 32
Kisah seorang gadis remaja yang tumbuh menjadi pribadi kuat dan menjunjung tinggi keadilan. Cantik,ramah, dan berani adalah 3 hal yang menjadikan dir...
757K 21.4K 55
Zanna tidak pernah percaya dengan namanya cinta. Dia hanya menganggap bahwa cinta adalah perasaan yang merepotkan dan tidak nyata. Trust issue nya so...
6.2M 444K 49
Part masih lengkap! ANARA PUTRI RAINDIKA gadis cantik penyuka permen kaki ANGKASA PRAJA LIONIL cowo ganteng ketua geng motor
8.6M 546K 67
Aksa Baskara, seorang cowo yang bersekolah di Sma Kartika sekaligus ketua geng motor bernama Harlex. Cowo yang tak pernah mengenal ampun, sekali menc...