Story About Yoona

De bejams_07

7.6K 679 37

cerita lama yang di up kembali untuk di baca lagi... Mais

SAY : Your eyes
SAY : PAINKILLER
SAY : Way For Love
SAY : HARU HARU
SAY : MINE
SAY : SATURNUS
SAY : Life Line
어디니? 뭐하니? [ 1 Of 2 ]
어디니? 뭐하니? [ 2 Of 2 ]
YOU'RE MY SOUL
CONFESSION
don't be sick
promo
BLACK ROSES
Back Hug

My Best(Boy)Friend

431 45 3
De bejams_07








.

.

.

“Itulah sebabnya kau tidak mendapatkan hasil yang benar karena kau tidak memindahkannya di awal.”

“Tetapi bukankah cara yang benar adalah seperti ini?”

“Apa kau tidak percaya padaku?”

“Oh, baiklah, aku mengalah padamu, anak jenius.”

Seperti itulah keadaan yang terjadi di salah satu meja perpustakaan yang dijadikan tempat belajar bersama oleh Sehun dan yoona. Layaknya hari-hari lainnya, sehun selalu mengisi waktu istirahatnya dengan mengajari berbagai mata pelajaran yang tak dimengerti oleh yoona, sahabatnya dari kecil. Mereka terlahir bagaikan langit dan bumi.

Sehun adalah laki-laki pintar nan jenius yang selalu mendapatkan peringkat pertama di sekolahnya. Sedangkan yoona adalah perempuan yang cantik namun dengan kemampuan belajarnya yang menyedihkan. Setiap akhir semester, ia pasti selalu mendapatkan peringkat 10 terbawah untuk setiap pelajaran. Menyedihkan, bukan? Bahkan dalam urusan berdebat pun, yoona tidak akan pernah menang dari sehun.

“Sekarang, coba kau kerjakan latihan nomor 7. Caranya tidak jauh berbeda dari nomor sebelumnya.” ucap sehun.

“Sudahlah, aku sudah lelah dan ingin istirahat saja.” yoona merengek seraya menjauhkan buku Matematika dari hadapannya, membuat ruang yang cukup untuk menaruh kepalanya di atas meja.

“Tidak ada harapan bagiku untuk menaikkan peringkat pada semester ini.” ucapnya yang terdengar hampir seperti gumaman bagi sehun karena mulutnya tertutup dengan tangannya sendiri sebagai alas kepala.

“Kau tidak boleh menyerah begitu saja. Bukankah kau yang sangat bersemangat pada awalnya?” Berniat untuk menjahili yoona, ia sengaja memukul pelan kepala yoona dengan pulpen miliknya mengikuti irama dari setiap kata yang ia lontarkan.

“Ah~ Lupakan saja. Anggap aku tidak pernah meminta tolong darimu.” Suara Yoona terdengar lirih di telinga sehun.

Helaan napas tak sengaja Sehun keluarkan, merasa kasihan dan iba pada sahabat satunya ini. Ia ingin sekali membantu, tetapi apa daya jika yoona sendiri tidak memiliki semangat.

“Kau yakin? Demi orang tuamu sekalipun?

“Mereka sudah angkat tangan dalam mengurus diriku.”

“Bagaimana kalau demi eunwoo yang sedang duduk di ujung sana?”

Sekejap, hanya dalam sekejap, yoona menegakkan tubuhnya dan memutar badan ke belakang untuk melihat sosok eunwoo yang baru saja disebutkan sehun. Benar, eunwoo memang benar ada di sana, sedang membaca buku yang yoona tidak ketahui judulnya. Semburat merah mengisi pipi yoona tanpa sepengetahuan dirinya. Hanya sehun yang menyadari dan dapat melihat semburat merah itu yang tiba-tiba muncul di kedua pipi yoona.

“Kau masih menyukainya?” tanya sehun basa-basi, yang sudah jelas dengan pasti apa yang akan dijawab oleh yoona.

“Tentu saja. Siapa di sekolah ini yang tidak menyukai dirinya? Tidak ada.” jawab yoona dengan penuh keantusiasan.

Sehun mengedikkan kedua bahunya.
“Aku. Aku tidak pernah menyukai dirinya.”

“Apa kau sedang bercanda?”

Kerutan terbentuk di kening sehun. Ia merasa tidak sedang bercanda.
“Tidak, aku serius akan perkataanku.”

Tawa yoona terdengar selesai sehun menjawab pertanyaannya. Sehun memang sahabatnya, tetapi terkadang ia merasa sehun juga bukan sahabatnya. Tak heran jika mereka berdua memang sering bertengkar adu mulut padahal hanya untuk masalah-masalah sepele.

“Aku lupa kalau aku sedang berbicara pada laki-laki jenius yang hanya memikirkan tentang belajar, belajar dan belajar setiap harinya. Mana mungkin orang seperti dirimu mengerti akan sebuah perasaan.” ucap yoona bermaksud untuk bercanda.

Rasanya seperti ada yang menusuk-nusuk hati sehun. Ia tahu ia memang bukan tipe orang yang mudah bergaul dengan orang lain karena semua orang menganggap dirinya adalah orang yang aneh. Setiap hari yang ia lakukan hanyalah berkutat dengan buku-buku yang sudah ia anggap seperti temannya sendiri. Mendengar penuturan yoona, ia semakin menyadari bahwa ia bukanlah siapa-siapa bagi yoona.

“Memang aku bukan orang yang ahli dalam mengerti sebuah perasaan, tapi setidaknya aku tidak bodoh seperti dirimu.”

Kedua bola mata yoona membulat. Ia tidak menyangka akan mendengar kata-kata tajam keluar dari mulut sehun.
“Kau menyebut diriku bodoh?” yoona mendengus tidak percaya.

“Aku tahu aku tidak pernah mendapat nilai dan peringkat yang bagus, tapi bukan berarti kau dapat mengataiku bodoh, oh sehun. Setidaknya aku selalu berusaha walaupun hasilnya tidak pernah sesuai dengan yang kuinginkan.” Selesai berkata seperti itu, yoona bangkit berdiri dan meninggalkan sehun sendirian dengan kebingungan.

Sehun merasa ia telah salah bicara. Sebenarnya yang dimaksud bodoh oleh sehun bukan seperti yang yoona kira. Ia mengatakan yoona bodoh karena terus menyukai orang yang justru belum tentu dapat membalas perasaannya kembali. Tetapi sepertinya yoon telah salah mengerti.

“Oh, astaga! Bodoh sekali kau sehun.” Tanpa perlu pikir panjang, sehun segera menyusul yoona untuk menjelaskan kesalahpahaman ini.

***

“yoona! Ya, Lim yoona!” sehun terus memanggil nama itu sembari berlari mengejar yoona. Jarak antara dirinya dan yoona sudah tidak terlalu jauh, seketika sehun segera menarik pergelangan tangan yoona agar berhadapan dengan dirinya.

“Kau salah paham, yoona-ah.”

“Salah paham? Tentang kebodohanku? Oh, kau tidak perlu merasa bersalah seperti itu karena memang pada kenyataannya aku lebih bodoh darimu. Sekarang lepaskan aku.” yoona menarik pergelangan tangannya agar terlepas dari sehun, tetapi genggaman sehun jauh lebih kuat.

“Bukan itu yang kumaksud. Aku tidak pernah…”

“Sudahlah, tidak perlu kau jelaskan lagi, aku sudah paham maksudmu. Jadi, tolong lepaskan aku.”

Dengan sekuat tenaga yang yoona miliki, ia melepaskan diri dari genggaman tangan sehun. Berhasil memang, tetapi tak lama ia melangkah, ia merasa dirinya kembali ditarik lebih kuat dari yang sebelumnya, membuat yoona kembali berbalik dan masuk ke dalam dekapan sehun. Ia tidak tahu apa yang terjadi setelahnya. Hanya suara debaman-lah yang ia dengar, disusul dengan suara sesuatu yang pecah. Ia masih belum tersadar sepenuhnya, seakan-akan terhipnotis oleh suara detak jantung sehun yang terdengar begitu jelas di telinganya. Butuh beberapa detik untuk yoona dapat menyadarkan diri dan menarik diri dari dekapan sehun.

Terlepas dari dekapan sehun, yoona memberanikan diri untuk menatap langsung pada kedua mata sehun. Alangkah kagetnya ketika ia mendapati kacamata sehun yang pecah dan juga luka di tepi bibirnya, yang diakibatkan oleh sebuah bola futsal yang mendarat di wajahnya. Jadi, ia melindungiku? Pikir yoona.

Tatapan mereka seakan menghipnotis satu sama lain, karena mereka seakan berada di dunianya masing-masing, tanpa memperdulikan keadaan sekitar. Entah sudah berapa lama mereka bertatapan, mereka tidak tahu. Tapi yang jelas, mereka berusaha untuk tidak saling melepaskan tatapan tersebut, tatapan yang seolah-olah saling terikat satu sama lain dan sulit untuk dilepaskan.

***

Panas terik matahari tidak begitu memancar dan menyengat pada tempat dimana yoon sedang duduk sambil membaca buku, tepat di bawah pohon yang tampak begitu rindang. Yoona sengaja memilih tempat ini karena tidak begitu ramai dikunjungi orang dan sangatlah cocok apabila ingin menikmati angin yang bertiup sepoi-sepoi di sini. Sudah seminggu sejak kejadian yang terjadi antara dirinya dan sehun, dan sejak itulah mereka belum berbicara lagi. Mungkin semua itu terkesan berlebihan, tetapi Yoona sendiri tidak tahu bagaimana harus menghadapi sehun setelah kejadian itu.

Sambil membaca buku, yoona mencoba tenggelam ke dalam pikiran-pikirannya, mencoba mencari-cari jawaban akan pertanyaannya sepanjang minggu ini yakni mengapa sehun rela mengorbankan dirinya untuk melindungi yoona. Mengapa ia melakukan hal tersebut? Padahal menit sebelumnya sehun mengatakan sesuatu yang menyakitkan, lalu menit setelahnya ia berubah seakan menjadi sesosok pahlawan bagi yoona. Apa sebenarnya yang ada di benak sehun hingga ia dapat berubah secepat itu? Apa mungkin yoona tidak mengerti situasi yang ada waktu itu? Semakin dipikirkan, semakin yoona tidak mendapatkan jawaban dan berujung membuat kepalanya sakit. Hal itu juga yang membuat ia tidak menyadari kehadiran sehun yang sudah berdiri di sampingnya sejak tadi.

“Apa aku boleh duduk di sampingmu?” tanya sehun perlahan. Terkejut akan sapaan yang sangat tidak yoona duga membuat buku dalam genggamannya terlepas dan terjatuh begitu saja ke tanah. Yoona tergelegap dan tidak tahu harus berbuat apa ketika sehun sudah lebih dulu mengambil buku itu dan mengembalikannya pada yoona.

“Apa aku mengejutkanmu?” tanya sehun kembali.

“Ya…tentu…tidak sama sekali.” jawab yoona tidak jelas.

Senyum sehun tersungging penuh mendengar penuturan yoona yang seakan-akan meracau. Yoona tidak berani menatap dirinya dan ia juga belum menjawab pertanyaan sehun yang pertama. Tanpa perlu mendapatkan jawaban darinya, sehun memutuskan untuk langsung saja duduk menempati tempat di sebelah yoona. Sekilas, manik mata yoona mencoba melirik sehun di sampingnya dan mendapati ada sedikit perbedaan pada dirinya. Tidak, itu tidak hanya sedikit, tapi perubahan yang besar.

“Kau tidak menggunakan kacamatamu?”

“Oh, benar. Aku memutuskan untuk tidak menggunakannya lagi.”

“Kenapa?”

“Kukira kau tahu mengapa alasannya. Kacamata itu pecah karena bola futsal yang menghantam wajahku.”

“Tapi kau bisa membetulkannya?”

“Tapi aku tidak mau dan tidak ingin.”

Yoona menatap heran sahabatnya itu. Ada apa dengan sahabatnya ini? Atas dasar apa ia memutuskan untuk tidak menggunakan kacamatanya lagi? Selama ini, kacamata itu sudah menjadi seperti jati diri seorang sehun. Apabila tidak ada kacamata, itu artinya bukan sehun. Sehun dan sebuah kacamata, kedua hal itu tidak akan pernah dapat dipisahkan. Tetapi mengesampingkan kenyataan aneh tersebut, yoona melihat tidak adanya alasan untuk melarang dan menolak penampilan sehun sekarang ini. Tanpa kacamata dan dengan lensa kontak yang melekat di kedua bola matanya, sehun seakan menjadi pribadi yang berbeda. Ia sungguh tampak berbeda. Bukan lagi sehun yang kutu buku, bukan lagi sehun dengan kacamatanya yang bulat, tidak, semua itu tidak lagi yoona temukan dalam diri sehun pada saat ini. Apa mungkin yoona sedang bermimpi?

“Kau melamun, yoona-ah.”

Yoona kembali tergelagap dan mendapati dirinya sudah cukup lama terdiam sambil mengamati sehun. Sungguh memalukan!

“Ah, maaf. Aku hanya sedang tidak berada di pikiran yang benar.”

“Apa yang sedang mengganggu pikiranmu?”

Yoona terdiam. Sangat tidak mungkin bagi dirinya untuk mengatakan bahwa sehun-lah yang menganggu pikirannya seminggu ini.

“Tidak…tidak ada.”

“Kau masih memikirkan hal minggu lalu?”

Ya, aku masih memikirkannya. Batin yoona.

“Itulah alasan mengapa aku menghampirimu, yoona. Ada yang ingin kusampaikan padamu.” Beberapa patah kata itu saja sudah cukup membuat detak jantung yoona mulai berdegup kencang.

“Sampaikanlah. Aku akan mendengarkan.”

Tanpa sehun sadari, ia mulai membenarkan posisi duduknya dan gugup menjalari dirinya. Sudah berhari-hari ia memikirkan dan menyusun kata-kata yang tepat untuk ia sampaikan pada yoona. Namun belum saja memulai, ia sudah lupa apa yang harus ia ucapkan. Sialan! Rutuk sehun.

“lim yoona… Aku…. Aku tahu aku sudah mengatakan hal yang salah minggu lalu dan aku sungguh menyesalinya. Aku berani bersumpah bahwa bukan itu yang kumaksud dan kau benar-benar salah paham. Aku tidak pernah menganggap dirimu bodoh, yoona-ah. Aku… Baiklah, aku mengakui bahwa diriku-lah yang bodoh.”

“Kau tidak bodoh, oh Sehun. Kau manusia terpintar yang pernah kukenal.”

Sehun menggeleng dan tersenyum lemah.

“Tidak, aku tidak sepintar yang kau kira. Pintar? Kepintaranku hanyalah sebatas buku-buku dan ilmu pengetahuan dan itu tidak bersifat abadi. Tidak ada yang dapat dibanggakan dari kepintaranku ini.”

Ia mulai mencoba menatap yoona yang masih terdiam dan membisu mendengarkan penuturan sehun yang datang secara tiba-tiba.

“Terkadang, ada beberapa hal yang ingin kutingkatkan kemampuannya selain kepintaran dari otakku ini. Misalnya saja seperti membaca hatimu, atau bersikap lebih berani dalam menunjukkan dan mengungkapkan isi hatiku.”

Degupan jantung yoona semakin tidak terkira. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Tidak, ini tidak mungkin terjadi karena sehun adalah sahabatnya. Yoona harus menghentikan semuanya sebelum terlambat. Tetapi anehnya, yoona juga tidak ingin ini berhenti. Ia masih ingin mendengarkan kelanjutan perkataan sehun karena rasanya terasa sangat menyenangkan.

“Sepanjang pertemanan kita mungkin kau tidak pernah menyadarinya, tapi perlu kau ketahui, yoona, aku selalu menyukaimu sejak pertama kali kita bertemu. Kau sahabatku, tapi kau jugalah orang yang kusukai. Dan itu bertahan hingga saat ini, hingga detik ini.” sehun meraih jemari-jemari yoona dengan lembut dan meletakkannya tepat di dada Sehun.

“Kau adalah alasan mengapa jantung ini selalu berdetak begitu cepat saat aku berada di dekatmu. Aku tahu ini semua terdengar kekanak-kanakkan dan mungkin sedikit berlebihan, tapi aku selalu cemburu mendengarkan ceritamu tentang eunwoo. Dan juga di saat kau menatapnya, aku berharap bahwa akulah orang yang selalu kau tatap.”

Senyum tersungging di mulut indah yoona.

“Jadi itukah alasan mengapa kau tidak menyukai dirinya?”

“Ya, itu salah satu alasannya, aku cemburu padanya.” sehun menautkan jemari tangannya pada jemari tangan yoona dan alangkah bahagianya sehun ketika yoona tidak menolak sama sekali. Untuk beberapa menit, tidak ada satupun dari mereka yang bersuara. Saat-saat seperti ini adalah saat-saat yang perlu untuk dinikmati.

“Kau tahu, sehun, hari ini aku mulai merasakan sesuatu yang aneh.”

“Aneh? Apakah kau sakit?”

“Tidak, bukan sesuatu yang aneh seperti itu. Ini berhubungan dengan perasaanku.”

Kerutan kening sehun mulai terlukis di keningnya. “Perasaanmu? Pada eunwoo? Apa sekarang kau mulai mencintainya?”

Yoona terkekeh pelan. “Bagaimana kalau itu benar terjadi?”

Rahang sehun mengeras, genggamannya pun menguat dalam tangan yoona.

“Rasanya sulit untuk tidak menghancurkan wajah sombongnya itu.”

“Lalu, bagaimana kalau itu tidak akan pernah terjadi? Bagaimana kalau aku tidak akan pernah mencintainya? Bagaimana kalau aku sudah tidak menyukainya lagi?” sambung yoona.

“Kau…tidak menyukainya lagi?” tanya sehun heran.

“Hal aneh yang kurasakan hari ini adalah saat jantungku mulai berdegup hanya dengan keberadaan dirimu di sampingku. Aku tidak pernah merasakan hal aneh tersebut, sekalipun pada eunwoo. Tapi entah untuk alasan apa, hari ini jantungku berpacu lebih cepat dari biasanya. Dan kau adalah penyebabnya, sehun.” yoona bertutur kata sembari mengayunkan kedua kakinya, berusaha untuk mengatasi rasa malu yang mulai menjalari seisi tubuhnya. Bagaimana ia bisa mengungkapkan kata-kata yang menurutnya sangat memalukan sekali?

Penuturan jujur dari mulut yoona mampu membuat sehun tersenyum bahagia. Rasanya bagaikan ada burung yang sedang menerbangkan hatinya ke langit yang sangat tinggi.

“Jadi, kesimpulannya lelaki yang berhasil membuat yoona bertingkah aneh seperti ini adalah oh sehun, bukan cha eunwoo yang sombong itu?”

Yoona menggeleng perlahan, membuat beberapa helai rambutnya menempel pada wajahnya yang lembut.

“Itu terasa sangat aneh, tetapi juga benar di saat yang bersamaan. Apakah kau merasakan hal tersebut, sehun-ah?”

Senyum sehun belum juga lenyap dari bibirnya. Dengan satu tangannya lagi yang masih bebas, ia gunakan untuk membenarkan beberapa helai rambut yoona dan meletakkan di belakang telinganya.

“Tidak ada yang salah bila kau merasakan hal itu karena mungkin ini menjadi pengalaman pertamamu. Aku juga akan mengatakan bahwa aku tidak mungkin bisa memberikan sepenuhnya seperti yang kau inginkan, mengingat ini juga merupakan pengalaman pertamaku dan aku tidak terlalu pintar dalam hal seperti ini. Tapi, aku akan berusaha sebisaku untuk membahagiakanmu, lim yoona. Jika kita berdua berusaha untuk saling melengkapi, maka tidak ada hal yang tidak mungkin.”

Cukup, bagi yoona perkataan sehun itu sudah sangat cukup baginya untuk memberikan kepercayaan sepenuhnya pada sehun. Ini sama-sama merupakan pengalaman pertama bagi mereka berdua dan yang mereka perlukan hanyalah usaha dan kepercayaan. Benar kata Sehun, di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin apabila kita mencobanya. Dengan jemari masih saling bertaut, mereka menikmati angin yang bertiup sepoi-sepoi ke arah mereka, seakan angin itu pun tahu bahwa perasaan mereka sedang terbang bahagia.

***

“Kamus Biologi, Kamus Biologi, Kamus Biologi.” Mata yoona menyapu seluruh buku yang berada dalam rak dengan hati-hati, demi mencari sebuah buku bertuliskan Kamus Biologi. Sudah hampir 5 menit ia habiskan untuk mencari buku tersebut, tetapi hasil nya menunjukkan bahwa ia masih saja berdiri dengan tangan kosong.

“Dalam keadaan seperti ini, aku berharap bisa berada dalam dunia Harry Potter agar dapat mengambil buku itu hanya dengan sapuan tongkat sihir. Tsk. Mengapa buku itu tidak kunjung muncul batang hidungnya?” yoona sudah tidak dapat mengendalikan emosinya dan baru saja memutuskan untuk menyerah mencari buku tersebut ketika sebuah tangan muncul dari balik tubuhnya beserta sebuah buku bertuliskan Kamus Biologi dengan ukuran yang sangat tebal.

“Inikah yang kau cari?”

Suara itu terdengar tidak asing di telinga yoona. Ketika ia membalikkan tubuhnya agar dapat melihat siapa pemilik suara itu, alangkah kagetnya saat ia mendapati orang itu adalah Cha eunwoo. Benar, Cha eunwoo yang dulu ia sukai. Cha eunwoo yang akan membuatnya bersemu merah, dulu. Sekarang, perasaan seperti itu sudah tidak muncul lagi dalam dirinya.

“Ah, benar. Terima kasih atas bantuannya.” sahut yoona dengan senyumnya seraya meraih buku tebal itu dan mengambilnya.

“Tidak masalah.” ucap eunwoo membalas senyum yoona.

“Sepertinya aku sering melihatmu di koridor sekolah. Kau… Lim yoona, bukan?”

“Betul. Namaku Lim yoona.”

“Kenalkan, namaku Cha eun….” Baru saja eunwoo mengulurkan tangannya untuk mengajak yoona berkenalan, di saat itulah juga sehun muncul dari balik punggung yoona seraya merangkulnya. Mata tajam sehun  seakan dapat menembus kedua mata eunwoo. Tatapannya itu membuat eunwoo menarik tangannya kembali dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Mengapa kau lama sekali, yoona-ah?” tanya sehun sambil tetap menatap tajam eunwoo.

“Ah, aku tadi tidak dapat menemukan Kamus ini dan eunwoo yang menemukannya.” yoona berkata seakan itu merupakan hal yang biasa saja. Tidak, ia tidak tahu betapa sehun sedang bersusah payah untuk menahan rasa cemburunya.

“Sekarang kau sudah menemukannya, bukan? Lekas segera kembali ke meja.”

perintah sehun lembut pada yoona. Yoona mulai mengerti dan dapat membaca situasi menyesakkan ini. Aura di sekitarnya mulai berubah dan yoona mundur perlahan dengan perasaan cemas, takut-takut akan terjadi hal yang tidak diinginkan dalam perpustakaan ini. Ketika yoona sudah tidak berada di sana lagi, sehun kembali memberi tatapan tajam pada eunwoo, dan kali ini dengan sebuah peringatan,

“Camkan baik-baik, jangan pernah berani mendekati dirinya atau kau akan habis di tanganku.” Sebuah peringatan singkat itu saja sudah sanggup membuat eunwoo mundur dan bersumpah untuk tidak akan berani mendekati yoona lagi.

“Apa kau menyakitinya?” tanya yoona cemas saat sehun sudah kembali ke meja tempat mereka sedang belajar.

“Tidak, belum, tapi akan, bila ia masih berani mendekatimu.” ucap sehun singkat, masih berusaha untuk meredam rasa cemburunya. Deru napas sehun yang berat menyadarkan yoona bahwa lelaki ini sedang berusaha untuk mengendalikan emosinya.

“Kau cemburu.”

“Bagaimana aku tidak cemburu? Dia eunwoo, lelaki yang pernah kau sukai.”

“Benar, pernah kusukai. Bukan sedang kusukai. Lelaki yang sedang kusukai adalah oh sehun.” ucap yoona lembut seraya mengelus pelan tangan sehun, sebelum akhirnya mendarat di telapak tangan sehun yang lebih besar darinya. Secara otomatis, telapak tangan sehun menyambut tangan mungil yoona dan menggenggamnya dengan begitu erat, seakan takut apabila ia akan pergi dari sisinya.

“Apa ia berbuat macam-macam padamu?” tanya sehun dan mulai berani menatap mata yoona.

“Astaga, tentu saja tidak. Ia hanya membantuku mencarikan buku Kamus Biologi yang tak kunjung kutemui. Apakah itu bisa disebut macam-macam?”

Sehun mengedikkan kedua bahunya.
“Mana tahu apa yang akan terjadi jika aku tidak datang tepat pada waktunya tadi.”

“Tidak akan terjadi apa-apa, sehun-ah. Kau adalah hal terbaik yang pernah kupunya dan tidak mungkin bagiku untuk menyia-nyiakan cintamu begitu saja.” Mata yoona menjelajah seluruh wajah sehun. Kini, ia benar-benar tampak berbeda. Sehun  tidaklah lagi seperti sehun yang ia kenal pada masa kecilnya dulu. Sehun sudah merubah penampilannya. Tanpa kacamata dan hanya dengan lensa kontak, juga rambutnya yang turun dengan rapi menutupi keningnya, semua itu terasa sangat sempurna di mata yoona. Lelaki mana yang bisa sesempurna ini? Lamunan yoona dikejutkan oleh sebuah gebrakan yang datang dari seberang meja yang ternyata adalah ibu penjaga perpustakaan ini.

“Dilarang berpacaran dalam perpustakaan. Kalian tidak bisa membacanya?” ucap ibu itu galak sambil menunjuk sebuah poster kecil di ujung tembok sana. Refleks, mereka melepaskan kedua genggamannya dan menuturkan kata maaf sebelum akhirnya ibu itu pergi. Tak lama, yoona dan sehun sama-sama terkikik pelan karena merasa itu adalah hal yang lucu.

“Baiklah, sekarang waktunya untuk kembali belajar, lim yoona.” sehun mulai membuka Kamus Biologi yang tadi dicari oleh yoona. Sebenar-benarnya fakta bahwa penampilan sehun telah berubah, tetapi itu tidak menyurutkan fakta bahwa sehun tetaplah jenius dan akan terus menjadi orang yang membantunya dalam belajar. Betul, sahabatnya yang jenius, kekasihnya yang jenius



Fin~~~~

Continue lendo

Você também vai gostar

2.4M 248K 41
just Brothership, Not BL / Homo Alvian namanya, bocah 15 tahun yang tiba-tiba terbangun di tubuh bocah 10 tahun, si kecil dengan mulut pedas nya yang...
714K 14.2K 60
BIANCA RESTANZA.. gadis yang terkenal pemberani dan juga bar barnya!! Namun kesalahan pada satu malam membuat Bianca harus merelakan masa mudanya...
41.6K 2.6K 62
Luana Ravabia Azada, kerap dipanggil Bia. Sesuai namanya, dalam menjalani kehidupannya sangatlah kuat dan tangguh dalam menghadapi suasana sekitar, s...
5.2K 519 21
" bubu atau daddy ? " satu pertanyaan itu mampu membuat kehidupan seorang Jung Beomgyu berubah. " sekali lagi ya ? " Jung beomgyu " kita mulai kemb...