MY BROTHER-IN-LAW [ģž¬ģš©]

By Jeyfew_

28.9K 2K 335

- ģž¬ģš© - Rose kakak Taeyong tiba-tiba mengatakan dirinya telah menikah, mana tahu dia kalau kakak iparnya adala... More

W-wait, Already Married?!

Insom? Let's Talk with me

9.8K 1K 184
By Jeyfew_

Taeyong membuang napas panjang. Ia melirik jam dinding di kamarnya, pukul sebelas malam, menjelang setengah dua belas. Ia sama sekali tidak bernafsu untuk membuka ponselnya. Selain fakta bahwa ponselnya baru saja diisi daya dan ia menahan diri untuk tidak begitu saja mengirimkan pesan kepada Ten.

Soal Jaehyun,

Taeyong meremat rambutnya sok dramatis. Ia selalu berdoa pada Tuhan agar dia diberi rahmat dan kemujuran, tapi lihatlah! Tuhan mengujinya dan ia merasa seolah menjadi orang paling menyedihkan sedunia.

Ia berjalan menuju dapur untuk memanaskan susu. Ia tengah mengaduk susu di panci saat suara langkah kaki mendekatinya.

Ia berbalik dan hampir lupa caranya bernapas.

Itu Jung Jaehyun, dengan pakaian yang masih sama, hanya sekarang celananya berubah menjadi celana piyama berwana biru gelap.

"Hai Taeyong, tidak bisa tidur juga?"

Jaehyun berjalan ke arah Taeyong, sepertinya ingin melihat apa yang sedang anak itu kerjakan. Karena samar samar Taeyong bisa mendengar Jaehyun bergumam 'susu' dengan suara pelan.

"Boleh aku minta susumu juga?"

Taeyong sweatdrop,

"H-ha?"

Jaehyun tertawa pelan, menunjuk panci di atas kompor dengan dagunya.

"Maksudku, susu yang sedang kau panaskan,"

Oh-

oh! Salahkan otakmu yang kotor itu Lee. Taeyong meringis canggung.

Ia menuangkan lebih banyak susu ke panci, sembari mengaduk ia bisa melirik Jaehyun yang duduk di minibar tengah memainkan ponselnya.

Setelah beberapa menit ia mematikan kompor dan menuangkan susu ke dalam dua cangkir. Ia meletakkannya di meja minibar, ia mengambil madu di kabinet dan meletakkannya pula di meja.

"Eum, ini hyung. Kau bisa menambahkan madu ke dalam susu, tapi sejujurnya itu kurang baik sih untuk gigi,"

Jaehyun tersenyum, "Terimakasih, Taeyong,"

Jaehyun melihat pergerakan Taeyong yang canggung. Ia tersenyum geli.

"Mau mengobrol denganku? Kau kena insom?"

Taeyong mengangguk patah patah, dan itu menguji inner Jaehyun. Si Jung memperhatikan gerakan Taeyong yang menyeruput susu hangatnya. Pemuda kecil itu sepertinya lebih rileks sekarang.

"Eh, tadi hyung mengajak aku mengobrol?"

Jaehyun mengangguk pelan.

"Kau kelas berapa?"

"Kelas tiga, Hyung"

Jaehyun mengangguk. "Eh tunggu, kau- berapa umurmu sekarang?"

"Delapan belas? Memang kenapa?"

Taeyong sungguh tidak percaya dia tidak gugup lagi. Rasanya gugupnya menguap perlahan digantikan rasa... Nyaman? Pokoknya ia menikmatinya.

Jaehyun tertawa geli, "Kalau begitu, kau hanya terpaut setahun denganku,"

Taeyong membulatkan matanya, melongo, "Ehh? Kenapa bisa?"

"Aku sembilanbelas tahun,"

Taeyong kaget sampai sampai meloncat dari duduknya.

"Bohong!"

Jaehyun menggelengkan kepalanya, "Hei, aku serius,"

Taeyong masih syok, matanya berkedut.

"Kok bisa?!"

Jaehyun memutar bola matanya, "Kok tidak bisa?"

Taeyong menggelengkan kepalanya, ia kembali duduk dan menyeruput susunya dari cangkirnya. Matanya masih melihat ke arah Jaehyun.

"Kau ini sekolah berapa tahun?"

Jaehyun memegang dagu, pose berpikirnya. Seperti tengah memperhitungkan sesuatu.

"Aku tidak masuk sekolah umum, aku lulus S1 juga, aku rasa.. Memang ada orang sepertiku?"

Taeyong mendengus, "Memang ada! Tapi sangat langka! Kau adalah Bukti nyatanya."

"Tapi wajahmu memang terlihat muda sekali sih," gumamnya ragu.

"Nah, benar kan? Aku tidak bohong,"

"Kau orang jenius," Taeyong berujar miris.

Jaehyun tertawa keras. Taeyong cemberut,

"Kenapa tertawa?"

Jaehyun menggeleng sembari berpura pura menghapus air mata di sudut mata.

"Kau menggemaskan,"

Tolong jangan salahkan Taeyong bila jantungnya berirama seperti genderang perang, keras dan cepat. Oh jangan lupakan rona merah yang merambat dari pipi hingga ke seluruh wajah.

"Tae! Wajahmu merah!"

Jaehyun memekik kaget,

Taeyong mengibas ngibaskan tangan di depan wajah.

"Oh, panasnya,"

Jaehyun tertawa keras lagi, mereka kembali mengobrol tentang banyak hal. Midnight Talk yang hanya mereka berdua, di dapur dengan masing masing secangkir susu hangat dan madu. Jangan lupakan, wajah bersemu dan hati keduanya yang menghangat akibat kehadiran satu sama lain.

"Nah, sebaiknya kita tidur sekarang,"

Taeyong bergerak untuk memberesi cangkir mereka yang telah kosong. Jaehyun sudah menguap, mengangguk pelan.

"Selamat malam, Taeyong,"

Taeyong sempat mematung saat Jaehyun memberikan sebuah pelukan kepadanya. Saat pelukan itu terlepas, ia bisa melihat mata Jaehyun yang sepertinya sudah berat.

"Hng, selamat tidur Jaehyun Hyung, semoga mimpi indah,"

.

.

.

.

Selama berbelas tahun bersahabat dengan Lee Taeyong, ia bersumpah bahwa wajah Taeyong hari ini adalah wajah terbahagia yang pernah pemuda itu pasang. Taeyong sudah seperti orang gila, kadang kadang terkekeh sendiri sembari memeluk tubuh, atau dia akan melamun dengan wajah merona.

"Ck, ada apa sih denganmu?"

Doyoung ikut bergidik, "Dia membuat aku takut,"

Yerin ikut mengangguk, "Dia menyeramkan,"

Taeyong menoleh ke ketiga sahabatnya. Tangannya merentang.

"Aku telah menemukan Jake kuuu,"

Ten melongo, mereka bahkan bisa mendengar Jungwoo yang berdiri di ambang pintu menjerit, "Ew-"

"Jadi kau akan segera bermain titanic titanic an dengannya?"

Taeyong tiba tiba merengut, "Tidak bisa,"

"Ha? Kenapa tiba-tiba?"

Taeyong menggeleng, "Pokoknya tidak bisa! Jake nya sudah bertemu dengan Rose nya,"

Winwin menoleh ke arah lain dengan putus asa, "Aku gagal paham,"

"Bukan hanya kau, aku juga,"

Dokyeom si kutu buku yang diam diam menguping menyahut juga.

"Kau menjadi pelakor?"

"Hei!" Taeyong berseru tidak terima, "Belum.." lanjutnya dengan nada pelan.

Ten mencengkram kedua bahu sahabatnya. Menggoyangkan tubuh Taeyong brutal.

"Taeyong! Demi Celana dalam saudara kembar Lisa yang bergambar barbie, kau menjadi pelakor?!"

Taeyong mendesis, "Kan aku bilang belum,"

Yerin mendecak, "Ck, kau kan sudah ada niat,"

Doyoung menggelengkan kepalanya prihatin, "Jangan terlihat menyedihkan Lee, aku lebih rela kau mengkhayalkan Jaehyun Jung daripada menjadi perusak rumah tangga orang,"

Taeyong menatap sengit ke arah Doyoung, "Ya yang aku maksud aku akan merebut Jaehyun Jung! Bagaimana sih?"

"Tunggu- Jaehyun sudah menikah?"

Taeyong mengangguk mantap, "Sudah!"

Ten menatap Taeyong nanar, "Kau termakan gosip murahan,"

"Dia itu menikah dengan kakakku!"

Taeyong menjerit frustasi. Semua orang terdiam, lantas tertawa terbahak bahak tidak karuan. Jungwoo sampai menggelinding ke lantai saking lucunya.

"Hahahahahahaha-aduh perutku, Lee Taeyong," Ten menghapus airmata akibat tertawa, tangan satunya memegang sebelah pundak Taeyong. "Kau tidak harus mengkhayalkan Jaehyun sampai sejauh itu,"

Perempatan imajer muncul di dahi Taeyong. Dikira dirinya ini main main!

"Aku serius!"

Yerin tertawa keras, menepuk pundak Taeyong.

"Ya, aku percaya,"

Tapi Taeyong jelas tahu itu hanya sarkasme. Ingin menghentikan topik ini agar tidak terus terusan dibicarakan.

"Terserah,"

.

.

.

.

"Oh ayolah Lee, aku kan cuma becanda"

Taeyong berjalan dengan raut kesal. Ia tidak menghiraukan Ten yang sedari tadi menggelendoti tubuhnya dari kelas hingga kini mereka sampai ke parkiran sekolah.

"Pulang saja sana ke rumahmu,"

Taeyong jelas tahu, Ten meminta maaf juga karena pemuda Thailand itu akan menumpang tidur di rumahnya.

"Kau tega membiarkan aku sendirian di rumah?!" Ten bertanya tidak percaya.

Taeyong memutar bola matanya malas, ia Membuka pintu mobilnya dan Ten segera duduk di samping kursi kemudi.

Yasudah sih, Taeyong juga sebenarnya tidak marah, hanya kesal. Ia segera menjalankan mobilnya menuju rumahnya.

"Aku tahu kau tidak akan bisa marah padaku hahaha,"

'Plak'

Ten memegang bisepnya dengan wajah syok.

"Ouch, kenapa memukulku?!"

"Berisik Chitta!"

Ten cemberut, meski begitu setelah beberapa detik, lagu yang mereka sukai terputar di radio, membuat keduanya bernyanyi seperti orang gila melupakan kejadian sebelumnya.

Benar kan? Lee Taeyong tidak akan pernah bisa marah kepada sahabat sejak merangkaknya, Chittapon.

Taeyong dan Ten sudah sampai di mansion keluarga Lee. Mereka berjalan hampir beriringan memasuki ruangan hingga tiba tiba Ten memekik dengan highnote miliknya yang membuat telinga Taeyong berdengung parah.

"THE FUCK LEE TAEYONG -"

Taeyong menatap Ten yang menatap nanar lurus ke depan. Matanya terbelalak, mulutnya menganga. Taeyong menoleh ke arah pandang Ten.

'Brug!'

"YAK TEN!"

Taeyong memekik panik melihat tubuh Ten ambruk di lantai. Mata bulatnya beralih ke sosok yang berdiri tak jauh dari posisinya dengan canggung dan syok.

"Eng, T-tae?"

Rasakan bitch! Jangan salahkan Taeyong jika Ten baru saja pingsan setelah melihat Jung Jaehyun berdiri dengan pakaian kantornya.

.

.

.

TBC

Taeyong nge gas banget heran 😥😥

Continue Reading

You'll Also Like

50.2K 3.6K 51
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
334K 27.7K 39
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
54.6K 8.5K 52
Rahasia dibalik semuanya
183K 15.4K 26
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...