Queensha Jovanka

By Iyouyaa

2.6M 216K 17.1K

Kesepian yang selalu menemaninya. Ketakutan yang selalu menghantuinya. Beribu pertanyaan dan kebingungan yang... More

Prolog
❄1❄
❄2❄
❄3❄
❄4❄
❄5❄
❄6❄
❄7❄
❄8❄
❄9❄
❄10❄
❄11❄
❄12❄
❄13❄
❄14❄
❄15❄
❄16❄
❄17❄
❄18❄
❄19❄
❄20❄
❄21❄
❄22❄
❄23❄
❄24❄
❄25❄
❄26❄
❄27❄
❄28❄
❄29❄
❄30❄
❄31❄
❄️32❄️
❄️33❄️
❄️34❄️
❄️35❄️
❄️36❄️
❄️37❄️
❄️38❄️
❄️39❄️
❄️40❄️
❄️41❄️
❄️42❄️
BUKAN UPDATE
❄️44❄️
❄️45❄️
❄️46❄️
❄️47❄️
❄️48❄️
❄️49❄️
❄️50❄️
❄️51❄️
❄️52❄️
❄️Biodata and pics of the cast❄️
❄️53❄️
❄️54❄️
❄️55❄️
❄️56❄️
❄️57❄️
❄️58❄️
❄️59❄️
❄️WAJIB BACA❄️
Update
ACCOUNT SI PLAGIAT

❄️43❄️

31.5K 2.4K 357
By Iyouyaa

Happy Reading...






Comment






Follow






Share






Vote


❄️❄️❄️

WUSHH...

Mereka berdua sudah sampai di Academy, tepatnya didepan kamar Kyra.

"Sekali lagi terimakasih banyak kak"

"Tak masalah, kalau begitu kakak pamit ya Queen"

Kyra mengangguk dan melambaikan tangannya yang dibalas oleh Arion. Sedetik kemudian Arion sudah lenyap dengan teleportasi nya.

Baru saja Kyra akan membuka pintu, Leta sudah lebih dulu membuka nya dari dalam.

"Ah kaget" Ucap Leta. "Terimakasih sudah memberikan kabarmu Kyra, aku sempat khawatir tadi"

"Ya tak masalah, kau hendak kemana?"

"Makan malam, kau mau ikut?"

"Tidak, aku sudah kenyang. Lebih baik aku istirahat saja"

"Ah ini sangat langka, seorang Kyra yang tak mau makan" Gurau Leta.

Kyra terkekeh geli karena gurauan Leta yang entah lucu dimananya.

Leta tersenyum hangat melihat perubahan sikap Kyra seiring waktu.

"Kalau begitu, aku pergi dulu ya Kyra. Jaga kamar, jangan kemana-mana, nanti aku kembali lebih cepat" Ucap Leta sembari berlarian.

"Iya tenang saja"

Kyra berjalan kearah tempat tidurnya, dan menundukkan diri diatasnya. Ia menarik nafas panjang, banyak hal yang ia pikirkan sekarang, tentang jati dirinya.

"Sebaiknya aku mandi lebih dulu"

Ditempat Arion berada, ketika ia hendak membuka pintu kamarnya, betapa kagetnya ia setelah melihat isi kamarnya.

"Huwaaa ada apa ini?"

"Kenapa kaget begitu? Bukannya sudah biasa jika kita sering ada dikamar mu" Ucap Ezra sembari memakan kacang dan membuang kulitnya dimana saja.

Mata Arion berkedut melihat kelakuan teman-temannya. "Ya memang sudah biasa, tapi yang membuat ku kaget, kenapa kamar ini begitu berantakan?"

"Eum kenapa ya?" Tanya balik Ezra. "Kau tahu Aiden?"

Aiden menggeleng tidak tahu.

Arion menarik nafas pelan. "Kenzie kenapa kau membiarkan dua anak ini masuk ke kamar kita?"

"Mereka yang memaksa" Adu Kenzie.

"Eh bukannya kau sendiri yang mengizinkan tanpa kita perlu memaksa?" Protes Ezra yang diangguki Aiden.

"Yayaya terserah kalian saja" Arion melewati berbagai macam sampah yang berserakan dilantai.

"Kau mau ikut makan malam?" Tanya Aiden yang sedari tadi hanya menggeleng dan mengangguk.

"Yah walaupun aku sudah kenyang, tapi aku akan menyusul ke sana" Jawab Arion.

"Aku mau mandi dulu, kalian duluan saja. Tapi jika kamar ini masih kotor kalian tidak boleh keluar" Ancam Arion yang langsung masuk kedalam kamar mandi.

Mereka bertiga saling tatap, dan mengangguk secara bersamaan. Kejadian selanjutnya mereka meninggalkan kamar dengan keadaan yang belum dibereskan.

Beberapa menit kemudian, Arion keluar dari kamar mandi, dengan mata tak percaya melihat kamarnya yang masih berantakan karena ulah ketiga temannya.

"SIALAN!!" Teriak Arion.

"Awas kalian. Huh sebelum aku menghajar mereka, lebih baik membereskan kamar ini lebih dulu". Oceh Arion. Mau tak mau ia yang harus membereskan.

Dikamar Kyra, kini ia sudah memakai piyama tidurnya. Kyra duduk di jendela yang terbuka memandang langit malam yang tenang.

"Kenapa aku merasa akan ada kejadian yang mengerikan" Kyra menyentuh dadanya yang berdetak kencang.

Beberapa menit ia berdiam diri dengan pikiran kosongnya. Namun jauh di sana, dibalik pepohonan, ada seseorang yang tengah memperhatikannya.

Sebentar lagi. Sebentar lagi kau akan menjadi milikku.

Setelah mengatakan itu, ia menghilang begitu saja.

❄️❄️❄️

"Ku rasa sebentar lagi Arion akan menyiksa kita" Ucap Ezra.

"Memangnya ada apa?" Tanya Leta.

"Ezra membuat kamar Arion berantakan" Balas Aiden.

"Hei itu kamarku juga" Sahut Kenzie.

"Dan hei bukan hanya aku yang membuatnya berantakan, kalian juga sama" Sahut Ezra juga.

"Sudah kuduga" Adele terkekeh geli melihat kelakuan mereka yang layaknya anak kecil.

"Malaikat maut sudah menjemput kalian" Tiba-tiba Arion sudah berada dibelakang ketiga temannya.

Dan glek.. mereka hanya bisa menelan ludah dan menatap Arion dengan cengiran tak berdosa.

"Kenzie jika itu kamar mu juga, harusnya kau membantuku membereskan nya" Ucap Arion berapi-api.

"Dan untuk kalian berdua, tunggu saja aku akan berkunjung ke kamar kalian" Sambungnya.

"Baiklah nanti akan aku bereskan" Balas Kenzie.

"Sudah telat bodoh. Aku sudah membereskannya" Jawab Arion sembari menjitak kepala Kenzie.

"Arion tak apa jika kau tak berkunjung ke kamar kita juga, sungguh. Dikamar kita tak ada yang harus dikunjungi" Kini giliran Ezra yang berbicara.

"Ya Ezra benar, dikamar kita tidak ada sesuatu yang menarik" Timpal Aiden.

"Ah benarkah? Kalau begitu aku akan berkunjung secepatnya melihat betapa tak menarik nya kamar kalian" Balas Arion. "Dan kau Kenzie, bantu aku"

"Dengan senang hati" Jawab Kenzie yang diberi tatapan tak menyenangkan dari Aiden dan juga Ezra.

"Sudahlah, kalian seperti anak kecil saja, lanjutkan makan kalian" Lerai Adele.

"Kau tak makan kak?" Tanya Leta pada Arion.

"Tak usah, aku sudah kenyang. Lagipula aku kemari hanya menemui mereka bertiga" Jawab Arion sembari duduk.

Leta mengangguk paham.

"Ah Kenzie, sebelum kita ke kamar mereka, kita beli cemilan lebih dulu" Sambung Arion.

Kenzie mengacungkan jempol nya sembari mengangguk-anggukan kepalanya.

"Ini sungguh tak adil" Bisik Ezra.

"Kenzie membuat ulah namun dia tak dikenai hukuman" Sambung Ezra yang masih berbisik pada Aiden.

"Kau benar" Balas Aiden.

Arion menjentikkan jarinya, mendengar bisikan Ezra dan juga Aiden. "Lihat saja nanti" Bisik Arion pada Ezra dan juga Aiden.

"Ah sudah kenyang, aku kembali ke kamar duluan ya, Kyra sendirian disana" Ucap Leta.

"Aku juga, aku lelah" Lanjut Adele.

"Baiklah, selamat beristirahat" Balas Arion.

Kini dimeja makan tinggal keempat lelaki itu. Mereka saling melempar pandangan.
"Ayo Kenzie"

Kenzie menurut dan mengekor Arion yang akan membeli cemilan sesuai ucapannya.

"Sutt.. Aiden ayo kita kunci kamar kita agar mereka tak bisa masuk"

"Kau bodoh? Mereka bisa menggunakan teleportasi"

"Yang sopan dikit sama yang lebih tua" Ezra menghembuskan nafas kasar. "Kita pura-pura tidur saja"

"Baiklah"

Aiden dan Ezra pun melesat dengan teleportasi nya dan sesuai apa yang mereka rencanakan, lampu kamar mereka sudah mereka matikan, dan mereka berdua sudah berada di atas tempat tidur mereka masing-masing dengan mata terpejam.

Beberapa saat kemudian, Arion sudah tiba dikamar mereka berdua dengan Kenzie yang menenteng banyak cemilan dan tak lupa dengan minuman kesukaan mereka.

"Kejutan!!" Ucap Arion sembari menghidupkan lampu.

"Lihatlah, kalian tak mau semua cemilan dan minuman ini?" Arion menunjuk kearah Kenzie.

"Yasudah, aku dan Kenzie yang akan menghabiskannya disini, kalian yang akan membersihkannya tanpa mendapat semua cemilan ini hehe" Arion menyeringai lebar melihat ada pergerakan diantara keduanya.

"Baiklah-baiklah kami menyerah" Ucap Ezra yang langsung menghampiri Kenzie dan juga Arion disusul Aiden.

"Banyak sekali" Ucap Aiden ketika melihat jinjingan yang dibawa Kenzie.

"Tentu saja, Kenzie yang membayar semuanya" Arion menunjuk ke arah Kenzie yang tengah menahan kesal.

"Oh jadi ini hukuman yang kau maksud tadi" Aiden dan Ezra mengangguk-angguk paham.

Mereka duduk di sofa ruang tengah kamar Ezra dan Aiden. Makanan mereka habiskan satu demi satu, diselingi obrolan dan candaan. Tak terasa waktu sudah berlalu dengan cepat.

"Sudah malam, ayo kita pulang Kenzie" Ajak Arion.

"Baiklah-baiklah" Balas Kenzie.

"Kami pamit" Setelah mengatakan itu, hanya ada Aiden dan juga Ezra serta ditemani kamar mereka yang sangat berantakan.

"Ayo bersihkan, aku tak bisa tidur jika kotor seperti ini" Ucap Aiden yang disetujui Ezra.

❄️❄️❄️

Waktu berjalan dengan cepat tanpa siapapun yang bisa menghentikannya. Kini tepat hampir tengah malam, suara lonceng terdengar sangat nyaring. Lonceng pemberitahuan kepada para murid Academy.

"Ah suara berisik apa itu?" Keluh Kyra, ia menyimpan kepalanya dibawah bantal.

Leta yang mendengar suara lonceng langsung beranjak dari tidurnya dan menghampiri Kyra dengan tergesa-gesa.

"Kyra ayo. Suara lonceng itu menandakan kita harus segera berkumpul di aula"

"Aku masih mengantuk"

"Tapi Kyra, lonceng itu bisa saja membawa kabar baik ataupun buruk. Dan sekarang perasaan ku tidak enak"

Kyra membulatkan matanya, ia langsung bangun dari tidurnya dan berdiri di sebelah Leta.

"Ayo" Leta menarik tangan Kyra namun ditahan oleh sang empunya.

"Kenapa?" Tanya Leta.

"Kita memakai piyama?" Tanya balik Kyra.

"Jika ada lonceng tersebut, mau bagaimanapun keadaan kita, kita harus segera bergegas ke aula" Leta menarik lagi tangan Kyra namun lagi-lagi ditahan.

"Apa lagi?" Tanya Leta kesal.

"Kita bisa ke sana dengan teleportasi, tak perlu berlarian di koridor" Jawab Kyra enteng. Leta menggaruk kepalanya dan mengangguk pelan dengan cengengesannya.

Mereka bergandengan tangan dan melesat dengan teleportasi.

Hal yang pertama kali Kyra dan Leta lihat adalah semua murid sudah berkumpul di aula dengan berbagai macam raut muka.

Namun ada satu murid yang terlihat sangat santai, ia berdiri bersama teman-temannya sembari memeluk guling dengan mata terpejam. Siapa lagi jika bukan Ezra.

"Aku tak percaya jika dia putra mahkota" Ucap Kyra yang diangguki Leta.

"Ayo Kyra kita ke sana" Mereka berjalan menghampiri teman-temannya.

"Hai Kyra, Leta" Sapa Adele.

"Urusi teman mu sana" Omel Aiden.

"Cih. Dia bukan temanku, lagipula kau teman sekamarnya bukan?" Balas Kenzie.

"Adele urusi kakak mu" Omel Aiden lagi.

Seketika Adele yang tengah mengobrol dengan Kyra dan Leta langsung mendelik tajam. "Dia bukan kakak ku, aku tidak punya kakak yang seperti itu"

"Sudah-sudah dia teman kalian juga, tetapi bukan temanku" Timpal Arion disertai tawanya.

"Ish. Kalian berisik" Ezra berucap dengan tegas yang membuat teman-temannya diam mematung.

"Aku masih mengantuk" Sambungnya yang membuat Arion menjitaknya.

"Kalian merasakan apa yang aku rasakan tidak? Aku merasa akan ada kabar buruk" Ucap Leta yang sedari tadi hanya diam melihat.

"Ya aku rasa juga, tapi kita tunggu saja sampai para guru dan kepala sekolah memberi tahukannya" Balas Aiden.

Tak lama setelah Aiden berbicara, kepala sekolah diikuti guru-guru yang lain datang dan menaiki mimbar.

"Maaf mengganggu waktu tidur kalian anak-anak" Mr. Gavin tersenyum hangat.

"Tapi ada hal penting yang ingin saya bicarakan dengan kalian semua. Sebelum itu, kalian harus tetap tenang selama saya berbicara"

Mereka diam membisu, keringat dingin sudah bercucuran di badan mereka. Gugup, takut, penasaran, bingung, semuanya tercampur dalam satu.

"Kalian ingat saat saya membagi kalian ke beberapa kelompok tadi pagi? Benar saya membagi kelompok tersebut untuk mempersiapkan diri kalian jika ada perang besar terjadi. Dan hal itu benar-benar terjadi. Azura menyatakan perang tak lama lagi, tepatnya di Bulan Purnama ketiga"

Semuanya nampak syok, bahkan sampai ada yang jatuh terduduk karena saking kagetnya.

"Saya mohon informasi ini jangan sampai tersebar luas selain di Academy karena dapat membuat kacau para penduduk dari ketiga kerajaan, dan kami selaku perwakilan dari ketiga kerajaan tengah membangun sebuah tempat perlindungan, dimohon kerjasama nya agar serius dalam menjalani pelatihan"

Mr. Gavin membungkuk hormat didepan para murid Academy diikuti oleh seluruh guru yang lain.

Para murid nampak tercengang melihat tindakan tersebut. Saat mereka tengah fokus pada para guru, Kenzie menteleportasi dirinya kehadapan Mr. Gavin, didepan para murid Academy.

Mereka lebih dibuat tercengang ketika Kenzie mengucapkan kalimat yang membuat semua orang meneteskan air mata.

"Kami seluruh murid Academy akan melaksanakan dengan sebaik-baiknya, tak peduli nyawa sekalipun, kami akan melindungi Academy Fredella dan ketiga kerajaan. Karena itu mohon bimbingannya"

Kenzie membungkuk hormat, seketika itu para murid Academy langsung mengikuti tindakan Kenzie.

Mereka menunduk dalam diam, air mata mengalir begitu saja mengingat bahwa peperangan akan segera terjadi.

"Terimakasih, saya sangat bangga bisa menjadi kepala Academy dengan para murid seperti kalian. Angkatlah kepala kalian, kita berusaha bersama-sama"

Sorak sorai memenuhi aula. Ketakutan, kesedihan, kini berubah menjadi semangat untuk terus berjuang bersama.

Setelah mengucapkan beberapa kalimat penutup, Mr. Gavin beserta guru-guru yang lain turun dari mimbar dan meninggalkan aula.

Murid-murid pun ikut meninggalkan aula, menuju kamar mereka masing-masing.

"Aku bangga padamu" Ucap Ezra tulus pada Kenzie yang sudah berada bersamanya.

"Terimakasih" Balas Kenzie.

"Nah kalau begitu, mari kita lanjutkan tidur" Ezra berlalu dengan teleportasi nya.

"Aku duluan" Ucap Aiden namun ditahan oleh Adele.

"Sebentar, kakak ku sudah pergi duluan, aku ikut denganmu, tolong antar kan aku ke depan kamar" Titah Adele yang mau tak mau Aiden turuti.

"Kami duluan ya" Ucap Adele.

"Dek kakak juga duluan ya, rasanya sangat lelah" Kyra mengangguk.

"Eum Leta kau duluan sama kakak mu saja ya? Aku akan pergi ke suatu tempat" Ucap Kyra setelah Arion melakukan teleportasi.

"Tengah malam begini kau mau kemana?" Tanya Leta.

"Ke suatu tempat pokoknya, aku duluan ya" Kyra melambaikan tangannya dan bergegas pergi dengan teleportasi.

Leta masih menatap tak percaya setelah kepergian Kyra. Ia melirik kearah kakaknya yang sedari tadi hanya diam memperhatikan.

"Kalau begitu ayo kak" Kenzie mengangguk dan menyimpan tangannya diatas kepala adiknya.

"Ish. Bisakah kau lebih lembut sedikit terhadap adikmu?" Gerutu Leta saat sudah sampai di kamarnya.

"Oh harus kah?" Tanya balik Kenzie.

Leta merenggut kesal namun ia hanya bisa menahannya, dan menundukkan kepalanya.

"Terkadang aku iri terhadap kak Arion dan Kyra, atau Adele dan kak Ezra mereka nampak kakak beradik yang harmonis, tidak seperti kita" Leta berucap pelan dan masih menunduk.

Kenzie membungkuk dan menyamakan wajahnya dengan Leta, ia mengusap pelan rambut adiknya.

"Aku akan berusaha agar menjadi kakak yang layak untuk mu" Leta masih menunduk.

"Maafkan kakak" Seketika itu Leta mengangkat wajahnya menghadap kearah Kenzie.

Leta tersenyum senang, menurutnya Kenzie perlahan menjadi seperti dirinya yang dulu, penyayang walaupun pelit tersenyum.

"Terimakasih kak"

"Kakak pergi dulu" Sebelum pergi, Kenzie menepuk-nepuk kening Leta dengan jarinya seperti saat mereka kecil dulu.

Ditempat Kyra, ia tengah berada di rooftop Academy. Ia duduk di sisi dan mengayunkan kakinya. Ia butuh ketenangan.

Ia memejamkan matanya menikmati angin yang berhembus menerpa wajah dan menerbangkan rambutnya.

Baru beberapa menit ia menikmati ketenangan itu, namun suara seseorang membuyarkan semuanya.

"Suatu tempat? Tempat ini yang kau maksud?" Tanyanya.

"Ya begitulah, pergi kau, jangan ganggu aku" Usir Kyra.

Kenzie mendekat dan menundukkan dirinya disamping Kyra. "Sudah kubilang bukan jika ini tempat ku?"

"Terserah kau saja" Balas Kyra.

Mereka saling diam membisu menatap langit yang penuh dengan bintang.

"Rasanya tenang bukan? Inilah alasan ku sering berada disini" Ucap Kenzie memecah keheningan.

"Ya selera mu tak buruk juga" Kyra melirik kearah Kenzie. "Tindakan mu tadi juga membuat ku terperangah tak percaya, seorang Kenzie mampu berbuat yang seperti itu"

Kenzie terkekeh. "Itulah yang mereka ajarkan padaku sebagai putra mahkota"

"Apa kau senang menjadi putra mahkota?"

"Senang tak senang aku harus menghadapinya" Kenzie melirik kearah Kyra. "Apa kau mau mendengar cerita ku?"

Kyra nampak tertarik, ia mengangguk.

"Para putra mahkota dituntut untuk selalu bisa menguasai semuanya. Berkuda, berpedang, sastra kuno, apapun itu kami pelajari bahkan sepertinya saat kami baru didalam kandungan pun selalu diajarkan segalanya"

Kenzie merebahkan diri nya menatap kearah langit.

"Hey nanti baju mu kotor" Timpal Kyra.

"Tak apa, ini sungguh nyaman. Tak percaya? Sini"

Kyra berpikir beberapa detik namun akhirnya mengikuti Kenzie dengan merebahkan dirinya disamping Kenzie.

"Bagaimana?" Tanya Kenzie.

"Sudah kubilang selera mu tak buruk"

"Kyra, kami juga dituntut untuk terus berwibawa, memilih seorang teman yang jelas asal usulnya, itu semua membuat ku muak" Kenzie mengepalkan tangannya keatas.

"Aiden juga sudah pernah bercerita tentang ini. Tapi apa Kak Ezra berbeda? Dia nampak bahagia dengan kebodohannya sebagai putra mahkota"

"Kau tau sebenarnya Ezra sangat cerdas. Mungkin karena saking cerdasnya ia jadi seperti itu" Kenzie terkekeh.

"Ia selalu diajarkan tentang strategi untuk berperang, matematika, fisika, astronomi, bahkan ilmu pengetahuan yang aku sendiri tak mengerti. Ia selalu diajarkan seperti itu saat ia masih kecil. Sebenarnya ia juga muak dengan kehidupan yang ia jalani, aku tahu itu dari sorot matanya. Ia lelah, ia ingin hidup seperti penduduk biasa" Sambung Kenzie.

Kenzie mengusap rambutnya yang terkena angin. "Ezra berbeda denganku dan juga Aiden. Ia selalu menyembunyikannya dibalik tawa dan kebodohannya itu. Sedangkan aku dan Aiden, kami memendam semuanya hingga__"

"Hingga sifat dingin kalian muncul?" Potong Kyra.

"Ya seperti itulah, apalagi untuk Aiden. Ia dituntut lebih berat karena ia satu-satunya ahli waris dan sebagai putra mahkota. Karena ia anak tunggal"

Kenzie menarik nafas pelan. "Maaf jika cerita ku terlalu membosankan untuk mu"

"Tidak sama sekali, aku bahkan senang jika kau mau berkeluh kesah tentang kehidupan mu dengan ku, terimakasih sudah mempercayaiku" Balas Kyra.

Setelah itu mereka saling menceritakan tentang kehidupan mereka sehari-hari. Kehidupan Kyra saat di dunia manusia, kehidupan Kenzie di Kerajaan bahkan hal kecil pun mereka membahasnya.

Hingga tak disangka Kyra tertidur saat Kenzie menunjukkan keahliannya dalam bernyanyi.

"Ish. Sudah kubilang jangan tertidur" Gerutu Kenzie. "Yah mau bagaimana lagi, lagipula ini sudah lewat tengah malam"

Kenzie beranjak duduk. Ia akan menggendong Kyra dan mengantarkan nya kembali ke kamar.

Sebelum ia meraih tubuh Kyra, matanya tak lepas dari wajah Kyra.

Dasar bodoh, apa yang kupikirkan sih.

Kenzie menepuk-nepuk pelan pipinya dan menggelengkan kepalanya agar segera sadar.

"Kau menyusahkan ku gadis perak" Sahut Kenzie. Ia membopong tubuh Kyra, dan bergegas dengan teleportasi.

Kenzie menaruh Kyra di atas kasur. Ia membuka sandal yang masih dipakai Kyra dan menyelimuti tubuh Kyra dengan selimut hangat.

Sebelum beranjak, ia mengusap pelan rambut Kyra dan mengetuk keningnya dengan jari.

"Kau harus berterimakasih padaku"

Setelah ditempat Kyra ia beralih ke tempat tidur adik nya.

"Ckk. Kau masih saja tertidur seperti monster" Kenzie membenarkan selimut Leta.

Ia melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan pada Kyra. Mengusap pelan rambut adiknya dan mengetuk keningnya dengan jari.

"Aku akan berusaha untuk menjadi kakak yang kau inginkan"

Setelah mengatakan itu, Kenzie beranjak ke kamarnya dengan teleportasi.

❄️❄️❄️













❄️
Part sekarang lebih panjang dari biasanya, dan maaf ya jika banyak typo yang bertebaran soalnya belum sempat aku cek huwaaaaa..
Besok udah mulai masuk sekolah ya? Semangat✊ Dan maaf kalau aku jadi jarang update soalnya banyak yang harus aku lakukan di semester dua ini apalagi aku sekarang udah kelas 12 huwaaaaa🤧
❄️









Ikuti terus kisah Kyra😘
Mohon maaf jika terdapat banyak Typo🙏
Ditunggu Vote dan Commentnya😁
See you again❤

Continue Reading

You'll Also Like

169K 10K 42
Aletta Cleodora Rannes, seorang putri Duke yang sangat di rendahkan di kediamannya. ia sering di jadikan bahan omongan oleh para pelayan di kediaman...
858K 75.2K 33
Ini adalah kisah seorang wanita karir yang hidup selalu serba kecukupan, Veranzha Angelidya. Vera sudah berumur 28 tahun dan belum menikah, Vera buk...
266K 22.6K 21
Follow dulu sebelum baca 😖 Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya k...
636K 38.3K 63
(WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) Ini tentang Amareia Yvette yang kembali ke masa lalu hanya untuk diberi tahu tentang kejanggalan terkait perceraianny...