Flo & Fa [END]

By kaess_

4.8K 805 883

[Diterbitkan oleh Penerbit Guepedia] Cover & vector art by: Kartika Sari Floren pikir, bertemu dengan Farren... More

Nol
1 | Katamu Berbeda
2 | Patah Kembali
3 | Akibat Alkohol
4 | Tetangga Yang Merepotkan
5 | Mulai Sekarang
7 | Kencan Pertama?
8 | Masih Awal

6 | Tidak Terduga

159 72 97
By kaess_

| FLO & FA |

°°°°°°°°°°°

Bel istirahat berbunyi.

Floren baru saja keluar kelas bersama teman-temannya, tiba-tiba sebuah ombak manusia datang ke arahnya. Seperti biasa di Hari Kamis, cewek-cewek di SMA Bimasakti itu akan berlarian ke arah lapangan sepak bola untuk melihat pemain idola mereka latihan. Salah satunya siapa lagi kalau bukan ketua klub sepak bola, Alvin Alfarel.

"Pasti tim sepak bola Bimasakti sedang latihan," kata Sasha.

"Coba lihat, yuk! Gue kepo,"

Floren hanya memutar bola matanya malas. Ia pun mencoba mengikuti gadis-gadis yang berlarian tadi, diikuti oleh teman-temannya. Dan benar saja, mereka sudah menjerit sana-sini mencari kehebohan ketika melihat beberapa pemain bening memainkan bola.

"Itu pasti Alvin! Dia beneran keren, ya?"

Ran langsung menampol kepala Eca karena bibir nakalnya, "Keren keren gitu percuma kali kalo sukanya ngeduain,"

"Nah, betul banget!" sahut Ava.

Para gadis di sekolah itu mulai bersahut-sahutan menyoraki dan memuji ketampanan para pemain.

"OMAIGAT! Alvin keren banget!"

"Kita jarang melihatnya di sekolah, ya? Dia jadi sibuk sejak dia mulai direkrut banyak orang,"

"Iya, skillnya oke juga. Apalagi pesonanya yang aduhai."

"Reno juga nggak kalah ganteng! Liat tuh, badannya peluk-able banget!"

"Revan sama Bagas juga mantap kali! Sayangnya, mereka nggak satu geng,"

"Ya tapi masih ganteng kapten tim basket. Kakinya panjang bener si Aldo!"

"Floren beruntung banget ya, bisa dapatin Alvin."

Floren hanya menghembuskan nafas kasar. Ia jadi malas ke sekolah setelah melihat Alvin. Cowok ini sudah memberikan pengaruh besar pada suasana hati Floren.

Saat matanya melirik ke arah lain dengan malas, ia melihat seorang siswa berjalan dengan kepala menunduk dan membawa sebuah kotak makan. Farren.

Mata Floren langsung berbinar ketika melihat lelaki itu. Ia pun langsung berlari mengejarnya.

"FARRENN!!!"

Yang dipanggil menoleh. Ia membenarkan posisi kacamatanya dan menyipitkan mata untuk menajamkan penglihatan. Floren?

Gadis itu melambaikan tangannya.

"Lo mau kemana?"

"Um...mau makan,"

"Kalo gitu gue ikut."

Floren menarik tangan Farren, "Lo mau makan dimana? Gimana kalo kita duduk di situ aja?" sambil menunjuk sebuah bangku.

Farren hanya mengangguk.

Ia pun membuka kotak bekalnya namun tiba-tiba dia berhenti lalu menoleh pada Floren.

"Kenapa?"

"Kamu nggak makan?"

Floren menggeleng, "Enggak."

"Kalau gitu makan saja punyaku,"

Floren tersenyum penuh binar, "Manisnya...lo baik banget, ya?"

Farren hanya diam.

"Nggak kaya si Alvin!"

Farren melirik ke arah lain karena merasa bersalah. 'Ternyata Floren memang bermasalah dengan Alvin.'

"Tapi lo aja yang makan. Gue suapin juga nggak papa. Hehe," kata Floren sambil nyengir kuda.

°°°°°°°°°°

"Tendangan yang bagus, bro!"

"Lo tambah mantap aja, Vin!"

Alvin tengah meneguk habis air minumnya. Lelaki itu meluruskan kakinya di sisi lapangan sambil mengatur nafas, bersama Reno, dan Bagas. Ngomong-ngomong, sudah lama Alvin tidak bermain bersama mereka. Akhir-akhir ini dia jadi sibuk karena tawaran orang-orang.

"Semua ini juga nggak lepas dari berkat kalian kali," kata Alvin. "Oh iya, gimana pertandingan kita selanjutnya? Kapan latihan?"

"Gue udah dapat kabar dari si Fari. Masalah latihan—"

"Alvin!" seseorang datang sambil mengatur nafasnya, Fari. "Kayanya lo belum dapat kabar deh, tentang Floren."

Alvin langsung berdiri, ia menelan ludahnya susah payah, "Kabar apa?"

"Semua anak pada cerita tentang dia. Dan mereka bawa-bawa nama lo,"

"Cerita apaan?"

"Dia pacaran sama cowok cupu kelas IPA 2!"

"Pacaran? Cowok cupu? Yang bener aja lo."

"Beneran. Beberapa hari lalu aja dia bilang sendiri ke semua orang pas di kantin kalo Farren adalah pacarnya," Fari menatap Alvin penasaran, "Lo belum putus kan sama Floren?"

"Dimana dia sekarang?"

"Bangku dekat taman."

Alvin menggeram marah, kemudian berjalan cepat meninggalkan tiga temannya.

"Sialan!"

°°°°°°°°°


'Bugh!'

Tubuh Farren tiba-tiba melayang begitu saja karena sebuah bogeman. Semua pelajar yang melihatnya langsung berhenti di tempat sambil berbisik-bisik penasaran.

Tidak berhenti begitu saja, Farren kembali mendapat pukulan di wajah dan perutnya.

"ALVIN!"

Floren menarik tubuh Alvin dengan kasar. Ia terkejut karena tiba-tiba Alvin datang tanpa kata dan langsung membogem Farren begitu saja. Gadis itu menatap nyalang lelaki yang tengah memakai jersey sepak bola di hadapannya.

Ia berlari ke arah Farren yang tengah mengaduh kesakitan, "Farren! Lo nggak apa-apa?"

Farren mengangguk.

"Lo apa-apaan sih, Vin? Mau lo apa?"

"Seharusnya aku yang tanya ke dia, maunya apa!"

"Apa maksud lo?!"

"Kenapa berani-beraninya dia deketin kamu, duduk berdua sama kamu, dan pacaran sama kamu! Memangnya dia—"

"Seharusnya gue yang bilang, kenapa berani-beraninya lo hajar dia sembarang? Dan apa lo bilang tadi? Pacaran sama gue? Emang dia pacaran sama gue, karena gue yang deketin dia! Puas?"

"Apa maksudmu, Flo? Kamu kan masih—"

"Masih pacar lo? Bodo amat! Yang jelas, lo udah ngeduain gue. Itu yang gue tau,"

Floren membalik tubuhnya meninggalkan Alvin yang mengusap kasar wajahnya. Ia membantu Farren berdiri dan menuntunnya untuk berjalan.

"Kenapa liat-liat?! Mau jadi wartawan?"

Semua pun bubar dan kembali sibuk pada urusan masing-masing.


°°°°°°°°°°°°°°

"Loh? Kenapa ini, neng? Sini saya bantu,"

"Nggak perlu bu, biar saya aja. Dia habis kena amuk massa tadi," jawab Floren asal.

"Farren, lo duduk di sini dulu, ya?"

Farren mengangguk. Sedangkan Floren segera berlari ke dalam untuk mengambil kotak P3K.

"Bu, kalo terluka dikasih apa, ya? Hehe," Tanya Floren berbisik pada ibu UKS tadi. Sedangkan ibu itu hanya tersenyum maklum pada Floren.

"Ini" sambil menyerahkan satu paket penanganan luka, "Basuh lukanya dulu pakai air bersih. Lalu usap kapas yang udah diberi alkohol. Kalau lukanya sedikit, tutup aja pakai plester luka."

"Hehe, makasih, bu."

Segera gadis itu berlari mengambil air kemudian membantu Farren untuk membersihkan lukanya.

"Akh!"

"Eh? Sakit, ya?"

Floren ikut meringis ketika melihat pipi kiri Farren. Ia mengusapnya perlahan menggunakan kapas yang telah diberi alkohol sembari menatap ngeri wajah Farren yang lebam dan berdarah.

"Maaf, ya? Alvin emang kaya gitu, sukanya adu tangan."

"Ng-nggak papa, lagian kenapa kamu yang minta maaf?"

Floren menatap iba pada Farren. Ia kemudian menutup luka Farren menggunakan plester luka.

"Terima kasih,"

"Oh iya!" pekik Floren membuat Farren menoleh padanya. Gadis itu merogoh sakunya dan mengeluarkan sesuatu, "Ini kacamata lo. Tapi lensanya pecah."

Farren menerima kacamatanya, lalu menarik nafas panjang.

"Lo nggak apa-apa, kan?"

Farren mengangguk baik-baik saja.

"Mm...gimana kalo pulang nanti kita beli lensa baru buat kacamata lo?" tawar Floren semangat.

Farren terkejut dengan tawaran Floren. Ia jadi mengingat kejadian tadi. Bahkan, hanya duduk berdua dengan Floren saja sudah membuat wajahnya terlempar, lalu bagaimana jadinya jika ia jalan berdua dengan gadis itu? Bisa-bisa Alvin akan melemparnya ke dalam Palung Mariana dan membiarkannya dimakan hidup-hidup oleh makhluk laut.

Farren bergidik sendiri memikirkan itu.

"Lo diam berarti setuju."

Farren langsung menoleh pada Floren, membulatkan matanya.

"Lagian kalo lo nggak setuju, gue tetap maksa."

°°°°°°°°°


Tbc:)

Jangan lupa beri vote dan komen:)
Dinantikan komen dan kritikan yang membangun dan bikin semangat^^
Thx

Continue Reading

You'll Also Like

979K 14.5K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.9M 329K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
9.8M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...