YOONGI'S LOVE SCENARIO || MYG...

RanEsta13 द्वारा

45.6K 9.2K 24K

Hal-hal konyol yang aku lakukan itu bukan karena aku menyukaimu. JANGAN GEER! Aku hanya mendalami peranku. J... अधिक

1. YLS
2. YLS
3. YLS
4. YLS
5. YLS
6. YLS
7. YLS
8. YLS
9. YLS
10. YLS
12. YLS
13. YLS
14. YLS
15. YLS
16. YLS
17. YLS
18. YLS
19. YLS
20. YLS
21. YLS
22. YLS
23. YLS
24. YLS
25 YLS
26. YLS
27. YLS
28. YLS
29. YLS
30. YLS
31. YLS
32. YLS
33. YLS
34. YLS
35. YLS
cerita suga terbaru

11. YLS

1.2K 295 836
RanEsta13 द्वारा

Senyuman tidak pernah pergi dari wajah Yoongi, ada sesuatu yang menggelitik hatinya. Bukan kemenangan di final, melainkan karena kedekatannya dengan Yoora yang ternyata semudah itu. Masih terbayang di benak pemuda itu saat dia menarik tangan lembut Yoora dan mendekatkan wajahnya pada sang gadis, dia terkekeh geli.

Pemuda itu merasa, dia terlalu antusias menjalankan love scenario-nya, detak jantungnya tidak normal saat dia membayangkan wajah Yoora yang memejamkan mata lalu mendorongnya, dia yakin dirinya telah berhasil membuat gadis itu berdebar.

Setelah mandi air hangat, Yoongi mulai merasakan lemas dan demam, dia berpikir ini pasti karena euforia kemenangan timnya atau entah apa. Merasa harus beristirahat, dia memutuskan untuk tidur dan mematikan ponsel. Karena sudah menjadi kebiasaan, ponselnya akan berisik semalaman kalau tim-nya sudah memenangkan pertandingan. Yoongi mencoba memejamkan mata, tetapi wajah Yoora selalu muncul di otaknya.

Aku benar-benar menjiwai, aku pantas mendapatkan Oscar.

Pukul 04.00 pagi, matanya belum terpejam sama sekali. Demamnya berlanjut sampai pagi, tubuhnya lemas dan terasa pegal. Tidak mau terganggu dengan teman-temannya, Yoongi menyambar ponselnya yang lain dan menghubungi Pak Kang.

"Pak Kang, hari ini kau ikuti Han Yoora! Laporkan padaku semuanya ke nomor ini setelah dia pulang sekolah. Aku tidak masuk sekolah," perintahnya.

"Baik, Tuan," jawab pria bermarga Kang itu.

Pagi ini Yoongi menyerah, dia memanggil dokter pribadinya dan minta disuntik. Pemuda itu menghabiskan hari untuk makan dan tidur.

Menjelang malam, badannya sudah membaik, demamnya sudah turun dan pegal-pegal tersisa sedikit lagi. Masih menggeliat malas di ranjang dengan selimut menutupi badan, pemuda itu meraih ponsel di atas nakas untuk melihat laporan yang diberikan Pak Kang.

Tak lama setelah ponselnya menyala, notifikasi pesan pun masuk. Laporan Pak Kang kali ini jauh dari ekspektasinya, pria itu mengirimkan banyak foto yang memperlihatkan loker Yoora yang dipenuhi dengan kertas berisi ujaran kebencian. Mata Yoongi membulat sempurna. "Kenapa Yoora bisa di-bully?" ucapnya gusar.

Pemuda itu men-scroll layar ponselnya ke atas. Kini netranya disuguhi pemandangan Yoora yang berlari di koridor sekolah, diikuti tatapan tidak ramah dari siswi lain. Ada rasa perih di dadanya ketika melihat wajah Yoora yang terlihat terganggu. Foto terakhir begitu mengusik hati Yoongi, di sana Yoora sedang duduk di dalam bis sambil menundukkan kepalanya. "Apakah dia menangis?" gumam Yoongi. Hal ini membuat hatinya tidak tenang dan dia segera menghubungi Pak Kang.

"Ya, halo Tuan?"

"Pak Kang, Han Yoora di mana sekarang? Apa dia sudah pulang ke rumah?" tanyanya buru-buru.

"Beliau sekarang ada di tepi Sungai Han, Tuan."

Tanpa memedulikan dirinya yang baru sembuh dari demam, Yoongi mengganti pakaian dan menyambar jaket yang ada dan menyalakan motornya, dia bergegas ke tepi sungai Han.

***

Tepi sungai Han itu luas. Di sepanjang tepinya, terdapat taman dan bangku untuk orang-orang yang ingin menghabiskan waktunya melihat gemerlap lampu dan atraksi air mancur dari Banpo Bridge yang menjadi destinasi wisata terkenal di Korea.

Luasnya tepi sungai Han tidak membuat pemuda itu kesusahan mencari Yoora. Dalam pemberhentian pertamanya, dia telah menemukan sosok gadis itu, duduk di sebuah bangku dengan wajah tertunduk tak terganggu oleh meriahnya atraksi air mancur yang begitu indah.

Yoongi merogoh sakunya dan mengeluarkan ponsel yang sejak kemarin dia matikan. Tak berapa lama, bom chat dan bom panggilan memenuhi layarnya. Mendecak kesal dan merasa bodoh telah mematikan benda pipih itu, sang pemuda mencari nomor kontak Yoora di sana--Gadis Kampung dia menamai kontaknya--Yoongi mengernyit, ternyata Yoora mengiriminya pesan.

Gadis Kampung

Kim Yoongi, ini Han Yoora apakah kau tahu apa yang terjadi di sekolah? Aku rasa semua orang salah paham atas sikapmu padaku di final kemarin, bisakah kau memperbaiki semuanya? Tolong aku!

Rasa bersalah itu muncul lagi di hatinya. Sekilas dia membaca chat yang ramai di grup sekolah dan akhirnya dia tahu alasan kenapa Yoora menjadi korban perundungan.

Terkadang Yoongi lupa kalau dia itu siswa populer. Dia tidak memikirkan dampaknya saat mengambil air minum dan menarik tangan gadis itu ke ruang ganti. Kemarin dia hanya ingin menunjukkan pada siapa pun lelaki yang ingin mendekati gadis itu, bahwa Yoora adalah miliknya. Pemuda itu benar-benar salah perhitungan, dia hanya ingin membalas dendam padanya. Ini masalah pribadi mereka, tidak masalah Yoora akan membencinya nanti yang jelas dia tidak mau kalau sampai gadis itu dibenci oleh orang lain seperti sekarang, terlebih ini semua karena ulahnya.

Kim Yoongi

Han Yoora, kau di mana?

Yoongi melihat gadis itu mengeluarkan ponsel dalam sakunya, memeriksa pesan yang pemuda itu kirim. Yoora seperti mengetik sesuatu, tetapi Yoongi tak kunjung menerima balasannya. Pemuda itu gusar.

Masih mondar-mandir tidak tenang, sambil berpikir apakah harus langsung menghampirinya? Yoongi memilih menelepon gadis itu. Terlihat Yoora hanya memandangi ponselnya tanpa berniat mengangkatnya.

"Kalau aku langsung menghampirinya, nanti ketahuan sudah ada di sini dari tadi," ucap pemuda itu bermonolog.

Yoongi memutuskan akan menelepon gadis itu terus menerus, sampai dia mengangkatnya.

Telepon pertama berlalu, kedua pun begitu, ketiga sama saja, keempat apalagi. Amarah Yoongi sudah berada di puncak kepalanya. Ini sudah panggilannya yang ke dua belas, dia bersumpah kalau gadis itu tetap tidak mengangkatnya pada panggilan ketiga belas, dia akan pulang dan tidak peduli dengan gadis itu lagi.

Beruntung, pada dering pertama, akhirnya Yoora menjawab. Sebelum gadis itu mengucap halo, Yoongi langsung berbicara dengan nada tinggi.

"Ya! Han Yoora kenapa kau baru mengangkat teleponmu? Ini panggilan ke tiga belas, kau di mana, eoh?" tanyanya sengit.

"Mian ...," ucap Yoora lirih, "aku ... aku di tepi sungai Han."

"Aku ke situ sekarang!" ucap Yoongi tegas.

Yoongi yang memang sudah berada di lokasi, kini mondar-mandir tidak jelas. Berkali-kali dia melirik jam tangannya. Dia berusaha mengulur waktu memberi jeda seakan dia sedang dalam perjalanan dari rumahnya ke sini. Namun, semua sia-sia, karena pada akhirnya dia tidak tahan menunggu, hatinya selalu mengingatkan bahwa Yoora sedang membutuhkannya saat ini. Dia berlari ke kedai minuman, membeli cokelat panas dan segera menghampiri gadis itu.

"Omo!" seru Yoora kaget saat menyadari Yoongi duduk di sebelahnya. "cepat sekali kau datang."

"A-aku pakai motor sport ke sini," jawab Yoongi sewot, Yoora hanya memicingkan matanya seakan tak percaya lalu menggeleng, memutuskan untuk percaya saja dan tersenyum lemah.

Mereka pun duduk bersebelahan, sambil memandang Banpo Bridge yang kini memulai atraksi air mancurnya kembali. Sesekali Yoongi mencuri pandang pada gadis di sebelahnya itu, dia yakin banyak sekali yang ingin Yoora tanyakan atau ceritakan padanya tentang hari ini dan kemarin. Namun, gadis itu memilih diam. Dalam keheningan pemuda itu merasa nyaman.

Apa Gadis Kampung ini merasakannya juga? Ah ... panggilan Gadis Kampung apa tidak terlalu berlebihan?

Melihat Yoora yang sepertinya tidak berniat memulai percakapan, Yoongi berdeham. "Hari ini berat untukmu, ya?" tanyanya tulus.

Yoora menatap pemuda itu dan tersenyum lemah, ada desir hangat di hati Yoongi saat melihat senyum lemah gadis di hadapannya itu. "Gara-gara ulahmu kemarin, hari ini aku kacau. Kau bahkan tidak menampakkan batang hidungmu di sekolah," ucap Yoora sambil menarik napas panjang.

"Maaf, aku tidak sekolah karena tadi malam aku demam."

"Benarkah?" Air muka gadis itu berubah kaget seraya menempelkan tangannya di kening Yoongi. Mereka berpandangan, lalu tiba-tiba gadis itu mengerjap dan salah tingkah sambil menurunkan tangannya. "M-maaf."

Desir hangat itu muncul kembali di hati Yoongi. Udara di sekitarnya mendadak hangat, membuat wajah pucatnya seperti terisi darah—merona--dia berharap gadis itu tidak menyadarinya.

"K-kalau sekarang sudah sembuh," jawab Yoongi sama salah tingkahnya, "maaf aku melakukan hal bodoh mengambil air minum dan membawamu ke ruang ganti. Mulai sekarang kau tak usah khawatir, aku akan menghentikan semuanya besok."

"Benarkah? Caranya?"

"Rahasia," jawab pemuda itu sambil melirik Yoora yang wajahnya terlihat sendu, "kau mau menangis?"

"Tidak." Gadis itu menggeleng, "aku jarang menangis semenjak ibuku meninggal. Aku masih kuat," jawabnya tersenyum lemah.

Yoongi tak tahan mendengar jawaban seperti itu, dia ingin memeluknya untuk menguatkan. Dia tahu, gadis di sebelahnya ini tengah berusaha kuat padahal sebenarnya dia sangat rapuh. Otaknya sudah memperingatkan, tetapi hatinya menggerakkan tangan pemuda itu. Tanpa sadar, tangannya sudah merangkul Yoora begitu erat, menarik tubuhnya ke dalam dekapannya.

Mata Yoora membulat sempurna, kaget dengan gerakan tiba-tiba pemuda di sebelahnya ini. "K-kau kenapa?"

"Tak apa-apa kalau kau ingin menangis, aku takkan bilang siapa-siapa," ucap Yoongi gugup. Ada yang tidak beres dengan detak jantungku.

"Kau membuat ini lebih sulit," ucap Yoora, berusaha menarik napas panjang.

"Waeyo?"

"A-aku susah napas, pelukanmu terlalu kencang."

Mendengar jawaban Yoora, pemuda itu berjengit dan segera mengurai pelukannya.

"M-maaf," ucapnya mendadak kikuk.

Keheningan kembali menyelimuti merera. Namun, tiba-tiba Yoora tertawa, tawa renyah seperti yang dia berikan pada Park Soobin di dalam bus. Lagi-lagi ada desir hangat yang dirasakan Yoongi, dia bahagia karena tawa gadis itu terasa spesial, karena Yoora tertawa bersamanya.

Yoongi pun ikut tertawa. Mereka tertawa terbahak-bahak, tetapi ketika pemuda itu melirik wajah gadis itu, ada bulir bening yang keluar dari sudut matanya. Hati Yoongi perih melihatnya, lagi-lagi hatinya menggerakkan tangannya, pemuda itu mengusap air mata Yoora dan memeluknya kembali.

"Tidak apa-apa kalau kau merasa tidak baik-baik saja, menangis saja ada aku di sini," ucapnya berusaha menguatkan.

Seketika pertahanannya runtuh, gadis itu menangis dalam pelukan Yoongi.

Setelah puas menangis, Yoora segera membebaskan diri dari pelukan pemuda itu. Menepuk-nepuk pipinya dan menuntun tungkainya ke pagar pembatas untuk menikmati atraksi yang ketiga kalinya saat dia berada di sana.

Suasana hatinya membaik, dua insan itu saling tatap dan saling melempar senyum manis.

"Terima kasih sudah menemaniku, Yoon," ucap Yoora seraya berdiri hendak pulang.

Yoongi menawarkan diri untuk mengantarnya pulang, tapi gadis itu menolak.

"Aku naik bis saja, aku sudah sangat merepotkanmu, maaf."

"Aku tak merasa direpotkan, kau jadi begini juga karena kesalahanku."

Yoora hanya tersenyum.

"Aku sudah merasa lebih baik sekarang, oiya ambil ini!" ucapnya sambil menyerahkan hotpack pada Yoongi, "nenek selalu membekaliku hotpack supaya tidak kedinginan, kau lebih membutuhkannya apalagi kau baru sembuh."

"Tidak usah untukmu saja, aku sudah sembuh," ucap Yoongi mantap, tetapi tiba-tiba pemuda itu bersin dan itu semakin membuat Yoora tampak khawatir.

"Omo, kau bersin! Tidak boleh membantah, sebaiknya kau pakai syalku juga, kau naik motor, 'kan? Ya ampun, mana pakai jaket yang tipis begini." Gadis itu memasangkan syalnya di leher Yoongi.

"Kau cerewet seperti ibuku." Kekeh Yoongi.

Mendengar ucapan pemuda itu, Yoora mengerjap.

"Ma-maaf, aku tak bermaksud apa-apa. Hanya saja aku takut kau sakit lagi gara-gara menemaniku di sini." Dia berbicara sambil menatap mata Yoongi, tetapi kemudian menunduk. Yoora tidak suka kalau tatapan mereka terlalu intens. Yoong tertawa dalam hati. Sikapnya manis menurutku.

"Aku senang kau memperhatikanku," ucap Yoongi menyengir.

Mereka pun berjalan menuju pemberhentian bus dalam keheningan, sibuk dengan pikiran masing-masing.

Seumur hidupnya, pemuda itu belum pernah mendapatkan perhatian dari seorang gadis seperti ini. Selama ini memang banyak yang sok perhatian kepadanya, tetapi tidak ada yang setulus gadis di sebelahnya ini. kurva manis terbit di wajah pemuda itu.

Yoongi mengantar Yoora sampai naik bis, gadis itu melambaikan tangannya sambil tersenyum, membuat Yoongi lega, setidaknya suasana hati gadis itu sedikit membaik. Pemuda itu tetap berdiri sambil bus menghilang di belokan.

Ia memutar tubuhnya berjalan untuk mengambil motornya, saat tiba-tiba terdengar ada yang bertanya.

"Apa ini benar?" Pemuda itu celingukan mencari sumber suara, "bagaimana dengan love scenario-mu?" Ternyata otak pemuda itu yang bertanya.

Hatinya menjawab.

"Biarkan saja ... untuk saat ini pengecualian."

Otak pemuda itu marah, tetapi hatinya tersenyum. 

.

.

.

Dahlah ini work terlugu yang aku buat wkwkwk

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

294K 30.2K 33
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
319K 24.2K 109
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
62.1K 4.6K 29
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.
87.3K 5.9K 26
"MOMMY?!!" "HEH! COWOK TULEN GINI DIPANGGIL MOMMY! ENAK AJA!" "MOMMY!" "OM!! INI ANAKNYA TOLONG DIBAWA BALIK 1YAA! MERESAHKAN BANGET!" Lapak BxB ⚠️ M...