Who is Christopher? | Bang Ch...

By aeanakim-

276K 50.1K 7K

[spin off Hacker] Siapa Bang Chan sebenarnya? Bukan kah dia hanya Polisi bagian intel yang menangani kasus Ha... More

00
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25 ⚠
26
27
29
30
31
32
33
34
35

28

5.5K 1.1K 163
By aeanakim-

Lea terbangun di jam enam pagi, dan sepertinya seluruh penghuni rumah masih tidur. Setelah merenggangkan otot-ototnya, Lea bangkit duduk dan mengambil tas selempangnya untuk mengambil ponselnya dari dalam sana.

Sudah semalaman dia tidak menghubungi Bang Chan. Bang Chan pasti panik dan khawatir, tapi untuk menghubunginya dan pulang, Lea juga tidak berani. Siapapun akan takut kalau berhadapan dengan pembunuh kan? Meskipun Lea tahu Bang Chan tidak akan mungkin membunuhnya, tapi dia menyakiti dirinya. Bahkan untuk beberapa hari ke depan, Lea sepertinya tidak akan bisa melihat dasi serta sabuk celana.

Lea merinding kalau mengingatnya saja.

Lea yang awalnya berniat menyalakan ponselnya kembali, setelah ia matikan semalaman, jadi mengurungkan niatnya. Ia kembali menyimpan ponselnya di tas, kemudian beranjak dari kasur.

Kalau mau lihat-lihat rumah Minho, tidak apa-apakan? Mumpung belum pada bangun juga.

Tapi saat Lea hendak membuka pintu kamar, keningnya mengernyit. Pintu kamarnya dikunci.

'Minho kenapa ngunci aku?' batin Lea.

Perasaan Lea mendadak tidak enak. Pikiran-pikiran buruk menyergapi benaknya.

"Kenapa dikunci sih?" gumam Lea gelisah, sembari memutar-mutar knop pintunya.

'Hah, tenang Lea, tenang, jangan sangka buruk dulu.' Batin Lea berusaha menenangkan diri.

Tak lama terdengar suara-suara di depan pintu, yang membuat Lea sontak bergerak mundur sedikit dari pintu.

Pintu terbuka, menampilkan Minho yang sedang membawakan sarapan sembari tersenyum.

"Udah bangun dari tadi ya?" tanya Minho.

"I-iya," balas Lea. "Kenapa pintunya dikunci?"

"Kenapa emangnya kalau dikunci?"

"Ya aneh dong, kecuali gue sendiri yang kunci. Gue kan pengen liat keluar."

"Gak ada yang menarik di luar. Nih, gue bawain sarapan." Kata Minho sambil menyodorkan nampan berisi makanan dan air mineral.

Lea pun menerimanya sambil bergumam terimakasih, tapi kemudian menatap Minho dengan kening mengernyit.

"Gue mau makan di luar aja sama lo dan Ibu lo. Kenapa gue harus makan di kamar?" tutur Lea.

"Lo kan masih sakit, jadi mending diem di kamar aja." Balas Minho.

"Ah, gue kan cuman luka luar doang, masih bisa kok ngapa-ngapain. Sakitnya gak sampe ke dalem badan." Kata Lea.

"Gue kasih tau ini demi kebaikan lo, jadi lo di kamar aja oke?"

"Terus berarti gue gak bisa ke klinik juga gitu hari ini?"

"Ya iyalah. Lagian kalau lo sekarang ke klinik, lo bisa ketemu sama pacar lo kan?"

Lea menghela napas, sembari mengusap tengkuknya sejenak. Yah, benar sih. Tapi melihat raut wajah Minho, kok rasanya ada yang aneh? Dia tampak gelisah, tapi berusaha menutupinya.

"Ada masalah?" tanya Lea.

"Lo mau nginep di sini sampe lamakan?" Minho malah balik bertanya.

"Eung... gak tau. Tapi gue gak bisa lama-lama di sini, setelah gue menghilang beberapa hari, gue yakin pacar gue jadi sadar sama kesalahannya. Jadi pas gue balik, dia gak akan lakuin kesalahannya lagi." Kata Lea.

"Kenapa lo mau balik lagi sama dia yang jelas-jelas udah lukain lo? Mending lo tinggal di sini, sama gue dan Ibu. Lo bakal hidup aman dan gak akan terluka." Tutur Minho.

"Gak bisa. Pacar gue juga gak seberengsek itu kok, gue yakin setelah ini dia bakal sadar sendiri sama perbuatannya. Gue makasih banyak sama penawaran lo, tapi... buat tinggal sama lo gue gak bisa, gue minta maaf."

"Lo cinta buta namanya kalau kayak gitu. Jelas-jelas dia udah mukul lo, masak lo masih mau balik lagi sama dia?"

"Gue kenal dia dari kecil, gue tau gimana sifat dia Ho, jadi lo gak usah khawatir."

Rahang Minho mengeras, tapi ia tidak berkata apa-apa lagi.

"Ya udah, sarapannya lo makan, terus lo istirahat aja di rumah, gue mau siap-siap ke klinik dulu." Kata Minho sembari bergerak mundur menjauhi pintu, dan memegangi knop dengan satu tangan.

"Pintunya gak akan lo kunci lagikan?" tanya Lea, yang tidak dijawab oleh Minho.

Minho langsung menutup pintu, dan terdengar bunyi kunci yang diputar. Nampan yang Lea pegang tanpa sadar jatuh karena terkejut saat mendengarnya, sekaligus panik. Lea langsung memegangi knop pintu dan memutar-mutarnya, sesekali ia akan menggedor pintu.

"Minho! Buka! Kenapa lo kunci gue?!"

Minho tidak menjawab, ia berjalan menjauh dari pintu kamar tamu, dan pergi ke dapur, di mana Ibunya sudah menunggu untuk sarapan.

"Kamu kunciin temen kamu?" tanya Ibu.

"Terpaksa Bu, diakan kondisi mentalnya gak bagus. Ibu jangan bukain dia pintu ya?"

"Aduh, kok gitu sih? Dia teriak-teriak gitu."

"Ya dia teriak emang karena gak mau dikurung, tapi mau gimana lagi? Kalau dibiarin di luar takutnya ngelukain Ibu sama kucing-kucing aku."

"Tapi tadi kayaknya kalian ngobrol dengan normal tuh."

"Dia kadang emang bisa normal, tapi nanti gak lama ngamuk-ngamuk."

"Terus ngapain kamu bawa ke sini?"

"Mau aku rawat. Makanya Ibu gak usah sentuh-sentuh dia, abai-in aja, dia urusan aku aja."

Ibu Minho menganggukkan kepalanya patuh. Ibu Minho memang tipe yang menurut pada anaknya, karena Minho yang jadi tulang punggung setelah suaminya meninggal. Dia juga tidak berani mencampuri urusan Minho, banyak bertanya tentangnya, apa lagi memberi nasihat.

•••

Buk! Buk! "Di mana Lea?!"

"Sumpah! Saya gak tau!" seru Changbin sambil berusaha melindungi dirinya dari pukulan Bang Chan yang membabi buta padanya.

"Bohong! Kemarin dia ke klinik kan? Tapi tadi malam dia gak pulang!" kata Bang Chan sambil mencengkeram kerah baju Changbin.

"Ya Tuhan, asli! Saya gak tau apa-apa! Kemaren dia emang ke klinik, tapi saya pulang lebih dulu dari dia, jadi saya gak tau semalam dia pulang sama siapa, kemana, saya sumpah gak tau!"

Bang Chan menjatuhkan tubuh Changbin ke lantai, yang membuat Changbin meringis. Ia kemudian menolehkan kepalanya ke arah pintu masuk klinik.

Di depan pintu berdiri Minho yang hanya diam dan tak kunjung masuk ke dalam. Karena pintu terbuat dari kaca, Bang Chan dapat melihat Minho, begitu pun sebaliknya.

Minho sebenarnya sudah berdiri cukup lama di depan pintu, dan mengamati Bang Chan yang sedang memukuli Changbin sambil menanyainya.

Bang Chan akhirnya melangkah keluar dari klinik, sementara Minho tetap hanya diam di tempat.

"Lo pasti tau di mana Lea kan?" tanya Bang Chan, setelah ia berdiri di depan Minho.

Kening Minho mengernyit. "Kenapa anda bisa mikir kayak gitu?"

"Di mana Lea?"

"Saya gak tau, saya juga sama kayak Changbin, pulang lebih dulu dari pada Lea."

Bang Chan mengepalkan tangan. Berusaha menahan diri untuk tidak memukul lagi. Sekarang dia ada di depan klinik, dan sekarang mulai banyak orang berlalu lalang. Kalau menghajar Minho di sini, reputasinya sebagai Polisi bisa hancur.

Saat Bang Chan hendak membuka mulutnya, untuk memaksa Minho jujur, ponsel Bang Chan malah berdering.

Buru-buru Bang Chan mengambil ponselnya yang ada di saku celananya. Matanya melebar melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Lea menelfonnya.

"Halo, Lea." Ucap Bang Chan begitu panggilan telfon itu ia angkat.

Minho langsung menatap Bang Chan, yang juga kini tengah menatapnya. Minho pikir Lea akan mengadukan perbuatannya, tapi tiba-tiba Bang Chan menjauhkan ponselnya dari telinganya sambil berdecak.

"Kenapa gak ngomong apa-apa?" gerutu Bang Chan.

Lea memang hanya diam, lalu mematikan sambungan telfonnya begitu. Bang Chan mencoba kembali menghubunginya, tapi tidak bisa.

"Sial! Kenapa sih?! Akh, bikin makin khawatir!" seru Bang Chan frustasi.

Di sisi lain Lea tengah memegangi ponselnya dengan tangan gemetaran. Bahkan reaksi tubuhnya begini saat mendengar suara Bang Chan, apa lagi kalau nanti ia bertemu langsung dengannya. Dia tidak bisa pulang sekarang, tapi dia juga takut dengan Minho.

Minho sahabatnya kan? Kenapa tiba-tiba dia jadi begitu? Batin Lea dengan bibir bawah yang ia gigit untuk meredam kegelisahannya.

Meskipun Minho tidak akan melukainya, dia tidak mau selamanya dikurung di sini.

Kenapa sama sekali tidak ada tempat aman di dunia ini untuknya? Apa yang harus dia lakukan?

Pikiran Lea terus berkecamuk, hingga rasanya kepalanya seolah akan meledak.

'Apa kabur aja dari sini, tapi gak pulang juga ke rumah. Aku bisakan cari tempat tinggal lain sementara. Bisakan?'[]

Continue Reading

You'll Also Like

232K 25.3K 17
[Brothership] [Re-birth] [Not bl] Singkatnya tentang Ersya dan kehidupan keduanya. Terdengar mustahil tapi ini lah yang dialami oleh Ersya. Hidup kem...
98.6K 11.9K 37
'benci bisa jadi cinta loh, cantik' 'apaan, diem lu' 'aduh, malu malu ih si geulis' 'gue laki ya, jangan main cantik-cantik lu' 'tapi lu emang cantik...
302K 25.3K 37
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
218K 33.2K 60
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...