☑️ I'll Kill You, Boss!

By Atthaphan_Redcliff

22.9K 1.8K 273

[COMPLETED] CHAPTERED || Gun Atthaphan • Off Jumpol • Krist Perawat • New Thittipom • Tay Tawan • Nirin Thana... More

Chapter 01
Chapter 03
Chapter 04
Chapter 05 (End)
Epilog
Note

Chapter 02

3.2K 316 48
By Atthaphan_Redcliff

Gun memandang sosok anak kecil dengan tatapan tajam, membuat si anak kecil yang di tatap pun makin mengeratkan pelukan nya di leher sang Paman yang kini mendudukkan dirinya di sofa berhadapan dengan Gun. New menggelengkan kepala melihat sikap Gun dinilai terlalu keras terhadap anaknya sendiri.

"Berhenti bersembunyi disana dan tatap mata Papa, Nirin."

Gun memanggil nama anak perempuan tadi dengan nada memerintah, bisa Gun lihat jika Nirin menggelengkan kepala, mengindahkan ucapan sang ayah.

"Kau membuat dia takut, Gun." Ucap New mencoba menyadarkan Gun karena telah membuat anak sekecil Nirin harus ketakutan karena sikap Gun terlalu berlebihan.

Bukan kah wajar jika anak kecil mengacaukan isi rumah? Mereka masih anak-anak dan tentu saja membuat rumah berantakan adalah salah satu hal paling menyenangkan bagi mereka. Tugas orang tua hanya lah memantau serta menjaga mereka dan kalaupun sikap mereka tak bisa di tolerir lagi, seharusnya orang tua bisa menegur dan menasehati sang anak. Bukan memarahinya.

Gun menghela nafas panjang, setelah ia bisa mengontrol emosi, Gun kembali memanggil Nirin namun kali ini nada suara nya terdengar lebih lembut dari sebelumnya "Nirin, kemarilah peluk Papa."

Nirin menoleh sekilas, anak perempuan itu lalu melepaskan pelukan nya dari New dan beranjak menghampiri Gun, memeluk sang ayah dengan sangat erat seolah meminta pengampunan atas semua kesalahan yang ia perbuat.

"Papa sudah tidak marah lagi?" Nirin mendongakkan kepala menatap Gun polos dan tatapan Nirin mampu mencairkan seluruh emosi yang masih tertinggal di benak Gun.

Gun tersenyum, ia menarik badan Nirin dan mendudukkan sang anak di pangkuan nya kemudian ia mengelus surai Nirin yang berantakan dengan lembut. "Papa tidak akan marah." Ucap Gun mengecup puncak kepala Nirin, "Katakan pada Papa, kenapa Nirin mengacaukan rumah dan membuat mama kesusahan, hm?"

"Nirin tidak bermaksud begitu!" Jawab anak kecil itu cepat seraya menggeleng-gelengkan kepala pertanda bahwa apa yang dikatakan oleh Gun tidaklah benar. "Nirin ingin bermain, tapi mama tidak mau menemani Nirin."

Gun kini mengalihkan pandangannya pada sosok gadis yang duduk di sampingnya sembari sesekali merapihkan rambut nya yang masih terlihat acak-acakan. Mengerti akan arti dari tatapan sang tunangan, Cherreen menghela nafas panjang sebelum menjawab. "Aku sedang memasak saat itu, dia mengaduh kelaparan dan ingin bermain dalam waktu bersamaan. Ketika aku selesai memasak dia sudah memberantakkan seisi rumah, kau tahu? Aku bahkan harus mengejarnya kesana kemari untuk memberikannya makan."

Gun kini mengerti apa yang telah terjadi disaat dirinya tak ada di rumah, Gun bahkan tidak habis pikir kenapa Nirin dan Cherreen tak pernah akur padahal faktanya gadis itulah yang melahirkan serta merawat Nirin. Namun kedua nya tak pernah memiliki pikiran sejalan. Selalu saja Nirin dengan usil menjahili ibu nya, seolah sengaja melakukan hal itu untuk membuat sang ibu marah.

"Baiklah, Nirin sekarang pergilah ke kamar. Papa akan menyusul."

Nirin mengangguk mengiyakan ucapan ayah nya. Setelah kepergian Nirin, New pun pamit untuk pulang kerumahnya. Meninggalkan Gun dan Cherreen berdua di sana.

Gun mendekati Cherreen, mengelus rambut gadis itu perlahan, "Kau baik-baik saja sekarang?"

Cherreen berdehem sebagai jawaban dan bergerak gusar, Gun mengerutkan dahi nya heran dengan sikap tunangannya itu.

"Apa ada sesuatu yang ingin kau katakan?"

Cherreen menanggapi dengan anggukan, "Aku harus pergi ke Chiang Mai besok, Mae di rawat dirumah sakit dan kau pasti tahu, Pho tidak akan bisa merawat Mae karena pekerjaan yang menumpuk. Apa kau tidak masalah jika aku pergi?"

Gun kaget tentu saja, dia memang sudah lama tidak pernah bersapa kabar dengan ibu Cherreen, membuat pria berperawakan mungil itu merasakan khawatir. "Aku akan menemanimu besok."

"Tidak!" Jawab Cherreen cepat, "Akan sulit jika kau mengurus surat izin cuti bekerja mu. Aku bisa sendiri, aku juga akan membawa Nirin nanti."

Gun menolak usul Cherreen, akan sangat merepotkan jika Cherreen juga mengajak Nirin pergi sedangkan disana ia juga harus mengurus ibu nya.

"Lebih baik aku yang mengurus Nirin, kau fokuslah merawat Mae."

"Kau yakin?"

Gun mengangguk mantap, lagipula ia juga butuh waktu berdua bersama Nirin, kesibukan Gun yang menyita waktu membuat dia tidak terlalu banyak mencurahkan kasih sayang untuk anak semata wayangnya tersebut. Mungkin ini adalah kesempatan Gun untuk lebih bisa memperhatikan Nirin.

"Sekarang istirahat lah, aku akan membersihkan kekacauan ini."

Gun berdiri, menuntun tangan Cherreen ke depan tangga penghubung lantai satu dan lantai dua. Meminta agar gadis itu beristirahat untuk memulihkan tenaga nya yang telah terkuras gara-gara bocah nakal nya. Setelah Cherreen beranjak dari sana dan memasuki kamar, Gun menghela nafas panjang berkali-kali. Bukan karena harus membersihkan rumah membuat Gun pusing, namun karena ia tak tega terus menerus membuat Cherreen menunggu kepastiannya untuk segera menikahi gadis itu. Gun tahu mereka sudah bertunangan sejak lima tahun lalu, cukup lama untuk meneruskan ke jenjang yang lebih serius. Seharusnya Gun bahagia karena memiliki anak lucu dan istri yang cantik nanti, namun ia tak tahu mengapa ada bagian dari dirinya yang merasa kosong, seolah kehilangan separuh bagian inti kehidupannya.

Gun harap ia bisa menemukan alasan mengapa itu terjadi, agar Gun merasakan kebahagiaan itu sepenuhnya.

Gun bisa merasakan atmosfer ruangan sang atasan terasa mencekam. Gun menelan ludah nya ketika menyadari tatapan Off tak pernah lepas dari dirinya sejak setengah jam lalu tepat ketika ia menginjakkan kaki ke ruangan ini bersama anaknya, Nirin. Terlebih lagi Off tak mengatakan sepatah katapun. Gun memang tidak pernah takut pada Off, akan tetapi jika terus-terusan dipandang seintensif ini membuat Gun merasa risih dan juga sedikit.. gugup.

"Bisakah kau tidak memandangku dengan mata sipitmu itu? Kau membuat ku terlihat seperti penjahat."

Gun membuka mulutnya dan kalimat tersebut sukses membuat Off mendengus kasar seraya berdiri menghampiri Gun yang kini berdiri di depan meja kerja nya sembari menggenggam tangan mungil Nirin.

"Datang terlambat, pakaian berantakan dan membawa anak kecil tanpa seizinku. Apa kau tidak merasa bersalah atas itu? Kau pikir ini kantor mu?" Tanya Off dengan nada sinis sembari melirik cara berpakaian Gun dari atas hingga ujung kaki lalu mengalihkan perhatian nya pada Nirin dan memandang anak perempuan itu dengan tatapan penuh arti.

Gun ikut memperhatikan pakaian yang ia kenakan. Memang terlihat sedikit kusut, karena tadi sebelum Gun berangkat ke kantor, ia harus mengantar Cherreen ke bandara lalu ia juga harus berlari menuju parkiran sembari menggendong Nirin agar tidak terlambat masuk bekerja. Padahal Gun sudah sebisa mungkin melajukan mobil nya agar tepat waktu, tapi tetap saja Off memarahinya padahal Gun hanya terlambat selama tiga menit empat puluh detik.

"Lantas apa aku harus minta maaf? Aku tidak mau!" Ucap Gun acuh, pria mungil itu menunduk, menggendong Nirin. Gun merasa aneh, karena sejak Nirin melihat Off tadi, anak kecil itu hanya diam seraya terus menatap wajah Off, padahal biasanya Nirin akan berlarian kesana kemari atau menjahili siapapun yang bertemu dengan nya. "Dan lagipula, bukan kah tidak ada larangan untuk membawa anak kecil? Jadi bukan masalah kan aku membawa anakku?"

"Seharusnya kau izin padaku terlebih dahulu! Aku tidak mau pekerjaan mu jadi terganggu karena kau membawa anak kecil. Jika pekerjaan mu berantakan, maka pekerjaan ku juga akan kacau!"

Gun mendecih mendengarkan omelan sang bos, rasa nya Gun ingin sekali menguliti pria di depan nya dengan pisau tumpul agar dia memekik kesakitan lebih dulu. Gun mendesah frustasi, kenapa tiba-tiba ia berubah jadi seorang psikopat?

"Lalu apa yang kau inginkan Off? Kalau kau ingin memecatku, maka lakukanlah! Aku akan dengan senang hati menerimanya."

Off tersenyum, namun bukan senyum ramah seperti selalu ia tujukan pada para klien, melainkan sebuah senyum miring yang membuat bulu kuduk Gun merinding seketika.

"Tidak semudah itu kau lepas dariku! Aku akan menyiksamu sampai kau tak pernah berani menentangku lagi."

Gun kembali menelan saliva, Off berbicara dengan nada rendah penuh penekanan namun berhasil membuat Gun merasa takut untuk pertama kalinya. Akan tetapi bukan Gun nama nya jika ia tidak bisa menyembunyikan ekspresi ketakutan dari wajah nya.

"Papa, Nirin haus."

Suara menggemaskan Nirin memecahkan ketegangan yang terjadi disana. Mendengar Nirin kehausan, Gun segera ingin mengajak anaknya untuk pergi ke kantin kantor. Namun Nirin menolak, bersikukuh bahwa dirinya menginginkan minuman yang berada diatas meja Off, segelas susu kedelai.

"Paman, Nirin mau itu." Tunjuk Nirin seraya menunjuk minuman yang ia inginkan, ia menatap Off dengan tatapan polos sesekali mengerjap-ngerjapkan mata nya lucu.

Off mendesah pelan, mengambil susu kedelai milik nya dan memberikannya pada Nirin, "Ambil lah, anggap aku sedang baik hari ini. Tapi harus kau ingat, aku bukan pamanmu."

"Cih, aku juga tidak Sudi anakku memiliki paman sepertimu!" Ucap Gun sarkastik, ia merebut susu kedelai dari tangan Nirin, mengendus bau nya lalu berkata, "Kau yakin tidak menaruh racun disini?"

Off memutar kedua bola mata nya malas, bukankah awalnya susu kedelai itu untuk Off? Lalu kenapa Off harus memberikan racun untuk dirinya sendiri, Off masih ingin hidup dan berumur panjang.

"Berhenti memancing emosiku. Berikan susu itu pada anakmu dan katakan padaku jadwal untuk ku hadiri hari ini."

Gun mengangkat bagian atas sebelah kanan bibirnya, mencibir Off yang kini terlihat menyebalkan. Gun mengembalikan gelas tadi pada Nirin, tanpa sadar Gun tersenyum lembut tatkala melihat Nirin yang meminum susu kedelai dengan penuh hikmat. Ia mengelus surai Nirin sejenak, lalu kembali memfokuskan dirinya pada sebuah note kecil yang sedari tadi ia bawa.

"Pagi ini kau tak memiliki jadwal apapun, pukul dua belas nanti kau harus makan siang bersama Tuan Jack untuk membicarakan projek di NYC, lalu pukul dua siang kau akan menghadiri rapat antara pemegang saham. Kemudian nanti malam sekitar pukul delapan kau harus sudah berada di acara penghargaan akhir tahun dan yang menemanimu adalah P'Krist." Jelas Gun panjang lebar, memberitahu apa saja yang harus Off kerjakan hari ini.

Off mengangguk mengerti, tanpa sengaja pria bermata sipit itu melihat ke arah Nirin dari ekor mata nya. Dan apa yang ia lihat membuat pria itu kembali mendesah pelan. Ketika ia melihat pakaian Nirin kotor terkena tumpahan susu kedelai yang ia minum. "Gun.. Anak-"

"Gun."

Belum sempat Off menyelesaikan perkataannya, mata Off bertemu dengan mata sosok pria bertubuh berisi yang kini berdiri di ambang pintu seraya berjalan dengan tangan berada di saku celana.

"Ou, New. Kau disini?" Tanya Gun kebingungan karena kedatangan New mendadak tanpa memberitahukan nya lebih dulu.

New tersenyum, dibelakang nya ada sosok pria berkulit Tan mengekori New yang kini berjalan memasuki ruang kerja Off. Dia adalah Tay, kekasih New.

"Aku tahu kau pasti akan kerepotan menjaga Nirin, jadi aku datang kesini menjemputnya. Lagipula tidak ada pekerjaan yang harus ku selesaikan lagi."

Gun mengangguk mengerti, ia kemudian terkekeh pelan melihat tubuh kotor Nirin. Untung saja tadi Gun membawa baju ganti sebagai antisipasi.

"Aku akan membersihkan Nirin lebih dulu, setelah itu kau bisa membawanya pergi." Gun menggendong Nirin, ia berjalan ke arah meja nya dan membawa tas yang berisikan perlengkapan anaknya."P'Tay bisakah kau bantu aku menggendong Nirin?" Gun bertanya seraya memasang wajah memelas, melupakan jika disana masih ada Off memperhatikan mereka.

Tay mengiyakan permintaan Gun, mereka beranjak dari tempat mereka berdiri tadi menuju toilet. Membuat kedua orang yang tersisa disana memandang kepergian dua pria yang melenggang pergi menjauh dengan tatapan sulit di artikan, ah bukan kedua orang itu melainkan hanya pada sosok pria mungil yang sedang membawa tas sedikit kebesaran.

"Bagaimana keadaannya?"

Off membuka perbincangan di antara mereka, suara pria itu terdengar serak dan lirih. Bahkan suara nya juga hampir tak terdengar oleh New. New mengerti akan arah pembicaraan mereka, menyebabkan pria itu menghela nafas berat.

"Tidak ada perkembangan yang berarti, Off." Ucap New sendu, "Bahkan aku rasa dia semakin terjebak sekarang." Lanjutnya.

Off terdiam, tak lagi menanggapi perkataan New. Ia terlalu larut dalam pikiran-pikiran yang berkecamuk dalam otaknya. Memikirkan hal buruk apa saja yang mungkin terjadi jika ia benar-benar kehilangan sosok itu, sosok yang sangat berharga dalam hidup nya.

New melihat Gun, Tay dan Nirin berjalan mendekati mereka dari kejauhan. Ia segera menepuk pundak Off, mencoba untuk membuat pria itu lebih tegar menghadapi takdir yang sedang mempermainkan kehidupan mereka. "Aku akan selalu membantumu sebisaku. Maka lakukanlah peranmu sebaik mungkin." Usai mengatakan hal itu, New segera menyusul Gun, lalu membawa Nirin bersama mereka.

💚TBC💚

Continue Reading

You'll Also Like

280K 758 10
Area 21+++, yang bocah dilarang baca. Dosa tanggung sendiri yap. Jangan direport, kalau gasuka skip.
455K 41.4K 93
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.
262K 28.5K 95
Ini Hanya karya imajinasi author sendiri, ini adalah cerita tentang bagaimana kerandoman keluarga TNF saat sedang gabut atau saat sedang serius, and...
1.1M 112K 54
Ketika menjalankan misi dari sang Ayah. Kedua putra dari pimpinan mafia malah menemukan bayi polos yang baru belajar merangkak! Sepertinya sang bayi...