My Pedopil Teacher โœ”

Autorstwa Syahaniyh

68.8K 2.9K 168

Problematic Student with her Pedopil Teacher Start: 14 Juli 2019 End: 12 Januari 2020 Cerita ini tidak untuk... Wiฤ™cej

Prolog
๐Ÿ’ž Murid Bermasalah ๐Ÿ’ž
๐Ÿ’ž Pencomblangan ๐Ÿ’ž
๐Ÿ’ž Balas Dendam ๐Ÿ’ž
๐Ÿ’ž Perubahan ๐Ÿ’ž
๐Ÿ’ž Perlahan Terungkap ๐Ÿ’ž
๐Ÿ’ž Tumbuh ๐Ÿ’ž
๐Ÿ’ž Our Conversation ๐Ÿ’ž
๐Ÿ’ž Diantara Dua ๐Ÿ’ž
๐Ÿ’ž Si Pengganggu kecil ๐Ÿ’ž
๐Ÿ’ž Papanya Chaeyoung ๐Ÿ’ž
๐Ÿ’ž Guru Ganteng ๐Ÿ’ž
๐Ÿ’ž Kencan? ๐Ÿ’ž
๐Ÿ’ž Kiss or Kissing? ๐Ÿ’ž
๐Ÿ’ž Dilema ๐Ÿ’ž
๐Ÿ’ž Ancaman ๐Ÿ’ž
๐Ÿ’ž Obrolan para Gadis ๐Ÿ’ž
๐Ÿ’ž Dimple ๐Ÿ’ž
๐Ÿ’ž Koneksi Abadi ๐Ÿ’ž
๐Ÿ’ž Gak boleh bolos! ๐Ÿ’ž
๐Ÿ’ž Girls ๐Ÿ’ž
๐Ÿ’ž Chaeyoung Nakal ๐Ÿ’ž
๐Ÿ’ž Bintang ๐Ÿ’ž
๐Ÿ’ž Untuk yang terakhir kalinya ๐Ÿ’ž
๐Ÿ’ž Pengakuan Pak Guru ๐Ÿ’ž
๐Ÿ’ž Pergi ๐Ÿ’ž
๐Ÿ’ž She's gone ๐Ÿ’ž
๐Ÿ’ž Setahun berlalu ๐Ÿ’ž
๐Ÿ’ž Dasar Pedopil: Ending ๐Ÿ’ž

๐Ÿ’ž Tanpa Pamit ๐Ÿ’ž

1.1K 76 11
Autorstwa Syahaniyh

Seingat gadis itu, orang tuanya tidak pernah bertengkar, entah itu masalah pekerjaan, rumah tangga, ataupun dirinya.

Mereka selalu seiring sekata perihal cara membesarkan anak yang menurut gadis itu adalah sebuah kegagalan.

Namun mendengar kata-kata makian kasar khas akan pemberontakan yang terlontar dari bibir merah merona milik sang mama, Chaeyoung sedikit terkejut mendekati tak percaya, karena mendapati wanita yang selama ini jadi penenang tak berguna membela dirinya dan melawan papa yang selama ini menjadi pemegang kendali mutlak atas kehidupannya.

Ada rasa hangat yang tiba-tiba menjalar di relung hati gadis itu, merasa bahwa dirinya ternyata di perdulikan, dan perasaan-perasaan yang seharusnya ada selama ini.

Namun terlambat, hatinya sudah terlanjur membeku, orang tuanya terlambat.

"Kamu nyalahin saya? Bukannya ini semua salah kamu yang lebih memilih menjadi seorang model papan atas dan tidak turun tangan dalam membesarkan anak kamu sendiri? Dan lagipula apa yang Ayah saya dan saya lakukan adalah yang terbaik untuk anak kita, kita harus menjauhkan dia dari hal-hal yang tidak berguna bagi masa depannya, apalagi kalau dia sampai dirusak oleh guru pedopil sialan itu."

Tak perlu waktu lama bagi suara tangis mengudara, sarat akan penyesalan namun punya nada tinggi yang angkuh menyangkal pernyataan sang lawan bicara.

"Tapi kamu sebagai kepala keluarga tidak seharusnya memperlakukan anak kamu sendiri sebagai boneka yang hanya diam dan menurut atas apa yang sudah kamu siapkan. Kenapa juga Ayah kamu sampai turun tangan dan membuat semuanya kacau? kamu itu orang tua gagal." Tunjuk mama nya tepat di wajah sang papa bersamaan dengan isak tangis yang memilukan.

Bisa Chaeyoung lihat kalau papanya berkacak pinggang tak percaya mendengar ucapan sang istri. Mengusap kasar wajah prustasinya sambil berujar kembali dengan nada vokal yang lebih tinggi

"Oh ya? Saya gagal? Jika saya saja yang lebih memperhatikan anak kita kamu sebut gagal, lalu kamu bagaimana? Kerja kamu hanya bolak-balik luar negeri melenggang kesana kemari dihadapan orang-orang yang haus akan sampah kekurangan bahan sedangkan anak kamu disini kekurangan kasih sayang seorang ibu! Kamu jelas lebih gagal daripada saya, atau lebih tepatnya, kamu adalah bentuk dari kegagalan itu sendiri!"

Gadis itu tidak sadar kapan air mata turut hadir menghiasi pipinya, namun kala suara lirih mamanya kembali terdengar, air mata gadis itu semakin deras.

"Memangnya kenapa kalau anak kita lebih suka melukis daripada menjadi pebisnis seperti yang kamu inginkan? Memangnya kenapa kalau dia jatuh cinta pada gurunya sendiri? Kamu tahu kalau gurunya tak setua itu sampai kamu berfikir bahwa anak saya di sukai pria pedopil. Memangnya kamu tidak lihat sebahagia apa dia tersenyum di foto itu, memang kamu pernah lihat senyum sebahagia itu di berikan untuk kita? Pernah?"

Papanya menatap tak percaya mamanya. Terlihat kehilangan kata-kata, sampai mamanya kembali melanjutkan.

"Saya mungkin salah karena lebih mementingkan karir dibandingkan anak saya sendiri, tapi kesalahan terbesar saya di sini adalah saya membiarkan kamu turun tangan dan memperlakukan anak saya sesuai keinginan kamu, bukan sesuai kebahagiannya sendiri, kamu orang tua gagal, gagal!"

Sentuhan lembut di bahu sempit gadis itu membuat atensinya berbalik mendapati bi Ana yang masih bungkam namun liquid bening itu tak henti-henti nya mengalir, belum sepenuhnya ikhlas.

Namun begitu, dengan lembut tangan senja nya menghapus air mata yang masih mengalir di pipi majikan kecilnya.

Entah sudah berapa kali Chaeyoung memberi pengertian agar orang tua yang paling ia sayangi itu mengerti kalau ia pergi dengan senang hati, bukan karena paksaan.

Ya meskipun awalnya dipaksa karena sang kakek merasa ada yang janggal diantara dirinya dengan sang guru, setelah menyuruh beberapa orang untuk mengikuti mereka yang sedang menghabiskan waktu bersama, dan mengambil beberapa foto dengan posisi paling rawan hingga bisa melahirkan barang bukti paling kuat.

Kali ini kakeknya marah besar, begitu juga papanya dan tidak hanya berencana mengeluarkan guru itu dari sekolah, tapi juga merencanakan keberangkatan nya lebih awal.

Chaeyoung memang seharusnya pergi. Tapi tidak secepat ini.

Beruntung ia sempat bernegosiasi. Atau lebih tepatnya mengancam kakeknya sendiri. Jika tidak, guru geografi yang amat ia sayangi sepenuh hati akan kembali menjadi korban ketidakadilan keluarganya.

Sambil menenangkan bi Ana, Chaeyoung merasa ponsel di sakunya bergetar. Tidak perlu melihat juga ia tahu siapa pelakunya.

Bahkan saat gadis itu pergi ke sekolah diam-diam, ia sempat ingin menghampiri gurunya untuk mengucapkan selamat tinggal.

Namun sayang, ia tak sanggup.

Hanya mampu mengintip dari balik pilar bangunan tempat parkir. Memperhatikan dari jauh, dengan ponsel di genggaman yang tak berhenti bergetar. Sampai hatinya pun ikut bergetar kala mobil yang pernah ia jadikan kanvas dengan alasan balas dendam itu melesat pergi. Menjauh dari pandangan nya.

Menjauh dari hidupnya.

Dan ia pun berakhir runtuh di kakinya sendiri, menangis sepuasnya dengan kepala yang tenggelam diantara kedua lutut.

Menyedihkan memang.

Namun jika dipikirkan lagi, Chaeyoung bisa mengambil bagian positifnya, terbebas dari neraka berbentuk rumah megah sialan ini misalnya.

Oke, cukup, sudah tak sanggup mendengar semua omong kosong yang seharusnya dilakukan mereka sejak dulu, sekarang sudah terlambat, tidak ada waktu untuk menyesal, gadis itu bahkan tak peduli dengan fakta yang baru ia dengar bahwa mamanya masih perduli dan mengetahui apa yang diinginkannya.

Tersenyum hangat sambil menggenggam lembut tangan senja bi Ana, Chaeyoung mulai melangkahkan kaki yang terpaksa melewati ruang tengah, tempat dimana perang urat syaraf masih terjadi, diikuti bi Ana yang menggeret kopernya.

"Nak."

Langkah terhenti kala suara berat memanggil.

Bisa dirasakan kedua pasang mata sedang menatap, namun sedikitpun tak ia palingkan pandangan membuat kepala rumah tangga itu mendekat untuk menghapus jarak diikuti mamanya yang menghapus sisa air mata terlebih dahulu.

"Aku berangkat dulu, Pa, Ma," ujar gadis itu datar sedatar air muka nya yang dingin.

"Papa antar-"

"Gak perlu Pa, gak perlu di antar, gak perlu ditunggu juga, aku gak akan pulang dalam waktu dekat, atau selama-nya, mungkin? Entahlah, selamat tinggal."

Mendengar suara dingin itu, langkah keduanya otomatis terhenti sebelum mencapai tujuan, mamanya yang mulai berhenti menangis, kembali terisak dengan menutup mulut menggunakan kedua tangan, perlahan mundur dan jatuh terduduk di sopa.

Sedangkan raut tegang papanya yang habis bertengkar berubah bingung mendapati anaknya berkata seolah ia tak ingin kembali jika sudah pergi.

Saat itu juga Chaeyoung kembali melangkah, memilih untuk tak peduli.

Tak peduli dengan mamanya yang terisak menyedihkan di ruang tengah, tak peduli pada langkah besar papa nya yang mengejar, tak peduli pada getaran bahu bi Ana yang semakin kencang.

Dan tak peduli pada hatinya yang hancur berantakan.

Samar-samar bisa gadis itu dengar mamanya berteriak, bersamaan dengan langkah papanya yang terhenti mengejar.

"Pisah, aku mau kita bercerai!"

💞

Untuk pertama kali dalam hidupnya, Tzuyu benci terjebak kemacetan.

Gadis cantik itu tak pernah sekesal dan sebenci ini ketika terjebak dijalanan kota.

Biasanya ia cenderung tak peduli dan lebih memilih memainkan gawai sambil menunggu semuanya kembali berjalan tanpa hambatan.

Namun tidak kali ini, Tzuyu tidak bisa tenang, matanya bergerak gelisah, bolak-balik melihat jam tangan dan jalanan. Waktu terus berlalu sedangakan ia terjebak tak menentu.

Ditengah kebingungan, Tzuyu tak sengaja melihat kearah jalur di sebelah kiri yang terlihat gampang untuk di salip kendaraan yang lebih kecil.

Saat itu juga gadis itu tak sengaja melihat mobil yang ia kenali sedang menunggu giliran untuk menyalip tepi jalan.

Dengan segera Tzuyu membuka kaca jendela mobilnya.

"PAK SEOKJIN." Teriak gadis itu membuat Pak Sammy terkejut luar biasa sambil menyapu bagian dadanya.

"PAK! PAK SEOKJIN." Teriak gadis itu lebih keras.

Namun yang di panggil tak menggubris, bukan tidak, hanya saja kaca jendela mobilnya tertutup rapat.

"Nona, kenapa teriak-teriak- Eh, Nona mau kemana?" Pak Sammy panik ketika melihat sang majikan tiba-tiba turun dari mobil.

Tzuyu sudah tak punya waktu lagi, jadi dengan langkah tergesa gadis tinggi itu keluar dari mobilnya, menyelinap diantara jalanan sempit yang tersisa dari mobil-mobil yang masih menunggu bergerak bebas.

Hasilnya, gadis itu mendapatkan hadiah berupa makian dan umpatan serta bunyi klakson nyaring pengendara yang hampir saja menabrak dirinya.

Sampai di tempat tujuan, gadis itu segera memukul-mukul kaca mobil dengan tangan terkepal tak sabaran.

"Pak Seokjin!" panggil gadis itu kembali berteriak.

Tak lama kaca jendela mobil terbuka, menampilkan Seokjin dengan raut wajah bingung luar biasa.

💞

Seokjin tak tahu apa tujuan mamanya menyuruh ia berdandan yang tampan, meskipun mamanya tahu tak perlu berusaha berlebih pun, bahkan dengan kemeja hitam motif yang dimasukkan kedalam celana jeans, dan topi dengan warna senada sebagai pemanis, Seokjin sudah tampak jelas luar biasa.

Pakaian dengan merk ternama sekalipun tak akan mendapat perhatian dari orang-orang yang jelas akan lebih mempedulikan wajah rupawan yang kali ini sedikit ia sembunyikan.

Sebenarnya Seokjin tak pernah menyombongkan wajah rupawannya, meskipun tahu benar seperti apa ketampanan nya itu.

Kendati demikian, sangat mustahil ketampanan yang sedikit tertutup itu bisa menembus kaca mobil sampai ia berhalusinasi mendengar seseorang memanggil-manggil namanya histeris di tengah lumpuhnya lalu lintas kota.

Tapi tunggu dulu, kenapa ada embel-embel pak? Seokjin jelas tidak punya jadwal mengajar di malam hari.

Namun ketukan tak sabaran dari kaca jendela mobil membuat pria berbahu lebar itu terkejut bukan main di kursi kemudi.

Sambil menyapu dada bidangnya untuk menetralkan debaran menggila karena terkejut luar biasa, Seokjin menurunkan kaca jendela mobil untuk mendapati seorang gadis yang ia kenali sebagai anak muridnya dengan raut wajah panik entah karena apa, tapi satu yang Seokjin yakini kalau gadis itu tidak menjeritkan namanya dengan histeris hanya karena ketampanannya.

"Kamu?" tanya Seokjin kebingungan.

Suara klakson tak sabaran membuat sesi tatap-menatap mereka terputus.

"Masuk," ujar Seokjin yang langsung di indahkan oleh anak muridnya.

Namun ada seseorang yang datang tiba-tiba memanggil gadis itu dengan sebutan 'Nona', Seokjin jadi teringat seseorang.

Melirik sebentar dan memilih tak ikut campur, karena Seokjin meyakini pria yang sudah berumur itu hanyalah seorang sopir, lagipula, gadis itu yang mendatanginya dengan histeris, bukan dirinya, dan lagi, ini sedang di luar sekolah, malam hari pula, jelas kewenangan Seokjin sebagai seorang guru tidak berlaku.

Berbicara mengenai wewenang, Seokjin kembali teringat akan saat dirinya menyelamatkan anak muridnya yang lain dan menjadi awal dari cikal bakal perasaan rumit yang ia rasa sekarang.

Tunggu, kenapa wewenang itu tak berlaku saat ini? Bukankah posisi mereka tak jauh berbeda?

"Chaeyoung mau berangkat keluar negeri." Tzuyu, si anak murid yang Seokjin tak tahu entah kapan sudah mengisi duduk di samping nya, tiba-tiba mengejutkan Seokjin dengan ucapannya.

"Apa kamu bilang?" tanya Seokjin memastikan seraya menatap penuh tanya sang anak murid.

"Chaeyoung mau lanjut kuliah keluar negeri, dia gak pamit sama Bapak?"

Seokjin menggeleng dengan raut wajah kebingungan mencoba mengingat kalau-kalau gadis itu meninggalkan pesan tersembunyi pada kebersamaan terakhir mereka, namun tak ada.

"Ya udah, kita sekarang ke bandara, dia juga gak pamit sama saya," ujar Tzuyu menyadarkan lamunan Seokjin.

"Tapi kenapa dia pergi sekarang? Kalian kan belum melaksanakan ujian?" tanya Seokjin bingung mengingat ujian dilaksanakan seminggu lagi.

"Ck, dia itu cucu kepala sekolah, semua bisa diatur Pak!"

"APA?"

Seokjin kaget, teramat malah, jadi selama ini yang dijuluki murid bermasalah itu cucunya kepala sekolah?

Jadi kemarin, ia mengakui perasaannya di hadapan kakek dari gadis yang ia suka?

Mati.

Tiiinnn

Suara klakson kembali terdengar, menyadarkan Seokjin dari keterkejutan.

"Pak! Cepetan jalan! Pesawatnya berangkat sebentar lagi!" bentak Tuzyu tak sabaran.

Gadis itu sudah menghilangkan rasa segan pada gurunya, namun tak terlalu di permasalahkan Seokjin, toh dia kenal dekat dengan murid yang lebih tidak sopan dibandingkan gadis cantik yang di sampingnya itu.

Dan lebih tidak sopan lagi gadis itu pergi tanpa pamit, membawa kabur hati yang sudah ia curi.

Awas saja jika bertemu nanti, Seokjin pastikan hati gadis itu harus ia curi sebelum pergi.

Mereka harus impas.

Tapi, bukankah ia sudah berhasil dari awal?

Mengangguk sekali, sambil menancap gas kembali berperang dengan kesabaran, tak butuh waktu lama, mobil brio Seokjin berhasil keluar dari kemacetan yang menyesakkan.

Bunyi ponsel pun memecah keheningan, dengan segera ia meraih gawai yang terletak diatas dashboard, berharap panggilan dari orang yang ia khawatirkan, namun nihil, nama mamanya terpampang di layar selebar lima inci itu.

"Iya ma?" buka Seokjin setelah mengangkat panggilan.

"..."

Mata Seokjin melebar mendengar pertanyaan dari seberang, ia lupa kalau ia punya janji temu dengan mamanya, namun urusan Chaeyoung juga tak kalah penting.

Kebingungan, Seokjin terpaksa langsung mengiyakan dengan alasan terjebak kemacetan menjadi penghambat kedatangan, walaupun memang benar.

Jadi dengan satu tarikan setir, Seokjin menepikan mobil, memberi pengertian pada Tzuyu untuk pergi terlebih dahulu dan memesankan taksi online untuk anak muridnya itu.

Beruntung gadis itu mau mengerti. Setelah taksi pesanan mereka datang, Tzuyu masuk dengan terburu-buru, sedangkan Seokjin mengambil gambar nomor kendaraan yang dinaiki muridnya untuk jaga-jaga jika ada hal buruk terjadi.

Dengan langkah tergesa Seokjin langsung kembali melajukan mobil ke tempat tujuan awal. Gran Cafe, tempat yang pas untuk berkumpul bersama keluarga sekaligus tempat yang pas untuk membincangkan hal serius, membuat Seokjin sedikit awas akan apa maksud mamanya mengajak bertemu di kafe itu.

Setelah sampai dan mendapat arahan dari pelayan, Seokjin langsung menuju meja di barisan sebelah kiri, yang jaraknya tidak terlalu jauh dari pintu masuk. Suasana kafe yang tidak terlalu ramai pengunjung membuat langkah nya berpacu lebih cepat.

Mamanya yang sadar akan kedatangan Seokjin langsung berdiri menyambut, namun atensinya teralih pada seseorang yang duduk di hadapan mamanya.

Jangan bilang

Tapi tidak Seokjin, bukan begitu cara semesta bekerja. Kita tidak akan selalu mendapat apa yang diinginkan. Terkadang apa yang tak diingini yang malah terjadi. Meskipun Setengah mati membisikkan pada udara agar mau menyampaikan keinginan pada semesta bahwa apa yang diduga tidak menjadi kenyataan.

Dan semesta menjawab detik itu juga, bahwa apa yang ia pinta setengah mati di tolak mentah-mentah.

Dia, di sana, menyambut kedatangan Seokjin, berdiri dengan anggun nya, tersenyum dengan tulusnya, cantik seperti biasanya.

"Hai," sapa Irene ramah dengan senyum mengembang.

Tidak, ini tidak baik.

💞

a/n:

Huiii

Apa-apa an ini?

Omong kosong macam apa ini?

Siapa yang nulis semua omong kosong ini?

Eh, kan aku yang nulis😁

Tau ah, yang penting sudah mendekati ending, sebentar lagi aku akan terbebas dari semua omong kosong ini. Hahaha *ketawa di pojokan

Oh iya, udah akhir tahun aja nih, tapi tahun 2019 belum sepenuhnya berakhir, masih banyak hal luar biasa yang bisa saja terjadi bahkan di detik-detik terakhir. Semoga kita semua dapat kesempatan untuk mengalami hal luar biasa itu ya

Duh, jadi terbawa suasana.

Btw, kalau pak gurunya sama kakak Irene aja gimana? 😁

Hiya hiya 😄

Pak Guru belike: mentang-mentang gue tampan rupawan malah seenak jidat kasih gue ke siapa aja

Dedek Chaeyoung belike: aku pusing memikirkan semua omong kosong ini


Fancy You With Luv
LittleNisya 💜

Czytaj Dalej

To Teลผ Polubisz

1M 84.7K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
153K 15.3K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
3.8K 494 11
Cinta? Bagi William Atmaja, cinta hanyalah omong kosong belaka. Ia tak percaya cinta, menolak untuk jatuh cinta dan tidak tertarik dengan lawan jenis...