My Pedopil Teacher βœ”

By Syahaniyh

68.8K 2.9K 168

Problematic Student with her Pedopil Teacher Start: 14 Juli 2019 End: 12 Januari 2020 Cerita ini tidak untuk... More

Prolog
πŸ’ž Murid Bermasalah πŸ’ž
πŸ’ž Pencomblangan πŸ’ž
πŸ’ž Balas Dendam πŸ’ž
πŸ’ž Perubahan πŸ’ž
πŸ’ž Perlahan Terungkap πŸ’ž
πŸ’ž Tumbuh πŸ’ž
πŸ’ž Our Conversation πŸ’ž
πŸ’ž Diantara Dua πŸ’ž
πŸ’ž Si Pengganggu kecil πŸ’ž
πŸ’ž Papanya Chaeyoung πŸ’ž
πŸ’ž Guru Ganteng πŸ’ž
πŸ’ž Kencan? πŸ’ž
πŸ’ž Kiss or Kissing? πŸ’ž
πŸ’ž Dilema πŸ’ž
πŸ’ž Ancaman πŸ’ž
πŸ’ž Obrolan para Gadis πŸ’ž
πŸ’ž Dimple πŸ’ž
πŸ’ž Koneksi Abadi πŸ’ž
πŸ’ž Gak boleh bolos! πŸ’ž
πŸ’ž Girls πŸ’ž
πŸ’ž Chaeyoung Nakal πŸ’ž
πŸ’ž Bintang πŸ’ž
πŸ’ž Pengakuan Pak Guru πŸ’ž
πŸ’ž Pergi πŸ’ž
πŸ’ž Tanpa Pamit πŸ’ž
πŸ’ž She's gone πŸ’ž
πŸ’ž Setahun berlalu πŸ’ž
πŸ’ž Dasar Pedopil: Ending πŸ’ž

πŸ’ž Untuk yang terakhir kalinya πŸ’ž

1.2K 80 4
By Syahaniyh

Gadis bertopi telinga mickey itu pulang kerumah dengan senyum merekah, mengantongi fakta setengah keberhasilan membalaskan dendam pribadi perihal perasaan pada sang guru setelah apa yang mereka lalui hari ini membuat keduanya larut dalam tawa di penghujung perpisahan yang akan menjadi salah satu kenangan terindah tersimpan apik di salah satu rak ingatan.

Dengan langkah ringan si gadis memasuki rumah, tak lepas dari lengkungan manis yang memaksa cacat wajah menawannya muncul kepermukaan dan berbangga hati karena misinya sudah berjalan mulus, hanya tinggal menunggu beberapa hari lagi dengan sedikit bumbu kenakalan remaja yang ia miliki membuat gurunya semakin tak bisa lepas dari lingkaran nya.

Namun kala langkah terhenti, lesung menawan itu pun kembali bersembunyi, agaknya takut akan eksistensi yang lebih tua sedang berkumpul dengan air muka serius.

Tungkai yang tadi melangkah ringan terhenti tepat di bawah lampu gantung dengan pendar menyinari seluruh ruang tamu yang di isi, bagaimana cara gadis itu menyebutnya? Para tetua?

Antara marah dan sedih, terlihat berebut tempat pada raut wajah tegas papa nya dan wajah elegan mama nya, sedangkan sang kakek, oh tidak, jangan lagi, gadis itu sadar betul dengan memori yang masih utuh menari-nari di dalam kepala, memaksa untuk meyakini asumsi yang ia buat.

Seperti biasa.

Senyuman itu selalu muncul bersamaan dengan mimpi buruk, dan bertambah buruk ketika bi Ana datang dari arah dapur membawa kudapan untuk di santap para tetua dengan raut wajah sedih yang mutlak, maka Chaeyoung sudah mengambil kesimpulan.

Asumsinya benar.

Tapi siapa kali ini? Bahkan Chaeyoung tidak merasa telah membuat masalah dengan guru manapun di sekolah.

Kecuali..

Chaeyoung memperhatikan bi Ana penuh harap, seakan meminta jawaban dari raut wajah yang sudah jelas menggambarkan kesedihan yang tak bisa di sembunyikan. Membuat perhatian Chaeyoung kembali terarah kepada ketiga tetua yang kini telah menatap,

Marah padanya?

💞

Seokjin tahu apa yang ia lakukan bersama muridnya itu tidak membantunya sedikitpun dari melupakan perasaan nya yang salah.

Tapi mau bagaimana lagi, rasanya pria berbahu lebar itu tak bisa lepas dari sang murid, ia hanya ingin berada dekat dengan gadis itu apapun yang terjadi.

Dan saat jauh, ia malah merindu.

Seokjin gila.

Namun mengingat ia tak boleh semakin menaruh perasaan lebih membuat helaan napas kecewa keluar melewati bibir penuhnya.

Ada sebuah keyakinan, menjauh dari murid itu jelas tidak mudah, karena baik logika dan hatinya berada di jalan yang berbeda.

Dengan langkah gontai, pria itu memasuki huniannya, namun sedikit terkejut setelah mendapati pintu rumah tak terkunci.

Seokjin ingat sekali kalau ia tidak pernah lupa untuk mengunci pintu rumahnya sendiri, masuk dengan langkah tergesa dan tatapan awas, takut-takut apakah rumah sederhana yang ia beli dari hasil keringatnya sendiri itu mengalami kemalingan? Jika iya, maka itu akan menjadi kemalangan untuknya.

Setelah berhasil masuk, entah Seokjin bisa menghembuskan napas lega atau tidak, lega karena rumahnya tak kemalingan dan ia tak kemalangan, namun tak bisa selega itu juga setelah mendapati Nyonya Kim duduk bak penguasa di sopa ruang tengah dengan tv yang menyala namun dengan volume kecil, bahkan Seokjin yang sudah berada di hadapan mamanya pun tak sadar jika benda persegi panjang tipis itu menyala sebelum mamanya mengarahkan remote untuk melenyapkan gambar bergerak di balik layar yang menjadi atensi Seokjin sesaat, setelah itu kembali memperhatikan yang lebih tua dengan raut wajah panik.

Karena belum sempat mencari alasan yang tepat untuk menjelaskan perihal ia menolak Irene.

"Mama kapan datang?" tanya Seokjin memecah keheningan.

Nyonya Kim bangkit dari singgasananya dengan helaan napas berat sambil melipat tangan di atas dada dan melihat penuh selidik putra tertua nya.

"Mama minta penjelasan sekarang juga," ujar Nyonya Kim tanpa basa-basi.

Lidah Seokjin kelu, tak bisa di gerakkan, malah irisnya yang bergerak bebas berkelana menelusuri seluk beluk rumahnya sendiri.

"Irene kurang apa?" tanya Nyonya Kim serius.

Seokjin menghela napas terlebih dahulu sebelum berujar, "justru karena itu-" ujarnya menggantung, membuat tatapan penuh selidik Nyonya Kim semakin tajam padanya.

"Karena dia gak punya kekurangan Ma, terlalu sempurna untuk anakmu yang tidak tahu diri ini."

Nyonya Kim menurunkan tangannya dramatis, pandangan tajamnya berubah teduh penuh kasih sayang menatap sang buah hati yang menunduk lesu.

Maju satu langkah untuk menggapai bahu lebar sang putra, Nyonya kim kembali berujar, namun kali ini lebih lembut penuh pengertian, "hei, ada apa? Apa yang salah sama anak paling tampan mama yang satu ini, cerita sama mama!"

"Ck, bukannya adek yang selalu jadi paling tampan?" Canda Seokjin dengan mengkambing hitamkan sang adik, membuat Nyonya Kim berdecih tak suka, namun mengingat bukan saatnya memperdebatkan siapa yang paling tampan digaris keturunan keluarganya, Nyonya Kim menuntun Seokjin untuk duduk di sopa bersamaan dengan dirinya kembali menatap hangat wajah tampan putranya, menunggu sang anak membuka suara secara sukarela seperti biasa.

"Tampan aja gak cukup, banyak yang kurang dari aku, Irene terlalu sempurna Ma, maaf," ujarnya lirih setelah lama diam sambil mendekat dan menjatuhkan kepala di pundak tua mamanya.

Guratan lelah sang anak membuat Nyonya Kim menghela napas. Tak mungkin berdebat jika keadaan nya saja sedang lelah-lelah nya. Membuat Nyonya Kim berdialog dalam hati, berharap sang anak segera mendapat pendamping yang bisa menemani saat lelah seperti ini.

Ingin sekali ia mempresentasikan seribu satu kelebihan putranya sendiri sebagai penyemangat dan pengingat bahwa dirinya pantas bahkan sangat pantas jika bersanding dengan sang calon menantu yang memang ia setujui terlalu sempurna.

Namun mengingat anaknya tak mungkin menyia-nyiakan wanita sesempurna Irene dengan alasan krisis kepercayaan diri membuat Nyonya Kim tak bisa berkata apa-apa.

Jelas alasan itu tidak masuk akal. Hingga mau tak mau Nyonya Kim yang harus memutar akal.

Sambil mengelus sayang bahu lebar anaknya yang langsung terbuai hingga memejamkan mata, Nyonya Kim berfikir dalam diam bagaimana caranya membuat sang calon menantu menerima kekurangan dari anaknya yang ia tak tahu apa, namun mengingat penjelasan Irene yang sudah ia temui sebelum menemui anaknya terlebih dahulu yang jelas tidak sepenuhnya terima atas keputusan Seokjin.

Irene hanya berusaha menghargai.

Harap-harap kalau sang calon menantu masih setia di tempat.

Selebihnya Nyonya Kim yang akan mengambil alih.

💞

Chaeyoung membanting pintu kamarnya kasar membuat suara dentuman keras terdengar sampai ruang tengah yang masih di penuhi dengan yang ia sebut para tetua yang menghela napas melihat kelakuan anak mereka.

Sedangkan yang lebih tua diantara yang tua berujar yakin, "siapkan semuanya, biar urusan sekolah papa yang mengatur." Sambil berdiri sedikit merapikan bajunya dan bersiap pergi.

Tuan Son ikut berdiri setelah mengangguk mengerti akan apa yang dikatakan Tuan Son yang lebih tua.

Mengantar kepergian kepala sekolah sekaligus Ayahnya, dengan Nyonya Son yang ikut tersenyum sambil berdiri namun memilih memutar tungkai menuju kamar sang anak.

"Bi, biar saya aja," ujarnya tegas pada Bi Ana, membuat Bi Ana berhenti mengetuk pintu yang tak kunjung terbuka itu, wajah tua yang penuh kekhawatiran dan banjir aliran liquid bening itu memilih pamit undur diri pada majikannya.

Nyonya Son mengeluarkan kunci cadangan dari kantongnya, memutar kunci beberapa kali pada lobangnya sebelum menarik gagang pintu untuk memasuki kamar anak semata wayangnya.

Hati seorang Ibu pasti hancur jika melihat sang anak histeris dengan menghancurkan setiap barang yang ada di kamarnya.

Bahkan cermin sudah tak berbentuk entah beradu dengan apa, seketika wangi menyengat memasuki penghidu Nyonya Son, bisa di pastikan botol parfume melayang menghantam ubin dingin yang ia pijaki.

Meja rias berantakan, tempat tidur berantakan, berbagai macam cairan dan pecahan bertebaran di lantai.

Singkatnya, hancur, hancur berantakan, entah kamarnya, atau anaknya, yang jelas semua hancur berantakan di mata sendu Nyonya Son yang menutup bukaan mulut tak percaya mendapati pemandangan yang mampu menghancurkan hatinya sampai kepingan yang tak bisa disatukan lagi.

Sejujurnya, Nyonya Son perduli dengan keadaan putrinya. Teramat malah, namun sikap wanita itu yang cenderung lebih memperdulikan karir ketimbang sang anak membuat keluarganya hancur berantakan, sialnya Nyonya Son baru menyadari kehancuran itu setelah yang di suguhkan di hadapannya lebih dari sebuah kehancuran.

Keterlambatan. Keterlambatan menyadari kehancuran kekuarganya.

Sedangkan Chaeyoung di sana, menyandar di tempat tidur, terduduk dengan memeluk lutut, dengan genangan yang sudah menumpahkan isinya, tanpa henti mengiris benci, dengan keadaan yang paling hancur yang pernah ia tunjukkan.

Sudah cukup bermain peran sok tegar dengan menangis dibawah bantal setiap kali pertengkaran orang tua dan anak terjadi.

Gadis itu sudah muak menjadi anak penurut.

Jadi, dengan satu tarikan napas berat bersamaan dengan mengalirnya liquid bening yang tak bisa di bendung lagi, gadis itu tersenyum sinis "Puas?" tanya gadis itu sambil menghapus kasar air matanya menggunakan punggung tangan, menatap kosong pada udara.

Nyonya Son tak berkedip, namun tak kuasa menahan air yang menggenang lebih lama.

Tangan yang menutup mulut ia turunkan. "Sayang," ujarnya lirih bersamaan dengan jatuhnya sang pertanda kehidupan.

Dengan maju beberapa langkah tanpa kehati-hatian melewati serpihan kaca di lantai, Nyonya Son semakin mendekat sampai jarak yang cukup untuk merangkul.

Namun angan tinggallah angan, keinginan seorang Ibu untuk merengkuh sang anak di saat terpuruk tak terlaksana kala vokal rendah dengan nada marah terdengar rungu.

"Aku turutin kemauan kalian-

untuk yang terakhir kalinya."

💞

Fancy You With Luv
LittleNisya💜

Continue Reading

You'll Also Like

385K 4.1K 83
β€’Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre β€’woozi Harem β€’mostly soonhoon β€’open request High Rank πŸ…: β€’1#hoshiseventeen_8/7/2...
433K 8.2K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.
1M 83.5K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
1.5M 5.9K 8
#1 IN ROMANCE [09/06/2020] [#1 WILSON SERIES] Klarisa Vanaya Wesley. Pernikahan mendadak dan terpaksa, membuat Klarisa terjebak dalam kehidupan Damia...