Who is Christopher? | Bang Ch...

By aeanakim-

276K 50.1K 7K

[spin off Hacker] Siapa Bang Chan sebenarnya? Bukan kah dia hanya Polisi bagian intel yang menangani kasus Ha... More

00
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25 ⚠
26
28
29
30
31
32
33
34
35

27

5.9K 1.1K 270
By aeanakim-

"Hah, kenapa? Kok tiba-tiba?" tanya Minho.

Lea tidak menjawab, tapi dari penglihatan Minho, Lea sepertinya tengah ketakutan. Terbukti dari tangannya yang gemetaran, matanya yang bergerak gelisah, dan Lea yang sesekali menggigit bibirnya karena bergetar.

Minho menghela napas. "Oke deh," ucap Minho.

"E-eum atau gak usah deh, gue takut lo kena masalah." Kata Lea.

"Loh, gimana sih? Ada sesuatu yang ngamcam lo ya? Udahlah, malah liat lo kayak gini, gue gak akan biarin lo pulang. Lo ikut gue aja deh, kalau ada apa-apa gue bisa lindungin lo."

"Tapi..."

"Percaya sama gue, gue bakal lindungin lo."

•••

Lea kini sudah ada di dalam mobil Minho. Ia menelan ludahnya, sembari menatap keluar jendela mobil. Dia tahu ini pilihan yang tidak tepat, tapi untuk pulang ke rumah pun dia takut.

Minho yang sebelumnya masih ada di dalam klinik untuk mengambil barang yang tertinggal, tak lama akhirnya keluar. Lea menghela napas lega, karena akhirnya mereka bisa cepat-cepat pergi. Lea sudah mematikan ponselnya, agar Bang Chan tidak bisa menghubungi dan mencarinya.

Lea juga sudah bertekad, untuk menceritakan perihal Bang Chan yang sebenarnya pada Minho. Hanya pada Minho.

Sebagai orang yang ia percaya bisa menyimpan rahasia. Kalau Changbin, dia orangnya agak berisik dan responnya bisa berlebihan. Bukan berarti tidak bisa dipercaya juga.

"Lo keliatan gelisah banget," ucap Minho sesaat setelah mobil mulai menjauh dari klinik.

"Keliatan banget ya?" tanya Lea, yang Minho balas dengan anggukan.

"Ada apa sih? Cerita aja." Kata Minho.

Lea menggigit ujung kuku ibu jarinya sejenak. Dia butuh mempersiapkan diri sebelum memulai ceritanya.

"Pa-pacar gue... dia nyakitin gue." Kata Lea hati-hati. Dia sebenarnya masih ragu, apa menceritakan semua ini pada Minho adalah hal yang benar, meskipun tekadnya sudah bulat untuk menceritakan semuanya.

Minho sendiri, memilih mendengarkan cerita Lea terlebih dahulu, sebelum memberi respon.

"Dia juga punya rencana buat habisin temen-temen kita di SMA yang dulu bully gue sama dia. Gu-gue sebenernya gak tau pasti, so-soalnya gue ini kesimpulan gue sendiri. Gue masih gak tau bener apa enggak, tapi kayaknya bener. Udah ada dua orang temen SMA gue yang meninggal dengan tragis. Yang pertama udah gue ceritain waktu itu, terus yang kedua dia dipenggal kepalanya dan dibakar. Pa-pacarnya gue kayaknya gak secara langsung ngelakuin itu, dia kayaknya nyuruh orang. Entah bayar pembunuh bayaran atau gimana, gue gak tau, gue juga masih nerka-nerka."

"Ho, gue pernah bilangkan kalau pacar gue tuh pinter banget? Tapi kecerdikannya itu dipake buat hal yang salah."

"Tapi harusnya lo seneng dong kalau temen-temen lo yang dulu bully lo mati?" Lea tersentak mendengar respon Minho.

"Enggaklah! Yang bener aja?! Itu gila!"

"Oke, oke, gue cuman bercanda," ucap Minho sembari menarik sudut kiri bibirnya. "Yah, emang gak bijak banget sih sikapnya kalau emang bener pacar lo kayak gitu. Cuman kan belum pasti."

"Tapi asli Ho, gue takut..." gumam Lea sembari memeluk dirinya sendiri.

"Terus dia nyakitin lo kayak gimana?" tanya Minho.

Lea terdiam, dengan wajah yang perlahan memerah.

"Gu-gue gak bisa cerita, yang jelas dia nyakitin gue." Kata Lea.

"Ada luka?" Minho kembali bertanya dengan raut wajah khawatir.

"Hah, ya jelas ada. Cuman gue tutup pakai makeup."

"Ngapain lo tutup pakai makeup, nanti malah infeksi. Sampe rumah gue langsung dibersihin, biar gue obatin. Atau kalau gak nyaman gue bisa minta tolong Ibu gue."

"Ehh, gak usah." Tolak Lea.

"Gak usah gimana? Buat kebaikan lo sendiri, jangan nolak." Kata Minho.

"Iya deh," balas Lea.

•••

Cklek, pintu rumah terbuka, Bang Chan memasuki rumahnya sembari menyusun sepatunya di rak. "Lea, aku pulang."

Kening Bang Chan mengernyit karena dia tidak menerima sahutan.

"Apa mungkin belum pulang ya?" gumam Bang Chan. Ia melirik jam tangannya, sudah jam sebelas malam.

Lea tidak pernah pulang ke rumah lebih dari jam sepuluh. Bang Chan mencoba tenang, dan tidak berpikir macam-macam.

Ia duduk di sofa, setelah meletakkan tasnya di meja. Bang Chan lalu meraih ponselnya yang ada di saku celananya, ia mencoba mengirim pesan pada Lea, tapi pesannya tidak terkirim.

Kening Bang Chan mengernyit lagi, kali ini dia mencoba menelfonnya, tapi tidak tersambung.

"Anj*ng, kenapa sih?!" gerutu Bang Chan.

Ia bangkit berdiri, dan bergegas pergi dari rumahnya untuk mencari Lea. Tidak ada di rumah padahal sudah jam 11 malam, dan tidak bisa dihubungi, sudah jelas ada apa-apa pada Lea.

Atau jangan-jangan dia kabur?

Bang Chan otomatis menggigiti kuku ibu jarinya saat memikirkan itu. Tidak, dia tidak mungkin kabur, batin Bang Chan.

Lea tidak mungkin meninggalkannya kan?

Dia mungkin masih ada di klinik, dan ada sesuatu pada ponselnya, atau dia sedang dalam situasi yang berbahaya. Itu bisa jadi. Tidak mungkin Lea kabur dan meninggalkannya sendiri, tidak mungkin.

Bang Chan terus meyakinkan dirinya, kalau Lea tidak akan meninggalkannya. Meskipun tidak bisa dipungkiri, hal itu sangat mungkin terjadi.

"Gak, gak mungkin." Sangkal Bang Chan sembari mulai menjalankan mobilnya.

'Tapi Chan, lo udah tau ini resiko yang bakal lo dapet kalau ngejalanin rencana lo kan?' batin Bang Chan.

Selama di perjalanan dia terus berdebat dengan dirinya sendiri.

•••

"Auu..." Lea mendesis saat Minho sedang membersihkan lukanya yang ada di punggung menggunakan antiseptik.

Padahal Lea awalnya mau diobati dengan Ibu Minho saja, tapi ternyata sesampainya di rumah Minho. Ibunya sudah tidur.

"Ini parah banget loh," komentar Minho.

"Iya ya? Pantes pas tadi pagi mandi perih banget." Kata Lea.

"Dia emang suka kayak gini?"

"Yah, kadang-kadang kalau lagi marah banget. Sebenernya udah jarang banget dia kayak gini, tapi gue mancing emosinya terus."

"Yah, mau semarah apapun harusnya gak pakai kekerasan dong. Kecuali lo masokis, terus ada kesepakatan di antara kalian buat hubungan pakai kekerasan."

Lea menghela napas sembari menumpukan dagunya di atas lututnya yang tertekuk.

"Lo gak suka diginiin kan?" tanya Minho.

"Enggaklah! Kalau suka ngapain gue kabur?" sahut Lea. "Gue sayang banget sama dia, tapi gue kadang takut."

"Lea, jangan cinta buta deh. Kalau lo perjuangin cinta lo, tapi badan lo akhirnya hancur, buat apa?"

"Di-dia jarang kok kayak gini." Gumam Lea.

"Lo harus lawan, meskipun lo cewek, gue yakin lo bisa lawan dia."

"Iya Ho, makasih."

"Btw berapa kali sih gue bilang? Jangan panggil gue Ho, berasa nama gue tuh leho, bukan Minho."

Lea tertawa. "Ya habis enakan dipanggil Ho, dari pada Min."

Minho tersenyum mendengar tawa Lea.

"Gue kadang nyesel lo udah punya pacar." Kata Minho.

"Kenapa?" tanya Lea dengan kening mengernyit.

"Eumhh... ya gak papa sih. Yang punggung udah selesai nih, ada luka di tempat lain?"

"Yang bisa gue obatin sendiri, gue obatin sendiri aja Ho. Makasih ya?" kata Lea sembari menurunkan baju bagian belakangnya yang tadi disingkap ke atas.

"Bener lo bisa?" tanya Minho.

"Iya lah, cuman obatin luka gitu doang, masak gak bisa? Lo capek kan? Mending sekarang istirahat. Makasih udah boleh numpang di tempat lo."

Minho turun dari kasur, kemudian menganggukkan kepalanya sembari tersenyum.

"Kalau gitu gue ke kamar gue dulu, dahhh, malem, semoga mimpi buruk." Kata Minho sambil terkekeh, dan berjalan mundur menuju pintu keluar dari kamar.

"Lo juga, selamat mimpi buruk." Balas Lea.

Minho akhirnya keluar dari kamar tamu yang ditempati Lea saat ini. Senyumannya memudar, dan sejenak dia hanya berdiri diam di depan pintu kamar itu. Sambil menelan ludah, Minho berbalik badan dan menatap pintu kamar itu sejenak.

Ia kemudian beralih menatap sebuah kunci di tangannya, setelah menarik napas dan membuangnya berkali-kali, Minho akhirnya mengunci pintu kamar tamu tersebut.

"Sorry," ucap Minho, sebelum bergegas pergi.[]

Gue ngebayangin betapa gantengnya Minho pas ngelakuin semua adegan di sini wkwkwkwk

Continue Reading

You'll Also Like

1M 61.8K 36
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
217K 33.2K 60
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
91K 12.8K 28
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...
434K 44.3K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...