Al-Vin [END]

By rhmdw16

397K 22.5K 2.3K

Brukkkk .... Suara benda jatuh seakan menggema di area lorong sekolah sepagi ini, dan mengapa harus dirinya? ... More

1 - Bidadari Ambruk [REVISI]
02 - Pertemuan Singkat [REVISI]
03 - Pingsan Deh Kayaknya [REVISI]
04 - 1001 Rayuan Gombal Rian [REVISI]
05 - Ternyata Beneran Pingsan [REVISI]
06 - Mantu
CAST AL-VIN
07 - Alena
08 - CoKul Or CoGas?
09 - Olimpiade
10. Jangan ngarep!
11. Weekend.
12. Weekend(2).
13. Jadian?
14. Rencana.
15. Penyerangan.
16. Pembalasan.
17. Duet bareng mau?
18 - Jadi Imam
19 - Racun?
20 - Bertemu Bunda
21 - Misterius
22 - Kembalinya Cewe Kurbel
23 - Berangkat ke Bandung
24 - Terjebak
25 - Penjelasan
26 - KEMENANGAN!!!
27 - KECELAKAAN
28 - TAK TERDUGA
29 - Terpuruk
30 - Terungkap
31 - BENCI
33 - BIANGLALA
34 - TOLONG
35 - Sakit Kembali
36 - Saksi Hujan
37 - Harus senyum hari ini
38 - Pusaran Waktu
39 - Perasaan Aneh
40 - HIPOTERMIA
41 - Hati Batu
42 - Danau Perih
43 - Bukit Hangat
44 - Hancur sudah
45 - Merelakan (end)
SEKUEL AL-VIN

32 - PUTUS

6.8K 347 17
By rhmdw16

"Hey, jangan nunduk. Mahkotamu jatuh nanti."

*

*

*

Happy Reading:))

...

Seorang gadis duduk meratapi hidupnya diatas kursi roda sambil memandangi satu titik dengan pandangan yang kosong.

Jika diingat perihal hidupnya yang sekarang, ia kembali tak terima, ingin mengeluh, ingin membantah Tuhan. Tapi semuanya memang sudah terjadi, Tata harus menerima semuanya walau memang terasa berat.

"Tata," panggil seorang yang mengasihi Tata dari mulai di kandungan.

Tata hanya diam membisu tak menjawabnya.

"Mommey bawa makanan, kamu makan ya sayang."

Karna belum ada jawaban dari anaknya, Lisa menghela nafasnya lalu menaruh makanan tersebut di atas meja dan menghampiri anaknya.

"Makan ya sayang, nanti kamu sakit."

Masih belum ada jawaban dari Tata. Jika kalian tau, Lisa juga merasakan hal yang sama dengan Tata, dirinya merasa hancur bahkan gagal jika melihat anaknya sekarang.

Lisa memeluk anaknya dari belakang, "Kamu jangan gini terus dong sayang," ucapnya tanpa sadar ,enitihkan air matanya.

"Kamu pasti bisa lewatin ini semua, bangkit sayang. Kamu anak Mommey yang paling hebat!"

"Bohong." Tata menjawabnya dengan hanya satu kata.

Lisa melepaskan pelukannya bingung dengan apa yang diucapkan oleh Tata. "Siapa yang bohong sayang?"

"Aku adalah manusia yang paling gak berguna sekarang."

Jawaban Tata kembali menusuk hati Lisa dan kembali membuat Lisa menangis tanpa Tata tau.

"Manusia gak berguna, menyusahkan, membuat malu keluarga."

Hati Lisa kembali mencelos dibuatnya. Sekarang Tata terlihat sangat terpuruk bahkan terlihat seperti tak memiliki semangat hidup. Tata yang sekarang sama sekali tak sama dengan dirinya yang dulu.

Tingnong........

Lisa menghapus cepat-cepat air matanya ketika mendengar suara bel.

"Sebentar ya sayang. Mommey mau buka pintu dulu."

Ketika Lisa meninggalkan Tata sendiri, Tata menitihkan air matanya. Ia selalu berpikir apa arti kehidupannya yang sekarang jika dirinya tidaak melakukan apa-apa. Ucapan mamanya memang benar, ia harus bangkit namun egonya terlalu tinggi.

Tata seorang diri duduk di taman sambil menunduk memejamkan matanya menangisi takdir yang diberikan Tuhan kepadanya.

"Tata." Suara itu, kembali membuat Tata muak. Ia membeci bahkan sangat membenci sang pemilik suara tersebut sampai sampai membuat Tata yang semula memejamkan matanya dibuat membuka mata sambil menampilkan aura kebencian dimatanya.

Kevin menghampiri Tata yang terus menunduk tanpa mau menatapnya seperti sedia kala.

Kevin berusaha tersenyum melihat kekasihnya. "Hey, jangan nunduk. Mahkotamu jatuh nanti." Kevin mengucapkannya seraya mengelus puncak kepala Tata.

Tata mendongak membuat Kevin tersenyum, artinya Tata sudah menerima semua ini. "Dan mahkotaku jatuh karena kamu!"

Tangan yang semula berada diatas kepala Tata sekarang ia turunkan tak puas dengan jawaban yang keluar dari mulut Tata.

"Kamu masih marah sama aku?" tanya Kevin menatap Tata lekat.

Namun yang ditanya malah membuang mukanya, muak melihat seorang yang dihadapannya sekarang.

"Ta, aku mohon jangan kaya gini terus. Aku sedih Ta ngeliat kamu yang terus-terusan kaya gini."

"Kalo kamu mau marah sama aku gak papa kok, asal jangan sama orang tua kamu. Mereka gak tau apa-apa."

"Kamu tau? orang tua kamu menangis ketika melihat anaknya yang sekarang."

"Dan kamu juga perlu tau kalau kamu bukanlah orang yang tidak berguna tapi sekarang kamu adalah manusia pilihan Tuhan yang sedang diuji."

Tata menitihkan air matanya. "Aku mau sendiri," ucap Tata.

"Aku mohon Ta, biarin aku jaga kamu kali ini aja."
"Dan satu lagi." Tata meneguk ludahnya. "Tinggalin aku sekarang!"

"Tapi aku gak mau." Kevin terus menatap Tata walau yang ditatap malah metanap objek lain.

"Terserah, karna aku udah gak berguna sekarang."

Kevin menubruk Tata, tak terima dengan yang diucapkan oleh kekasihnya.

"Kata siapa kalau kamu gak berguna, kamu salah." Tata tak berontak ketika dipeluk Kevin.

"Bahkan kamu masih bisa ngewujudin cita-cita kamu kalau kamu mau." Kevin masih terus memeluk Tata sambil memberinya semangat, ia senang karna Tata tidak melawan ketika dipeluknya.

Tata mendorong Kevin. "Lepas!"

"Kamu harus ngelawan ego kamu itu, kamu pasti bisa jalan lagi, kamu gak boleh nyerah apalagi berpikiran buat ngakhirin hidup kamu."
"Ta, tatap aku," perintah Kevin sekarang sambil memegang kedua pipi Tata.

Dengan bodohnya Tata menuruti apa yang dilakukan oleh Kevin karna dirinya sudah lelah, sangat lelah.

"Kamu itu pasti bisa lewatin ini semua, aku yakin kok. Karna kamu wanita terkuat yang aku miliki." Kevin mengucapkannya lalu mencium kening Tata sedikit lama yang membuat Tata memejamkan matanya.

Kevin melepaskannya dan mengambil makanan yang tadi sudah Lisa siapkan untuk anaknya.

"Kamu makan ya sekarang." Kevin mengambil sesuap bubur yang sangat tidak menggugah selera bagi Tata.

Belum ada jawaban dari seorang yang ditanya oleh Kevin.

"Makan ya, satu suap aja."

Ketika Kevin sudah mendekatkan sesuap bubur itu ke mulut Tata dengan gerakan cepat Tata mendorong sendok bahkan mangkok yang berada dalam genggaman Kevin sehingga bubur tersebut sekarang sudah tak layak untuk dimakan.

Pranggggg.......

Kevin tersentak dengan apa yang dilakukan oleh Tata. "Pergi!!"

"Kenapa dibuang Ta? Nanti kamu sakit kalo gak makan." Kevin tak marah tetap menerima apa yang dilakukan oleh kekasihnya ini.

"Aku kan emang udah sakit." Tata mengucapkannya sambil menatap Kevin benci.

"Bukan itu maksud aku Ta."

"Pergi. Aku udah muak liat kamu!" Tata menunjuk kearah pintu menunjukkan agar Kevin segera pergi dari sini sekarang.
"Ta, aku kesini itu buat memperbaiki hubungan kita. Bukan ini yang aku mau."

"Pergi." Suaranya kian mengecil.

"Tapi Ta-"
"Pergi sekarang juga!!!!!" suaranya kian melengking sekarang, Kevin hanya mengangguk dan berbalik arah menuju pintu. Namun baru satu langkah.

"Dan aku mau kita putus!"

Kevin berbalik arah seakan ingin protes, tak terima dengan yang diucapkan oleh Tata.
"Terserah kamu, yang aku tau kita udah gak ada hubungan apa-apa sekarang," ucap Tata kembali.

"Aku gak perduli, dan yang aku tau sekarang aku belum menerima keputusan kamu itu. Artinya kita belum putus." Kevin mengatakannya lalu meninggalkan Tata. Ia mengerti sekarang jika Tata memang butuh waktu untuk sendiri.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAA."
"Gue benci lo Kevin!!!! Gue benci, sangat benci!!!!"

Lisa yang melihat interaksi antara keduanya lewat jendela hanya menghela nafas pasrah dan membiarkan anaknya untuk sendiri ditemani dengan sang suami yang selalu setia memberinya ketenangan.

Kevin yang baru saja melewati pintu langsung disuguhkan dengan kedatangan Lisa dengan Anton suaminya. Lisa memegang pundak Kevin lalu mengelusnya.

"Kamu yang sabar ya nak," ucap Lisa.

"Iya tan, om. Ini semua salah Kevin gak seharusnya Tata ikut marah sama om dan tante juga."

"Hustttt...Ini semua bukan salah kamu nak. Ini memang sudah takdir dari Tuhan."
kevin hanya mengangguk. "Kevin pulang dulu ya tan." Pamitnya lalu mencium tangan Lisa.

Ketika Kevin menyalami tangan Anton dirinya seakan dibisikkan sesuatu. "Ini bukan salah kamu, kamu harus bisa buat Tata seperti dulu lagi." Bisikannya seolah merangsang Kevin tanpa di dengar oleh Lisa.

"Ayo om, tan."

"Iya, hati-hati ya nak."

***

"Dari mana kamu," tanya Ferry, seorang bapak yang selalu saja memarahi anaknya.

Kevin diam.

"Ditanya itu jawab! Kamu gak punya mulut?!!" Ferry mulai melengkingkan suaranya yang kembali membuat Kevin muak mendengarnya.

"Sangat malas berurusan dengan anda."

Kevin telah kembali kerumahnya, memang setelah Arki dengan dirinya bertengkar hebat kemarin, semuanya telah kembali ke Jakarta.

"Apa kamu bilang? Semakin besar kamu semakin kurang ajar ya!" Ferry telah menganggkat tangannya pertanda ingin menampar seseorang yang ada dihadapannya ini.

"Kenapa? Ingin menampar saya? Silahkan tampar." Kevin kembali menantang Ferry.

"Berani kamu sama saya?!!!"

Plakkkk......

Ferry benar menampar Kevin yang membuat Kevin semakin muak.

"Sudah puas anda?" tanya Kevin kembali menantang.

"Kamu mau lebih dari ini hah??! Baguss baguss." Wajahnya seakan bertambah garang. "Sini kamu!" Ferry menarik tangan Kevin kearah ruang tengah.

Dengan tiba-tiba Ferry membanting Kevin kearah meja hingga badannya menubruk ujung meja tersebut bahkan kepalanya mengeluarkan darah sekarang.

Kevin tak menyangka jika Ferry melakukan ini kepadanya apa mungkin.

Ferry mengangkat botol yang telah ia minum habis. Ternyata fikiran Kevin benar jika ayahnya meminum minuman sialan itu.

Ferry kembali mendekati Kevin lalu melemparkan botol tersebut kearah Kevin. Kevin berusaha melindungi tubuhnya dengan kedua tangannya dan..

Pranggggg......

Untuk kedua kalinya Kevin mendengar bunyi seperti ini ditelinganya.

Darah segar mengalir dari kepala bahkan lengan Kevin. Dirinya sedikit meringis akibat luka itu, Kevin kembali menatap ayahnya.

"Sudah puas?" tanya Kevin.

"Belum. Ada satu lagi supaya kamu lebih jera sekarang!!"

Ketika Ferry mengambil benda yang tajam dari arah meja dekat tangga dan mulai mendekat kembali ingin mengarahkannya terhadap Kevin.

"Tuan, stop." Benda itu melayang entah kemana akibat bibi.

"Kamu jangan ikut campur." Ferry malah ingin menyerang pembantu yang sudah dianggap ibu oleh Kevin sendiri.

Kevin bangkit dan langsung melindungi bibi. "Jangan pernah anda sentuh dia."

"Kamu lagi lagi berani membantah."

Plakkk.....

Lagi dan lagi Kevin menerima tamparan itu dari tangan seorang ayah yang dulu sangat menyayanginya.

"Sudah tuan, sudah."

Ferry yang sudah sempoyongan lebih memilih meninggalkan keduanya, dirinya seolah tidak perduli lagi.

Setelah Ferry meninggalkan keduanya bi Surti langsung memeluk Kevin, ingin melindunginya namun dirinya terlambat.

Bi Surti melepaskan pelukannya. "Bibi obatin ya den," ucap bi Surti sambil mengelus luka Kevin.

Sedangkan Kevin memegang tangan bi Surti menatap seorang yang sudah ia anggap sebagai ibunya ini dengan lekat. "Kevin gak papa kok bi. Kevin ke kamar dulu ya."

"Tapi den. Bibi gak mau kalo sampe den Kevin kenapa-napa."

"Percaya sama Kevin bi." Kevin tersenyum lalu meninggalkan bi Surti yang siap membersihkan semuanya.

Ceklekkk..

Kevin merebahkan tubuhnya diatas Kasur miliknya, badannya terasa remuk sekarang, perih bahkan jika dirasakan. Kevin bahkan belum melepas sepatunya dan tetap memandang langit langit kamarnya kembali melamun dan memikirkan bundanya, lagi dan lagi ia teringat dengan bundanya. Jika saja bundanya.. ah sudahlah.

Flashback on..

Ferry bermesraan dengan seorang wanita yang tak Kevin kenal, sekarang dirinya adalah seorang anak kecil yang tak mengerti apa-apa.

"Papa, itu siapa?" tanya Kevin.

"Sini sayang," ajak Ferry kepada Kevin dan Kevin hanya menurut saja.

"Sayang, wanita yang ada di sebelah papa ini akan menjadi ibu baru kamu," ucap Ferry tanpa sadar.

"Tapi kan Pipin udah punya bunda pa," jawabnya polos.

"Bunda kamu itu udah gak berguna sekarang sayang, makadari itu papa cari bunda baru untuk kamu." Ferry mengelus puncak kepala Kevin sambil mengenalkan wanita yang di sebelahnya.

"Kenapa Papa ngomong kaya gitu, kasian bunda pa." Kevin kecil berbicara bak orang dewasa.

"Bunda kamu itu udah buta sayang, jadi ngapain papah sama dia. Gak berguna."
tanpa sadar bunda Kevin mendengar semuanya, dirinya sadar memang bukanlah seorang yang berguna seperti dulu.

"Jadi papa mau, papa dan bundamu itu berpisah."
"Jadi itu yang kamu mau mas?" tanya Yuni bunda Kevin.

Ferry tersentak. "Syukurlah kalau kamu mendengar semuanya, jadi saya gak perlu repot-repot ngomong sama kamu lagi." Dengan teganya Ferry mengatakan itu semuanya kepada Yuni.

"Bundaaa....." Kevin kecil berlari memeluk bundanya.

"Saya talak kamu."

Hal yang sangat mengagetkan bagi Yuni sekarang, suami yang dulu sangat menyayanginya bahkan memintanya untuk menjadi pasangan hidupnya sekarang mencampakkan dirinya begitu saja ketika dirinya diberikan musibah yang mengakibatkan matanya tak berfungsi.

"Setelah aku seperti ini, kamu mau ninggalin aku mas?" tanya Yuni yang berusaha terlihat baik baik saja.

"Kamu tidak berguna sekarang sangatlah tidak berguna bukan?"

"Hiksss.. kamu memang benar mas. Aku memang sangat tidak berguna."

"Paa... bunda jadi nangis karena papa. Pipin benci papa!" teriak Kevin kecil dan berusaha menenangkan bundanya.

"Sini sayang Kevin ikut sama papa ya."

"Pipin gak mau, Pipin maunya sama bunda aja." Kevin kembali mengeratkan pelukannya kepada Yuni menyalurkan kekuatan miliknya.

"Jangan pernah ambil Kevin dari aku mas. Kamu boleh ceraikan aku tapi jangan ambil Kevin."

"Tapi dia anakku."

"Sudahlah mas, dia itu tidak terlalu penting untuk hidup kamu," ucap seorang wanita yang berada di sebelah Ferry.

"Ah, benar juga katamu sayang." Ferry seolah sangat menyayangi wanita tersebut.

"Sekarang lebih baik kita pergi saja."

"Baiklah. Saya akan pergi dan silahkan kalian berpuas puas hidup tanpa saya."

Ferry dengan wanitanya itu meninggalkan Kevin dan Yuni tanpa rasa bersalah sama sekali.

Seketika Yuni langsung merosot dan menangis sejadinya bahkan Kevin kecil yang tak mengerti apa-apa ikut merasakan dengan apa yang bundanya rasakan sekarang.

"Bunda.....bunda jangan nangis ya." Kevin mengusap air mata yang keluar dari bundanya lalu Kevin tak segan segan mengecup kedua mata Yuni yang sekarang sudah tak berfungsi lagi.

"Pipin sayang bunda, sangat sayang." Ia kembali memeluk Yuni sayang, Yuni pun membalas pelukan dari Kevin.

"Hiks...bu...bunda..jug..juggaa...sayang Kevin."

"Iya bunda Pipin tau itu."

Setelahnya Kevin kecil mengantar ibunya kedalam kamar untuk segera beristirahat.

"Bundaa...bunda istirahat yaa Pipin bakal selalu jaga bunda."

Kevin membantu Yuni merebahkan dirinya diatas Kasur untuk menemani ibunya yang sedang menangis sekarang.

"Bunda mau minum? Pipin ambilkan ya," ucap Kevin dan segera keluar untuk mengambil air di dapur namun niatnya urung ketika tangannya ditarik kembali.

"Gak perlu sayang, yang bunda mau. Kevin temani bunda tidur disini ya." Yuni sedikit menggeser tubuhnya memberi tempat untuk Kevin tiduri.

"Pasti Pipin akan mau dong bun."

Yuni tersenyum mendengar jawaban dari anaknya ini. "Sini bundaa peluk Pipin," ucapnya ketika berhasil menaiki kasur.

Yuni menuruti apa yang diinginkan oleh Kevin, ketika dirasa Kevin sudah tertidur Yuni melepaskan pelukannya lalu mencium Kevin mulai dari kening sampai ke pipi Kevin.

"Maafkan bunda ya sayang. Bunda harus melakukan ini sama kamu."

Yuni turun dari kasurnya lalu mengambil sebuah kertas dan pulpen secara diraba dan menuliskan sesuatu walau ia tak tau bagaimana tulisannya apakah akan bisa dibaca atau tidak.

Setelahnya Yuni mengambil sebuah gunting yang biasanya ia simpan di dalam laci dan bersiap. "Selamat tinggal sayang."

Srekkkkkk

Yuni memutuskan nadinya lewat dari gunting itu. Darah mengalir hebat dari tangannya sekarang nafasnya tak beraturan lama kelamaan ia tak bisa meraup oksigen dan akhirnya....

"Eunghhhhhh.... Bundaa? Bunda kemana ya," ucap Kevin karena ketika dirinya bagun bundanya sudah menghilag begitu saja.

Ketika Kevin hendak turun dari kasur dirinya disugukan dengan pemandangan yang sangat menusuk hatinya. "Bundaaaa!!!!!!"

Ia melihat bundanya tergeletak tak berdaya bahkan darah yang masih mengucur belum kering, nafas yang sudah tak terasa. Kevin yang panik langsung keluar kamar dan memanggil bibi.

"BIIIIIII, BIIBIIIIIIII!!!!!!!!"

"Iya den kenapa teriak teriak?"

"Bunda bii, bundaaa." Kevin menarik bi Surti yang saat itu memang sudah bekerja bersama Yuni.

"Astagfirullah nyonya." Bi Surti menutup mulutnya tak percaya ketika melihat semuanya.

Surti berlari menghampiri Yuni dan memangku kepala Yuni dengan Kevin yang masih terus menangis histeris.

"Innalillahi wainnailaihi roojiun."

"Bunda kenapa bi?" tanya Kevin.

"Bunda sudah pergi den, pergi ketempat yang sangatt indah."

"Apa bi? BUNDAAAAA!!!!!!"

"Kamu harus kuat ya den."

"BUNDAAAAA!!!!"

Kejadian itu, waktu itu, hari itu, perlakuan itu tak akan Kevin lupakan.

______________________________________

­­HALLO GUYSSSS........

RAHMA BACKKK!!!!!

GIMANA NIH PART INI???? SERU GAA??? APA NANGIS KALIAN?? ATAU BIASA AJA???

AHH MAU GIMANAPUN KALIAN SEMOGA KALIAN SENENG DEH SAMA KARYA RHM INI HEHE

SO, JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT OKAYY!!!!

~SEE YOU~

Continue Reading

You'll Also Like

181K 6.9K 47
Vector ; Mirasusanti916 SEQUAL BENDAHARA VS BAD BOY Shakira Anggita Pratama, seorang bendahara di kelas XII Ipa-3 yang sudah melepas status jonesnya...
133K 6.4K 43
PLAGIAT? SONO LU JAUH-JAUH DARI HIDUP GUE Viana mahendra cewek cantik, manja dan terkadang polos yang hidup bersama kakaknya tanpa kasih sayang dari...
3.8K 221 54
ATTENTION‼ BACA AJA DULU, KALI AJA NYAMAN!! [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!] UPDATE SESUAI MOOD!! "Kata siapa sekolah ribet, menurut gua sih cuman data...
86.9K 5.3K 46
[BELUM REVISI] Follow dulu sebelum baca, yuk. 'Sejak dulu kamu hanya mengetahui namaku. Kita sedarah tapi tak searah.' -Keiyona Alsava Putri 'Bukann...