Send(u) ✔

By artizalanela

940 287 134

[Tidak Revisi] Di terbitkan oleh Guepedia Penerbitan #Rank 3 sukaduka (30 desember 2019) #Rank 4 anaktiri (30... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
pengumuman
Info

Chapter 9

31 9 1
By artizalanela

"Lo apain si Airin sampe lemes gitu?" ucap Dira.

Dira dan Nando baru saja sampai, sebenarnya Affan memang meminta mereka datang untuk weekend bareng. Affan bukan tipe cowok yang romantis, jadi mustahil menurutku jika Affan hanya berdua denganku. Di dalam mobil saja, kami berdua jarang mengobrol.

Affan bukan cowok yang perfect, dia tidak termasuk murid berprestasi tapi ia berbakat dibidang musik. Karena suaranya yang enak didengar membuat guru sering mengikutkannya lomba di bidang musik. Affan bisa bermain gitar dan juga menjadi vokal dalam satu grup band.

Karena itulah Affan sedikit famous dan memiliki fans meskipun tidak banyak.

"Gue ngajak dia naik tangga berjalan" ucap Affan.

"Bego, uda tau dia phobia" ucap Dira.

"Ya mana gue tau Ra, dan pantesan lo sama Airin selalu pakek tangga biasa" ucap Affan.

"Makanya jadi cowok tuh yang peka" ucap Affan.

"Udah, gue gapapa kok yauda mau kemana nih kita?" ucapku.

"Ke tempat makan dulu, biar kamu gak lemes lagi" ucap Dira.

"Tapi..." ucapku menggantung.

Aku mendengus kesal karena Dira menarik tanganku menuju restoran. Memesan beberapa minuman dan kue kecil.

Entah dari mana, Anto tiba-tiba datang menghampiri kami, duduk di sebelah Dira dan menyambar es punya Dira. Dengan santainya Anto menyedot es jus apel dan menghabiskannya hampir separuh.

"Dasar tukang palak, gak sopan banget" ucap Dira kesal.

"Lagi haus" ucap Anto. "Gue punya info penting buat kalian" sambung Anto.

"Apa infonya?" Ucap Affan.

"Kita harus membuka lagi kasus kematian Revan" ucap Anto.

"Ngapain?" Bantah Nando.

"Ini perintah dari dia, dia belum tenang dan masih berkeliaran di alam kita" ucap Anto.

"Ngaco" ketus Dira.

"Dia bener kok. Dia itu anak indigo dan yang penting dia emang sering bicara sendiri" ucap Affan.

"Serius? Tukang palak kayak dia tuh indigo?" ucap Dira terkekeh pelan.

"Sekali lagi lo manggil gue tukang palak, gue cium lo" ucap Anto.

Dengan badanku yang terasa agak lemas, aku termenung dan bayangan tentang Revan kembali terlintas di benakku. Bodoh sekali aku yang terus mengingat tentang Revan padahal sudah memiliki Affan. Senyumnya yang begitu manis, suaranya yang lembut dan perilakunya yang baik.

Tak heran jika Revan di idolakan banyak kaum hawa di sekolah, bibirku terasa melengkung dengan sendirinya.

Brakk!

Anto menggebrakkan meja dan membuatku membuyarkan lamunan. Dengan tawa kecilnya yang meledek, memang sungguh mengesalkan dan menjengkelkan. Entah mengapa Affan bisa mempunyai adik tiri yang tengil seperti Anto.

"Woy lo kesambet?" Ucap Anto.

Aku berdecak kesal "Ck! Enggak"

"Sekarang gimana caranya membuka kembali kasus Affan sementara ibunya aja udah menutup kasus itu?" Ucap Affan.

"Kita cari tau sendiri" ucap Nando.

Semua pandangan beralih ke Nando dan menatapnya serius. Tak terkecuali Anto yang dengan santainya masih menyedot jus apel milik Dira.

"Sabtu depan kan tanggal merah tuh, kita camping hari sabtu minggu" ucap Nando.

"Setuju" ucapku bersemangat.

"I love you" ucap Affan.

"Suasana kayak gini masih sempet-sempetnya" ucap Nando.

"Yauda gue cabut dulu" ucap Anto lantas berdiri dari tempat duduknya.

"Enak aja, bayar dulu minuman gue" ucap Dira.

"Mana ada tukang palak yang mau bayar" ucap Anto dan dengan santainya melengos pergi begitu saja.

•••

Waktu berlalu begitu cepat. Senja telah lewat di gantikan dengan awan yang gelap dan dipenuhi beribu bintang. Affan mengantarku pulang kerumah, bahkan untuk pertama kalinya dia mau masuk kedalam dan mengobrol sejenak dengan ayah.

Membicarakan tentang agenda camping minggu depan. Aku hanya mendengar Affan yang pantang menyerah mendapatkan izin dari ayah. Katanya Affan sanggup menjagaku, membuatku semakin takjub dengan kegigihannya.

Sampai tiga puluh menit lamanya aku hanya menjadi saksi bisu obrolan dua lelaki tersebut.

"Udah ya, kalo aku gak di izinin ikut gapapa kok yah" ucapku mencoba menengahi perdebatan antara ayah dan Affan.

"Ayah uda ngambil keputusan, Airin boleh ikut asal.." ucapan ayah menggantung.

"Asal apa om?" Ucap Affan penasaran.

"Asal Airin pulang dengan selamat dan gak boleh lecet" ucap ayah sambil tersenyum.

"Pasti dong om. Yauda Affan pulang dulu" ucap Affan bersemangat.

Aku mengantar Affan ke depan rumah dan menunggunya masuk mobil. Mesin mobil mulai menyala dan penampakannga hilang ditelan tikungan jalan. Aku langsung masuk ke dalam dan pergi ke kamar untuk membersihkan diri.

Setelahnya, aku pergi ke meja makan untuk makan malam. Tak ada percakapan apapun karena ibu sedang ada di kamar untuk istirahat.

Aku mencuci piring, mengambil satu cup eskrim dan membawanya ke kamar. Aku memakan eskrim sambil duduk di kursi dekat jendela agar bisa merasakan angin malam. Karena saat itu cuaca sedang cukup panas akibat sudah lama tak di guyur hujan.

Aku kesal mengapa disaat aku termenung selalu saja hal tentang Revan yang terlintas, apa benar Revan masih belum tenang dan masih berkeliaran di bumi. Ah sudahlah, aku mengambil ponsel dan membuka whatsapp lantas mengajak Affan video call.

"Assalamualaikum cantik" ucap Affan.

Aku tersenyum mendengarnya "Waalaikumsalam Apan

"Hei Affan ya bukan Apan"

"Coba deh bilang gitu ke ibuku, berani gak?"

"Kalo soal camer ya beda lagi, kalo pun dipanggil Apan ya gak masalah asal direstuin pacaran sama anaknya"

"Bisa aja lo emm maksudku bisa aja kamu"

"Oh iya ada apa, uda kangen ya?"

"Enggak! Siapa bilang"

"Biasa aja kali kalo kangen kan tinggal bilang doang"

"Terus lo bakal langsung datang sama bawa cokelat gitu"

"Enggak juga sih hehe"

"Hai kakak Airin. Affannya gue pinjem dulu ya" ucap Anto yang tiba tiba muncul dan menampakkan wajahnya di layar ponsel.

Tuuuut tuuut!

Panggilan dimatikan.

"Apaan sih lo ganggu gue mulu tau gak" protes Affan.

Samar-samar Affan melihat bayangan hitam yang melintas dengan cepat di hadapannya. Affan mengucek kedua matanya, apa memang penglihatannya sedang bermasalah. Anto masih memaku di samping Affan yang mulai melihat penampakan.

"Tuh kan pasti mata gue lagi bermasalah" ucap Affan.

Karena kedua orang tua Affan sudah berangkat dari tadi pagi, rumah yang cukup besar ini terasa begitu sepi. Padahal sebelumnya Affan juga tinggal berdua dengan ayahnya karena pembantu pulang saat petang.

Mungkin memang karena Anto penyebabnya, rumah nampak seperti ada aura-aura yang tak biasa dirumah ini.

"Selamat bertemu sama temen-temen gue dari alam lain" cengir Anto.

"Eh seriusan lo? Lo mau apasih hah?" Ucap Affan. "Keluar lo dari kamar gue" sambung Affan.

"Orang kayak lo takut hantu ya" ucap Anto sambil tertawa kecil.

Jangan lupa vote comment ya 💕

Salam santuy.

Continue Reading

You'll Also Like

8.4M 519K 33
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...
6.3M 484K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
2.4M 446K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] ❝school and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.❞▫not an...
483K 22.6K 93
Ratih berusia 30 tahun yang telah memiliki seorang anak lelaki bernama Dani dari suaminya yaitu Yadi. Ratih diganggu mahluk misterius yang menjelma s...