Bang Jeff 2.0

By februasies

110K 13.1K 863

"Sayang-" "Ssttt diem!" More

The Casts
Ka-jja?
Ter-Utama
Suprise(s)!
The Game Begin
The One and Only Man
Future, We Said
Peek A Boo!
Better That We Break
Plan Unplanned
(Un)grateful Accident
Bitter Little Escape
Unsaid Truth
Rivalry
Rearranging
Seat A8
On The Other Side
Comes To The End
Rules or Moves
Suffix
The Choices Between Confuseness
Move In
Not Jammin Jam
What You Say?
A Cup of Coffee
Empty-Fully
An Old Friend and Ice Cream
To Let Go
The Early Panic Attack
London's
A Home & An Evening
Happily Ever After
Rumah Cemara 25

One of These Nights

2.1K 324 4
By februasies

"Anjing, kan kemaren nggak dikunci!" umpat Jeff begitu sadar pintu yang mengarah ke tempat mobilnya terparkir sudah digembok.

"Abang, language" tegur Dinda dengan mulut masih penuh dengan popcorn.

"Sebel ih Nda masa dikunci?!" balas Jeff dengan nada merengek.

"Ya udah pake lift ke lantai satu, terus kita naik tangga darurat kesini lagi"

"Yakin? Kamu mau tunggu di bawah aja apa gimana biar abang yang ambil mobil"

"Ck, nggak usaaah. Udah ayo! Keburu ditinggal!" Dinda menarik lengan berotot itu kuat-kuat untuk mengikutinya ke arah deretan lift yang masih menyala.

Kedua pasangan itu baru selesai menonton salah satu film animasi Disney yang letak bioskopnya berada di lantai 5. Jeff sengaja menaruh mobil di lantai yang sama agar mereka tidak repot turun dan langsung keluar mall setelahnya.

Nahas, pintu keluar ke arah parkiran di lantai itu sudah terkunci dengan gembok sebesar telapak tangan Dinda terpasang di pintunya. Mau tidak mau, mereka harus ikut lift yang menuju lantai satu untuk naik lewat tangga darurat ke lantai 5 tempat mobil Jeff berada.

Karena terbiasa berolahraga, Jeffrian nggak masalah meski harus naik tangga ke lantai 10 sekalipun, yang ia lebih khawatirkan adalah pacarnya yang sudah ngos-ngosan menginjak lantai 2.

"Bentar, bentar. Istirahat dulu..." ajak pemuda jangkung itu, namun gadis di sampingnya menggeleng, "Ayooo jalan lagi..." jawabnya dengan napas tersengal.

"Kamu tuh! Napas udah tinggal setengah mending diem dulu! Istirahat. Nggak ada yang ngejar juga!" perintah Jeff sembari menarik lengan Dinda untuk duduk di sebelahnya.

Dengan telaten, Jeff menyeka keringat yang muncul di dahi gadis itu dengan punggung tangannya. Beruntung sisa hawa dingin dari pendingin ruangan mall masih terasa hingga ke tangga, sehingga sirkulasi udara tetap terjaga.

Keduanya kembali melanjutkan perjalanan dengan Jeffrian yang terus menyanyikan lagu pembuka kartun Crayon Shinchan sementara mereka berjalan. Sebagai salah satu upaya agar Dinda tidak terlalu merasa kelelahan.

"Itu yang ngunci pintu parkiran jam segini layak dihujat sih emang..." gumam Dinda setelah ia menyalakan pendingin mobil. "Jangan ngomel duluuu, nih minum" Jeff menyodorkan botol berisi air mineral yang langsung dihabiskan si bungsu.

Sudah masuk tengah malam, jalanan kota cenderung sepi karena mayoritas penghuni sudah berada di rumah masing-masing untuk berisitirahat. Padahal tadi mereka harus rela jam kencan mundur satu jam karena terhambat macet.

"Mau sop buntut nggak?" tanya Jeff.

"Boleh. Tapi jam segini ada emang yang jual sop buntut?"

"Ada. Tenang aja"

Begitu Jeff menjawab demikian, Dinda memilih merebahkan diri. Bermaksud mengecek pemberitahuan di ponsel nya karena seharian ini ia memilih mematikan benda persegi panjang itu. Namun baru lima menit melihat deretan email yang belum terbalas, mata si bungsu sudah menutup rapat, lengkap dengan deru napas teratur yang mengisyaratkan ia sudah jauh masuk ke alam mimpi.

Berhenti sejenak, Jeff mengambil selimut yang sengaja ia simpan di mobil untuk Dinda jika sewaktu-waktu gadis itu tertidur seperti ini. Melihat lingkaran hitam di bawah mata pacarnya, membuat Jeff mellow sendiri.

Di kampus si bungsu sudah mulai pekan ujian akhir, itu berarti waktu semua mahasiswa aktif dihabiskan untuk melahap sekian banyak bahan ajaran untuk kemudian dipertaruhkan pada lembar jawaban.

Karena masih terhitung mahasiswa baru, dalam sehari, Dinda bisa mengerjakan soal UAS untuk 2-3 kelas, entah sit in atau praktek lainnya. Belum lagi harus menghafal materi sekian banyak, si bungsu masih kaget dengan perbedaan kuliah dengan masa sekolahnya dulu.

Pernah satu waktu Jeff ditelfon jam 2 pagi untuk mendengar pacarnya menangis sesenggukan di seberang telepon sambil mengeluh kalau ia sudah salah pilih jurusan.

Tubuh Dinda tersentak pelan saat dalam mimpinya ia hampir terjatuh dari lantai tertinggi gedung kampusnya, dan perlahan mengumpulkan kesadaran bahwa mobil pacarnya tidak lagi melaju, melainkan berhenti di satu titik yang entah dimana.

Tidak ada Jeff di kursi pengemudi, membuat si bungsu mendadak panik. Ia sudah hendak membuka handle pintu saat pemuda berlesung pipi itu menyusul nya dengan wajah tenang.

"Selamat malam, Putri Tidur. Makan yuk" ujar Jeff sembari menyisir pelan rambut kekasihnya. "Ini dimana? Makan apa?" tanya Dinda.

"Tadi katanya mau sop buntut?"

Jeff memapah tubuh yang lebih kecil itu ke kedai makanan berukuran sedang dengan tulisan 'SOP BUNTUT PAK SEGER' berwarna jingga di bagian atap nya. Dari tempat Dinda berdiri, wangi gurih bercampur rempah-rempah menggelitik hidung hingga perutnya yang kosong.

"Kok sepi ya? Apa nggak enak? Kita pulang– "

"Ya emang sepi gegara udah tutup, sayaaang" balas Jeff cepat. Dinda menaikkan sebelah alisnya, "Tutup? Tapi kok buka?" tanyanya bingung. Bahkan mendengar pertanyaan nya sendiri membuat si bungsu makin bingung.

"Ck, udah duduk dulu aja. Paaak, 2 porsi ya!" seru Jeff sembari memaksa sang pacar duduk.

Pemuda jangkung itu terkekeh kecil saat melihat wajah si bungsu yang masih berusaha mengumpulkan kesadarannya plus berusaha mencerna informasi darinya barusan. Bibir yang dipoles liptint warna merah itu maju beberapa mili dari biasa, beserta dahi yang sedikit berkerut.

"Ini tuh langganan aku sama Ten dari jaman maba dulu. Makanya bisa pesen tempat pas udah tutup. Untung abang udah sohib banget sama yang punya" jelas Jeffrian pada akhirnya.

"Kenapa kudu ngerepotin orang lain sih, bang? Kan kasihan bapaknya juga butuh istirahat!" tegur si bungsu.

Jeff menggeleng pelan, "Bapaknya nggak repot kok, kan dibayar. Lagian kasihan nih pacar abang kurang nutrisi, kurang vitamin, gara-gara lupa makan terus. Kalo kata Bunda, Dinda tiap capek, nggak enak badan dan nggak enak hati, obatnya cuma sop buntut. Mungkin nggak akan sama rasanya kaya buatan Bunda, abang juga nggak ada nyali buat masak yang ginian, jadi ini aja ya..."

Gadis berponi depan itu terdiam beberapa saat. Menatap balik manik mata kecokelatan itu lekat-lekat. Ada rasa hangat menjalar ke seluruh bagian tubuhnya. Rasa penat dan lelah yang seminggu ini ia rasakan seolah terangkat sempurna tanpa sisa.

Dinda tidak ingat kapan terakhir kali menatap Jeffrian sedekat ini, se lama ini, se intens ini. Ia biasa hanya melirik pemuda itu sekilas dan kembali menekuri buku-buku tebal perkuliahan nya ketika Jeff mampir untuk menemaninya belajar.

Mendadak ia merasa sangat bersalah karena kelewat sibuk hingga lupa mungkin saja Jeff juga butuh diperhatikan layaknya dirinya.

"Abang... Maaf tadi aku sempet marah-marah... Sampe mau ngusir abang pulang..." lirih Dinda.

"Nggak apa-apa kok, wajar aja reaksi kamu begitu karena lagi banyak pikiran dan tekanan. Abang paham, nggak mudah untuk adaptasi sama lingkungan baru, harus mengikuti sistem yang bertolak belakang sama sekolah yang lama. Tapi abang nggak suka kalo kamu belajar sampe lupa waktu. Nggak jaga makan, tidur pagi terus sampe matanya bengkak gitu. Yang ada kamu sakit nanti. Nggak bisa ngampus, nggak bisa jalan-jalan. Emang mau?"

Dinda menggeleng lemah sebagai jawaban. Ia memainkan kukunya gugup. "I'm so sorry"

"Kamu nggak harus minta maaf ke abang, minta maaf sama diri sendiri yang bener. Udah ya, jangan gini lagi. Sibuk boleh, stress boleh, tapi jangan lupa tubuh butuh dikasih asupan makanan yang cukup"

Tepat setelah Jeff berujar demikian, dua porsi sop buntut lengkap dengan nasi, sambal dan potongan jeruk limau terhidang di meja. Kedua mata Dinda yang semula terasa sangat berat, kini terjaga seutuhnya.

Sembari melahap makan malam, keduanya bertukar cerita apa saja yang sudah terlewat seminggu belakangan. Tentang Saka yang akhirnya punya pacar setelah sekian lama sendiri, tentang kucing kampus warna cokelat muda yang biasa dipanggil Dinda dengan sebutan 'manis' yang ternyata sudah punya anak berjumlah 5 atau perkembangan pernikahan Johnny yang akan dilaksanakan sebentar lagi.

"Abang habis tugas akhir mau ngapain?" tanya Dinda setelah mereka sama-sama duduk di dalam mobil. Mulai lusa, Jeff sudah sibuk magang di salah satu perusahaan yang berjarak 2 jam dari kota mereka.

"Hmmmm nggak tahu..." jawab pemuda itu gamang.

"Baru kali ini aku denger abang bilang nggak tau soal rencana ke depan..." balas si bungsu sembari membetulkan seat belt nya.

Jeffrian terbiasa dengan pola didikan yang mengharuskan ia dapat merencanakan prospek masa depannya sejak kecil. Semua orang yang dekat dengannya tahu itu. Setidaknya, Jeff sudah harus tahu langkah apa yang akan diambil setelah menyelesaikan kuliahnya yang tinggal hitungan bulan.

"Masih bingung mau kemana. Kamu besok udah mau ambil peminatan apa pas semester 5?"

"Semester awal gini masih nggak seberapa paham, bang. Tapi udah minat ke cultural studies aja. Meneliti manusia. Winwin mau ambil linguistic biar dibantuin kakak sepupunya gitu deh"

"Ya kamu ikut aja. Lumayan kan nggak terlalu mikir ntar"

"Nggak deh, linguistic banyak hafalan nya. Mending CS aja pake nalar"

Si pengemudi hanya mengangguk kecil sebagai balasan dan kembali fokus pada jalan. Suara IU dengan Palette nya menggema ke seluruh penjuru mobil sementara keempat roda kendaraan Jeff melaju. Sejak pacaran, playlist dalam mobil sedan itu tidak hanya lagu-lagu Ed Sheeran milik Jeff, namun juga deretan lagu kpop kesukaan Dinda.

"Nda... Nanti kamu selesai kuliah mau ngapain?"

Dinda yang tadinya melihat ponsel langsung menoleh, "Jangankan kelar kuliah, ini aja aku masih mikir gimana survive sampai empat tahun ke depan, bang..." jawabnya dengan wajah melas.

"Yaaaa kan siapa tau kamu udah ada pikiran mau ngapain gitu..."

Dahi gadis itu berkerut kecil beberapa detik sebelum kembali angkat suara, "Mau kerja. Mau cari duit yang banyak, mau nyenengin diri sendiri dulu, pokoknya nikmatin hidup. Mau keliling dunia pake duit sendiri kalo bisa... Terus mau nonton konser kpop di Korea sana hehe" jelas si bungsu. Manik mata gadis itu berbinar hanya dengan membicarakan rencana hidupnya empat tahun ke depan.

"Nggak mau sama abang, nih? Mau semua sendiri?" tanya Jeff dengan nada jahil. Padahal kepalanya sudah pusing mendadak setelah mendengar jawaban pacarnya barusan.

"Ya kalo bisa sama abang, ya sama abang lah. Tapi emang abang mau nemenin aku nonton konser nya Jaehyun di Korea? Ntar yang ada makin cemburu nggak jelas"

"Oh kalo nonton Jaehyun sih kamu harus abang temenin biar nggak aneh-aneh"

Dinda tertawa pelan, "Lagian mau aneh-aneh apa sih aku sama Jaehyun??? Orang dia nggak tau aku ini. Suka aneh deh abang" balasnya.

"Berarti... Dinda mau seneng-seneng dulu gitu? Nikmatin diri sendiri?" tanya Jeff lagi. Si bungsu mengangguk cepat, "Sebenernya dari sekarang juga bisa. Cuma kalo aku lebih mentingin seneng-seneng, yang ada molor nanti kuliahnya... Pokoknya sekarang usaha konsen di studi dulu, nanti kalo udah lulus terus punya kerjaan dan banyak uang, mau nikmatin buat diri sendiri. Itu yang utama"

Gadis berponi depan itu melirik pacarnya penasaran, "Abang tanya gini ke aku, tapi pas aku tanya tadi jawabannya cuma nggak tau... Bagi-bagi kek rencana nya!" goda si bungsu.

Seulas senyum tipis muncul di bibir Jeff, "Ada deh! Mau tau aja kamu tuh!" balas si lesung pipi yang langsung mendapat cibiran dari kursi sebelah.

Mata dan konsentrasi Jeffrian boleh jadi berada di mobil, terpecah antara menyetir dan mendengarkan cerita Dinda, namun pikiran nya sudah melanglang jauh kemana-mana.

Gamang di hatinya semakin jelas terasa. Kali ini Jeffrian benar-benar harus memutar otak agar semua sesuai rencana dan harapannya.






Namun kadang ia lupa Tuhan adalah pengendali atas segala rencana umatNya.

🌻



Hai!




Sebelumnya, terima kasih untuk sekian banyak pesan dan komentar yang masuk sarat dukungan ke aku karena curhatan di cerita sebelumnya.

Feels like i don't deserves those kindness from you guys, but thank you so much. I mean it.



Maaf kalo belum sempat membalas satu persatu, tapi aku baca semua kok. Terima kasih banyak sekali lagi.





Semoga segala doa yang baik-baik kembali ke kalian ya. Be happy always💚

Continue Reading

You'll Also Like

133K 17.2K 20
[15+] Bagaimana jika Ivana dipertemukan kembali oleh laki-laki yang pernah membuat hatinya terombang-ambing? Tapi dalam posisi laki-laki itu sudah me...
847K 84.8K 47
Ketika menjalankan misi dari sang Ayah. Kedua putra dari pimpinan mafia malah menemukan bayi polos yang baru belajar merangkak! Sepertinya sang bayi...
11.4K 1.8K 41
[TERBIT] [PART LENGKAP] [Romance] [Uwu-able] - Sebuah malam yang suram, awal kisah baru dimulai dengan perjalanan hidup berubah seratus delapan puluh...
1.6M 59.3K 39
"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Tapi apa setelah perpisahan akan ada pertemuan kembali? ***** Ini cerita cinta. Namun bukan cerita yang bera...