Rewrite the Stars [COMPLETE]

Bởi padfootblack09

4.6K 629 57

"We are hopeless after all..." Wendy . . . . Repost my own story from my oneshoot collection book. Xem Thêm

Chapter 1 Trending Again
Chapter 2 Busy Morning
Chapter 3 Lost Contact
Chapter 4 Best Priority

Rewrite [END]

1K 130 25
Bởi padfootblack09

Yoongi berhasil memaksa Seungwan untuk menjemputnya di dorm Seungwan. Setelah berdebat panjang mengenai keamanan dan kemungkinan tertangkap oleh para paparazzi, Seungwan akhirnya mengalah. Yoongi berhasil meyakinkan Seungwan bahwa mobil yang baru Yoongi beli tidak akan membuat mereka tertangkap.


Tidak perlu menunggu lama bagi Yoongi untuk menunggu Seungwan di basement parkiran dorm milik Seungwan. Dua menit berselang, gadis itu telah tertangkap netra Yoongi, memakai padding tebal, masker dan topi hitam, Seungwan langsung mengenali mobil Yoongi. Ia masuk ke kursi penumpang di samping Yoongi.


"Hey." Sapa Yoongi, melepas topi dan masker Seungwan, ia memeluk Seungwan dengan sangat erat. Dadanya sudah bergemuruh sejak netranya menangkap sosok Seungwan tadi—kerinduan yang terpendam setelah sekian lama.


"Hey." Balas Seungwan agak serak.


"Kau menangis?" tanya Yoongi.


Seungwan menggeleng dalam dekapan Yoongi. "Mau kemana kita?"


"Sungai Han." Kata Yoongi melepaskan tubuh Seungwan.


"Tempat itu berbahaya Yoongi—banyak paparazzi mengincar para selebritis."


"Kita tetap di dalam mobil, aku hanya ingin duduk denganmu sambil melihat langit yang luas." Yoongi berkata, ia melihat Seungwan lebih dekat dan baru menyadari Seungwan mengalami penurunan berat badan yang cukup drastis. Ia baru tidak bertemu Seungwan selama satu bulan dan lihatlah bagaimana Seungwan sekarang.


Yoongi menghembuskan nafasnya yang tiba-tiba berat. "Kau kehilangan berat badanmu."


Seungwan mengulum bibirnya, ia mengeratkan paddingnya, menutupi tulang selangkanya yang terlihat sangat menonjol. "Aku akan merilis album, Yoongi-ah."


"Makan denganku setelah ini." Ucap Yoongi, tahu Seungwan berbohong. Ia memutar setirnya, keluar dari lapangan parkir.


Yoongi benar-benar tidak menyia-nyiakan waktu singkatnya saat bertemu Seungwan, selama dua puluh menit perjalanan mereka ke sungai Han, tangannya selalu menggenggam erat tangan Seungwan—hanya melepasnya untuk mengganti perseneling, menyentuh pipi Seungwan ketika sempat dan melihat wajah Seungwan sesering mungkin. Yoongi sadar ia tak akan mendapat momen ini lagi dalam waktu dekat.


"Kau masih membaca komentar-komentar mereka?" Yoongi bertanya, mobil Yoongi telah terparkir rapi di lapangan luas, pinggiran sungai Han. Suasana sangat sepi saat itu, hanya ada mobil Yoongi dan sebuah mobil silver metalik di ujung kelokan pinggir sungai Han.


Seungwan menghela nafas beratnya, ia kemudian menggeleng, memiringkan tubuhnya guna mempermudah pandangannya kearah Yoongi.


Yoongi tersenyum kecil, ia mengangkat tangannya hanya untuk mengusap ubun-ubun kepala Seungwan, kemudian tangannya beralih ke perseneling yang memisahkan tempat duduk keduanya, menekan sebuah tombol disana, kemudian perseneling itu turun ke dasar, menghilangkan batas mereka berdua. Yoongi menarik tangan Seungwan, Seungwan secara otomatis mendekat, menyandarkan kepalanya di bahu Yoongi dengan nyaman.


Keduanya tersenyum. Yoongi menciumi ubun-ubun Seungwan dengan bahagia. Sejenak mereka berdua lupa akan apa yang tengah mereka alami saat ini—mereka mulai berciuman.


Mereka sanggup bertahan seperti itu sepanjang malam. Yoongi bersumpah.


Seungwan melepaskan ciuman mereka—keduanya terengah-engah, menghirup banyak-banyak udara di sekitar mereka tanpa mengambil jarak satu sama lain, tatapan mereka bertubrukan—kemudian keduanya tersenyum, terkekeh kecil.


"Seungwan-ah." Kata Yoongi, ia mengusap kepala Seungwan untuk kesekian kalinya. "Kita perlu bicara tentang banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini."


Tatapan Seungwan berubah serius, ia menggigit bibirnya lalu mengangguk membenarkan perkataan Yoongi.


"Kau mematikan ponselmu." Kata Yoongi, tanpa berusaha menghakimi Seungwan.


"Aku perlu waktu berpikir—"


"Aku mengerti." Yoongi mengangguk, lalu tersenyum lembut. "Dua minggu waktu yang sangat singkat untuk memutuskan sesuatu sesulit ini, bukan?"


Seungwan mengulum bibirnya, merasa tidak nyaman, ia mengalihkan matanya. "Ya, dua minggu begitu sulit."


"Lihat kesini, Seungwan—tidak apa-apa, aku mengerti." Yoongi meraih dagu Seungwan.


Seungwan tetap saja menghindar, bukan perasaan tidak nyaman yang ia rasakan, namun perasaan bersalah dan sesak luar biasa.


"Apakah semuanya baik-baik saja?"


Seungwan mengangguk dengan ragu, enggan membalas perkataan Yoongi.


"Wan?" tanya Yoongi tak yakin.


"Hm?"


"Semua baik-baik saja?"


Seungwan mengangguk sekali lagi. Ia mengalihkan pandangannya dari mata Yoongi, memilih lampu taman temaram di ujung kelokan pinggiran sungai Han. Benaknya berkelana, mengingat kembali keputusan yang ia ambil beberapa hari yang lalu, sesak mendera dada Seungwan, dan tiba-tiba saja matanya berkabut.


"Wan?" Panggil Yoongi. Nada khawatir terdengar jelas.


"Yoon—" balas Seungwan, agak tersendat.


Yoongi menyipitkan kedua matanya, memiringkan kepalanya dengan curiga, ia bertanya, "kau berkata apa pada perusahaan???"


Seungwan melihat Yoongi sebentar dengan mata berkabutnya, kemudian mengalihkan lagi matanya pada lampu taman—tidak tahan melihat mata tajam Yoongi, Seungwan tahu ia tak pernah bisa berbohong pada Yoongi.


"Aku mengonfirmasi perusahaan bahwa—kita tidak punya hubungan apa-apa."


Yoongi terperangah. Ia menggeleng pelan, tidak mau mengerti perkataan Seungwan. "Wan—"


"Perusahaanku akan mengkonfirmasi tidak ada hubungan apa-apa antara kita berdua." Kata Seungwan lagi.


Yoongi menggeleng lagi, masih mencerna kalimat Seungwan—bukan. Bukan berarti Seungwan memutuskan hubungan mereka, bukan berarti ini akhir dari segalanya.


"Kau masih ingin menyembunyikan hubungan kita?"


Seungwan menggeleng keras, menghembuskan nafas beratnya, ia berkata dengan satu kali tarikan nafas. "kita harus berhenti disini, Min Yoongi."


Perut Yoongi seakan dicengkram sesuatu, jantungnya berpacu abnormal dan dadanya terasa nyeri. Menyangkal semua itu, Yoongi berkata, "Son Seungwan, kau tahu persis aku tidak suka bercanda."


"Dan kau tahu persis aku tidak pernah bercanda, Min Yoongi."


Ganti Yoongi yang menggeleng, berusaha menahan emosinya, ia bertanya, "Wan, kenapa? Kita sudah sering mengalami hal seperti ini, kita sudah berhasil melewati semuanya dengan baik, lalu kenapa sekarang?"


Seungwan menghembuskan nafasnya yang berat. "Yoon, kejadian yang sudah banyak kita lalui ini bukan berarti harus menjadi kebiasaan untuk kita."


Yoongi melihat Seungwan lekat-lekat, Seungwan yang sedang berperang dengan genangan air mata di pelupuk matanya.


"Aku tidak bisa terbiasa melihat memberku menderita—aku tidak bisa terbiasa dengan komentar kebencian yang semua terarah kepadaku." Ujar Seungwan berusaha tenang. "Apa kau tahu apa yang terjadi pada anggota grubku yang lain? Apa kau tahu kalau aku melihat Yerim diam-diam menangis di kamarnya karena ia dikutuk oleh mereka? Apa kau tahu aku tak sengaja mendengar Sooyoung membatalkan perannya karena takut berakting di depan kamera lagi? Karena artikel rating dramanya yang buruk mencuat ke permukaan lagi? Lalu bagaimana dengan Seulgi? Seulgi yang mendapat komentar kebencian lagi setelah ia terpaksa putus dengan Jimin? Irene-unnie yang harus menanggung semua beban kami berempat?"


Yoongi menggeleng, sesak sekarang mendera dada Yoongi yang memang sudah nyeri, sekarang ganti Yoongi yang berperang dengan air matanya yang melesak hendak keluar. Menolak pernyataan Seungwan, ia berkata, "Coba pikirkanlah bagaimana dengan dirimu sendiri Seungwan, pikirkan bagaimana perasaanmu—"


Seungwan menggeleng agak frustasi—menghentikan kalimat Yoongi, ia bertanya, "Apa kau tahu betapa penggemarmu sangat membenciku? Mereka bahkan menghujat kedua orang tuaku, Min Yoongi."


Yoongi menyandarkan tubuhnya dengan lemas ke sandaran kursi, mengerang, ia membuang nafas ke udara.


"Kita bahkan belum mengumumkan ke publik—bagaimana kalau sampai mereka semua tahu—"


"Mereka tidak akan pernah tahu kalau perusahaan tidak mengonfirmasi itu, Son Seungwan." Balas Yoongi agak keras.


"Dispatch sudah memiliki foto kita. Aku memberi tahumu, kalau kau belum tahu." Bisik Seungwan merasa tak berdaya.


Yoongi terperangah untuk kedua kalinya, memejamkan matanya erat-erat, ia memukul setirnya.


"Kita tidak bisa terkungkung terus bersama Min Yoongi. Kita tidak bisa terus bersembunyi."


Yoongi membenarkan posisi duduknya, menghadap Seungwan sepenuhnya, digenggamnya kedua tangan Seungwan dengan erat. Matanya menatap dalam bola mata cokelat milik Seungwan, "Kau tahu 'kan kalau aku mencintaimu, Son Seungwan?"


Seungwan akan menangis berhari-hari karena Yoongi mengatakan ini.


"Aku juga tahu kalau kau mencintaiku" lanjut Yoongi. "itu bukan sesuatu yang ingin kita sembunyikan, bukankah begitu? Aku tahu semua hal diantara kita memisahkanmu, jauh dari jangkauanku. Jadwal kita yang super padat, terpaksa tidak mengenal di tempat umum, bahkan berkencanpun harus bersembunyi. Memang seperti itu, aku tahu. Tapi kau ada dalam hatiku, Seungwan. Aku mencintaimu dan tidak ada yang bisa menghentikanku untuk memilih bahwa kaulah kekasihku. Tidak managerku, tidak fansku, tidak juga para netizen."


"What if we rewrite the stars?" lanjut Yoongi mengusap puncak kepala Seungwan, ia lalu tersenyum, dengan tatapan memohon ia berkata, "Say you were made to be mine."


Yoongi menarik tubuh Seungwan lagi, Seungwan yang masih berperang dengan kefrustasian dengan hatinya sendiri hanya mengikuti Yoongi. Merasakan tubuhnya tertarik dan berakhir dalam dekapan hangat Yoongi, entah bagaimana semakin membuat hati Seungwan nyeri.


"Tidak ada yang bisa memisahkan kita, wan. Kaulah seseorang yang akan kutemukan dalam hidupku." Seungwan mendengar Yoongi berkata, agak parau, berperang dengan tangisnya. Yoongi mengecup ubun-ubun kepala Seungwan, "Itu semua terserah padaku dan terserah padamu. Tidak ada yang bisa memutuskan akan menjadi apa kita nanti, jadi kita bisa melukiskan takdir, karena dunia milik kita berdua."


Seungwan menggeleng dalam dekapan Yoongi, sangat tidak setuju pada kalimat Yoongi yang selama ini sering diucapkannya pada Seungwan, "What if we rewrite the stars?". Pertanyaan bodoh yang sangat tidak perlu dijawab. Tidak ada yang bisa mengalahkan takdir. Termasuk mereka berdua.


Seungwan melepaskan rengkuhan Yoongi, dilihatnya mata Yoongi dengan nanar, "Kau pikir ini mudah?"


Dilihatnya kekecewaan dalam mata Yoongi, sesuatu yang membuat Seungwan semakin ingin menangis. "Kau pikir aku tidak mau bersamamu? Kau pikir aku tidak ingin melewati semua ini bersamamu?" lanjut Seungwan.


"Kita berdua tahu—banyak halangan di hadapan kita, Min Yoongi. Ada pintu yang tidak bisa kita lewati. Ada dinding yang tidak bisa kita tembus. Ada banyak hal yang tidak bisa kita hadapi." Seungwan akhirnya kalah dengan air matanya, terus merembes mengalir di pipinya, "Aku tahu kita bahagia bersama. Kita mencintai satu sama lain, tapi cobalah lihat keluar Yoongi—"


Seungwan tersendat, jantungnya terasa ditusuk sesuatu kendati ia belum mengucapkan kalimat ini, "—benar-benar tidak ada harapan untuk kita berdua."


Pupil Yoongi melebar—Seungwan dapat melihat luka yang menganga lebar disana.


"We are hopeless after all—" kata Seungwan tercekat.


Meski begitu Yoongi masih merasa itu tidak benar, ia menggeleng—. Tangannya mencoba meraih tubuh Seungwan lagi, tapi Seungwan menjauh.


"Kita tidak bisa merubah takdir kita. Bagaimana kau bisa berkata bahwa akulah takdirmu?" Isak Seungwan sekarang terdengar, air mata sudah membanjiri seluruh wajah Seungwan, dan luka Yoongi semakin menganga. Menghembuskan nafasnya yang luar biasa berat, Seungwan melanjutkan, "Semuanya berusaha memisahkan kita dan aku bukanlah orang yang akan kau temukan."


"Wan—"


"Ini bukan terserah padamu, atau terserah padaku—"


"Wan—"


"Mereka semua sudah menentukan akan menjadi apa kita nanti. Bagaimana kita bisa melukiskan takdir kita?"


"Wan—"


"Kita akan berujung pada perpisahan. Apapun yang terjadi."


"Wan—" Lirih Yoongi, tak tahu lagi harus berkata apa. Seungwan dapat melihat luka di mata Yoongi yang kini berdarah-darah.


Dengan air mata yang masih mengalir di pipi, Seungwan mendekati Yoongi, meraih dagu Yoongi kemudian mencium bibirnya dengan dalam. Kesedihan dan kefrustasian tersampaikan melalui ciuman mereka. Yoongi bersumpah ini adalah ciuman yang paling emosional dan paling dalam yang pernah mereka lakukan.


Seungwan melepaskan pagutannya, ia mengusap kedua pipi Yoongi, "No one can rewrite the stars, Min Yoongi." Seungwan tersenyum. "No one."

.

We can't rewrite the stars, Min Yoongi, we can't.

.


Agencies of Red Velvet's Wendy and BTS's Suga Respond to Dating Reports


SM Entertaiment and BigHit Entertaiment have responded to the dating reports between BTS's Suga and Red Velvet's Wendy.

On December 25, it was reported that the two idols are currently in a relationship. The reports stated that the two had started dating three or four months ago.

Sm Entertaiment stated, "With interest in each other, they met up a few times, but they are not dating."

BTS's agency, BigHit Enterataiment also released the following statement. "We take the same position as SM."

.

.

.

.

fin.

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

1M 84.8K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
97.1K 2.7K 10
WARNING : 18+ Bijaklah Memilih Bacaan Agnis, seorang pengembara miskin tak pernah menyangka harus berutang nyawa pada seorang penyihir angin yang can...
240K 6.6K 22
Aku tahu ini gila! apa aku sudah tidak waras karena aku tidak punya teman? ya, aku sendiri tidak percaya aku mencintai guru ku sendiri. dia memang ta...
474K 5K 86
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...