Hafiza (END-COMPLETED) ✔

By manisatunisa

5.9M 336K 8.7K

Seorang anak asisten rumah tangga menikah dengan anak majikannya? Apakah itu mungkin? Hmm.. Inilah cerita... More

٢
٣
٤
٥
٦
٧
٨
٩
١۰
١١
١٢
١٣
١٤
١٥
١٦
١٧ (Dev POV)
١٨
١٩
٢۰
٢١
٢٢
٢٣
٢٤
٢٥
٢٦
٢٧
٢٨
٢٩
UP
٣۰
٣١
٣٢
AUTHOR POV
٣٣
٣٤
٣٥
٣٦
٣٧
٣٨
SEPUCUK SURAT DARI HAFIZA
٣٩
٤۰
٤١
MAAF
٤٢
٤٣
٤٤
٤٥
٤٦
SEPUCUK SURAT DARI AUTHOR
EXTRA PART
SARAN
GC
AZZAM
PUBLISH AZZAM?
INFO SEKUEL

١

357K 13K 227
By manisatunisa

Hari ini ku awali hariku seperti hari-hari biasanya. Tapi bedanya jika sebelumnya aku sesegera mungkin menyelesaikan pekerjaanku karena harus berangkat kuliah, kali ini aku tidak terburu-buru karena alhamdulillah aku sudah menyelesaikan kuliahku.

Namaku Hafiza, usiaku dua puluh dua tahun sekarang. Jika ada yang berpikir aku bisa kuliah karena aku anak orang kaya, itu salah. Aku adalah anak yatim piatu. Ayah dan Ibuku meninggal saat aku duduk di bangku SMA karena sebuah kecelakaan. Beruntung, ada seorang janda baik hati yang mau mengasuhku hingga sekarang. Bibi Iroh namanya. Beliau adalah orang yang sangat baik, Bi Iroh sudah seperti ibuku sendiri. Bi Iroh adalah tetanggaku di kampung. Ia juga hidup sebatangkara karena suaminya sudah meninggal dan belum dikaruniai anak.

Saat aku lulus SMA, Bi Iroh mengajakku pergi ke Jakarta untuk ikut bersamanya, karena Bi Iroh tidak bisa berbuat banyak untuk menguliahkanku. Akupun ikut bersamanya karena aku juga tahu aku tidak punya apa-apa untuk melanjutkan kuliah. Bisa bersekolah sampai tamat SMA saja aku sudah bersyukur, itupun karena aku mendapat beasiswa.

Tapi Allah sangat baik padaku. Majikan tempat Bibi Iroh bekerja ternyata adalah orang yang sangat baik hati. Namanya Ibu Sandra, beliau juga seorang janda karena suaminya juga meninggal karena suatu penyakit yang aku juga tidak tahu penyakit apa itu. Ibu Sandra sangatlah baik, beliau menyuruhku untuk kuliah. Awalnya semua biaya ditanggung oleh Ibu Sandra tapi setelah beberapa bulan berkuliah aku mulai mencari informasi tentang beasiswa. Aku tidak enak hati jika terus-terusan merepotkan Bu Sandra. Dan untunglah aku bisa mendapat beasiswa walaupun tidak penuh.

"Non Delia makan dulu ya? Habis itu minum obat." ucapku pada anak bungsu Ibu Sandra.

Delia namanya, usianya lebih muda dariku. Mungkin selisih usia kami hanya sekitar dua atau tiga tahun. Dia sedang duduk di bangku SMA sekarang. Saat ini putri majikanku itu sedang sakit karena merindukan kakaknya yang aku sendiri tidak pernah melihat putra pertama Bu Sandra itu. Lebih kurang aku sudah tinggal di rumah ini selama tiga tahun. Tapi tak pernah sekalipun aku melihat putra Bu Sandra yang bernama Dev itu. Aku tidak tahu kenapa putra pertama Bu Sandra itu tidak pernah pulang. Padahal putra keduanya tinggal bersama Bu Sandra walaupun sudah menikah.

"ngga mau Mba, aku mau ketemu sama Kak Dev baru abis itu mau makan sama minum obat." jawabnya.

'Kak Dev' adalah nama yang terus Delia sebutkan. Itu adalah nama putra pertama Bu Sandra. Sejak kemarin Delia terus saja menyebutkan nama kakaknya itu ketika disuruh untuk makan. Dia terus mengatakan kalau dia hanya akan makan ketika kakaknya itu datang menemuinya. Aku juga heran, kenapa masih ada saja orang yang menyia-nyiakan keluarganya.

"terus kapan sembuhnya kamu kalo nunggu kak Dev sayang?" sahut Bu Sandra yang baru masuk ke kamar Delia.

"Emm maaf Bu, Non Delia tetep gak mau makan." ucapku sambil berdiri.

"tuh kan Za, kamu aja yang biasanya bisa bujuk dia gak bisa bujuk juga kan sekarang. Gimana saya?" ucap Bu Sandra.

Delia memang anak yang manja, mungkin karena memang semua orang memanjakannya. Dari Bu Sandra sendiri, Mas Derrel putra kedua Bu Sandra dan juga Non Risa istri Mas Derrel. Setiap hari ada saja yang membuat orang-orang pusing karena keinginan Delia. Salah satunya adalah sulitnya Delia untuk makan. Bu Sandra bilang sebelum aku datang Delia susah sekali untuk diminta makan. Tetapi setelah aku datang dan membujuk Delia, dia jadi anak yang penurut. Entahlah, aku juga tidak tahu apakah itu benar atau tidak. Yang pasti, sekarang Delia tetap tidak mau mendengarkanku. Dan terus saja menyebut nama kakaknya.

"Kak Dev emang keterlaluan Ma, apa susahnya sih pulang ke sini?" sahut Mas Derrel yang sepertinya akan berangkat ke kantor.

"Deekkk, kamu makan ya? Sama aku sama Mama kan sama aja. Gak usah nunggu kak Dev ya? Kamu mau makan sama apa? Hm? Biar aku yang beliin atau mau dibeliin sama Kak Risa? " ucap Mas Derrel beralih membujuk adiknya itu.

Namun dengan tegas, Delia menggelengkan kepalanya. Sebenarnya sudah dua hari Delia sakit. Sejak saat itu dia sama sekali tidak mau makan apalagi meminum obatnya. Hari ini wajahnya semakin pucat karena hal itu.

"kalau begitu saya permisi Nyonya, Mas, Non." ucapku undur diri.

"iya Mba, nanti Mba Fiza kesini lagi kan Mba?" tanya Delia.

Walaupun dalam keadaan sakit, Delia masih bisa bercerita tentang banyak hal. Setiap hari ia selalu memintaku untuk mendengarkan ceritanya yang didominasi tentang kakak pertamanya itu, Devin. Dari cerita Delia aku menyimpulkan bahwa putra pertama Bu Sandra itu juga sangat menyayangi Delia.

Delia pernah bercerita padaku bahwa beberapa kali, kakaknya itu pernah menjemputnya di sekolah lalu mengajaknya jalan-jalan. Tapi yang aku heran, kakaknya itu melarang Delia untuk mengatakan pada siapapun tentang hal itu. Delia menuruti apa perkataan kakaknya itu namun ia tetap bercerita padaku untuk berbagi kebahagiaannya. Dan beberapa minggu ini kakaknya itu tidak menemuinya. Delia menceritakan itu padaku sebelum dia sakit. Dia mengatakan padaku kalau ini termasuk waktu yang paling lama kakaknya tidak menemuinya.

"iya Non, saya permisi ya." jawabku. Semua orang pun mengiyakannya.

"gimana keadaannya Non Delia?" tanya Bibi setelah aku masuk ke dapur.

"masih belum mau makan Bi. Masih nyebut-nyebut kakaknya itu. Lagian kenapa sih Bi kakaknya itu gak mau ke sini? Kan kasian Non Delia." ucapku gemas sendiri.

"ceritanya panjang Za." jawab Bibi.

Selalu jawaban itu yang akan keluar dari lisan Bibi. Bibi Iroh sebenarnya sudah bekerja puluhan tahun di sini. Oleh karena itu, ia pasti tahu keadaan keluarga ini sejak dulu. Tapi Bi Iroh selalu menjawab demikian ketika aku bertanya.

"udah-udah, kamu buatin teh buat Mas Derrel sana. Keburu mau berangkat dia." ucap Bibi.

"iya Bi." jawabku.

Akupun segera melaksanakan perintah Bi Iroh. Biasanya Mas Derrel memang meminum teh terlebih dahulu sebelum berangkat ke kantor. Dan Bibi yang biasanya membuatkan karena pada biasanya, aku sudah berangkat ke kampus. Tapi beberapa hari ini, aku mengambil alih pekerjaan Bibi itu.

Setelah selesai membuat tehnya aku segera menuju ke tempat Mas Derrel berada. Sepertinya dia sedang ingin menelpon seseorang.

"Dev, gue gak mau tau dan gak mau denger alasan apapun. Sekarang lo ke sini dan gak pake lama!" ucap Mas Derrel dengan nada cukup tinggi.

"Delia sakit." lanjut Mas Derrel lagi setelah ada jawaban dari telepon itu yang sudah pasti aku tidak mendengarnya.

Astaughfirrullah, aku baru sadar kalau aku tidak sengaja menguping.

"maaf Mas, ini tehnya." ucapku setelah Mas Derrel mematikan teleponnya.

"oh iya Fiz, makasih. Taruh situ aja." jawabnya.

Mas Derrel adalah putra kedua Bu Sandra. Dia juga lelaki yang baik, sama seperti Bu Sandra dan Delia yang tidak pernah memandang seseorang dari status sosialnya. Mas Derrel juga yang membantuku untuk mendaftar ke sebuah universitas.

"permisi Mas." ucapku setelah meletakkan cangkir teh ke atas meja.

"ya." jawabnya.

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

"Ma.. Mama.. " teriak seseorang sampai terdengar ke dapur. Entah suara siapa itu. Tapi suara itu asing di telingaku.

"mana Delia Ma?" tanya orang itu.

Sekarang aku mulai bisa melihat siapa yang datang walaupun hanya punggungnya saja. Sepertinya dia putra pertama Bu Sandra.

"Dev? Kamu pulang nak? Mama kangeenn banget sama kamu." ucap Bu Sandra memeluk putranya itu.

"Delia mana Ma?" ucap lelaki itu setelah membalas pelukan Bu Sandra.

"dikamarnya." jawab Bu Sandra.

Setelahnya lelaki itu langsung berlari ke atas menuju kamar Delia. Dari yang kulihat, sepertinya dia sangat menyayangi Delia dilihat dari perilakunya yang sepertinya khawatir dengan adiknya itu. Tapi, kenapa dia tidak mau tinggal di rumah ini? Atau dia sudah memiliki istri dan istrinya enggan tinggal di sini? Tapi.....

"Fiza." panggil Bu Sandra yang menghentikanku berpikir yang tidak-tidak.

"eh iya Bu." jawabku.

"kamu tolong buatin teh buat Dev ya?" ucap Bu Sandra.

"iya Bu." jawabku.

"eh, tapi bawain makanan Delia dulu ke atas ya. Teh nya nanti dulu aja gak pa-pa. " ucap Bu Sandra lagi.

Aku mengangguk lalu segera menyiapkan makanan untuk Delia. Mungkin untuk kali ini makanan yang kusiapkan ini akan dimakan oleh Delia karena kakak yang dia nantikan itu benar-benar datang menemuinya.

Aku segera membawa makanan itu ke kamar Delia. Dan betapa terkejutnya aku, melihat kakak beradik itu sedang berpelukan. Tanpa memakan apapun, kondisi Delia sudah terlihat membaik. Raut kebahagiaan begitu terlihat jelas diwajahnya. Tapi aku masih belum bisa melihat putra Bu Sandra itu. Lagi-lagi hanya punggungnya yang bisa kulihat. Tapi ya sudahlah, tidak penting juga melihat wajah seorang lelaki yang bukan mahramku.

Sebelum aku benar-benar masuk ke dalam kamar Delia, Mas Derrel datang dan menghentikanku.

"biar saya aja Fiz." ucap Mas Derrel mengambil alih nampan yang kubawa.

"iya Mas." jawabku.

Mas Derrel akhirnya masuk lalu memberikan piring yang berisi makanan itu kepada Mas Devin. Aku? Aku masih belum meninggalkan kamar Delia. Entah kenapa aku selalu senang melihat kedekatan antara kakak beradik. Jika biasanya aku senang melihat Mas Derrel bersama Delia. Sekarang aku lebih senang ketika mereka bertiga berkumpul.

"kamu kenapa sih susah dibilangin hm? Jadi sakit gini kan?" ucap Mas Devin mulai memberi sedikit omelan untuk adiknya itu.

"Cuman ini kan yang bisa buat Kak Dev ke sini?" jawab Delia masih dalam keadaan mengunyah.

"hussh, gak boleh ngomong gitu Dek." sahut Mas Derrel.

"emang iya kan kak?" ucap Delia.

"udah-udah, sekarang kamu makan yang banyak. Aku kan udah di sini. Jadi kamu harus makan yang banyak biar cepet sembuh oke?" kata Mas Devin menghentikan perdebatan kedua adiknya itu.

"tapi nanti Kak Dev nginep di sini kan kak?" tanya Delia di sela-sela kegiatan makannya.

Mendengar pertanyaan sepele dari Delia itu sukses membuat Mas Devin dan Mas Derrel saling berpandangan. Entah apa yang mereka pikirkan hanya untuk menjawab pertanyaan sepele itu.

"iyalah Dek. Kak Dev nginep di sini kan Kak?" jawab Mas Derrel akhirnya.

"emm.. Aku.. Aku.. Emm iya kok Dek, nanti aku nginep di sini nemenin kamu ya." jawab Mas Devin juga.

"Fizaaa.. " suara Bibi memanggilku membuat aku langsung bergegas meninggalkan kamar Delia.

Lagi-lagi aku tidak sadar telah menguping pembicaraan orang lain. Huft,.. Ada apa sebenarnya pada diriku hari ini.

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Aku sedang membuat teh yang diperuntukan untuk Mas Devin. Entah kenapa aku mendadak merasa seperti ada yang aneh pada diriku hari ini. Saat ini saja, tanganku mulai bergetar mengaduk teh. Ada apa ini? Aku juga tidak tahu.

Setelah selesai aku berniat membawa teh itu kepada Mas Devin yang kutahu masih ada di kamar Delia. Namun karena kurang berhati-hati, aku menabrak seseorang dan tidak sengaja menumpahkan teh itu ke baju orang itu.

"Aduuuh!" ucap orang itu. Astaga aku benar-benar takut mendengar suaranya. Sepertinya itu Mas Devin.

"Eh! Bisa liat gak sih?! Buta ya?! " ucap lelaki itu lagi.

Sekejap aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari pria itu yang tak lain adalah Mas Devin. Kemarahannya seakan-akan terlewat begitu saja.

"Eh!! Malah diem aja lagi! Lo gak liat lo udah ngotorin kemeja gue hah?!" bentaknya lagi membuyarkan lamunanku yang salah itu. Seharusnya aku bisa menjaga pandanganku.

"emm maaf Mas, maaf. Saya gak sengaja." ucapku meminta maaf.

"maaf maaf !! lo pikir kemeja gue bisa bersih kalo lo minta maaf?!" ucap pria itu sambil mengusap-usap kemejanya.

"ada apa sih Dev? Kenapa triak-triak gitu?" tanya Bu Sandra.

"ini nih pembantu baru mama. Udah buat gara-gara aja pagi-pagi." jawab pria itu.

Dia benar-benar tampan. Kulitnya putih, rambutnya hitam matanya yang tajam, hidungnya yang mancung dan bibirnya yang... Eh, buru-buru aku mengucapkan istighfar dalam hati. Astaga, kenapa aku jadi begini. Sebelumnya tidak pernah aku melihat orang yang bukan mahramku sedetail itu. Lalu kenapa sekarang aku melakukan hal yang salah itu.

"dia bukan pembantu baru. Udah lama kok. Kamunya aja yang gak pernah pulang Dev." ucap Bu Sandra.

"whatever.." ucap Mas Devin dengan angkuh.

"yaudah-yaudah gak usah ribut kenapa sih? Kan tinggal diganti kemejanya." lanjut Bu Sandra.

"ganti pake apa Ma? Baju aku udah gak ada yang di sini." jawab Mas Devin masih berusaha membersihkan kemejanya.

"pake punya Derrel lah. Salah siapa bawa semua baju kamu. Orang ini juga rumah kamu, siapa suruh gak pulang?" lanjut Bu Sandra.

"emm Fiza kamu bisa balik ke kerjaan kamu ya?" ucap Bu Sandra beralih padaku.

Aku pun menangguk mengiyakan perkataan Bu Sandra dan langsung bergegas pergi dari sana.

💧💧💧💧💧

Rabu, 12 Feb 2020

••••••••••••••••••••••
PENTING DIBACA!!!
••••••••••••••••••••••

Assalamualaikum,

Di sini, saya hanya ingin menambahkan info kepada teman-teman pembaca, baik itu pembaca yang sudah selesai membaca (baca ulang) atau calon pembaca cerita ini.

Bahwa di sini saya ada beberapa kesalahan dalam penulisan. Salah satunya dalam penulisan kata "Astaghfirrullah". Banyak dari teman-teman yang mengingatkan, dan saya sangat berterimakasih untuk itu.

Tetapi saya hanya mau bilang bahwa saya adalah seseorang yang masih butuh banyak sekali belajar soal agama. Dan cerita ini dibuat ketika saya masih sangat awal sekali mempelajari lebih dalam tentang agama saya.

Jadi saya benar-benar tidak tahu soal kesalahan penulisan tersebut karna di awal pun belum ada dari pembaca (on going) yang mengingatkan saya soal itu. Sekarang saya sudah tahu akan kesalahan saya itu dan saya perbaiki di judul cerita saya yang lain.

Tapi untuk merevisi cerita ini dan merubah semua penulisan "Astaghfirrullah", saya belum bisa. Karna bukan hanya satu kata yang saya salah dalam penulisan tersebut di cerita ini. Saya harap teman-teman bisa maklum karena kesibukan saya bukan hanya di dunia orange ini.

Sekali lagi saya ucapkan terimakasih pada teman-teman yang sudah bersedia meluangkan waktu meninggalkan komen untuk mengingatkan saya 🙏

Wassalamualaikum...

-21 AGUSTUS 2021, 22:55 WIB-

Continue Reading

You'll Also Like

146K 3.4K 89
Bagaimana bila sebuah pernikahan didasari oleh keterpaksaan dan juga menjadi beban dalam hidupnya ? Ranggata Syahputra dan Naksuha Adijaya akan menja...
443K 38K 58
jatuh cinta dengan single mother? tentu itu adalah sesuatu hal yang biasa saja, tak ada yang salah dari mencintai single mother. namun, bagaimana jad...
235K 16.4K 47
Apa jadinya jika cowok dan cewek yang memiliki karakter dingin disatukan dalam ikatan pernikahan? Pernikahan mereka juga masih tergolong sangat muda...