BUNDA (TAMAT)

By Alfira_Def

113 26 9

Ibu yang sangat protektif kepada anak perempuan satu-satunya yang sudah mulai mengenal cinta dan kehidupan lu... More

1

2

61 12 6
By Alfira_Def

Teet

Suara bel berbunyi rumah berbunyi.

"Assalamualaikum "

Farah pergi untuk membukanya.

"Waalaikumussalam"

"Riko Bun " kata laki-laki muda tersebut.

"Oh iya masuk,mau belajar iya ? "
Tanya Farah.

"Iya Bun"

Setelah Farah mempersilahkan Riko duduk, kemudian Farah kedalam untuk memanggil Anindya.

Riko adalah salah satu lelaki yang dipercaya oleh Farah, Anin dan Riko sudah mengenal cukup lama.

Namanya Riko Andrian Saputra , putra dari Bagas. Teman Farah semasa SMA,kuliah dan sekarang bekerja bersama.

"Siapa Bun ?" Tanya Anindya.

"Riko itu didepan ,ibu mau mengambil cemilan " Farah pergi ke dapur .

Anindya menemui Riko.

"Mo ngapain ? " Tanya Anin jutek. Anin tau bahwa Riko selama ini menyukai dirinya,namun Anin menganggapnya sebagai sahabatnya saja.

"Main lah sama belajar " jawab Riki santai dan penuh semangat.

"Ooh"

Mereka duduk dan belajar bersama, namun tak ada satu kata memulai perbincangan dengan Riko.

"Ini dimakan iya,anggap aja rumah sendiri " Farah menyajikan camilan didepan Riko.

"Iya Bun "

Beberapa menit kemudian tugas selesai.

"Lo kenapasi Nin senyum-senyum sendiri ? " Tanya Riko heran melihat Anin yang dari tadi senyum-senyum sendiri melihati handphonenya.

"Enggak papa kok " Jawab Anin sambil mengambil cemilan.

"Iya udah gue pulang aja deh "

"Bun Riko mau pulang " Teriak Anin tanpa menjawab pertanyaan Riko.

Rikopun Anin seperti ingin Riko segera pergi.

"Loh kok sebentar banget belajarnya Rik ? " Tanya ibu heran sambil menyalami Riko.

"Iya Bun, mau ada acara keluarga " jawab Riko.

Rikopun meninggalkan rumah Anindya dengan sepeda motornya.

Farahpun heran melihat tingkah putrinya yang senyum-senyum sendiri. Farahpun ikut bahagia, namun dia khawatir putrinya ikut pergaulan yang salah.

"Seneng amat nin " Farah duduk disebelah putrinya.

"Engga kok Bun, aku naroh buku dulu Bun " Anindya meninggalkan ibunya didepan televisi.

***

Farah menelpon putrinya yang tak kunjung pulang.

Calling putriku

"Iya Bun ? "

"Kamu dimana?kok engga pulang-pulang sih,ibu khawatir "

"Iya Bun bentar lagi pulang kok "

Telponpun dimatikan oleh Anindya.

"Siapa nin " Tanya Clara.

Anindya sudah ikut digeng Kak Clara bersama Renata.

"Bunda aku kak " Jawab Anin menundukan kepalanya.

"Gimana loh mau ikut geng gue kalo lo aja anak mamah banget !" Kata Kak Clara dengan tatapan sinis.

"Udahlah sana keluar aja " Salah satu teman Clara.

"Enggak kak" Jawab Anindya.

"Hay "

Tiba-tiba ada lelaki yang melambaikan tangan pada meja Clara cs.

Clara cs membalas dengan senyuman.

"Boleh gabung ?"

" Boleh kok,Bis "

4 orang laki-laki itu duduk dimeja tersebut.

Penampilannya kek anak geng motor gitu. Sebenernya takut juga kalo kek gini, tapi gimana lagi masa udah 17 tahun aku engga pernah sama sekali nongkrong kek gini.

Pikir Anindya didalam hatinya.

Mereka mengobrol dan bercanda sampai jam 8 malam.

***

Disisi lain Farah dirumah sangat khawatir dengan keadaan putrinya.

Farah menelpon Riko agar dia ikut membantu mencari Anindya.

"Iya Bun ? Gimana? "

"Rik sekarang temenin Bunda cari Anin mau? "

"Iya Bun,aku kerumah Bunda sekarang"

Beberapa menit kemudian Riko sampai di rumah Anindya. Farah dan Riko pun segera mencari Anindya menyelusuri sudut-sudut kota Jakarta.

"Bun udah coba di telpon?"

"Udah tapi engga aktif "

Mereka berhenti disalah satu caffe tempat nongkrong anak muda, karena sebelumnya Renata memberi tau Riko keberadaannya.

"Bun kita tunggu disini kata Renata"

"Enggak ayok kedalam, Bunda takut putri Bunda kenapa-kenapa " Bunda ngotot ingin masuk,namun ditahan oleh Riko.

Di meja makan tersebut Renata menarik Anindya untuk mengobrol.

"Apaan sih Ren " Tanya Anin heran.

"Bunda lo udah didepan tuh,mending lo pulang aja deh "

"Lo ngasih tau Bunda gue!?,iya udahlah "

Anin dan Renata kembali kemeja.

"Permisi Kak,aku pulang duluan iya "

"Eh boleh bagi no hpnya " Tanya seorang lelaki yang daritadi mengobrol dengan Anin.

Lelaki itu adalah Bisma Mahendra. Anak geng motor terkenal di Jakarta.

"Oke"

Setelah berbagi nomer Hp, Anindya pun pergi menemui Bundanya.

Farahpun langsung memeluk putri sematawayangnya.

"Kamu pergi kok engga bilang Bunda!?" Tanya ibunya penuh khawatir.

"Cuma bentar Bun,kaya udah pergi bertahun-tahun " jawab Anin santai.

Mereka pulang ke rumah .

***


Farah merasa akhir-akhir ini sikap putrinya semakin berubah, sering keluar dan senyum sendiri saat bermain handphone.

Anindya menceritakan Bisma kepada Farah.

"Dya kan sebentar lagi mau ujian,
fokus ujian dulu " Kata Farah .

Anindya hanya diam dan pergi ke kamarnya. Farahpun menasehati putrinya agar fokus ujian dulu.

"Dya kan baru kenal, temenan dulu aja " Farah duduk disebelah ranjang putrinya dengan meletakan baju Anindya.

"Berarti kalo udah lulus, Bunda engga larang-larang aku?"

"Iya engga gitu...." Belum selesai Farah berbicara...

"Gimana Bun? Bunda udah pisahin aku sama Ayah, aku tuh tertekan Bun dibilang engga punya Ayah. Sebenarnya aku punya ayah engga Bun?"

Farah pun menampar pipi putrinya tanpa sengaja.

"Anin, Bunda engga bermaksud.... ." Sebelum selesai berbicara putrinya beranjak pergi meninggalkan rumah dengan tetesan air mata.

Farah menangis di sudut ruangan dengan rasa penyesalan karena telah menampar putri kesayangannya.

Anin maafkan Bunda, tidak mengatakan yang sebenarnya, Bunda hanya menunggu waktu yang tepat

***

Anindya menemui Bisma di basecamp dan menceritakan hal yang sedang menimpa dirinya.

"Iya udah engga usah dipikirin,mending kita happy-happy aja" Kata Bisma dengan merangkul pundak Anindya.

Anindya hanya menganggukan kepala.

"Iya udah kamu tinggal di rumah temen aku aja "Ajak Bisma.

" Emang enggak papa? "

"Engga "

Bisma menghampiri temannya.

"Ca, Anin nginep di rumah lo dulu iya sementara " Pinta Bisma.

"Iya " Caca melangkah mendekati Anindya yang daritadi duduk dikursi warung.

"Hay, kenalin gue caca, temen bisma "
Sapa Caca pada Anin.

"Oke,Anin  salam kenal "

Merekapun mengobrol ngalor ngidul .

***

Farah memikirkan putrinya. "Anin kamu dimana?udah malem, kamu sama siapa? " Desis Farah .

Farah mencoba meminta bantuan pada teman-teman Anin dan Riko.

"Bun gimana lapor polisi aja " Ide Riko sambil menhentikan kendaraan.

"Iya tan, udah malem juga, " Kata Putri salah satu teman sebangku Anindya sambil memegangi pundak Farah.

"Kan kalo lapor polisi udah 24 jam, ini juga baru tadi " Jawab Farah pasrah.

Semua hal sudah dilakukan oleh Farah untuk mencari keberadaan putrinya. Farah benar-benar khawatir dengan keadaan Anin sekarang.

" Tan sebenarnya Anin udah berubah akhir-akhir ini, setelah dia diajak gabung digroup Kak Clara sama Renata " Jelas putri pada Farah.

"Itu yang tante khawatirin kalo Anin salah pergaulan, ini juga salah tante terlalu mengengkang Anin selama ini, sampe Anin nekat ngelakuin ini " Farah menjawabnya dengan tatapan sayu.

"Iya udah sekarang tante pulang dulu istirahat, nanti aku sama Riko bakal minta bantuan yang lain buat cari Anindya "

"Makasih iya kalian udah mau bantuin tante "

"Putri nginep dirumah tante mau ? " Pinta Farah.

"Boleh kom Tan,nanti aku kabarin orang rumah dulu " jawab Putri sambil mengeluarkan ponselnya.

"Riko nginep juga? " Tanya Farah.

" Engga Bun, mau langsung pulang aja, besok aku kesini lagi Bun "

"Makasih banget Riko udah bantuin Bunda selama ini "

"Iya Bun sama-sama "

Rikopun pulang meninggalkan rumah Anindya.

Putri adalah salah satu sahabat yang dekat sekali dengan Anindya. Dan Farah sudah menganggap Putri menjadi keluarga sendiri.

***

"Besok sekoalah kamu gimana yang?"
Tanya Bisma sambik menyodorkan secangkir teh pada Anin.

" Paling ngebolos, aku masih belum reda pikiran juga belum stabil " jelas Anin pada Bisma.

Tiba-tiba salah satu teman Bisma dari jauh melambaikan tangan pada Bisma. Bismapun langsung menghampiri temannya itu.

" Siapa tub Ma ? " Tanya cowok agak dewasa itu ke Bisma.

"Temen gue , kenapa ? Lo suka " jawab Bisma santai.

" Ah lo, ngerti aja , mau uang berapa lo ? "

" Bener lo ngasih uang ke gue demi cewek itu "

" Iya, emang lo engga kasian dia gue beli "

" Buat apa kasian, dia bukan siapa-siapa gue , kalo bener yang lo tawarin lanjut di chat aja nanti dia curiga liat kita disini " Bisma agak melirik pada Anin yang dari tadi melihatinya.

"Siplah ,deal ? "

"Oke "

Bisma kembali ketempat duduk awal yang Anin dan Bisma duduki tadi.

"Siapa Bis? " Tanya Anindya bingung.

"Bukan siapa-siapa, lanjutin aja makanya "

"Oke makasih iya " senyum Anindya kepada Bisma.

Beberapa lama mengobrol, ponsel Bisma bergetar.

"Aku ijin mau angkat dulu iya "
Anin mengangguk, Bisma segera pergi untuk mengangkat telpon.

Orang yang menelfon adalah teman Bisma tadi, dia bernama Prasetyo.

"Em.... Nin "
Tanya Bisma sambik memutar sedotan di gelas minumnya.

"Iya, apa Bis ? "

"Besok ada acara engga? Aku mau ngajak kamu pergi " Kata Bisma sambil memegang tangan Anindya.

"Engga, tapi abis itu anterin aku pulang iya, aku udah engga enak sama Bundaku, seharian engga pulang " Jelas Anin.

"Katanya kamu lagi marahan, gimana sih! " Perkataan Bisma yang membuat Anin kaget.

" Iya , tapi aku engga bisa marah sama Bunda terus, walaupun Bundaku protektif banget sama aku " jelas Anindya.

" Iya terserah kamu " Bisma melepaskan tangan Anindya.

" Aku mau buktiin kalau kamu cowok baik ke Bunda aku, dengan nganterin aku pulang besok "

"Oo...jadi Ibu kamu bilang aku bukan cowok baik! " Wajah Bisma berubah menjadi sinis.

" Loh, maksud aku bukan itu, kan Bunda pernah liat kamu ngelakuin hal yang engga baik, aku mau yakinin Bunda aku "
Jelas Anin sambil membujuk Bisma agar tidak marah lagi.

" Oke, tapi besok kamu ikut aku iya "

"Iya "

***

Calling Bunda

"Bun"

"Anin kamu dimana? Bunda nyariin kamu? Pulanglah, kamu engga kasian bunda sendiri ?"

"Iya tapi bunda harus bersikap baik sama pacarku Bisma, jangan kaya pas waktu itu "

" Kamu sama cowok engga bener itu, Nin percaya sama Bunda dia itu laki-laki engga bener, Bunda liat dia tempo hari dengan banyak wanita "

"Udalah Bun"

Telponpun dimatikan oleh Anindya.

Anindya bersiap-siap, karena dia akan menemui Bisma sore ini. Anin juga membawa tasnya karena setelah ini dia akan pulang diantar oleh Bisma.

Bisma
Nin aku jemput kamu sekarang

Tidak berapa lama Bisma datang. Mereka berdua berpamitan pada Caca dan pergi meninggalkan rumah Caca.

"Mau kemana Bis ? " Tanya Anin.

"Udah ikut aja "

Beberapa menit sampai disebuah toko baju.

"Loh kok kesini? "Tanya Anin heran.

"aku mau beliin kamu baju " 

Mereka turun dan memilih baju.

"Kamu kayaknya cocok deh pake ini "

Bisma menunjuk dres selutut berwarna putih.

"Emang mau kemana pake dres ? "

"Udah pake aja, aku tunggu disini. "

Tak berapa lama Anin keluar dan sudah memakai dres tersebut.

"Kalo kek gini kan mahal " tiba-tiba Bisma mengatakan hal yang kurang enak didengar oleh Anindya.

"Maksudnya ?"

" Kan kamu jadi keliatan tambah cantik maksudnya " Jelas Bisma dengan muka meledek.

Anindya hanya membalas dengan senyuman.

Bisma melajukan mobilnya ke caffe yang jaraknya cukup jauh dan sepi.

***

"Bun? " Teriak Riko melihat Anin yang keluar dari toko baju.

"Apa Rik, kamu liat Anin? " Tanya Bunda.

Memang sejak sore tadi Bunda mulai mencari Anin dengan menemui Renata dan Clara.

"Iya Bun itu Anin"

"Ayok ikutin "

Riko memutar motornya agar dapat mengikuti Anindya.

***

"Kamu bawa aku kemana si? Ini kan jalannya sepi "

"Udah diem aja "

Tiba-tiba mobilnya berhenti ditengah jalan. Bisma keluar dari mobil dan diikuti Anindya yang di gandeng oleh Bisma.

Bisma mendekat pada mobil didepannya. Terdapat 2 orang laki-laki yang membawa koper dengan gerak gerik mencurigakan.

"Ooh jadi ini ceweknya yang mau kamu jual "

Mendengar kata-kata dari salah satu cowok tadi Anindya kaget. " Apa!! Maksud kamu apa jual aku !?"

"Iya om " Bisma menjawab laki-laki itu tanpa menggubris perkataan Anindya.

"Bis jawab! Aku kan pacar kamu,kok kamu tega, Bis tolong jangan jual aku ke dia " Anindya meneteskan air mata dan memohon kepada Bisma untuk menolongnya.

"Ini uangnya " Bisma melepaskan genggaman Anindya dan mengambil kopernya .

Anindya membrontak dan tetap memegang tangan Bisma dengan kencang.

"Bis lo gila! lo ngelakuin ini demi uang " Teriak Bisma yang meninggalkan Anindya sendirian.

"Lepasin saya,saya mohon!! " Anindya berteriak dan mendorong laki-laki yang akan menariknya masuk kedalam mobil.

"Bisma tungguin gue "

Bisma melajukan mobilnya dan meninggalkan Anin dengan dua lelaki brengsek ini.

Anin hanya berteriak dan menangis.

" Kamu kan sudah saya beli, jadi cepet ikut sebelum saya berbuat kasar sama kamu! " Salah satu pria itu membentak Anin dan akan menarik Anin.

"Jangan sentuh dia!! " Dari jauh terdengar suara lantang seorang perempuan .

"Bunn,,,,da " Panggil lirih Anindya.

"Lepasin dia, atau saya panggil polisi dan warga kesini! "

"Siapa kamu?dia sudah saya beli dengan harga tinggi " kata pria yang hendak memegang Anindya.

"Hey jangan pegang anak saya!" Farah langsung menarik putrinya kedalam dekapannya.

"Kalo gitu mereka berdua ! " Pinta Pria itu kepada salah satu anak buahnya.

"Heyy " Suara Teriakan membuat pria tadi tidak jadi membawa Farah dan Anindya.

Suara itu adalah Riko yang membawa beberapa warga dan anggota kepolisian. Kedatangan polisi membuat dua pria ini kalang kabut dan akan melarikan diri. Namun usaha mereka gagal setelah ditembakan peringatan oleh para polisi.

Kedua pria tersebut ditangkap dan dibawa oleh polisi.

"Bunda, maafin Anin, kalo engga ada Bunda pasti nasib Anin udah hancur. Bunda maafin Anin, Anin nyesel selama ini engga nurut sama Bunda" Anindya memeluk erat Farah dengan air mata yang mengalir dipipinya.

"Iya Bunda maafin kamu, iya udah kita pulang ngobrolnya dirumah aja "

Anindya hanya mengangguk dan menuruti kemauan Farah.

"Nih, pake aja jaket gue buat nutupin lengen lo " Riko memberikan jaket kepada Anindya melihat pakaiannya terbuka.

"Makasih"

Riko menelfon putri untuk menyusul membawa mobil karena Riko membawa motor dan tidak memungkinkan mengatar Anindya dan Farah.

Lima belas menit kemudian Putri tiba
dan memeluk erat Anindya.

"Lo gapapa kan nin " pertanyaan khawatir dari Putri.

Anindya hanya mengangguk. Merekapun pergi meninggalkan tempat sepi. Tempat yang akan Anindya ingat selamanya.

Sesampainya di rumah Anin, Riko dan Putri Pamit untuk pulang.

"Kita pulang dulu ya tan,Nin" Kata Putri.

"Bunda sama Anin istirahat aja dulu, aku juga mau pulang dulu "
Kata Riko.

"Makasih iya semuanya "
Farah memeluk Putri dan Riko sebelum mereka meninggalkan rumah.

"Iya tan "

Mereka pergi meninggalkan rumah Anindya.

Anindya dan Farahpun masuk.

"Anin kamu duduk dulu, Bunda ambil air hangat buat kamu "

Bunda pergi ke dapur untuk mengambilkan Anin minum, melihat kondisi Anin yang masih trauma dengan kejadian tadi.

Bunda memberikan minum untuk Anin. Dan langsung masuk ke dalam namu tidak jadi dengan panggilan Anin.

" Bun,"

"Iya "

Anindya menarik Bundanya pelan untuk duduk disebelahnya.

" Maafin aku, aku salah mengerti sikap Bunda yang selalu ngelarang aku, maaf aku udah berpikiran Bunda egois ... "

Belum selesai Anindya berbicara, Farah langsung memeluk erat putri kesayangannya itu.

" Udah, Bunda maafin kamu kok "

Air mata menjadi saksi sebuah kasih sayang diantara mereka.

" Nin, mungkin udah waktunya kamun tau kenapa Bunda enggak pernah bilang keberadaan ayahmu sama kamu " Farah meneteskan air mata.

" Ayah kamu ninggalin Bunda pas ngandung kamu 4 bulan, Ayah kamu selingkuh Bunda sama sahabat Bunda sendiri, Bunda nutupin ini demi kamu, Bunda engga mau kamu ngerasa engga punya ayah, makanya Bunda selalu bilang ayah lagi dinas ke luar kota, bukan maksud Bunda pisahin kamu Nin, Tapi emang Bunda engga tau ayahmu dimana, maafin Bunda selama ini engga jujur sama kamu, kenapa Bunda seprotektif itu sama kamu karena Bunda engga mau kamu pergi ninggalin Bunda kaya ayah kamu " Tanpa disadari air mata mengalir dikedua pipi Farah.

"Jangan gitu Bunda, aku yang jadi anak engga pernah ngertiin perasaan Bunda. Aku bangga kok cuma punya Bunda, Aku sayang Bunda " Anindya memeluk Bundanya sangat erat.

Mereka pun berbaikan dan saling mempererat rasa kasih sayang.

***

Satu tahun kedepan seluruh siswa melaksanakan ujian, seperti juga Anindya.

"Anin semangat buat ujian " Kata Riko dengan seutas senyum yang ditunjukan oleh Riko.

"Iya Rik,kamu juga, engga kerasa ya udah mau tamat sekolah aja" Balas Anin dengan senyuman.

Setelah ujian dilaksanakan, beberapa minggu akan ada acara kelulusan disekolah, Aninpun memakai kebaya berwarna cream dengan kain batik indah sebagai bawahan.

Kedua orang yang sudah bersiap-siap dari tadi segera berangkat menuju sekolah, mereka berjalan berdampingan dengan warna baju yang sama. Dua orang itu tidak lain adalah Farah dan Anindya.

"Hay Nin " Riko menatap Anin dengan penuh perasaan begitu juga Anin.

"Hay " Balas Anin.

"Iya udah nanti aja masuk dulu "
Farah merangkul Riko dan Anin untuk masuk kedalam gedung wisuda.

Dear Bunda

Perempuan kuat yang selalu ada disampingku, menemaniku .

Memberikan ku berbagai macam senyuman walaupun dengan luka yang samar

Strong women is My mother

Perempuan yang rela menjadi tameng untukku, putri yang selalu menambah rasa sakitmu. Namun kau tak gentar dengan berbagai gemuruh yang menerjang.

Ini isi hati putrimu yang sungkang mengungkapkan rasa sayang padamu.
Ku ungkapkan lewat pena yang menari diatas kertas ini.

Kutuliskan disaat senja yang selalu memberikan kenyamanan dan keindahan nya. Terimakasih Bunda, berkatmu aku ada di dunia ini menikmati hidup bersamamu.

END

Continue Reading

You'll Also Like

352K 19K 20
[VOTE AND COMMENT] [Jangan salah lapak‼️] "Novel sampah,gua gak respect bakal sesampah itu ni novel." "Kalau gua jadi si antagonis udah gua tinggalin...
299K 9.1K 63
Cerita Pendek Tanggal update tidak menentu seperti cerita yang lainnya. Berbagai tema dan juga kategori cerita akan masuk menjadi satu di dalamnya.
509K 5.5K 26
Hanya cerita hayalan🙏