MBAREP TUNGGAL (KELUARGA JAWA)

By rifinsugiarto

30.3K 1.2K 39

MBAREP TUNGGAL, dalam bahasa jawa, berarti anak pertama dan satu2nya, namun, di keluarga saya, kalimat ini be... More

Awal Kisah
Tiang Kembar
Pro Kontra
Akhir Cerita
Pesan Penulis

Rumah Pendopo

4.7K 226 11
By rifinsugiarto

Kejadian ini berlanjut ketika gw berurusan dengan makhluk penghuni pabrik tua, hal yg di anggap de No sudah berakhir dengan keluarnya makhluk itu dari tubuh gw, rupanya mendatangkan 2 Jin kembar yg sempat dulu datang ke ibuk, kali ini, dia menampakkan wujudnya.. 

yg gak bisa gw lupain dari wujudnya adalah, senyumnya, bibir mereka miring, dengan mata tertutup rambut gimbal, dan cara ngelihat gw dengan menekuk kepalanya kesamping, setiap mereka mendekat nyaris menyerupai seseorang yg tengah berjalan pincang, tergedek-gedek. 

setiap malam, satu dari mereka akan duduk di atas almari, yg satunya, menatap gw dari ujung kamar, gw hanya bisa melihat mereka, tanpa dapat berbicara dengan mereka, namun, anehnya, gw gk merasa takut sedikitpun, sebaliknya, nyaris gw selalu ngelihatin mereka. 

tapi setiap kali gw inget peristiwa ini, amit2, gw gak mau lagi lihat makhluk seperti itu, terlebih ketika gw tidur, mereka akan menatap wajah gw deket sekali dengan bibir miring yg terkadang menampakkan gigi bugis (ompong) mereka. 

selama itu juga gw gak tau, ternyata perstiwa ini lebih serius dari apa yg gw duga, mata batin gw yg sempat di tutup oleh pak haji Sanaah, ternyata sudah di buka oleh mereka, sehingga gw jauh lebih sensitif, hanya saja, mereka yg bisa gw lihat hanya mereka yg menghendaki gw lihat 

yg lebih mengejutkan lagi, ketika gw lahir, sebenarnya, 2 jin kembar ini selalu memantau keadaan ibuk sama gw, namun, gw di anggap lebih menarik di bandingkan ibuk, karena konon, gw jauh lebih kuat dari ibuk. 

ada satu hal yg harusnya gw jelasin tentang ibuk, yaitu soal hasil belajar kebatinan dan puasa yg seharusnya 3 hari, memberi ibuk sebuah kelebihan yg bisa di bilang membuat ibuk sendiri ketakutan, karena gak hanya terjadi 1 atau 2 kali, namun, puluhan kali, apa itu? 

jawabanya, praduga buruk 

bila mas Didik di beri kemampuan ketika dia sakit hati, orang yg menyakiti akan jatuh sakit, ibuk memiliki hal yg menakutkan bagi dirinya bahkan orang terdekatnya, yaitu praduga buruk 

setiap kali ibuk merasakan firasat buruk terhadap orang lain atau siapapun, maka, firasat itu selalu saja menjadi kenyataan, anehnya, firasat ini tidak muncul sesuai kehendak namun muncul secara tiba-tiba. 

pernah Ibuk menasehati tetangga gw, untuk menghindari jalan ini, namun tetangga gw, malah tetap nekat lewat jalan itu, sebelumnya, ibuk tiba-tiba berfirasat bahwa tetangga gw terlihat berlumuran darah, dan kemudian, kami mendapat kabar, bahwa tetangga gw, meninggal terlindas- 

-Truk.

tidak hanya itu, masih banyak peristiwa yg gk bisa di jelaskan oleh akal sehat, karena itu, ketika ibuk mendapat firasat buruk yg berhubungan dengan gw, ibuk selalu mewanti2 agar gw nurut apa katanya. namun yg lebih penting, 2 jin kembar itu, mengikuti gw, karena- 

-gw jauh lebih kuat lagi.

untungnya, de No, akhirnya tau, ketika tiba2 beliau masuk ke dalam kamar gw, melihat, 2 jin itu seperti sudah menunggunya.

konon, de No mendapat bisikan ghaib, bahwa TIANG KEMBAR gw sedang berusaha mencari jalan pulang, malam itu, kami sekeluarga besar 

sepakat buat pergi ke Rumah tempat kampung halaman mbah Nang, kabarnya, disana gw bakal di Padus kembang (Mandi kembang 7 rupa)

namun, firasat gw sangat gak enak, dan ternyata tempat itu bisa di katakan, penuh di huni lelembut dengan bentuk dan rupa yg tidak dapat gw jelasin 

disini gw baru tau, kalau rumah ini dulu di huni oleh Mbah waktu kecil, mbah sendiri rupanya adalah anak ke 2, dan selama ini gw gak pernah kenal dengan saudara si mbah, namun malam ini, gw tau, bila saudara mbah Nang rupanya adalah seorang wanita tua, namun sayangnya, beliau 

memiliki masalah dengan kejiwaanya. 

sejujurnya, gw gak deket sama mbah Nang, karena di antara cucu2 nya, gw yg jarang sekali ngobrol, namun malam ini, mbah Nang menceritakan semuanya.

rupanya, kejadian ini pernah terjadi sebelumnya, dimana satu generasi pernah lahir 2 Mbarep Tunggal, namun sayangnya, 

satu di antara mereka harus kehilangan akal sehatnya, karena tidak sanggup menahan beban yg ada di pundaknya, disinilah mbah Nang takut hal itu akan terulang kembali, sejujurnya, Bapak masih menolak terlebih ketika de No memberitahu bahwa gw dalam bahaya yg lebih besar, 

bila berurusan dengan penghuni pabrik saja sudah mendapat masalah sebesar itu apalagi bila berhadapan dengan TIANG KEMBARNYA, bila tidak gila, maka gw pasti mati, bahkan de No mengatakan, perbandingan menghadapi TIANG KEMBAR seperti membandingkan ujung kelingking- 

dengan segumpal daging.

namun, alasan sebenarnya gw di bawa kesini, karena bebauan di sekitar sini dapat menyamarkan bau di badan gw yg kata de No ibarat Pandan yg sudah di rebus.

sementara pak Lek gw yg lain, pergi menyusul wanita yg pernah menyelamatkan gw, 

namun sayangnya, wanita tua itu, sudah meninggal tepat setelah kunjungan terakhir gw, meninggalnya sendiri murni karena usia, dan mendengar itu de No akhirnya mencoba dengan caranya sendiri, gw di minta untuk hanya berdiam di dalam kamar dimana, samping kanan kiri- 

hanya ada bambu, namun yg gw inget adalah, di kamar itu, bebauan kemenyan sangat menyengat, dan tepat di malam berikutnya, de No membawa masuk seorang wanita tua, beliau adalah mbak yu dari si mbah, begitu melihat gw, yg gw inget, dia hanya diam, matanya kosong lalu duduk - 

tepat di depan gw yg merinding melihat tingkah lakunya.

de No mengatakan, bahwa, harus ada yg di lakukan sebelum gw bener2 siap buat nutup semua ini, di lain hal, pak haji Sanaah yg sebelumnya di cari ibuk, rupanya sudah pindah rumah, padahal, beliau adalah wali gw 

sontak malam itu, gw cuma mendengar, mbak yu menangis dan tertawa di dalam kamar, berdua dengan gw, namun firasat gw, bahwa di dalam kamar, gw gk sendirian melainkan 2 jin kembar itu juga ada disana. 

namun, bukan itu yg bikin gw merinding, melainkan pada jam2 tertentu, mbak yu nyinden dengan bahasa jawa yg gk bisa gw pahami, namun suarany halus dan melengking, anehnya, dari luar kamar, seolah ada pegiring karawitan yg membuat gw seolah2 tau, bahwa mereka bukan manusia 

gw belum pernah mendengar seseorang bersyair diiringi alunan musik yg begitu kental dengan nuansa mistis karena satu yg gw inget adalah, dada gw berdetak lebih cepat, bulukuduk gw beridiri, karena Mbak Yu tiba2 menyeringai dan tetap bersyair dengan suaranya yg melengking 

"Dia bukan mbak Yu" kata gw, dan dengan mata kepala gw sendiri gw semakin takut saat dia menari layaknya penari jaipong di depan gw, berlenggak-lenggok di dalam kamar yg sempit itu, sementara gw mulai menangis, Mbak Yu seperti menikmati suasana itu. 

terkadang ia tertawa begitu keras, namun terkadang suaranya saru layaknya ia baru saja menangis, namun, matanya masih awas melihat dimana gw terduduk di atas kasur, sementara musik gamelan mulai mengalun lembut, dan mbak Yu mendekat, mendekat, mendekat, semakin dekat. lalu 

gw bisa melihat dengan jelas, guratan wajah tua yg sebelumnya gw lihat sangat berbeda, kali ini, di dalam kegelapan, di sertai sedikit cahaya yg muncul dari langit2 kamar, wajah itu sebegitu dekat dengan wajah gw yg tercekat, tersenyum memandang gw, yang saat itu baru sadar, 

2 Jin Kembar itu sudah masuk dalam tubuh mbak Yu, karena sosok itu tampaknya menikmati moment itu, hingga suara musik karawitan itu perlahan menghilang.. suaranya perlahan2 memudar, dan kemudian, wajah itu juga menghilang bersamanya, namun sebelum wajah itu menghilang, 

gw gak akan pernah melupakan ekspresi terakhirnya..

menyeringai seolah memberi pesan kepada gw, bahwa dia masih ada.. sebuah senyuman yg sampai saat ini bakal gw inget2, bahkan di tengah malam seperti ini..

setelah sosok mbak Yu menghilang, gw mendengar seseorang masuk, rupanya de No, beliau melihat gw, menggendong tubuh gw yg masih tidak dapat percaya dengan semua ini, sontak gw bertanya pada de No, kemana mbak Yu..

dengan wajah seperti enggan memberitahu, de No hanya mengatakan 

"wes wes" (sudah sudah) , "lalino kabeh yo" (lupakan semuanya ya)

di luar kamar, masih di dalam rumah Pedopo itu, gw melihat ke kanan kiri, berusaha mencari darimana sumber suara gamelan dan musik2 itu mengalun tadi, namun, gw gak melihat apapun, seolah suara itu muncul begitu- 

-saja, entah darimana. 

gw di minta melepaskan baju gw, hanya dengan celana pendek, di saat malam masih menyelimuti langit, de No menyentuh kepala gw sembari entah membaca apa, sementara di sekitar gw, bu De, bu Lek, bahkan mbah Nang, mengelilingi gw seolah2 gw adalah tontonan yg menarik 

berkali2 tubuh dan kepala gw di guyur dengan air kembang, membuat gw menggigil kedinginan, sampai, tiba2, yg gw inget waktu itu, kesadaran gw seolah di bagi menjadi beberapa bagian, karena, semua orang yg disana mendadak berubah, dan gw di kelilingi makhluk lain, 

Pendopo yg seharusnya di kelilingi keluarga besar gw tiba2 menjadi sarang makhluk Lelembut, dan tepat jauh di depan gw, ada seseorang yg tengah duduk di sebuah kursi tua, beliau memiliki rupa seperti mbak Yu..

disanalah gw di minta mendekat, maka meskipun enggan, tubuh gw- 

-seolah2 bergerak dengan sendirinya, mendekati sosok itu. 

“Ngger, sing sabar” (nak, yang sabar) “

“aku yo tau ngerasak’e opo sing mok rasak’e” (aku juga pernah merasakan apa yg kamu rasakan)"

“ra sah wedi, ra sah khawatir” (gak usah takut, gak usah khawatir) 

“mbah” kata gw, “nopo to urip kulo koyok ngene” (mbah , kenapa tah hidup saya seperti ini)

Mbak Yu hanya melihat gw dengan tatapan sedih, dan gw inget, melihat Mbak Yu disana itu seperti di Ratukan oleh kaum mereka, walaupun gw masih gak yakin itu kakak si mbah yg sebelumnya. 

“koen eroh sopo sing Mbarep Tunggal sak iki?” (kamu tau siapa mbarep tuggal di keluargamu saat ini)

“Mas Didik” kata gw ragu.

“Bukan” kata beliau, “tu koe” (itu kamu) 

Gw diem sembari mendengarkan penjelasan beliau “tapi” katanya, “Mbarep Tunggal iku bebane abot, dirimu ra sah meksak’e nek ra kuat, Didik lahir bukan sebagai Mbarep Tungal tapi Alang-alang sing seharus’e ndampingi awakmu” 

(Mbarep Tunggal itu seharusnya kamu, bebanya sangat berat, kamu tidak usah memaksakan kalau tidak kuat menanggungnya, Didik lahir bukan sebagai Mbarep Tunggal tapi pendamping mu)

Gw masih bingung mencerna kalimatnya, lama gw berpikir dan akhirnya beliau mengatakan lagi. 

“iling-iling, sopo sing eroh Mbarep tunggal iku?” (coba di ingat2 siapa yg tau sesiapa yg seharunya menjadi Mbarep tunggal?)

“Mbarep tunggal liyane Mbah” (Mbarep tunggal yg lain)

“cah bagus” (Pinter) katanya. 

“tapi de No” kata gw masih mencoba menyanggah, dengan senyuman yg menenangkan, gw mendengar hal yg mengejutkan.

“Sebener’e, sak jane Mbarep tunggal iku mandek nang aku ngger” (seharusnya Mbarep tunggal berhenti di saya nak) 

“Tapi dasar Pingi iku malah ngelanjutke tradisi ra nggenah sing seharus;’e di akhiri iki” (tapi emang dasar, Pingi (Mbah nang) malah melanjutkan tradisi yg syirik ini padahal ini harus berakhir)"

“Mbah nang, juga alang-alang mbah?”

Mbak Yu mengangguk. 

Continue Reading

You'll Also Like

TEROR By Nurwati Ningsih

Mystery / Thriller

1.8K 194 14
Terror itu membuat warga kampung sangat resah dan terancam, karena sudah banyak sekali korban berjatuhan. Belum di ketahui penyebab teror itu datang...
3.7K 480 14
UPDATE [ SABTU & SENIN] There was something behind the room _______________________________________ Ketujuh anak muda yang diantaranya baru saja naik...
9.7K 1.4K 30
[COMPLETED] Seri Cerita SETAN Bagian 1 Perasaan Samsul dan Nadin sangat tidak enak, ketika mendengar kabar bahwa seorang pemuda dari kelas 10 di seko...
1.5M 186K 40
Only fools fall for you . . . . . . . . Ex Jeno ver. Prequel❗