Sampe saat ini. Irene masih sesedih itu. Kalo ditanya mana tahun terburuk bagi anak blackvelvet itu adalah tahun ini, saat kelas 11. Beneran.
Irene keinget waktu awal kelas 10, dia sama Suho nyuci piring bareng pas pramuk blok, masak bareng. Dan pas Irene ngambek dan ninggalin Suho jalan duluan menuju kamarnya, Suho diem-diem bilang "Selamat malam dan selamat tidur juga, baechu."
Itu beneran berkesan banget.
Kenangannya emang ga sebanyak itu, tapi walaupun mereka ngobrol doang, itu bakal nempel banget di memori Irene. Entah bucin ato emang apa, tapi emang semelekat itu nama Suho di memorinya Irene.
Irene juga inget waktu dia dengan tanpa sadar 'mencampakkan' Suho. Tapi balik-balik langsung ditembak, dimobil pake salam-salaman serasa suami istri.
Semua kenangan itu ngebuat Irene meneteskan air matanya, lagi dan lagi.
Ini gak adil. Kenapa cuma Irene yang sengsara? Kenapa cuma dia yang harus sedih?
Tapi mau gimana pun juga, Irene tetep mau nyampein terima kasih ke Suho karna pernah ngebuat dia merasa sebagai seorang cewe yang paling beruntung dan paling dihargai di muka bumi ini, walaupun akhrinya bakal sepet juga.
"Beneran sendiri?" tanya Jennie mastiin.
"Iya, kan yang dipanggil cuma gue, udah lah."
"Jangan nangis lagi lu buset ntar dikira dimacem-macemin kepsek lagi,"
Irene ketawa. "Iya-iya, keluar dulu yak,"
Akhirnya Irene keluar kelas menuju ruang kepsek. Pas disana ternyata ditanyain gimana sekolah, Irene agak takut karna kepsek sini dikenal sebagai pEdOfIl.
Irene iya-iya aja, dia pun langsung buru-buru keluar. Karna koridor lumayan sepi, Irene jalan sambil lompat-lompat dan nyanyi gajelas.
Dia nyanyi-nyanyi gajelas sampe akhirnya Irene tiba-tiba berhenti karna depannya ada satu cowo yang ngeliatin dia datar.
Lalu cowo itu senyum.
Irene ngebales senyum. "Selamat pagi, jodoh orang." sarkas Irene.
Suho ngehela nafas. "Mulainya gimana ya."
"Kok mulai? Salah. harusnya,"
"Akhirinnya gimana ya." kata Irene, Suho langsung diem.
"Ren—"
"Kalo tau bakal kaya gini, harusnya dari awal lo gausah dateng Ho."
Suho ngehela nafas. "Maaf Ren, gua—aku—saya, saya juga beneran ga expect bakal kek gini." ucap Suho. Dia bingung mau ngomong gua aku apa saya.
"Masa iya ga expect? Bukannya harusnya udah ngerti ya?"
"Engga Irene, engga, saya ga ngerti, saya gatau, disini saya cuma jadi tumbal, saya sebenernya gamau kek gini tapi—"
"Tapi seru." potong Irene, Suho ngehela nafas.
"Ngga gitu Irene, beneran."
"Kamu marah?"
"Ya lo pikir?!"
"Marah sih, marah banget."
"Ngga sih, gue bukannya marah, gue cuma shock."
"Apa ya, harusnya dari awal gitu lo udah menjauh, dari jauh-jauh hari udah ngasih tanda-tanda, ato paling ngga, sakitin gue kek bikin gue nangis kek bikin gue—"
"Kalo misalnya saya bisa udah saya lakuin dari dulu."
"Tapi nyatanya ngeliat kamu nangis karna orang aja saya marah, apalagi ngeliat kamu nangis karna saya sendiri?"
"Ho, please lo udah punya tunangan, jangan ngurusin gue lagi." kata Irene.
"Maaf."
"Ho." tegas Irene.
"Maaf..?"
"Beneran minta maaf, terserah mau dimaafin ato ngga, tapi saya beneran minta maaf."
"Buat apa sih minta maaf? Biarin aja kali. Jalanin hidup lo dengan tenang."
"Lo sakit gara-gara gua gimana gua bisa jalanin idup dengan tenang?" tanya Suho.
"Y-yaudah tapi jangan kek gini, gausah buru-buru, gue juga perlu waktu buat nerima ini semua."
"Tapi, harus buru-buru Irene,"
"Kenapa? Lo mau pergi? Iya?"
"Iya." tegas Suho.
Irene langsung diem, hah...
Irene ga masalah Suho udah ga sama dia lagi asal, masih.. bisa ngeliat Suho.. walaupun dari jauh... gapapa... Ya emang agak cheesy tapi ya gitu,,,
Irene nunduk bentar lalu natep Suho lagi. "Kapan? Kemana?"
"London, minggu depan,"
"Bakal tinggal disana untuk kedepannya,"
"Oh."
Suho senyum. "Dadah Irene."
Irene masih diem.
"Eh salah, dadah, Baechu." katanya lagi sambil senyum.
Irene nunduk. Terus ketawa ga percaya. Dia tadinya mau marah kok sekarang malah jadi pengen nangis?
"Ren?"
Irene ngangkat kepalanya. "Yaudah, take care, jangan lupa makan, gue pergi dulu." kata Irene lalu ninggalin Suho yang masih mematung di belakang.
🌶
"Lo gamau nyamperin rumah Suho? Pamitan gitu? Bentar lagi dia ke Jakarta loh," kata Jisoo.
"Yang ada gue diusir emaknya, udah lah biarin aja dia berangkat dengan tenang,"
"Lur abis ini lo beneran susah banget ketemu dia, ayo lah ketemuan dulu bentar doang buat sekedar pamitan juga gapapa." kata Wendy.
"Iya tau. Gamau gue."
"Ren—"
"Serius gapapa,"
🌶
"Ho? Nunggu apa? Ayo naik," ujar sang mama.
Dari tadi Suho bukannya naik mobil tapi malah jongkok diem depan rumah, nunggu seseorang yang mustahil banget buat dateng untuk dateng.
"Bentar lagi, Ma," kata Suho masih celingukan.
"Nanti telat Suho, ayo naik." ujar mamanya lagi, dengan berati hati Suho langsung naik mobilnya.
Dan duduk diem dengan tatapan kosong.
"Chenle mana?" tanya mama ke supir.
"Tadi Mas Chenle lagi keluar,"
"Ck. Kok malah dibiarin? Orang mau berangkat gini malah keluyuran, bener-bener gak—"
"Udah lah ma. Bentar lagi pasti dia dateng," potong Suho nenangin mamanya.
Ga lama akhirnya Chenle dateng, rambutnya oren. Suho ketawa, ternyata Chenle abis warnain rambut.
"Dimarahin mama tuh." bisik Suho.
"Abis warnain rambut aku kak, bagus ga sih warnanya?" tanya Chenle.
"Bagus, warnanya persis sama yang suka mangkal di bunderan,"
"Kak." ujar Chenle, Suho ketawa sambil ngacak rambut adeknya.
🌶
Sekitar 3 jam kurang, akhirnya Suho bareng keluarga sampe bandara dan langsung naik pesawat, bagian first class.
"Kursi nomer berapa?" tanya Suho ke tunangannya begitu masuk pesawat.
"Paling depan kak,"
"Oh ok."
Suho masukin tasnya ke kabin atas, pas dia mau duduk, tangannya di tahan sama Chenle.
"Kenapa Le?"
"Ada titipan." Chenle nyelipin sesuatu di tangannya Suho.
"Apa ini?"
"Buka aja."
Suho pun duduk di kursi deket jendela, dan ngebuka sesuatu yang Chenle kasih tadi, ternyata isinya surat.
we make a choice. and we decided. dan ini hasilnya, kamu ke kemana, aku kemana. tujuan kita udah beda, semua udah ga sama lagi. but its okay, semua orang punya pilihannya sendiri. dan aku bener-bener seneng pernah kenal kamu.
selamat atas pertunangan kamu, aku doain yang terbaik buat kamu sama tunangan kamu sekarang, semoga kalian langgeng.
ok, see you on top junmyeonnie, goodbye!
-baechuuu
Suho diem ngeliatin surat itu, terus tiba-tiba suratnya basah... Iya... Suho nangis.
Persetan sama yang bilang cowo nangis itu lembek, yang gampang nangis itu bukan lembek, tapi yang sosoan nahan nangis itu lah yang ngeboongin diri sendiri.
Suho narik kupluk hoodienya sampe nutupin setengah mukanya, lalu nahan nafas, berusaha ga ketauan sama mbak tunangan kalo dia lagi nangis.
"Kak? Kamu kenapa?" tanya mbak tunangan.
"Ngantuk." jawab Suho seadanya.
"Ohh.. yaudah.. tidur aja kak,"
-
judulnya lebaran karna banyak maap2an