When Women Commanded (On Goin...

By womanwhowrites

67.2K 6.3K 318

Kyna Damara adalah anak perempuan satu-satunya Hardjanto Damara, seorang pengusaha Indonesia yang bisnisnya b... More

PROLOG
WWC - 1
WWC - 2
WWC - 3
WWC - 4
WWC - 5
WWC - 6
WWC - 7
WWC - 8
WWC - 9
WWC - 10
WWC - 11
WWC - 12
WWC - 13
WWC - 14
WWC - 15
WWC - 17

WWC - 16

6.4K 399 39
By womanwhowrites

Hey, long time no up...
Whuzzup guys?
Asli gw sibuk banget akhir-akhir ini jadinya ga bisa update...

Many things to do in real life. Fokus Gw jadinya kepecah hohoho...

Semoga part ini bisa menghapus rindu kalian pada Abram dan Kyna ya dan gw bisa kembali nulis di watty 🙏

ad

------

"Pulang sekarang?" ajak Abram pada Kyna yang sedang duduk santai di salah satu sofa. Pria itu tiba-tiba muncul di depan Kyna setelah ia menutup obrolannya dengan Anja dan mendapatkan kartu nama wanita itu.

Kyna mengangkat wajahnya dan melihat Abram yang mengulurkan tangannya, "Gue pulang bareng Arga. Lo duluan aja," jawabnya.

"Yakin?"

Kyna mengerutkan dahi dan menjawab Abram dengan malas, "Kenapa gue nggak yakin? Gue kan ke sini bareng dia..."

Abram tidak tahu ingin membalas apa. Ia kemudian duduk di samping Kyna —menemani wanita itu.

...

...

"Lo kenapa duduk? Nggak jadi pulang?" Kyna bertanya.

Abram tersenyum, "Mau nemenin lo nungguin Arga. Sudah jam 12 malam, Na. Kasihan lo sendirian, entar digangguin sama cowok-cowok.
Kan berabe—"

"Lebay lo! Ini kan private party. Masuk sini aja pakai barcode, ya kali bakal ada yang gangguin gue. Ada-ada aja lo!"

"Ya mana tau kan laki..."

Kyna tertawa hambar, "Yang ada itu lo gangguin gue, Tehandradja. Sana deh mendingan lo pulang dan tidur ketimbang di sini nungguin gue. Nggak jelas banget sih..."

"Gue nggak ngantuk," kata Abram dengan datar.

"Terserah lo deh," timpal Kyna malas.

Abram menggeser tubuhnya —lebih dekat dengan Kyna dan berkata, "Anyway besok Pak Damara minta kita buat datang ke acara tunangan sepupu lo. Berangkatnya jam 6 pagi. Yakin lo nungguin Arga sampai subuh? Dia lagi ngobrol sama temen-temennya. Pasti lama. Lo mau jadi kambing congek di sini?"

Kyna menarik tubuhnya dan membalas, "Dateng telat nggak apa-apa kali. Lo aja yang berangkat sendiri. Gue entar diantar sopir. Pokoknya, gue mau nungguin Arga. Titik dan tanpa koma."

"Besok sopir dipakai semua..."

"Ya udah. Kalau dipakai, gue berangkat sendiri. Simpel. Saran gue, lo lebih baik pulang daripada di sini . Atau nggak ngobrol sama cewek lo —siapa itu gue nggak paham temen lo ngobrol tadi. You're truly bugging me, Tehandradja."

"Namanya Anja. Udah ya gue tungguin sampai si Argantara Sjarief selesai ngobrol sama teman-temannya," ujar Abram.

"Nggak jelas lo!" kata Kyna dengan sinis. Perempuan itu kemudian berkutat dengan ponselnya dan mengabaikan keberadaan Abram.

*
45 menit berlalu, namun tidak ada tanda-tanda Arga menghampiri Kyna. Abram pun kembali berinisiatif mengajak Kyna pulang. "Na, balik yuk?" ajaknya sekali lagi, "Sudah hampir jam satu pagi. Pikirin kesehatan lo. Arga sibuk sama teman-temannya. Dia mungkin lupa kalau lo nunggu dia di sini," jelasnya.

"Can you stop talking, Tehandradja. Lo bisa nggak sih lihat gue seneng dan berhenti ikut campur dengan kehidupan pribadi gue? You're not involved..." balas Kyna dengan sinis.

"Gue tau. Tapi, Pak Damara minta kita pulang sekarang. Terlalu malam, Na. Acaranya David juga sudah kelar dari tadi. Lo nggak mungkin di sini terus sedangkan yang lain sudah pulang..."

"Bodo', Abram. Gue mau di sini tungguin Arga."

"Ya udah, gue temenin," kata Abram, "gue bakal temenin nunggu Arga, Nona Damara, princess yang super duper keras kepala..."

"Apasih lo! Mau nemenin, tapi dikomenin," Kyna menjawab Abram dengan sinis.

"Abis lo..." Abram mendesah panjang, "...lo itu terlalu rumit."

Kyna mendekatkan tubuhnya pada Abram dan memegang wajah pria itu. Ia menatap mata cokelat Abram dan berkata dengan penuh penekanan, "Listen, Abram Califf Zachary Tehandradja, bukan menjadi urusan lo kalau gue itu keras kepala ataupun rumit. Gue nggak pernah sekalipun minta lo memahami gue. You're just—"

Cups! Abram tiba-tiba mencium Kyna agar wanita itu berhenti berbicara. Ciuman mereka hanya sekilas, namun cukup terasa di bibir Kyna.

"Shit!" umpat Abram ketika sadar. Ia dengan cepat menarik tubuhnya —menjauh dari Kyna. Ia kemudian mengacak-acak rambutnya karena merasa bersalah.

Kyna yang malam itu sepenuhnya sadar hanya bisa terpaku dan membatin, What the hell was he doing? Kissed me? Abram cium gue?

Lama berkutat dengan pikiran mereka masing-masing, Abram lalu memberanikan diri menarik tangan Kyna dan meminta maaf kepada perempuan itu, "Na, sorry... tadi gue—"

Kyna yang syok dengan perilaku Abram —sembari merasakan serbuan kupu-kupu di perutnya— berusaha untuk tenang dan memfokuskan pandangannya pada Abram. Ia berkata dengan sangat kecil dan penuh penekanan, "Lo sudah gila?! Ini tempat umum, Tehandradja! You couldn't kiss me. Kalau Arga lihat, ancur date gue. Lo pikir cara lo bener, hah?! Lo itu ya—"

"Ya, gue tau," potong Abram, "gue khilaf. Gue khilaf, Na. Sorry, gue beneran nggak bisa mikir ketika lo ngomong di depan gue dengan jarak sedekat itu. Gue cuma—"

"Lo cuma nggak tau diri dan nggak punya malu. Ya! That's it, Abram. Gimana kalau tadi ada orang yang lihat? Otak lo yang smart itu ditaruh di mana sih? Heran gue! Kok papa bisa ya sampai hati angkat lo jadi anak dan percaya banget sama lo. Padahal kelakuan lo kayak gini..."

"Iya, Na. Untuk itu gue minta maaf ya karena sudah kurang ajar sama lo..."

Kyna menghela nafas panjang dan memalingkan wajahnya dan menimpali, "Lo pikir mudah maafin tingkah laku lo tadi?"

"Nggak mudah kalau itu berhubungan dengan lo, Na. Gue kenal lo. Lo benci banget sama gue. Tapi, seenggaknya gue sudah berniat minta maaf sama lo..." jawab Abram dengan hati-hati —agar tidak menyinggung Kyna.

Kyna beranjak dari duduknya. Ia hanya membalas, "Lebih baik kita balik sekarang. I know it sounds stupid. Gue tadinya mau nungguin Arga, cuma mood gue ancur gara-gara lo..."

"Oke, kalau itu bisa bikin lo maafin gue—"

Kyna mendengus, "In your wildest dream, Tehandradja. Anter gue pulang bukan berarti gue maafin lo. It means I punish you. Lo sudah lancang sama gue malam ini."

"Gue tau itu nggak mudah buat lo. But, I'm glad you wanna go home. Seenggaknya lo bisa istirahat dan bisa berangkat ke acara tunangan sepupu lo bareng anggota keluarga yang lain."

"Bawel lo. Mending lo berdiri dan kita balik sekarang!"

"Siap, tuan putri..." kata Abram dengan senyum yang mengembang di wajahnya.

That was sweet kiss. Thanks, Na. Batin Abram sambil terus memperhatikan Kyna dan tidak melepaskan pandangannya dari wanita itu.

"Isssh... nggak jelas lo!" ujar Kyna dan berlalu.

**

Pukul 9 pagi keluarga Damara bersiap ke acara pertunangan sepupu Kyna, Adiba Firdausi Damara. Adib adalah sepupu laki-laki Kyna dari pihak ayahnya —Hardjanto Damara. Adib tinggal di Lombok semenjak lulus kuliah karena ia harus mengurusi Hotel dan Resort keluarga yang berada di Gili Meno, Gili Air, Gili Kondo, dan Kuta Mandalika.

Adib kembali ke Jakarta karena ia harus bertunangan dengan kekasihnya yang berasal dari Bandung.

"Gue heran sama papa, kenapa pas last minutes he changed his mind dan memilih naik kereta ke Bandung. Sudah gitu, he let us uses this car? Tell me, he jokes, Abram?" Kyna menggerutu sesaat setelah ia masuk ke dalam mobil dan memasang seat-beltnya.

"Gue juga nggak paham. Kan lo yang lebih kenal bokap lo, Na. Kenapa lo nggak tanya aja..."

"Papa is unpredictable, complicated tepatnya. Mau tanya mama, pasti ujung-ujungnya ngomong 'Mama kan istri, jadi harus dukung segala keputusan suami. Sebab, surga istri ada di telapak kaki suami'. Aduh, sampai hafal gue."

Abram tertawa mendengar ocehan Kyna dan mulai menyalakan mesin mobil yang akan mereka gunakan. Dalam perjalan ke Bandung, mereka diikuti oleh satu mobil yang berisi dua sopir dan dua bodyguard. Fungsi sopir dan bodyguard tentu sebagai penjaga mereka ketika kelelahan.

"Lo kok diem aja sih gue ajakin ngomong?" Kyna bertanya pada Abram yang sedang fokus menyetir mobil.

"Emang lo mau gue menanggapi apa?" jawab Abram sambil putar balik.

Kyna mendengus. "Entahlah... gue kan ajakin lo ngomong. Bukan nyuruh lo jadi pendengar."

"Terus... lo mau naik kereta ke Bandung kayak bokap dan nyokal lo?"

"Nggak tau. Gue cuma kesal sama papa. Bisa-bisanya papa bikin gue terjebak berdua sama lo kayak gini. Lo lagi, lo lagi. Bisa nggak sih sehari aja gue nggak ketemu lo? Bosen, Abram..."

Abram tersenyum kecil dan menimpali, "Bisa aja kalau kita nggak serumah. Permasalahannya sekarang adalah kita serumah. Bagaimanapun juga, intensitas kita ketemu pasti sering. Udah serumah, sekantor pula. You can't deny it, Na."

"I know right..."

Abram berdehem kecil lalu bertanya —mengalihkan topik pembicaraan mereka, "Kabar Arga gimana? Dia marah nggak lo pulang sama gue semalam?"

"Dia nggak cariin gue. Nggak tau juga tuh, mabok kali makanya lupa sama gue..." keluh Kyna.

Abram senyum. "It means, gue nggak salah dong ajakin lo pulang semalam."

Kyna memiringkan tubuhnya dan melihat senyum Abram yang sedikit menjengkelkan. "Nggak salah sih, cuma gue masih nggak terima dengan perilaku impulsif lo semalam."

"Ya, sorry. Gue kan nggak sengaja."

"Nggak sengaja kata lo?" Kyna menaikkan sebelah alisnya. "You were so freaking sober last night, Tehandradja. You didn't drink beer, liquor, or wine. Pun gue. Gue beneran nggak paham sama sikap lo. Bad attitude."

Abram menjawab, "Blame your sexy lips, sister"

"Fuck! Abram. I'm not even your sister. Please, don't call me that! Lo nggak sedarah sama gue. Lo cuma anak angkat."

Abram tertawa hambar. "Gue tau. Lo nggak perlu mengulang-ulang kata 'anak angkat' itu. Gue sadar diri, Na. Percaya deh sama gue, secepatnya gue bakal cabut dari rumah lo. Dan selamat, lo terbebas dari bayang-bayang gue."

"Bagus deh. Gue nggak sabar lihat lo angkat kaki dari rumah gue," timpal Kyna dengan sinis sambil melipat kedua tangan di dada.

...

...

...

Memasuki jalan tol, Abram membuka suara untuk mencairkan suasana yang membeku seperti es dalam beberapa menit, "Gue nggak pernah tau sampai kapan kita jadi Tom and Jerry kayak gini," kata Abram dengan tenang, "lo nggak capek apa marah-marah mulu setiap lo berada di dekat gue?" tanya Abram.

"Ya, capek. Tapi, gimana lagi? Lo sangat menyebalkan. Kayaknya, dari semua laki-laki yang pernah gue kenal di dunia ini, lo adalah laki-laki paling menyebalkan."

"Gue dapat award dong kalau kayak gitu?" tanya Abram sambil tersenyum simpul.

"Jadi laki-laki paling menyebalkan? Iya?"

"Please, selama yang kasih award itu lo. Gue nggak masalah," goda Abram.

Kyna mendengus, "Pede banget lo bakal dapet award dari gue. In your wildest dream, Tehandradja. Kenapa lo nggak minta aja award sama cewek lo yang semalem. Siapa namanya? Anka? Aneka? Anjeli? Aya?"

"Anja?"

"Iya itu lah, gue nggak tau karena gue nggak peduli. Minta aja sama dia. Paling lo dikasih. Kan dia care sama lo. Saking care-nya, dia sampai pegang tangan lo dan geser bokongnya biar bisa duduk tanpa jarak sama lo. Kalian semalem itu kayak dikasih lem aibon tau!"

"Lem aibon?" Abram terkekeh mendegar jawaban Kyna, "Ada-ada aja sih. Lo ngarang, Na. Anja itu bukan cewek gue. Lo sok tau banget sih. Kenal juga baru semalam. Itu pun dikenalin Dave."

Kyna menautkan kedua alisnya sambil menjawab, "Like I care, Bram?"

"Yes, you do"

"No, I don't"

"Yes, you do. Logika aja deh, kalau lo nggak peduli, lo nggak bakal noticed gue duduk sama Anja dalam jarak sedekat itu."

"Hey, man. Gimana gue nggak noticed, lo jadi pusat perhatian orang-orang yang datang ke pesta. Gue tau pun gara-gara lo di-noticed Arga. Nggak usah kepedean deh lo!" Kyna membalas Abram dan membela diri.

"Terserah lo deh, Na. Yang jelas gue nggak pernah ada hubungan apapun sama Anja. Dia cuma kenalan gue saat di pestanya David—"

"Gue nggak peduli dan nggak mau dengar penjelasan lo, Tehandradja. Stop it!" potong Kyna.

"Ya... setidaknya gue jujur sama lo biar lo nggak salah paham."

"Bodo' amat. I just don't care!"

Continue Reading

You'll Also Like

820K 72.1K 56
Shana begitu ia akrab disapa. Si paling advokasi begitu julukannya. Bagaimana tidak, ini tahun keduanya menjabat sebagai staff bidang Advokasi di Him...
933K 45.7K 37
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...
1.2M 95K 54
Meta memutuskan pulang kampung untuk menemani orang tua ketika mendengar bahwa sang adik harus merantau karena kuliahnya, namun seperti dugaannya, ke...
266K 42.2K 26
Mili sangat membenci kondisi ini. Dikejar-kejar oleh Mamanya sendiri yang mau menjodohkannya. Bahkan, titah untuk menikah sebelum usia 24 tahun terus...