Waktu menunjukkan tepat pukul 9 malam. Yoongi dan Jimin yang sudah cukup lama menghabiskan waktu bersama pun bersiap untuk pulang.
"Aku sangat bahagia malam ini. Terima kasih, Yoongi." Jimin tersenyum manis sampai matanya turut menyipit.
"Tidak usah lebay, Jim. Ayo kita pulang. Waktu sudah malam." Yoongi beranjak diikuti Jimin setelahnya.
Sejak sore tadi mereka menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan. Tujuan terakhirnya adalah sungai Han. Mereka cukup lama berbincang dan bercanda bersama. Jarang sekali ada waktu bersama, oleh karena itu mereka tak menyia-nyiakannya.
"Baby?" Panggil Jimin setelah meraih pergelangan tangan Yoongi. Yoongi yang bersiap melangkah pun mengurungkan niatnya dan menengok ke arah Jimin.
"Iya?" Sahutnya.
Jimin hanya tersenyum dan mendekap tubuh Yoongi dari belakang. Menyandarkan dagunya di pundak sang pacar dan mencuri satu kecupan di pipinya.
"Lihatlah, bulan terlihat sangat indah. Tapi sayang keindahannya tidak mengalahkanmu." Bisik Jimin. Yoongi berdecak, namun tak memungkiri senyuman yang terpatri.
"Sepertinya aku akan kenyang dengan kejuanmu." Ucap Yoongi dan membuat Jimin terkekeh.
"Aku mencintaimu, Yoongi." Bisiknya.
"Aku sudah mendengarnya puluhan kali hari ini. Aku tidak perlu mengulang jawabanku lagi." Yoongi menoleh ke arah Jimin dengan senyum yang masih terukir manis.
"Jangan pernah bosan mendengarnya." Bisik Jimin dan mengecup kembali pipi Yoongi.
"Engg.... Entahlah. Mungkin aku akan bosan suatu hari nanti." Yoongi tersenyum jahil membuat Jimin berdesis lirih.
"Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi." Jimin mengeratkan peluknya. Rasanya enggan sekali untuk mengakhiri pertemuan ini.
"Jim?" Panggil Yoongi.
"Iya, Baby?" Sahut Jimin seraya mengecup pundak Yoongi.
"Ini sudah malam. Ayo kita pulang." Rengek Yoongi dengan suara manjanya. Tak ada alasan untuk menolak, Jimin segera menyetujuinya.
Mereka kemudian berjalan bergandengan tangan. Mobil mereka terparkir cukup jauh dari posisinya. Mata Jimin mengedar ke segala arah. Ternyata bukan hanya mereka yang menghabiskan waktu berdua di dekat sungai Han. Ternyata ada Daniel juga. Tunggu? Daniel?
Jimin menghentikan langkahnya. Matanya menyipit menatap seseorang yang tak asing di matanya. Jimin menyuruh Yoongi menunggu sebentar. Jimin lantas berjalan mendekati mereka.
"Ternyata Daniel memiliki pacar juga? Aku tak menyangka." Jimin merogoh handphone di saku celananya dan membuka aplikasi kameranya. Ia lantas mengarahkan fokus kameranya pada objek yang akan dibidiknya. Dalam hitungan ketiga, foto itu sudah tersimpan di galeri handphonenya.
"Siapa tahu foto ini akan bermanfaat." Gumam Jimin. Ia pun kembali ke arah Yoongi.
"Tadi itu siapa?" Tanya Yoongi yang sedari tadi memperhatikan pergerakan Jimin.
"Dia teman sekelasku. Aku baru tahu kalau dia memiliki kekasih. Aku akan meminta pajak jadiannya besok." Jimin menyeringai dan malah mendapat satu geplakan dari Yoongi.
"Cih, kekanakan sekali." Yoongi mendahului pergi. Jimin yang masih mengelus bekas geplakan sayang Yoongi pun akhirnya mengikuti.
"Yak! Jangan durhaka dengan kekasih sendiri! Yoongi!" Yoongi mempercepat langkahnya membuat Jimin dengan cepat mengejarnya.
.
.
.
Jungkook sedang asyik menyandar di dada sang kekasih. Setelah kembali dari makan malamnya, mereka kembali ke apartemen dan menghabiskan waktu bersantai di dalam kamar. TV yang terpajang menyala, namun keduanya lebih asyik bercanda bersama. Total abai dengan acara yang tersaji di layar yang menyala di hadapannya.
"Sebentar lagi akan ujian. Tidak terasa sebentar lagi kita akan lulus." Taehyung berucap seraya mengelus surai kelam kekasihnya.
"Kamu benar, Baby. Emm.. Kamu akan melanjutkan kuliah di mana?" Tanya Jungkook. Ia mendongak menatap wajah Taehyung sekilas.
"Mungkin di Universitas Seoul. Aku ingin mengambil DKV. Kamu tahu kan aku sangat tertarik dengan foto dan juga animasi?" Jungkook mengangguk mengerti.
"Aku juga akan kuliah di sana. Sepertinya aku juga akan mengambil jurusan yang sama. Aku tertarik tentang perfilman." Jungkook meraih tangan Taehyung dan menciuminya.
"Ah, aku tidak sabar." Taehyung tersenyum ceria.
"Tidak sabar menikah denganku?" Sahut Jungkook diakhiri kekehan. Taehyung reflek memukul lengan Jungkook, wajahnya sudah memerah sekarang.
"Aku tidak bilang begitu! Aku tak sabar menjadi mahasiswa." Ralat Taehyung.
"Iya dan setelah itu menikah denganku." Jungkook tak berhenti menggoda. Ia segera duduk untuk menghindari pukulan Taehyung setelahnya.
"Wajahmu memerah, Baby. Lucu sekali." Jungkook terkekeh. Taehyung memberengut sebal dan siap melayangkan pukulan ke lengan Jungkook. Namun gerakannya tercekal saat Jungkook dengan cepat meraih pergelangan tangannya.
"Jangan memberengut begitu, Baby. Kau tau dengan ekspresimu yang seperti ini membuatmu semakin terlihat manis. Apakah kamu sengaja menggodaku, Baby?" Jungkook mendekat dan mengecup bibir Taehyung.
"Cepatlah berganti. Kita harus cepat tidur, besok kita akan berangkat pagi." Jungkook melepas cekalan tangannya dan memberi jarak pada kekasihnya. Taehyung masih terdiam tanpa merespon ucapan kekasihnya.
"Baby? Apa kamu mau aku yang menggantikan bajumu?" Tanya Jungkook dan menyadarkan Taehyung dari rasa terkejutnya. Dengan cepat ia beranjak dan bergegas menuju kamar mandi.
"Ah lucu sekali."
Jungkook tersenyum gemas melihat tingkah kekasihnya.
Bersambung...