Clugams #1: and The Cursed Cl...

By amateurflies

16.7K 1.8K 381

Semua berawal ketika Kai mulai merasakan ada yang janggal dengan peraturan di sekolah asramanya. Ketika Ryan... More

Prolog
1. Pembagian Lencana
2. Suara Aneh
4. Mulai Janggal
5. Sistem Peraturan
6. Kelas Terkutuk
7. Lo Siapa?
Lencana Clugams
8. Anthem
X Anathema Cast
INFO
open member

3. Aksa Hilang!

1.2K 172 22
By amateurflies

Is a bad place will make you be bad person?

• • •

Lampu senter menyala, merambat lurus, berkeliling ke segala arah. Di tengah-tengah lorong yang antah-berantah namun dapat dipastikan masih menjadi bagian dari asrama barunya, Genta terus melangkahkan kakinya. Berjalan meski ia tidak tahu mau ke mana dan bagaimana bisa dirinya tiba-tiba berada di lorong tak berujung ini. Sampai tak lama sekelebatan yang terasa di balik punggung membuatnya langsung berbalik dan mengarahkan cahaya senternya.

"Siapa di sana?" pekik Genta, meski sebenarnya susah payah ia menahan rasa takut.

Sekelebatan itu menuju sebuah pintu tua yang tertutup rapat. Genta mencoba untuk membuka, namun agaknya karat pada gagang pintu menyebabkan pintu itu tidak bisa digerakkan barang satu senti pun, dan malah membunyikan decit yang benar-benar tidak Genta sukai di saat-saat seperti ini. Di sebelahnya ada kaca. Genta memasang penglihatannya tegas-tegas, dengan mengarahkan cahaya senternya untuk menembus kaca, dan menerangi bagian dalam ruangan itu.

Kacanya yang gelap, ditambah ruangannya yang juga gelap dan penuh debu, membuat Genta tanpa sadar mengintip sampai wajahnya begitu dekat bahkan hampir menempel dengan kaca tersebut. Dalam hati Genta tidak habis pikir, bagaimana bisa asrama semegah dan secanggih Clugams, masih memiliki ruangan tua yang tidak terawat semacam ini.

Semakin Genta mengintip ke dalam dan matanya berusaha keras untuk menjangkau sesuatu yang berwarna putih di sana, justru semakin penasaran pula batinnya dibuat meronta.

Sesuatu warna putih itu bergerak!

Tunggu. Itu bukan benda mati. Bukan hanya kain. Sesuatu putih yang berbentuk bahan dengan corak merah di mana-mana itu adalah baju. Baju?

Sepertinya Genta mengenali baju putih yang dikenakan seseorang di dalam sana itu. Seorang perempuan berambut panjang, yang memiliki kisaran umur tampak sama dengannya. Bukankah....

Tidak salah lagi, baju putih itu sama persis dengan miliknya yang diberi pihak asrama saat pendaftaran satu bulan lalu! Baju putih itu adalah....

Seragam inti Clugams!!!

Detik saat Genta mengingatnya, detik itu juga seseorang yang berdiam diri di tengah kegelapan sana, menyorot tajam ke arahnya dengan sepasang bola mata merahnya yang menangis darah. Mulut Genta mengatup rapat. Jantungnya berdegup kencang disertai napas menderu hebat. Inginnya berteriak, namun suaranya tahu-tahu saja tercekat entah mengapa. Sampai kali berikutnya ketika ia membuka mata, bukan lagi ruangan itu yang terlihat olehnya. Melainkan langit-langit kamarnya.

Punggung Genta terangkat sempurna. Dilihatnya ia sedang berada di tengah ranjang, dengan bulir keringat yang hampir membasahi seluruh wajahnya. Sama seperti dalam mimpi itu, Genta tetap kesulitan untuk mengatur deru napasnya. Degup jantungnya masih berpacu kuat, meski ia tahu semua itu tidak lebih dari sekedar mimpi. Tidak nyata. Hanya saja bedanya, di dunia nyata ia tidak perlu merasa takut, setakut di dalam mimpi itu.

Sebelum lanjut tidur kembali, akhirnya Genta beranjak menuju kamar mandi untuk membasuh mukanya dengan sedikit air mengalir.

Ciitt

Sial. Decitan itu benar-benar mengingatkan Genta akan mimpinya.

"Ck! Percuma bayar mahal, kalau buat ganti keran air aja nggak bisa!" Air yang mati, ditambah keran besi yang karatan pada satu-satunya wastafel yang ada di dalam toilet kamar mereka, saat itu sungguh membuat Genta harus menahan kekesalannya tengah malam.

Tanpa menghasilkan apa-apa, tanpa pula mendapat air setetes pun, akhirnya Genta putuskan untuk tidak jadi membasuh wajahnya. Akan tetapi saat keluar lagi dari toilet, ia baru menyadari kalau kenyatanya ada satu lagi ranjang yang kosong selain ranjangnya. Telunjuk Genta menunjuk satu persatu sambil mengabsen supaya mengetahui siapa yang hilang.

"Luhan ada. Rangga ada. Berarti yang nggak ada..." Setelah diam cukup lama, barulah Genta ingat. "Aksa!"

Seketika Genta panik. Buru-buru ia menyambar selimut Luhan. "Han, Han, bangun, Han!"

Lelaki dengan bibir mungil, bernama lengkap Kalu Hantara itu berdecak kesal. Jelas saja kesal. Baru sekian jam ia tertidur, terhitung sudah sekian kali tidurnya diganggu oleh dua teman sekamarnya. Dan sekarang tiga, ditambah Genta. "Berisik lo!"

"Han, bangun!" Tidak menyerah, Genta mengguncang-guncangkan tubuh Luhan.

"Gue capek Gentara Loka. Mau tidur, ngantuk banget ini!" keluh Luhan yang terdengar sangat mengatur intonasinya walau mengantuk berat, seraya mengambil kembali selimut tebalnya.

"Iya, gue tau lo capek. Tapi si Aksa ilang!" seru Genta, yang detik itu juga membuat mata Luhan langsung terbuka.

"Ke mana?"

"Kalau gue tahu namanya bukan ilang!"

"Bangunin Rangga!"

🎯

Drap! Drap! Drap!

Jika tadi terdengar suara benda yang seperti sedang diantukkan satu sama lain, kali ini terdengar suara derap langkah yang kian mendekat ke arah kamarnya. Suara apa itu?!

Sumpah, Karin baru tahu kalau sekolah asramanya sehoror ini, dan Mama-Papanya benar-benar kompak tidak bercerita sama sekali! Karin takut. Tapi apa boleh buat kalau ternyata rasa penasaran lebih berhasil menguasai dirinya. Dengan langkah pelan-pelan, sedikit berjinjit, Karin memberanikan diri berjalan menuju pintu kamarnya. Membuka pintu kamarnya dengan menekan sebuah tombol yang tersedia.

Hingga pintu telah terbuka, mulut dan mata Karin langsung membulat sempurna bersamaan dengan tubuhnya yang mematung, terkejut hebat.

Terlihat seorang lelaki tinggi yang entah dari kapan, tahu-tahu ia dapati sudah berdiri kukuh di depan pintu kamarnya.

"Lo siapa?" tanya Karin spontan.

"Aksa!"

Pekikan seseorang disusul dengan derap langkah kaki beberapa orang, seketika membuat Karin menoleh dengan lebih menyembulkan kepalanya ke luar pintu. Dan di seketika itu juga, Karin baru menyadari, kalau tidak tahunya lelaki tinggi yang berdiri kukuh di hadapannya saat ini sejak tadi memejamkan mata.

Plak!

Tidak segan-segan Rangga menggeplak kepala belakang Aksa, sampai mata elang Aksa langsung terbuka lebar. "Bisa aja anjir sleep walkingnya ke kamar cewek! Lo modus apa gimana, nih?" tegurnya kemudian.

"Hah?" Aksa yang tidak sadar apa-apa hanya bisa melongo, sembari mengusap-ngusap kepalanya. Bingung akan keberadaannya yang tiba-tiba berada di area asrama perempuan kelasnya, lebih bingung lagi ketika mendapati seorang perempuan yang menatapnya aneh. Seperti sedang menatap keajaiban dunia hasil dari pernikahan silang antara cicak dan kadal. "Gue? Sleep walking?"

Rangga, Luhan, dan Genta mengangguk. Sedangkan Karin menggeleng dengan gedikan bahu. Tidak tahu. Sementara Aksa tampak masih heran.

"Masa?"

"Ahelah!" desah Luhan.

"Bodo amat, Sa!" Genta menyentak.

Melihat gaya bicara Aksa yang sok tidak tahu apa-apa didukung dengan raut wajah yang polos benar-benar membuat mereka berdua ingin sekali menjedotkan kepala Aksa ke tembok marmer Clugams. Di pihak lain ada juga Rangga yang hanya bisa menggeleng-geleng kepala. Walau tabiatnya yang suka meninggi, di antara yang lain di satu kamar itu, tetap saja hanya Yurangga Pragi Wangsa satu-satunya yang berkelakuan sedikit lebih normal ketimbang tiga dari mereka. Lebih-lebih Genta!

Aksara Bima Jiwanta? Jangan salah paham. Dari nama saja anak itu tergambar elegan. Tapi kalau malam sudah menjelang, di tengah-tengah tidurnya anak itu biasa berjalan sambil tidur. Aksa bisa menaiki tiap undakan tangga tanpa jatuh, meski matanya tertutup dan kesadarannya sedang di awang-awang! Aneh luar biasa, bukan?

"Ini gue beneran sleep walking? Perasaan tadi tidur gue belum pules, ah," sela Aksa tiba-tiba.

"Udahlah, cabut-cabut!" giring Rangga dengan mendorong punggung ketiga teman-temannya.

Meninggalkan Karin yang tampak terbengong-bengong di pijakannya, akan tetapi dengan keberadaan yang seakan tidak dianggap sama sekali oleh tiga laki-laki itu. "Dasar cowok-cowok gila!" umpatnya setelah sekian menit menahan emosi.

Tak lama Jeje bangun. Disusul dengan Manda. Keduanya berjalan beriringan dengan gontai mendekati Karin yang masih betah berdiri di ambang pintu.

"Ada apa, sih?" tanya Jeje dengan mulut menguap.

Sejenak Manda memakai kacamatanya. Ikut melongok ke mana arah mata Karin melihat sambil terus mengumpat. "Ada apa?"

Karin melipat tangan di dada. Melirik sensi ke arah Manda dan Jeje. Alih-alih menjawab ia malah berbalik dan berlalu kembali ke ranjangnya. Mengambil posisi tidur di balik selimut, usai merapikan headset dan mematikan laptopnya yang masih menayangkan streaming video. Menyebalkan. Giliran tadi ia bangunkan tidak bangun-bangun. Sekarang perkara sudah selesai mereka baru bangun. Sial sekali di kamarnya hanya tiga orang, di saat kamar sebelah terdapat empat.

🎯

Kelas belajar mengajar tengah berlangsung. Seorang gadis berambut panjang dengan warna merah mencolok yang mengenakan jaket kulit hitam itu segera membuang bungkus rokoknya. Sengaja ke sampah organik, supaya tidak diotak-atik lagi oleh pendaur ulang. Mengendap-ngendap masuk ke dalam gedung asrama, setelah semalaman ia habiskan waktu di belakang gedung dalam sebuah paviliun tak terpakai, menyesap tiga batang rokok untuk menghilangkan depresi yang disebabkan kedua orangtuanya, lantaran telah memasukkannya ke sekolah asrama kuno semacam ini.

"Deteksi! Tara Maharani, Kelas Anathema, Nomor Kamar 455."

Setelah menengok-nengok kanan-kiri sebentar, gadis itu langsung masuk usai pintu terbelah. Melepas heels dan jaket kulitnya. Mengganti segala yang menempel di tubuhnya dengan seragam sekolah Clugams, lengkap dengan segala atributnya terkecuali jas. Karena satu dari sekian banyak jenis seragam yang pernah ia kenakan selama berpindah-pindah sekolah sejak SD, seragam yang dilengkapi dengan jas-lah yang paling tidak ia sukai!

Tara, gadis pemberontak yang sebetulnya tidak ingin menempati sekolah asrama mengerikan macam Clugams itu, berjalan dengan cueknya menuju gedung sekolah tanpa peduli walau waktu sudah menunjukkan pukul 8.30 dan penampilan warna rambutnya. Tidak mengherankan kalau sekian anak yang tengah memakai lapangan outdor untuk mata pelajaran olahraga, menatapnya aneh lantaran dirinya yang telat tetapi tetap biasa saja. Bahkan terkesan 'bodo amat'.

Clugams ini selain peraturannya yang ketat, guru kesiswaannya pun juga sangat tegas. Jangankan terlambat datang, tidak membawa buku paket saja hukumannya bisa berkali-kali lipat lebih melelahkan dibanding hukuman yang biasa diberi di sekolah biasa. Tambahan lencana yang melekat di dada kiri jas Tara agaknya kini lebih berhasil menarik perhatian Bu Jessica yang sejak tadi berdiri mengawasi anak-anak dari kejauhan.

"Sekarang juga kamu lari keliling lapangan 10 kali." Dengan menatap Tara dingin, Bu Jessica menghampiri sekaligus menghalau jalan Tara di pinggir lapangan.

Tampak sangat sengaja, Tara mengibaskan rambutnya ke belakang bahu di depan mata wanita itu. "Saya nggak mau."

Mencari masalah, lalu dikeluarkan. Ya, inilah waktu yang tepat!

===

Be Continued...

PERKENALANNYA UDAH SELESAI SAMA SEMUA ANAK ANATHEMA. SIAP MASUK KE KONFLIK?

APAKAH CERITA INI LEBIH BAIK PAKAI VISUAL ATAU TIDAK? JAWAB YAA

FOLLOW IG
ITSCINDYVIR // AMATEURFLIES

Continue Reading

You'll Also Like

3.2M 151K 61
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
2M 69.5K 44
Seorang santriwati yang terkenal nakal dan bar-barnya ternyata di jodohkan dengan seorang Gus yang suka menghukumya. Gus galak itu adalah musuh bebuy...
2.7M 232K 61
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
4.6M 248K 56
Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarganya yang tahu pun langsung mengusirnya...