Drugs || Yocat x Seungzz x Se...

By WannaPeaches

2.5K 219 153

"Dengarkanlah kata hatimu sendiri, karena terkadang, hatimu bisa membawamu untuk melihat sesuatu yang berbeda... More

1: Addicted
3: The Untold Story
4 The Last Drama

2: The Pain

492 51 24
By WannaPeaches

Happy reading. Another long chapter..

........Adegan gila yang membuat pria itu menatap bingkisan di tangannya dengan nanar, lalu berjalanperlahan, menjauh dari asrama dengan perasaan sakit yang tidak lagi bisa dijelaskan dengan kata-kata. Air mata mulai membasahi kedua pipinya, ia hanya bisa tersenyum miris.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

I can take you higher

Ijen sigani dwaesseo

Jeogi nopeun goseuro

Jigeum neoreul deryeoga, Oh baby

Nun kkamjjakhal sungane

Sungane

Urin yeongyeoldwaeisseo

Yeongyeoldwae

Irama musik terdengar dari ruang latihan. Seungwoo cs terlihat sedang berlatih dance yang akan ditampilkan 5 hari lagi. Ketika musik berhenti, mereka terlihat sangat lelah, hampir semuanya bermandikan keringat. Sang maknae line terlihat merebahkan diri di lantai, nafas mereka tersengal-sengal. Wajar saja, mereka sudah latihan selama 5 kali sejak tadi.

Sosok mata Seungyoun menangkap gestur Seungwoo yang tidak biasa. Sepertinya lutut Seungwoo kembali sakit. Seungyoun yang menangkap gerak gerik Seungwoo pun menghampirinya dengan wajah yang sangat khawatir.

"Hyung, kau oke? Apa lututmu sakit lagi?", Seungyoun nampak khawatir, membuat semua yang berada di ruangan mengalihkan atensinya pada Seungwoo.

"Aku tidak apa-apa. Kau perhatikan saja dancemu itu, dari tadi kau melakukan kesalahan. Aku sungguh kesal dengan kalian. Kemarin Yohan, sekarang kau yang membuat kekacauan. Sebenarnya kalian berniat untuk tampil atau tidak hah?!", Seungwoo membentak di akhir kalimat. Semua yang ada disana terkejut.

"Tapi hyung, aku rasa Seungyoun hyung tidak melakukan kesalahan, he is okay", Dongpyo berkata dengan hati-hati. Seungyoun hanya menunduk, berpikir dengan keras hingga dahinya mengkerut. Ia tidak tahu, gerakan mana yang salah, ia merasa bahwa dirinya dan timnya baik-baik saja tadi.

"Jadi kau menyalahkanku dan mengira aku menuduh Seungyoun, begitu? Aku dari tadi memperhatikannya, dia terlihat tidak fokus. Barisannya tidak simetris karena dia!", Seungwoo tersengal, nafasnya tidak teratur karena emosi. Seungyoun membelalakkan matanya. Hangyul dan yang lainnya sungguh terkejut dengan bentakan Seungwoo tersebut. Sepanjang mereka berlatih dance, hal yang sangat mustahil terjadi adalah Seungyoun melakukan kesalahan. Bagaimana bisa melakukan kesalahan jika Seungyoun sendiri yang membuat koreografinya bersama Seungwoo?

"Hyung, aku rasa kau lelah. Apa kau perlu istirahat dulu?", Hangyul mencoba menenangkan hyungnya. Wooseok melirik ke arah Seungyoun, dilihatnya pria itu sudah menampakkan wajah yang kalut, menahan emosi.

"Aku rasa aku perlu keluar untuk mendinginkan kepalaku", Seungwoo beranjak dari tempat duduknya dengan tiba-tiba. Tapi kemudian ia terjatuh karena tidak mampu menahan sakit di lututnya. Seungyoun refleks merangkul Seungwoo.

"Yaaa, hyung. Kau kenapa?", Dongpyo terlihat panik. Para maknae line juga nampak sangat panik.

"Lepas Youn, aku bisa berjalan sendiri", nada Seungwoo sudah melunak, meskipun terdengar agak ketus. Seungyoun merasa emosinya mulai tersulut.

"Hyung, aku tidak tau salahku tadi dimana. Maaf, nanti aku akan memperbaikinya. Sekarang, biar aku antar kau ke klinik, akan kuobati dulu lututmu. Gyul, kau awasi latihan anak-anak yang lain", Seungyoun memberikan perintah dengan tegas. Hangyul hanya bisa mengangguk patuh pada perintah leader keduanya itu.

Semua yang berada di ruangan kembali merasa heran ketika Seungwoo dan Seungyoun saling melemparkan tatapan sinis, meskipun Seungwoo sudah mau dipapah oleh Seungyoun. Suasana ruangan mendadak hening. Yohan yang sedari tadi merasa kebingungan melirik Wooseok diam-diam.

Wooseoknya menunduk, tatapan matanya terlihat sedih.

"Yaaa, apa ada hal yang tidak ku ketahui?", suara Junho memecah keheningan.

"Memang ada apa? Aku rasa disini Seungwoo hyung yang aneh", Eunsang ikut berbicara.

"Emangnya Seungyoun hyung salah pas dibagian mana sih? Dia baik-baik aja kayaknya dari tadi", Minhee menimpali. Tapi seisi ruangan tidak ada yang mampu menebak. Mereka juga bingung kenapa Seungwoo hyung marah seperti itu.

"Mungkin hyung hanya lelah, kita kan sudah mendekati acara. Dia pasti hanya stres memikirkan penampilan kita. Dia kan biasa perfeksionis seperti itu", Yohan menimpali. Yang lain pun mengangguk-angguk setuju, mencoba melakukan pembenaran terkait ucapan Yohan.





Seungyoun mengompres lutut Seungwoo dengan air dingin. Air mukanya masih datar, ia tidak terima Seungwoo memarahinya tanpa sebab. Disisi lain, Seungwoo hanya meringis kesakitan, dan tidak mau sekalipun menatap wajah Seungyoun. Suasana pun hening karena hanya mereka yang ada di klinik yang memang sudah sepi. Para dancer biasa keluar masuk sendiri karena klinik itu memang dibuat untuk keadaan darurat.

"Hyung, lain kali kalau sakit itu bilang, jangan ditahan sendirian dan melampiaskannya padaku", Seungyoun membuka suara. Ia mengoleskan krim pada lutut Seungwoo.

"Kau kenapa hmm? Apa aku benar-benar melakukan kesalahan yang fatal tadi?", Seungyoun bertanya sambil membereskan alat-alat dan obat yang sudah selesai digunakan. Ia menarik kursi yang ada di dalam klinik, lalu duduk di sebelah ranjang tempat Seungwoo berbaring. Seungwoo tampaknya sudah lebih melunak, ia tampak menghela nafas panjang.

"Tidak biasanya kau marah padaku Hyung. Setelah Wooseok dan Dongpyo, aku adalah seseorang yang bisa merasa sangat kenyang akan perhatian dan kelembutanmu. Tapi hari ini, baru kali ini aku mendengar hyung memarahiku, padahal aku merasa bahwa gerakanku tidak ada yang salah. Kenapa hyung?", Seungyoun menatap nanar Seungwoo yang masih mengalihkan pandangannya.

"Menurutmu begitu?", Seungwoo berucap pelan. Seungyoun mengerutkan dahinya tidak mengerti. Seungwoo bangkit dari ranjangnya, ia duduk bersandar pada headboard, dengan kaki yang masih diluruskan. Efek krim yang dioleskan Seungyoun mulai mengurangi rasa sakitnya.

"Menurutmu, aku memperlakukanmu seperti itu?", Seungwoo menatap Seungyoun, membuat dongsaengnya itu kaget karena sorot mata Seungwoo menunjukkan kesedihan yang teramat dalam. Seungyoun semakin bertanya-tanya. Hatinya sakit melihat tatapan Seungwoo yang biasanya sangat meneduhkan.

"Lupakan, mungkin aku memang lelah. Maaf tadi aku memarahimu", Seungwoo mengalihkan pandangannya, menghadap ke langit-langit. Seungyoun yang masih belum mengerti apa yang terjadi beralih menggenggam kedua tangan kanan Seungwoo yang menggantung bebas di sisi ranjang. Seungwoo sedikit terkejut, namun ia tidak melepaskan genggaman itu.

Seungyoun hanya diam, ia ingin mengatakan sesuatu tapi entah kenapa lidahnya terasa kelu. Ia menggigit bibirnya, berusaha meredam gusar yang ia rasakan di hatinya. Seungwoo kembali menoleh pada Seungyoun, lalu menghela nafas pelan.

"Youn, kau ini, sudah berpacaran dengan Wooseok atau bagaimana?", pertanyaan Seungwoo terlontar begitu saja, tanpa pembuka, tanpa aba-aba, membuat Seungyoun terkejut setengah mati. Ia merasa seluruh tubuhnya merinding, tidak tahu harus menjawab apa. Hyungnya memberikan pertanyaan yang paling ia takutkan sejak tadi.

"Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu hyung?", susah payah Seungyoun menjawab pertanyaan Seungwoo. Ia melepaskan genggaman tangannya pada Seungwoo. Tapi Seungwoo tidak menjawab pertanyaannya. Karena Seungwoo diam, Seungyoun pun menarik nafas dan berusaha untuk bicara. Mungkin saat ini, ia harus jujur kepada hyungnya sebelum semuanya berubah menjadi lebih gila.

"Menurutmu bagaimana? Apa aku dan Wooseok terlihat seperti orang berpacaran?", Seungyoun balik bertanya. Seungwoo tersenyum tipis, sangat meneduhkan.

"Awalnya aku bingung melihat kalian berdua, karena kalian sangat dekat. Tapi kupikir, Wooseok memang seperti itu. Ia suka memeluk dongsaengnya, mereka sangat dimanjakan olehnya. Kepadaku juga Wooseok bersikap manja, ia sering memelukku, begitu juga padamu. Dan juga, karena kau sahabat kecilnya, selama ini aku berpikir bahwa wajar saja kau selalu bersamanya dan Wooseok terlihat sangat bergantung padamu. Ketika para anggota menggodamu dan Wooseok, kalian juga bersikap biasa saja. Kupikir, kalian memang hanya bersahabat", Seungwoo menghela nafas panjang, sebelum melanjutkan kata-katanya. Tapi lidahnya kelu, ia tampak bersusah payah merangkai kalimat selanjutnya, bola matanya bergerak menunjukkan kegusaran.

"Awalnya aku pikir, aku masih memiliki kesempatan. Tapi seperti kebanyakan cerita di film atau drama, biasanya tidak ada yang namanya sahabat jika sedekat itu. Jadi aku mulai ragu, apakah kau juga sama seperti cerita itu?", suara Seungwoo memelan di akhir kalimat.

"Kesempatan apa, hyung? Tapi....... tapi, kalimatmu yang pertama benar, aku dan Wooseok hanya bersahabat hyung. Aku membuat orang lain salah paham karena menunjukkan perhatian berlebih padanya", Seungyoun menatap dinding klinik dengan nanar, air matanya mulai menggenang.

"Aku memang pernah menyukai Wooseok, tapi itu dulu, ketika aku menyalah artikan perasaanku padanya. Sekarang, aku hanya menganggapnya sebagai seorang adik yang harus aku jaga dan harus aku bahagiakan karena....", kalimat Seungyoun menggantung karena Seungwoo tiba-tiba memutus pembicaraannya.

"Pernah menyukai? Hanya sekedar pernah? Bukannya masih menyukai?", Seungwoo menatap manik mata Seungyoun. Seungyoun balik menatap Seungwoo, ia tertawa pelan.

"Iya hyung, aku hanya pernah men....."

"Berarti saat ini, kau masih bersahabat dengan Wooseok, begitu?".

Seungyoun mengangguk pelan. Seungwoo berdecih, ia tertawa mengejek. Seungyoun terkejut dengan sikap Seungwoo yang begitu tiba-tiba ini.







"Youn, ada berapa banyak hal yang kau sembunyikan dariku? Kenapa kau berbohong padaku?", Seungwoo tampak berkaca-kaca. Tangannya mengepal, meremas sprei ranjang dengan sangat kuat.

"Berbohong apa hyung?", Seungyoun sungguh tidak mengerti kemana arah pembicaraan Seungwoo. Jantungnya berdebar sangat keras, tidak pernah ia melihat Seungwoo menampakkan manik yang begitu terluka seperti itu.

"Kalau kau hanya berteman dengan Wooseok, kenapa.... Kenapa kemarin malam, di teras kau menciumnya seperti itu?", suara Seungwoo terdengar parau. Seungyoun terkejut setengah mati.

"Hyung, kau... kau melihatnya?", Seungyoun sangat terkejut, matanya memanas. Tangannya gemetaran. Seungwoo tertawa miris, lagi.

"Iya, aku melihat dengan sangat jelas, kau mencium sahabatmu dengan sangat bergairah di teras asrama kemarin. Kemarin aku berniat mengunjungi Wooseok, membawakannya ceker ayam sambil mendiskusikan outfit penampilan kita. Tapi sampai disana aku melihat kalian.... berciuman. Bahkan kalian terlihat seperti nyaris making out, tapi..... tapi kau bilang Wooseok hanya sahabatmu? Aku melihat semuanya dengan jelas. Aku yakin itu adalah kau dan Wooseok. Atau kau mau mengatakan bahwa itu adalah orang lain yang kebetulan mirip dengan kalian? Apa kau mau membodohiku lagi?", Seungwoo menangis, suaranya meninggi dan memberikan penekanan pada beberapa kata. Seungyoun menggelengkan kepalanya, air mata sudah jatuh membasahi pipinya.

"Hyung.. aku... aku tidak akan berbohong lagi. Iya benar yang kau lihat, aku memang mencium Wooseok kemarin", Seungyoun tersengal setelah mengucapkan kalimat itu. Dadanya terasa dihantam oleh palu dengan sangat kuat, membuatnya merasa sangat sesak, rasanya seperti ingin mati saja ketika mengakui perbuatannya yang ternyata sudah diketahui oleh Seungwoo hyungnya.

Sialnya, bukan hanya Seungwoo yang terkejut, tapi Yohan, yang pada awalnya ingin menjenguk Seungwoo hyungnya di klinik berhenti di balik pintu karena mendengar suara ribut dari dalam. Tangannya yang gemetaran menutup mulutnya, ia merasa sangat shock mendengar pembicaraan Seungwoo dan Seungyoun. Air matanya menggenang di pelupuk matanya. Merasa tidak kuat lagi mendengar pembicaraan itu, ia berbalik untuk meninggalkan kliniknya. Tapi jantungnya terasa ingin lepas ketika ia melihat sesosok dongsaengnya berdiri menutup mulutnya, tidak kalah terkejutnya dengan dirinya. Dongsaengnya itu tampak gelagapan ketika Yohan berbalik melihatnya.

"Hyung, aku, aku hanya ingin membawakan Seungwoo hyung air minum, tapi....", pria itu tidak bisa melanjutkan kata-katanya karena Yohan sudah terlebih dahulu menarik tangannya dan membawanya pergi dari klinik. Membiarkan hanya Seungyoun dan Seungwoo yang mengetahui kejadian selanjutnya. Mengabaikan dirinya yang sebenarnya perlu mengetahui kelanjutan cerita, yang mungkin, muaranya akan berbeda.


"Tapi hyung, semua yang kau lihat tidak seperti apa yang kau pikirkan, sungguh. Aku memang ingin menjelaskannya padamu, kumohon beri aku kesempatan untuk menjelaskannya", suara Sengyoun yang parau kembali memecah keheningan di dalam klinik.

"Hyung, aku dan Wooseok...."

"Apa kau pikir aku tertarik mendengar alasanmu? Aku yang gila karena ikut campur urusan kalian. Tapi kau seharusnya tahu, aku kecewa kau berbohong padaku, pada tim yang aku kira kau anggap sebagai keluargamu", Seungwoo mengepalkan tangannya dengan erat.

"Tidak penting, Youn. Sekarang semuanya sudah tidak penting lagi. Aku tidak berhak menekanmu, aku bukan siapa-siapa di kehidupan kalian. Iya, benar begitu kan? Aku bukan siapa-siapa dalam hidupmu dan Wooseok", Seungwoo berdecih, dadanya terasa sakit karena sesungguhnya ada hal yang ditutupi dari ucapannya tadi.

"Hyung, apa kau mencintai Wooseok hingga kau marah begini padaku?", Seungyoun bertanya dengan pelan. Seungwoo membelalakkan matanya karena kaget.

"Menurutmu, aku mencintai Wooseok?", Seungwoo mengusak wajahnya dengan kasar. Seungyoun mengangguk pelan, dengan ragu. Seungwoo menggelengkan kepalanya, seolah tidak percaya dengan jawaban yang dilontarkan Seungyoun.

"Sudahlah Youn, lupakan saja. Aku bukan siapa-siapa dalam hidup kalian. Aku bukan orang penting di hidupmu, jadi tidak ada alasan aku mendengarkan alasan kau mencium Wooseok atau hal-hal lainnya yang menjadi rahasia kalian. Aku tidak penting di hidup.....".

"Penting hyung, kau penting buatku!!!", Seungyoun menatap Seungwoo dengan nanar, memotong pembicaraannya dengan nada yang tegas. Seungwoo balik menatap Seungyoun, seakan tatapannya mampu menembus jantung Seungyoun. Sedetik kemudian, ia membiarkan sebuah kalimat tidak terduga lolos dari bibirnya hanya karena frustrasi berhadapan dengan Seungyoun....














"Seungyoun, aku sangat mencintaimu".

"Karena aku mencintaimu, Seungwoo".

Double kill. Seungyoun dan Seungwoo, keduanya terkejut setengah mati karena mereka melanjutkan kalimatnya masing-masing secara bersamaan, dengan kata-kata yang sama persis. Mereka terdiam, masing-masing dari mereka bahkan tidak mampu mencerna dengan baik apa yang didengarkan barusan.

"Kau bilang apa hyung? Kau, mencintaiku?", Seungyoun menatapnya tidak percaya, ia mengucapkan 2 kata terakhir tanpa suara. Sementara Seungwoo tertawa pilu setelah ia benar-benar yakin dengan apa yang ia dengar.

"Kau ingin membunuhku atau bagaimana Youn?", Seungwoo balik bertanya, ia menggeram marah. Ia tiba-tiba bangun dari tempat tidurnya. Seakan tidak peduli dengan sakit yang ia rasakan di lututnya, ia menarik tangan Seunyoun dengan sangat keras, lalu mendorong badan Seungyoun hingga menabrak dinding klinik. Tangan kiri Seungwoo memenjara Seungyoun di antara tembok dan dirinya, sementara tangan kanannya mengepal dengan kuat. Seungyoun meringis kesakitan.

"Apa kau tahu betapa menyakitkannya diam-diam mencintaimu? Apa kau tahu apa yang dimaksud dengan cinta?!! Apa sebegitu mudahnya mengatakan cinta kepadaku setelah kau mencium orang lain di depan mataku sendiri? Segampang itukah kata cinta itu keluar dari mulutmu?!", Seungwoo berteriak, benar-benar berteriak, membuat Seungyoun tersentak.

"Aku, aku selama ini menunjukkannya padamu. Aku memperhatikanmu, aku berbicara lembut padamu, menanyakan kabarmu, selalu ingin membuat koreografi berdua denganmu, ingin menahanmu lebih lama disisiku. Aku sangat senang melihat kau tersenyum, aku selalu berusaha membuatmu merasa nyaman, aku sengaja menyuruhmu datang lebih awal, mengajariku detail koreografi, memesankan makanan kesukaanmu. Aku melakukan semuanya agar kau bahagia, agar kau, pernah sedetik saja mengalihkan perhatianmu padaku. Kau tahu, betapa kerasnya aku berusaha? Apa kau tahu bahwa aku merasa bodoh saat tidak mampu mengatakannya padamu, karena kau begitu dekatnya dengan sahabat yang kau cium itu?!!!!!", Seungwoo berbicara dengan lantang sambil berteriak. Ia merasa sangat frustrasi.

"Lalu sekarang kau bilang kau mencintaiku. Katakan, drama seperti apa yang kau mainkan ini, Youn? Apa aku melakukan kesalahan hingga Wooseok dan kau harus memainkan perasaanku seperti ini? Apa kau masih mau berbohong tentang perasaanmu padaku bahkan setelah aku menceritakan bagaimana sakitnya mencintaimu dalam diam?", Seungwoo berkata dengan lirih. Kepalanya menunduk, ia merasa tenaganya sangat habis. Hatinya tercabik-cabik, ia bahkan tidak bisa menggambarkan luka yang kini ia rasakan. Terlalu perih.

"Hyung, aku tidak berbohong, aku memang benar mencintaimu", nada Seungyoun bergetar, ia mencoba meraih tangan Seungwoo, lalu menggenggamnya.

Tubuh Seungwoo merosot, berjongkok di hadapan Seungyoun, membiarkan tangannya digenggam oleh Seungyoun. Amarahnya tadi menguasai dirinya, mengambil seluruh kekuatannya. Ia sudah tidak sanggup lagi mendengar apapun dari mulut Seungyoun, hatinya sakit.

"Hyung, kumohon berikan aku kesempatan untuk menjelaskannya, setelah itu, kau boleh memutuskan apakah aku harus tinggal atau pergi", Seungyoun memelas, ia berjongkok di hadapan Seungwoo.

"Cukup, Youn. Jangan katakan apa-apa padaku lagi. Semakin banyak kau berbicara, kau membuatku semakin hancur. Kumohon, simpan saja semua penjelasanmu, aku tidak membutuhkannya", Seungwoo berdiri, ia beranjak meninggalkan klinik. Seungyoun ingin menahan Seungwoo, tapi belum sempat ia membuka mulut, Seungwoo sudah menyambar lagi dengan kata-kata dinginnya.

"Menjauhlah dariku, Youn", Seungwoo berhenti berjalan, memunggungi Seungyoun yang masih bersimpuh.

"Sekarang aku....... benar-benar membencimu", Seungwoo berjalan tertatih-tatih meninggalkan klinik setelah mengucapkan kalimat itu.

---------

Di waktu yang bersamaan, pada tempat yang berbeda,sesaat setelah Yohan mendengarkan perbincangan kedua hyungnya di klinik.

Yohan yang masih shock hanya menyeret dongsaengnya yang juga berada di klinik tadi menuju ruang latihan. Sesampainya disana, semua anggota yang awalnya terdiam, terkejut melihat Yohan masuk dengan terburu-buru dan menghempaskan tangan dongsaengnya dengan kasar.

"Astaga, ada apa ini? Kenapa suasana hari ini tegang sekali?", Hangyul menatap heran kedua pria tersebut. Yohan tidak menjawab, ia merapikan barang-barangnya, ia ingin meninggalkan ruang latihan secepatnya. Sementara pria satunya masih terkejut, ia bergabung dengan maknae line.

"Yaaaa, ada apa ini? Hyung, Dongpyo, kalian kenapa?", Eunsang angkat bicara.

"Aku tidak mood latihan, besok saja. Kalau kau mau tahu, tanyakan saja pada Dongpyo, aku tidak tertarik menjelaskannya", Yohan berkata dengan ketus. Wooseok memandangi Yohan yang terlihat tergesa-gesa. Ia bangkit dan menahan Yohan.

"Yohan, tenanglah. Katakan pada kami apa yang terjadi", Wooseok berkata dengan lembut, namun nada suara Wooseok membuat emosi Yohan semakin tersulut. Ia mendecih pelan.

"Hey hyung, kau ini memang sangat manis ya. Tapi aku sedang muak berbicara padamu", Yohan mengatakan itu dengan nada yang pelan, namun menusuk hati Wooseok yang terdalam. Hangyul dan maknae line terkejut mendengarnya. Sedangkan Dongpyo, ia mendesah pelan, frustrasi dengan keadaan yang dihadapinya.

"Yohan hyung, apa-apaan kau ini? Kenapa kau menjadi emosi dengan Wooseok Hyung? Dia bertanya baik-baik padamu", Minhee angkat bicara. Ia tidak tega melihat Wooseok yang sangat terkejut setelah mendengar ucapan Yohan.

"Kalian bela saja dia terus", Yohan mendecih, mengambil langkah untuk keluar ruang latihan.

"Yohan, stop please! Hyung ingin berbicara denganmu", Wooseok berkata dengan tegas. Yohan berhenti melangkah. Wooseok menghampirinya lalu menarik tangannya untuk keluar ruangan. Namun Yohan menahannya, ia melepas pegangan tangan Wooseok dengan kasar.

"Bicara disini saja hyung", Yohan berkata dengan dingin.

"Tidak, aku perlu berbicara denganmu saja dulu", Wooseok menggapai lengan Yohan, namun Yohan menepisnya.

"Hyung, kalau kalian berdua ingin bicara, biar kami saja yang keluar", Dongpyo memberikan aba-aba kepada temannya untuk keluar ruangan. Namun belum sempat mereka beranjak, Yohan sudah angkat bicara.

"Tidak usah ada yang keluar!", Yohan berteriak. Ia memandang Wooseok yang mematung di sampingnya.

"Kau menganggap kami keluarga kan hyung? Kalau iya, bicara saja disini. Kurasa semua orang perlu tahu apa masalahmu. Toh aku dan Dongpyo sudah mengetahuinya. Kau tidak perlu menyembunyikannya, karena mereka semua akan segera tahu", Yohan membuat Wooseok tersentak.

Apa yang mereka tahu? Batinnya. Lalu ia mengingat bahwa Yohan dan Dongpyo pergi ke klinik menemui Seungwoo dan Seungyoun. Wooseok pun merasa takut setelah menyadarinya. Seberapa banyak yang sudah Seungyoun ceritakan kepada mereka?

"Kenapa kau diam hyung? Tidak berani terbuka di depan mereka? Kalau kau hanya mau bicara denganku, maaf, aku tidak bisa", Yohan hendak mengambil langkahnya keluar ruangan. Wooseok mengambil nafas perlahan ketika Yohan sudah mencapai pintu keluar.

"Yohan, aku mencintaimu!", Wooseok berteriak kencang, membuat semua orang di ruangan terkejut. Mereka mengangga, tidak percaya dengan apa yang di dengar. Yohan menghentikan langkahnya.

"Yohan, aku mencintaimu, aku benar-benar mencintaimu. Jadi kumohon, berikan aku kesempatan untuk berbicara jujur padamu, setelah itu kau boleh pergi", Wooseok berucap lirih, namun masih didengar oleh seisi ruangan.

Yohan membalikkan badannya, ia berjalan mendekati Wooseok, berdiri tepat di hadapannya dengan jarak yang sangat dekat.

"Hyung, apa aku tidak salah dengar? Kau bilang apa tadi? Kau mencintaiku? Kau mencintai Yohanmu ini? Benar begitu?", Yohan bertanya dengan lirih. Wooseok menganggukkan kepala. Membuat seisi ruangan menahan nafas karena tidak tahu harus bereaksi apa. Yohan tiba-tiba tertawa sangat kencang.

"Waahhh, daebak!!! Yaaa!!!! Kau sangat cocok menjadi aktor hyung. Tapi aku penasaran, drama apa yang sedang kau mainkan? Waahhh, apa kau berperan sebagai tokoh antagonis yang menyamar sebagai pahlawan dengan menggunakan wajah manismu itu?", Yohan berkata dengan nada yang sarkas, seolah-olah serius bertanya karena penasaran dan tidak tau apa-apa. Membuat Wooseok yang bisa menangkap maksud tersirat dari ucapannya itu mematung kaget. Ia semakin bingung, apa saja yang Yohan dengar dari Seungyoun hingga Yohan bersikap begini? Yohan mengangkat dagu Wooseok dengan menggunakan telunjuknya.

"Hyung, kau sudah berapa kali menggunakan wajah tampan dan polosmu ini untuk menggoda pria? Apa sekarang setelah Seungyoun hyung, targetmu adalah aku? Wah senangnya, aku juga tertarik padamu. Aku dengan senang hati mau menjadi mangsamu", Yohan mengelus pipi Wooseok, sambil mengucapkan kalimatnya dengan pelan dan menusuk. Membuat Wooseok terkejut, dan merasakan takut yang amat dalam.

"Mau kucium juga di ruangan ini sekarang hyung?", Yohan tersenyum, ia berbisik pelan tepat dihadapan wajah Wooseok dengan posisi bibir mereka yang hanya berjarak beberapa cm dari bibir Wooseok. Para maknae line dan Hangyul sangat terkejut dengan perkataan Yohan yang sangat jelas merendahkan Wooseok.

"Yohan, kau kenapa berbicara seperti itu kepada hyungmu?", Hangyul berusaha menenangkan Yohan, ia melihat dengan jelas tubuh Wooseok yang gemetaran.





Braakkkkkk!!!

Yohan membanting tasnya lalu ia meninju tembok dengan sangat keras menggunakan tangan kanannya. Urat-urat tangan dan lehernya terlihat karena menahan amarah.

Oh, entah double kill atau triple kill bagi orang-orang yang berada di ruangan itu. Hyeongjun dan Dohyon memeluk lengan Dongpyo, mereka takut karena tidak pernah melihat Yohan seperti ini.

"Hei hyung, aku pikir kau ini benar-benar orang yang baik, tapi aku salah", Yohan mengucapkan kalimatnya dengan susah payah. Ia menelan ludahnya yang terasa sangat pahit. Bibirnya bergetar menahan amarah.

"Biar kuberi tahu satu hal, hyung, mengenai alasan kenapa aku semarah ini. Aku sangat mencintaimu! Aku juga mencintaimuuu, sampai aku mau gila rasanya! Aku suka kau memberikanku perhatian, mengobati cideraku, menyuapiku makanan, mengelus rambutku, aku menyukainya!! Aku menyukai kau yang awalnya aku kira sudah menganggap kami sebagai keluarga sehingga kau memperlakukan kami dengan baik, menyayangi dan menjaga kami. Aku begitu mengagumimu. Tapi apaaa, kau berbohong hyung!!!!!", air mata Yohan menetes, ia sudah tidak sanggup mengontrol emosi dan nada bicaranya. Ia berteriak kencang.

"Kau brengsek hyung!! Kau pikir kenapa aku menahan perasaanku? Karena aku tahu kau dan Seungyoun hyung saling mencintai. Dan aku mendengar sendiri tadi bahwa Seungyoun hyung mengaku kalian berciuman kemarin malam setelah dipergoki oleh Seungwoo hyung. Aku mendengarnya sendiri, kau mencium Seungyoun hyung!!! Lalu apa maksudmu menyatakan cinta padaku kalau bukan menjadikanku target selanjutnya, dan membodohiku!! Kau pikir aku akan terjebak dengan perlakuan manismu?!", Yohan berteriak. Semua orang hanya mampu menahan rasa terkejutnya. Wooseok mematung, tubuhnya gemetaran.

"Iya, jika kau ingin menjebakku, memainkan perasaanku, maka selamat. Kau berhasil. Aku sudah terjebak hyung, aku sudah merasa sakit seperti yang kau inginkan.. Karena aku memang mencintaimu.. Tapi setelah mengetahui semuanya, aku tidak tahu harus berkata apa-apa. Kau mencium Seungyoun hyung, kau sangat dekat dengannya. Semua orang pasti tahu, sekarang kalian berpacaran. Tapi kenapa kau malah mengatakan cinta padaku hyung? Oh, kau pikir aku tidak akan pernah mengetahui bahwa kau sudah berciuman dengan Seungyoun hyung, begitu? Maaf, aku sudah mendengarnya hyung. Jadi rencanamu untuk mengelabuiku gagal", Yohan menurunkan nada bicaranya. Ia lelah, sangat lelah.

"Yohan, yang aku cintai adalah kamu, kau belum mendengar semuanya", Wooseok hanya mampu mengatakan itu dengan tubuhnya yang gemetaran. Ia berusaha menggapai lengan Yohan agar ia bisa menahan pria itu dan mau mendengarkan penjelasannya. Yohan menggenggam kedua tangan Wooseok, ia berusaha berbicara dengan normal.

"Hyung, terimakasih karena sudah berkata bahwa kau mencintaiku. Aku juga mencintaimu, tapi aku tidak tahu kenapa, sekarang perasaan itu tiba-tiba lenyap", Yohan mengambil jeda. Ia menangis.

"Kalau kau benar-benar mencintaiku, maka tolong, jangan pernah kau tunjukkan wajahmu lagi di hadapanku. Saat ini, aku sungguh sangat kecewa padamu sampai di titik aku tidak bisa mempercayaimu lagi. Setidaknya sampai penampilan dance kita nanti, aku masih bisa menahannya kalau kau tidak berbicara denganku, aku tidak mungkin mengecewakan mereka dengan kabur hanya karena kau", Yohan mengedarkan pandangan pada anggota timnya yang juga tampak menangis melihat kedua orang dihadapan mereka berubah dalam sekejap tanpa bisa mereka pahami dengan baik keadaannya.

"Tapi setelah itu, jika kau mau, kau bisa tetap tinggal di tempat ini, hyung. Aku yang akan pergi agar tidak lagi melihat wajahmu", Yohan melepas genggaman tangannya. Ia mengambil tasnya.





"Hyung, kau tahu? Aku membencimu", Yohan berbisik pelan dihadapan Wooseok, lalu berjalan menuju pintu keluar. Ia berpapasan dengan Seungwoo yang entah sejak kapan sudah berdiri di sana dengan nafas yang tidak beraturan. Yohan mendecih pelan sambil menatap hyungnya itu, lalu pergi meninggalkan ruang latihan.

Meninggalkan Wooseok yang kini menangis bersimpuh di lantai dengan dipeluk oleh semua dongsaengnya.

"Maafkan aku, Yohan", Wooseok berbisik pelan dalam tangisnya.



To be continued...

Continue Reading

You'll Also Like

190M 4.5M 100
[COMPLETE][EDITING] Ace Hernandez, the Mafia King, known as the Devil. Sofia Diaz, known as an angel. The two are arranged to be married, forced by...
28.8M 914K 49
[BOOK ONE] [Completed] [Voted #1 Best Action Story in the 2019 Fiction Awards] Liam Luciano is one of the most feared men in all the world. At the yo...
483K 30.3K 94
Kira Kokoa was a completely normal girl... At least that's what she wants you to believe. A brilliant mind-reader that's been masquerading as quirkle...
771K 26K 70
A story where a girl would do anything to get rid of her studies including getting married with a Mafia king but fate played opposite of it even afte...