How We Fall in Love

By jesuisann_

18.8K 2.1K 847

Park Jiyeon menikah dengan Ketua Klan Mafia Seoul, Kim Myungsoo a.k.a L. Namun, adakah cinta di pernikahan me... More

foreword
1
2
3
4
5
6
7
8
10
11
12
13
14

9

1K 135 63
By jesuisann_

:: Selamat Membaca ::

|

|

3 Bulan Kemudian

Jiyeon selalu punya rasa percaya diri yang rendah, dia tidak menganggap dirinya cantik, hanya seorang wanita biasa dengan wajah yang rata-rata, namun saat ini saat dirinya sedang hamil hampir 4 bulan, dia bahkan tidak mampu untuk melihat dirinya sendiri di cermin, dan ejekan-ejekan dari Hyesun tentang dia yang terlihat gemuk dan memiliki wajah yang buruk sungguh membuatnya jengkel, hanya tuhan yang tahu seberapa banyak dia menangis diam-diam di malam hari sementara suaminya terlelap pulas.

Pelecehan yang dilakukan Hyesun tidak berhenti disana, Jiyeon berharap bisa pulang ke rumah dan istirahat saja di sana dengan nyaman dan penuh ketenangan, namun suaminya sangat keras kepala sekeras banggal, ingin melihat Jiyeon seperti seekor elang setiap menit dalam sehari. Semua itu menjadi siksaan saat Myungsoo ada rapat atau pertemuan, Hyesun akan mulai melecehkan dirinya dan anaknya yang lucu yang sekarang menganggap dirinya sendiri sudah besar. Jiyeon tidak ingin melapor pada Myungsoo, tidak ingin sang suami menjadi sangat marah pada wanita itu, dia tahu jelas Myungsoo akan sangat murka, suaminya itu tidak memiliki toleransi sedikit pun jika itu menyangkut dirinya.

Jiyeon melirik ke arah perutnya yang tidak rata lagi, sedikit menonjol, Moonbin sedang bermain di lantai, tengkurap, berguling di karpet ruang kerja sang ayah, Jiyeon tersenyum, anak laki-lakinya sangat menggemaskan, dan dia akan memiliki seorang adik perempuan yang lucu dalam 5 bulan lagi. Ya, mereka sudah melakukan cek jenis kelamin bayi mereka, itu berjenis perempuan, dan membuat Myungsoo sangat bahagia sampai-sampai dia tersenyum lebar sepanjang hari yang mana sangatlah bertentangan dengan raut wajahnya yang biasanya, bahkan lelaki itu menaikkan gaji seluruh karyawan. Mengingat suaminya, Jiyeon menjadi cemberut, Myungsoo pergi menghadiri pesta bisnis tadi malam, pada undangan mengatakan bahwa tamu undangan harus membawa pasangannya, dan saat Myungsoo meminta Jiyeon untuk menemaninya, dia menjerit pelan, mengatakan dia tidak bisa datang dengan perutnya yang semakin besar yang menurutnya itu memalukan, jadi bukan dirinya, melainkan Hyesun yang menjadi pasangan Myungsoo, tentunya dia cemburu.

"Eomma," Jiyeon mendengar suara lirih Moonbin, dia tahu nada suara itu, Moonbin terganggu dengan sesuatu, dalam hal ini dengan seseorang.

Hyesun masuk ke ruangan dengan kepala tegak seperti dia sudah memiliki seisi dunia, Jiyeon semakin cemberut, tidak sedang dalam suasana hati yang bagus untuk mendengar kata-kata pujian tentang SUAMINYA.

Hyesun duduk di kursi Myungsoo, dia mengangkat tangannya ke udara dan memamerkan cincin berlian miliknya, berhasil menyita perhatian Jiyeon, cincin itu terlihat elegan dengan berlian cantik di tengahnya.

"Jiyeon-ssi, kau lihat cincin ini, suamimu memberikan ini untukku." Hyesun berkata dengan nada manis, yang membuat Jiyeon menjadi semakin kesal.

"Itu cocok untukmu." Jiyeon merespon dengan enggan, tidak ingin membuat Hyesun senang dengan memperlihatkan raut wajah cemburunya.

Hyesun mengangkat sebelah alisnya, jadi kau belum cemburu. Pikir Hyesun, lali menyeringai. "Thank you, bisakah kau menunjukkan padaku cincin pernikahanmu?" Hyesun menyeringai, bertanya dengan nada manis yang dibuat-buat.

Hati Jiyeon terasa seperti diremas, dia tidak memiliki cincin pernikahan, Oh Tuhan sampai kapan kau menyiksa diriku? Tanyanya dalam hati.

"C-cincin? Aku lupa memakainya, ada di kamar kami." Jiyeon berbohong.

Mata Hyesun berbinar puas, lalu menatap ke arah perut Jiyeon yang membuncit, betapa dia ingin untuk menendangnya, itu mengingatkannya bahwa lelaki yang paling dia cintai tidur bersama wanita buruk rupa, yeah dia pikir wajah Jiyeon sangat buruk, terkadang perasaan benci dapat membuat orang menjadi berhalusinasi sampai-sampai mereka tidak bisa melihat kenyataan.

"Jiyeon, dimana kau?" Myungsoo datang dengan raut wajah penuh kekesalan, kliennya sudah sangat melampaui batas, dia butuh waktu bersama dengan Jiyeon untuk menenangkan amarahnya, atau dia bisa saja membunuh semua orang yang sedang ada di dekatnya.

Myungsoo melihat Hyesun yang sedang duduk di kursi kerjanya, membuat Myungsoo memutar mata jengah, lalu berkata dengan nada kasar, "Menyingkir dari kursiku, aromamu bisa membekas disana, dan aku benci itu. Jadi tolong keluar dari sini sekarang juga!"

Kedua mata Hyesun membelalak, b-bagaimana mungkin? Kenapa cintanya berbicara dengan cara seperti itu terhadap dirinya? Pikirnya, lalu segera berjalan ke luar ruangan.

Jiyeon hampir saja mengasihaninya, perlu digarisbawahi kata hampir.

"Appa," Dengan segera, Moonbin menenggelamkan dirinya ke pelukan sang ayah. Myungsoo menghela napas, lalu memeluk erat Moonbin dan mencium harum rambut sang anak.

"Kemasi barang-barang Moonbin, hari ini kita akan pulang lebih cepat, ruangan ini menjadi pengap." Myungsoo berkata sambil mendekap Moonbin lebih erat, yang sudah mulai lelah, dan saat merasakan dekapan hangat sang ayah, dengan segera Moonbin menenggelamkan wajahnya ke leher sang ayah, merasa nyaman dan memejamkan mata, terlelap dengan cepat.

"Kenapa kau terlihat begitu kesal?" Jiyeon bertanya acuh tak acuh. Myungsoo menggertakkan giginya dan berjalan cepat ke luar ruang kerjanya, Jiyeon mengikuti di belakang.

Malam harinya

Jiyeon bergerak tidak nyaman di ranjang mereka, Myungsoo sudah terlelap dengan tangannya yang berada di pinggang Jiyeon. Perlahan Jiyeon berbalik ke kanan dan membebaskan dirinya dari genggaman erat suaminya, lalu berdiri, pelan-pelan dia berjalan menuju kamar tidur Moonbin, dan mendapati Moonbin terbangun, berdiri di ranjangnya yang berbentuk mobil, menatap ke arah pintu dengan mata bulatnya yang membuka lebar.

"Eomma?" Moonbin bertanya dengan nada takut, seperti dia akan di datangi oleh monster yang ingin memakannya. Jiyeon terkekeh, dengan hati-hati memeluk Moonbin yang gemetar ketakutan.

"Eomma? Ada monstel sebesal ini, ingin makan Moonbin." Moonbin menjelaskan dengan gerakan tangannya, hampir saja mengenai hidung Jiyeon.

Jiyeon tersenyum dan mencium rambut Moonbin yang berkeringat, merapikannya, lalu mengambil pakaian hangat untuk Moonbin. Setelah selesai, Jiyeon menggandeng tangan Moonbin, berjalan ke luar kamar.

"Eomma? Kemana eomma akan membawa Moonbin?" Moonbin bertanya, menempel ke tangan ibunya, Jiyeon tersenyum dan menunduk menyamai tinggi Moonbin.

"Kita akan pergi makan bungeoppang (fish bread) ice cream." Jiyeon berkata, air liurnya hampir saja keluar, dia sedang hamil dan mengidam makan ice cream saat ini juga, dia bukanlah termasuk istri yang suka merengek pada suaminya untuk pergi membelikannya ice cream saat tengah malam seperti ini, maka dari itu dia yang akan pergi sendiri untuk membelinya.

"Eomma, apakah ada yang buka?" Mungkin Moonbin lebih bisa berpikir masuk akal dibanding Jiyeon saat ini, namun Jiyeon sangat ingin ice cream sampai dirinya tidak bisa mengontrol diri. Jiyeon baru akan membuka pintu ketika sebuah suara marah seseorang terdengar.

"Kau ingin kemana, sayang?" Myungsoo bertanya dengan nada keras, membuat Jiyeon memanyunkan bibirnya dan menoleh.

"Aku ingin ice cream. Aku baru saja akan membelinya." Jiyeon sedikit merengek, dan masih memanyunkan bibirnya. Dia tidak tahu mengapa dia bertingkah seperti itu namun dia sangat ingin ice cream lezat saat ini juga.

Myungsoo sedikit terkejut dengan perilaku manja istrinya. Jiyeon tidak pernah cemberut, atau pun merengek, apa yang terjadi pada diri Jiyeon yang biasanya acuh? Myungsoo melongo, namun segera berjalan menuju lemari es.

"Kita masih punya ice cream, aku akan ambilkan untukmu." Dia berkata dan membawa sebuah ice cream vanila cone.

Jiyeon semakin cemberut, dia ingin bungeoppang bukan vanila, "Aku ingin bungeoppang, bukan ini." Dia menghentak-hentakkan kakinya di lantai seperti gadis manja, walaupun Jiyeon bukan gadis seperti itu. Myungsoo terkesiap, kehamilan bisa membuat wanita melakukan hal tidak wajar, itu menjadi renungannya.

"Oke, kita akan membelinya besok, sekarang makan yang ini saja." Myungsoo mencoba merayu sang istri, Moonbin mulai melompat-lompat gembira.

"Moonbin ingin itu, Appa." Moonbin menggeliat dengan semangat.

Jiyeon mendesis, menggelengkan kepala kepada Moonbin. "Tidak Moonbin, kita tidak ingin ice cream vanila. Kita ingin makan bungeoppang." Jiyeon berkata.

Mata Moonbin membesar, lalu menoleh ke arah ayahnya. "Ya, appa, Moonbin ingin ice cleamnya eomma juga." Dia menirukan sang ibu. Setelah itu Jiyeon segera berjalan menuju pintu, meninggalkan Myungsoo yang masih tercengang.

Dengan cepat Myungsoo menyambar mantel dan dompet miliknya, segera menyusul istrinya, masih mengenakan piyama tidur.

"Ya Tuhan, Jiyeon, kafe ice cream mana yang buka di jam segini," Myungsoo berkata, bergerak menuju mobilnya, membuka pintu belakang dan meletakkan Moonbin di kursi khusus. Jiyeon hanya memutar matanya untuk menanggapi, dan duduk di kursi depan.

Setelah berjam-jam mengelilingi jalanan Seoul yang sepi, mereka menemukan sebuah restoran mewah, Jiyeon segera membuka pintu mobil dan menggendong Moonbin yang sedang tidur dengan selimut membungkus tubuhnya, yang sengaja mereka taruh di mobil untuk berjaga-jaga seperti saat ini.

Myungsoo mengambil alih untuk menggendong Moonbin. "Jiyeon, kita tidak bisa makan disana." Dia berkata, menghela napas.

"Kenapa begitu?" Jiyeon menjerit, dia sudah tidak sabar.

"Lihatlah dirimu, kita masih memakai piyama, oh tuhan." Myungsoo membentak tanpa sadar, memeluk Moonbin lebih erat.

Jiyeon melihat ke arah piyamanya sendiri yang dipenuhi gambar kartun kelinci dan mantelnya yang lembut berwarna biru, suaminya mengenakan piyama serba hitamnya namun menggunakan sandal tidur karakter bebek yang lucu, kesukaan lelaki itu jika sedang berada di dalam kamar, mungkin dirinya membuat Myungsoo sangat terkejut sampai lupa untuk mengganti sandalnya. Namun Jiyeon masih ingin memakan bungeoppang dan itu tidak bisa diganggu-gugat.

"Aku masih ingin itu, Myungsoo. Jika kau sangat malu saat ini, berikan saja dompetmu padaku, aku akan membelinya sendiri. Kenapa memangnya? Aku bahkan tidak meminta cincin yang cantik seperti yang kau belikan untuk Hyesun, aku hanya ingin sebuah bungeoppang untuk anakmu, apakah itu terlalu berlebihan?" Jiyeon menjerit kesal, membuat Moonbin terbangun, menggumamkan sesuatu seperti kata eomma ice cream, lalu menjatuhkan kepalanya ke bahu lebar sang ayah, kembali ke dunia mimpinya yang pernuh dengan pelangi.

Myungsoo tidak ingin membelikan sekretarisnya sebuah cincin sialan itu, dia dipaksa untuk melakukan itu, semua karena ayah Hyesun yang memaksanya untuk membeli sebuah cincin yang mereka lelang di pesta kemarin malam. Dia membuat catatan untuk pertama kali membelikan istrinya sebuah cincin, dan memarahi Hyesun karena sudah memamerkan cincin sialan itu kepada istrinya.

Mereka masuk ke dalam restoran, dan semua orang memandang keluarga yang aneh tapi menggemaskan itu, anak mereka yang sedang menggigiti kerah piyama sang ayah, seorang lelaki tampan dengan sandal bebeknya, dan seorang istri yang cantik yang sedang mengamit lengan sang suami, mungkin seperti itulah tatapan yang Jiyeon terima. Mereka duduk di salah satu meja yang berada di tengah restoran.

Seorang pelayan mendatangi, memandang mereka dengan tatapan aneh. Mereka sudah mengatakan pesanan mereka namun pelayan itu masih saja terus memandang mereka seolah-olah mereka adalah pengemis. Kedua mata Myungsoo melotot tajam dan mulai ingin memenggal kepala pelayan itu, saat Jiyeon menggenggam tangannya, membawanya ke perut Jiyeon, Myungsoo menjadi sedikit tenang, lalu melayangkan kartu kredit goldnya ke pelayan itu, mata pelayan itu membelalak dan dengan cepat menundukkan tubuhnya, lalu segera membawakan pesanan mereka.

"Ini pesanan anda, Tuan, selamat menikmati." Pelayan itu datang dengan membawa pesanan mereka.

Jiyeon bertepuk tangan seperti seorang anak kecil, dia mulai makan ice cream miliknya. Myungsoo tersenyum memandangi Jiyeon, dia sangat beruntung memiliki istri yang lebih suka ice cream daripada cincin bernilai jutaan won.

Semua orang menatap ke arah mereka dengan senyuman di wajah, mereka menyaksikan saat istri yang sedang hamil itu selesai memakan ice cream miliknya dan ice cream milik suaminya, sang istri berdiri dan mencium bibir suaminya, mengejutkan sang suami dan langsung sedikit melompat-lompat dengan gembira menuju pintu, di belakangnya ada sang suami yang menunjukkan wajah sedang di mabuk cinta.

|

|

:: bersambung ::

blm ada konflik, msh aman, biarkn myungsoo jatuh cinta dlu sj kekeke~ vote & commentny msh sllu d tggu, makasih :)

Continue Reading

You'll Also Like

771 64 20
Jung Haein dan Kim Goeun adalah mantan kekasih yang kembali bertemu karena urusan pekerjaan. Bagaimanakah kisah mereka? Cast: Jung Haein Kim Goeun ...
391K 11.6K 14
REPUBLISH (Yaoi,Shounen Ai,Boys love) JIKA KALIAN PENGIDAP HOMOPHOBICK ATAU SEJENISNYA YANG GAK BISA NERIMA CEPAT PERGI AJA SANA. .......DIPERSILA...
1.1M 84.8K 83
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...