Eccedentesiast

By ArunikaRinjani15

5.6K 472 3

Orang yang menyembunyikan tentang banyak hal dengan senyumannya, entah itu rasa sedih, trumatis atau bahkan d... More

ASING
Tiga Sekawan
Hangat di Sisimu
Illusi
Akad
Attention !!!
Family Time
My Crazy Brother
Irisa Day
Siapa Kamu di Hatiku?
Benci Dengan Perasaan Ini
Seseorang Sepertimu
Matahariku
Broken Home Story
Ragu
Bestie
Pengumuman
Perasaan Yang Rumit
Jera
Terkapar
Penyesalan
Koma
Cinta Pertama
Hampa
Pulang kemana lagi?
Ego
Benci
ATTENTION
Arti Rasa
Persamaan
Menolak Terjatuh
Luka Lama
Intermittent explosive disorder
Keindahan hatimu
Psikoterapi
De Javu
Kobaran api cemburu
Hal Kecil
Peresmian
Kembali lagi
Tugas akhir dan Kejutan
Keresahan
Pesan bunda
Melepaskan
Akankah pupus?
ATTENTION
Tragedi penculikan
Pencarian Hari Pertama
Pencarian Hari Kedua
Pencarian Hari Ketiga
ATTENTION !!!
Pencarian Hari keempat
Pencarian Hari kelima
Ledakan Amarah
Flashback
Rindu akan temu
Perubahan
Post Traumatic Stress Disorders
Tenang Tapi Sepi
Tongkrongan Baru & Konspirasi Dunia
Artis Dadakan
Pernyataan yang menyakitkan
Hampir kelewat Batas
Sengaja Menghilang
Masih Sama
Penantian
Sunset
Pagi Hari yang Cerah
Akhir dari Perjuangan
Rencana Kedepan
Impian bersama
LDR
Sunset Sanur Beach
H-4
Sosok Ayah
Hari Bahagia
Tak pantaskah untuk bahagia?
Inilah Hidupku yang Berantakan
Pergi
Akhir Rasa Sakit
ATTENTION

Beku

239 14 0
By ArunikaRinjani15

Masih terasa asing bagi devina yang baru memasuki awal kuliah. Memang tak semudah waktu awal masuk sekolah dulu. Suasananya berbeda dan teman - temannya pun semakin banyak, bahkan ada yang dari berbagai luar kota hingga mencari tempat kos di daerah jakarta.

Senja kini dinanti devina di depan balkon. Dia duduk di ayunan rotan besar. Dia menikmati matahari tenggelam dari atas sana. Berharap malam ini akan ada rasi bintang yang tergambarkan di langit malam. Namun harapan tak sesuai dengan kenyataan. Malam ini terlihat mendung. Gemuruh mulai terdengar beberapa kali.

"Dev. Devina...". Teriak angga dari lantai bawah.

"Iya bang". Devina segera beranjak dari ayunan rotan dan segera menuju ke lantai bawah.

"Tuh, di cariin feby".

"Kenapa gak suruh masuk sih bang".

"Katanya dia mau tunggu di luar aja".

"Ah, alay banget sih".

Devina segera menuju teras rumahnya yang lumayan luas, yang di tengahnya ada meja kursi untuk tamu yang ingin duduk dan berbincang disana.

"Feb, kenapa? Mau curhat apa lagi?. Masuk gih, kita ke kamar aja". Pinta devina yang langsung masuk kembali menuju kamarnya.

"Misi bang angga". Feby tersenyum ramah kepada angga yang sedang menonton televisi di ruang tamu.

Angga hanya membalas senyum feby yang ramah tersebut.

Sesampainya di kamar. Devina langsung duduk di kasurnya yang empuk dan memeluk guling di pangkuannya.

"Dev, lo tadi udah buka storynya inka belum?".

"Belum, kenapa?".

"Omegat, demi apa dev..".

"Dem...". Pembicaraan di putus oleh feby.

"Jangan jawab demi cinta. Nih coba lihat". Feby menyodorkan HP nya ke devina. Dan melihat story inka.

"Gilakkkk. Ini serius feb?". Pupil mata devina tiba - tiba membesar setelah melihat story inka tersebut.

"Iyalah serius masag bo'ngan sih. Nih lihat story anak - anak yang lain". Feby masih menunjukkan sederet story yang sama dengan story inka.

"Gila, gila, sumpah demi apa feb". Devina masih terkejut sambil membuka story inka kembali.

"Demi cinta dev".

"Geblek lo. Ini tadi?".

"Iya tadi. Ya ampun lo kemana aja sih. Lo gak ada kuota. Sini gue kasih hotspot". Feby mulai menyalakan hospot Di HP nya.

"Gak gitu. Cuma gue lagi males aja buka whatsaap".

"Kenapa? Gara - gara dia lagi?".

"Enggak bukan itu. Ah udahlah lupain jangan di bahas. Lagi nggak mood gue bahas dia".

"Eh, ntar kita ke acaranya bareng ya sama anak - anak".

"Iya deh iya. Meysa gimana?".

"Gimana apanya? Orang dari tadi gak ngechat gue".

"Ya gitu tuh. Temen kalo udah punya pacar. Temen yang satunya dilupain".

"Kacang lupa tulangnya dev".

"Kulitnya anying".

Devina mulai membuka HP nya dan menyalakan data. Kini notifikasi dari whatsaap, instagram dan sosmed lainnya mulai muncul di layar atas.

"Sukses ngedatenya ya ris wkwkwk". Devina ngereplay story dari irisa yang nampak sedang foto bersama arsen di sebuah taman yang begitu romantis.

"Ashiapppp😘". HP devina berbunyi lagi dan ada notifikasi dari irisa. Dia hanya membacanya saja dan tidak membalas kembali chat dari irisa.

"Chattan sama siapa sih dev". Ujar feby yang masih fokus bermain sosmednya.

"Nggak, temen gue doang kok".

"Temen kuliah masud lo?".

"Iyalah".

"Sini lihat". Tiba - tiba feby menyerobot HP di tangannya devina.

"Ah, biasa cantikan juga elu. Tapi ini kok cowoknya ganteng banget njir".

"Ganteng apanya".

"Ini. Sumpah ganteng parah. Kampus lo banyak cogannya ya?".

"Banyak lah".

"Ah jadi pengen sekampus sama lo".

"Yaudah pindah".

"Tapi gak di bolehin sama nyokap gue".

"Yaudahlah, kan lo masih bisa maen ke kampus gue ntar".

Suasana kembali hening, mereka sibuk dengan HP masing - masing. Tiba - tiba terdengar suara gemuruh yang sangat keras sampe mereka terkejut dan berteriak.

"Eh, buset.. gue kira ban tronton meletus". Ujar feby sambil memegang dadanya yang masih terlihat terkejut.

"Tronton gak masuk kompek feb. Geblek dipelihara!".

"Eh denger deh".

Mereka sama - sama mendengarkan dengan seksama.

"Hujan ya?". Ujar devina sambil berjalan menuju balkon kamarnya.

"Eh iya hujan dev". Ujar feby sambil menjulurkan tangannya ke depan untuk merasakan hujan yang jatuh.

"Lo tau gak feb, kenapa gue selalu nungguin hujan?".

Feby terdiam dan menatap wajah kanan devina.

"Kenapa dev?".

"Soalnya dari hujan. Kita tau. Yang terkadang dinanti - nanti dan dirindukan akan menjadi sesuatu hal yang jadi kita benci".

"Kok bisa?".

"Banyak dari kita yang mengeluh dan membenci hujan. Cuma karena gak bisa keluar rumah, pakaian gak kering, dan lain lain. Dan yang disalahin siapa? Hujan kan?".

"Tumben otak lo jernih". Feby terkekeh.

"Tapi hujan sama sekali gak balik ngebenci mereka. Dia masih mau kembali dan menyelamatkan mereka yang hampir tak tahan dengan musim kemarau yang panas. Maka dari itu hujan itu baik feb jangan sekali - kali lo benci sama yang namanya hujan. Enak tau kalo lo lagi sedih pengen nangis. Lo tinggal keluar rumah aja nangis".

"Supaya gak ketauan kan kalo kita nangis hehe".

"Iya, dan baiknya lagi bukan kita yang ikut merasakan kesedihan tersebut. Langitpun juga bersedih melihat kita menangis. Maka dari itu. Langit menurunkan hujan agar kita tak menangis sendirian". Devina tersenyum kedepan sambil melihat hujan yang masih turun.

"Salut gue sama lo. Bener - bener titisan mario teguh".

"Tapi terkadang pendirian gue yang gak teguh feb".

"Kok gitu".

"Iya. Gak tau jadi lumer waktu ada cogan lewat". Devina tertawa dan masuk kembali ke kamar.

"Gue balik dulu ya dev, udah malem nih".

"Tumben jam segini balik. Masih hujan juga. Kenapa?".

"Tadi gue lupa ada barang yang belum gue siapain buat besok OSPEK".

"Oh yaudah sono pulang".

"Lo ngusir?".

"Lah, lha tadi katanya mau pulang nyiapin barang buat besok OSPEK. Gimana sih".

"Ah rese lo". Feby turun dan berjalan menuju lantai bawah.

"Bang angga, feby pamit pulang dulu ya". Ujar feby dengan senyuman yang khas.

"Gak pulang nanti aja feb?".

"Aduh maunya sih gitu". Feby hanya berbicara dama hatinya

"Feb, kok diem".

"Eh, enggak bang. Ini buru - buru pulang soalnya mau nyiapin barang yang besok mau dibawa OSPEK kak".

"Oh yaudah, hati - hati ya. Ini masih hujan jalanan licin jangan ngebut - ngebut". Ujar angga sambil tersenyum ramah melihat feby.

"Yang di hati kapan jalan". Gumam feby dengan nada suara yang hampir tak terdengar oleh angga.

"Apa feb?".

"Eh, enggak bang. Yaudah feby pulang dulu ya kak. Assalamualaikum".

"Waalaikumsalam. Hati - hati lhi feb".

"Iya bang". Feby berjalan menuju halaman rumah devina dan segera masuk ke mobilnya.

Hujan masih terdengar samar - samar. Mungkin sekarang tergantikan gerimis. Bau hujan yang khas membuat devina tertidur dengan pulas. Semoga hari esoknya devina membahagiakan.

Waktu menunjukkan pukul 05 : 00 WIB. Devina sudah mandi dan siap - siap turun ke bawah.

"Tumben jam segini udah rapi bener dev?". Ujar angga sambil menyiapkan sarapan di atas meja makan.

"Iya kemaren disuruh berangkat agak pagian, nggak boleh lebih dari jam setengah 7. Soalnya kalo lebih ntar kena hukuman".

"Udah solat subuh?".

"Udah bang".

"Syukur deh kalo gitu. Nih makan dulu rotinya".

Devina memakan sarapan buatan angga. Angga memang jago soal urusan masak. Devina saja yang cewek kalah. Enakan juga masakan angga daripada devina.

Setelah sarapan selesai angga segera mengantarkan devina ke kampus.
Sesampainya di gerbang, devina segera masuk berjalan menuju halaman kampus yang sepertinya sudah lumayan banyak anak yang sudah datang disana.

"Dorrr!!!!".

"Anjing!!!!". Teriak devina yang terkejut hingga keluar kata - kata mutiaranya.

"Siapa yang anjing?".

"Eh, kak andrian. Enggak enggak". Devina terlihat gugup melihat andrian. Soalnya dia bersama dengan mores dan arsatya.

"Lo kenal sama ni bocah yan?". Ujar arsatya yang berjalan di belakang andrian dan devina.

"Ini? Kenal lah".

"Sejak kapan". Ujar mores seperti nada mengintrogasi andrian.

"Sejak pas lagi sayang - sayangnya".

"EAAAAAAA!!!!!!". Andrian, mores dan arsatya serempak mengucapkan kata tersebut. Hingga membuat pipi devina memerah.

"Pipi lo kok merah, ini kan belum panas". Ujar andrian yang mengamati pipi devina yang masih memerah.

"Malu tuh lo gombalin yan. Hahaha". Ujar arsatya sambil tertawa melihat pipi devina juga.

"Mau mulai jam berapa nih". Ujar morss sambil melihat ke arah jam tangannya.

"Ini baru jam 6 lebih 15. Kita mulai 15 menit lagi res. Yaudah gue duluan kesana. Mau nyiapin microphone dulu". Ujar andrian sambil berjalan menuju ke ruang keterampilan untuk mengambil microphone.

"Gue ikut". Teriak mores sambil berlari mengikuti andrian.

Tinggal arsatya dan devina. Benar - benar suasana terlihat garing dan canggung.

"Emmm, kenalin gue arsatya, biasa dipanggil satya". Ujar arsatya sambil menjulurkan tangan kanannya ke arah devina.

"Gue devina". Devina membalas salaman dari arsatya tersebut.

"Gue kira lo masih SMP".

"Kok gitu?".

"Masih kecil soalnya. Hahaha". Arsatya mencoba mencairkan suasana yang garing tersebut.

"Ambil jurusan apa kak disini?".

"Ilmu hukum, kalo lo?".

"Gue ambil etnomusikologi".

"Wuizzzz, jago maen alat musik dong".

"Ah enggak kok kak".

"Jangan ngerendah kayak gitu deh, banyak anak - anak etnomusikologi yang jago maen musik, walaupun dia masih semester 1. Kapan - kapan duet bareng ya, bye gue duluan". Arsatya berlari menuju halaman dan menghampiri andrian dan mores yang sudah stay di sana.

"Ya ampun, sumpah demi apa. Kak satya udah ganteng. Tadi muji gue kan? Iya kan. Omegatttt". Devina bermonolog sendiri dan tersenyum - senyum sendiri seperti orang gila.

Pukul 06:30 WIB. para peserta OSPEK pun segera berlari menuju halaman kampus dan berbaris rapi sesuai dengan kelompoknya masing - masing.

Kali ini entah mengapa devina menatap terpaku pasa salah satu senior yang ada disana yaitu arsatya. Entahlah, perkenalan sesederhana tadi mampu membuat luluh hati devina.

"Liatin apaan sih dev?". Ujar wikan sambil ikut mencari apa yang dilihat devina.

"Ganteng banget sumpah kan". Ujar devina sambil senyum - senyum sendiri dan mata masih tertuju pada arsatya.

"Ini nih, ada yang baper sama senior".

"Gue gak baper, dianya aja yang bikin baper gue".

Tiba - tiba suara andrian membuat kebisingan menjadi hening.

"Selamat pagi adek - adekku semua. Berjumpa lagi dengan saya andrian herlambang selaku ketua OSPEK tahun ini. Hari ini hari ke - 3 OSPEK. Dan saya harap tidak ada lagi yang di hukum karena alasan lupa membawa barang yang kami suruh bawa kemarin". Ujar andrian selesai. Lalu andrian memberi kode kepada teman - temannya untuk memeriksa satu per satu barang yang kemarin suruh bawa.

Setelah selesai pengecekan barang ternyata ada 2 orang yang kena hukuman yang di suruh untuk maju kedepan.

"Kenapa pake celana biru". Ujar andrian kepada junior tersebut.

"Tadi celananya basah kak, kesiram air minum. Yaudah ini minjem temen yang rumahnya deket kampus ini.

"Astaga lo lagi lo lagi. Kenapa?".

"Gak pake kaos kaki kak". Ujar arsen masih dengan santainya.

"Kenapa gak pake!!". Tegas andrian kepada arsen.

"Apa kemaren ada yang bilang kalo yang gak pake kaos kaki bakal dihukum? Enggak kan?". Senyum smrik arsen seperti membuat pamor andrian turun.

"Lo mahasiswa apa kuli bangunan sih!".

"Lo punya mata gak".

"Kurang ajar!!". Hampir aja andrian ingin menampar arsen namun dia ingat bahwa di OSPEK tidak boleh dilakukan kekerasan fisik.

"Kenapa? Mau nampar? Kok gak jadi". Senyuman itu masih sama seperti tadi. Yanh membuat andrian benar - benar emosi. Tapi dia harus sabar menghadapi arsen.

"Eh, lo anak baru disini. Jangan macem - macem lo sama kita". Ujar mores yang ada di sebelah andrian.

"Udah - udah mungkin dia gak di didik orang tuanya kali". Sambung arsatya.

"Jangan bawa - bawa orang tua gue kak. Mereka gak ada sangkut paut nya sama attitude gue. Gue nya aja yang gak bisa nerapin omongan mereka. Kaya kalian udah bener aja attitude nya".

"Sabar yan sabar. Kita kelarin nanti abis OSPEK". Ujar mores sambil menepuk punggung andrian yang sepertinya emosinya sudah meluap - luap.

"Kenapa sih?" Ujar astri dan geo menghampiri mereka bertiga.

"Gakpapa kok tri". Jawab arsatya.

"Yaudah ini mereka ber - 2. Mau dikasih hukuman apa?".

"Kita nurut ketuanya aja tri merek mau dikasih hukuman apa". Sambung mores.

"Lo kedepan". Ujar andrian menyuruh salah satu junior tadi maju kedepan.
"Kenalin nama panjang lo, hobi dan lulusan darimanana. Buruan".

"Nama saya viko hariyanto bukan hari sabtu atau minggu ya". Ujar viko dengan santainya dengan microphone yang masih dipegang ditangannya.

"Buset, itu bener naman panjangnya?". Gumam arsatya.

"Serius woy!". Tegas andrian.

"Iya itu kok kak nama saya saya serius". Ekspresi viko pun juga nampak serius.

"Gile, dulu emaknya dapat mimpi apa namain anaknya kek gitu sat?". Bisik morea kepada arsatya.

"Mimpi malem minggu an sama kingkong kali. Liat aja tuh modelannya kaya kingkong. Untung nggak item".

"Hobi saya bikin orang bahagia".

"Eh, eh serius dong". Ujar andrian yang sudah mulai capek dengan perkenalan viko yang tidak masuk di akal.

"Seriusan kok kak. Coba kakak bilang HAH gitu deh".

"Kenapa?".

"Coba aja dulu".

"HAH". Ujar andrian dengan santainya.

"Lebih tegas dong kak".

"HAH!!!"

"Bau jengkol kak".

Andrian pun entah mengapa nurut perkataan viko. Dan alhasil membuat pecah tawa halaman kampus.

"Diam!!!!". Teriak andrian selalu berhasil membuat suasana kembali hening.

"Dan saya lulusan dari SMK tunas bangsa. Udah kak?".

"Udah, sekarang kamu boleh kembali ke barisan kelompok kamu".

"Seriusan kak?".

"Buruan keburu berubah pikiran".

Akhirnya viko kembali ke barisan kelompoknya.

"Gilakk gitu doang hukumannya, enak bener". Gumam geo kepada astri.

"Udah diem deh ge".

"Lo sini maju". Ujar andrian kepada arsen.

Arsenpun berjalan dengan santai dan wajah cool masih sama seperti kemarin.

"Lo pilih salah satu cewek yang ada di antara mereka".

"Gitu doang?".

"Hmm".

"Pasti gue nih". Dalam benak irisa pun berkata seperti itu sambil senyum - senyum sendiri.

Dan beberapa dari peserta OSPEK yang cewek pun saling ricuh dan deg - degan karena bersiap - siap siapa tau arsen memilih salah satu diantara mereka.

"Tuh yang dikucir 2 pake pita pink". Arsen menunjuk salah satu cewek yang ada di tengah - tengah barisan.

"Yang mana? Yang gendut?".

"Bukan, sebelahnya".

Deg, cewek yang dipilih arsenpun hatinya pun berdetak cukup kencang dan masih mamatung disana. Ingin rasanya beranjak pergi dari sana atau tidak dia ingin pura - pura pingsan sekarang.

"Kamu sini maju kedepan". Ujar andrian kepada cewek tersebut.

Dia pun memberanikan diri untuk maju kedepan. Dengan berjalan menunduk dan melirik kanan kiri yang sekarang benar - benar menjadi pusat perhatian banyak orang.

"Bro cakep banget ceweknya".
"Gila, tu cowok milih ceweknya cakep parah".
"Anak siapa tuh cantik bener".

Beberapa celotehan terlontar dari mulut para peserta OSPEK dan suasana menjadi sedikit agak bising.

"Ayo, perkenalkan dulu nama kamu". Ujar andrian menyuruh cewek tersebut untuk memperkenalkan diri di depan banyak Peserta OSPEK. Dia mengambil microphone dengan tangan bergetar dan keringat dingin.

"Na.. na.. nama saya Devina Cantika".

"Hobi sama asal sekolah dev". Bisik andrian kepada devina.

"Hobi saya basket, saya lulusan dari SMA galaxy".

"Sekarang hukuman lo simple kok, Lo harus gombalin devina sampai devina bisa senyum".

"Nggak, hukuman lo norak banget kak".

"Eh, jaga ya mulut lo". Ujar mores sambil nunjuk - nunjuk arsen.

Andrian hanya memberi kode agar mores tidak terpancing emosi.

"Terserah, lo mau lakuin enggak. Kalo lo belum mulai gue juga gak akan mengakhiri OSPEK ini. Bodoamat mau lo kepanasan, temen - temen lo semua yang ada di sini ikut kepanasan. Kita bodoamat".

Arsen melihat ke arah peserta OSPEK yang nampak mulai kepanasan, dan ada dari beberapa mereka yang menatap sinis ke arah arsen.

"Gilak, ntar kalo kaya gini selesai ospek bisa dikeroyokin gue". Ujar arsen dalam batinnya.

"Gimana?". Tanya andrian kembali.

"Oke". Dia mengaku kalah kali ini.

"Yaudah buruan".

"Bapak kamu penjul cat tembok ya?".

"Enggak!!" Ujar devina dengan santai.

"Jawab kok tau gitu susah amat sih".

"Nggak nggak mau".

"Kak, bisa pilih cewek yang lain lagi gak sih". Ujar arsen kepada andrian.

"Nggak ada tawaran ke - 2".

"Apes banget sih. Kenapa juga tadi gue milih ni cewek". Batin arsen menyesal memilih devina.

"Ayo buruan keburu matahari semakin naik". Ujar andrian sambil melihat ke arah jam tangannya.

"Kamu tau gak, kamu itu sama seperti pelangi, tapi kamu pelangi kebalik".

"Maksudnya?".

"Maksud aku walaupun kebalik tetapi lengkungan senyumanmu masih tetap sama - sama indah kaya pelangi".

Dyarrr suara teriakan peserta OSPEK membuat bising halaman. Apalagi suara ceweknya. Terdengar jelas sampai ada yang histeria teriak - teriak. Dan ada juga yang cowok sampai bersiul - siul.

Kini entah mengapa selain matahari, arsen bisa membuat pipi devina merah dan memang benar devina tersenyum. Dan senyum itu benar - benar indah. Hingga terlihat jelas arsen bisa melihat dengan jelas di depannya bahwa devina tersenyum malu - malu.

"Wah buset bro senyumnya manis banget". Ujar arsatya kepada mores

"Senyum gue juga gak kalah manis. Nih liat". Mores pun tersenyum kearah arasatya.

"Ih jijik gue liat lo senyum. Ihhhh".

"Udah kan kak?". Ujar arsen kepada andrian.

"Belum".

"Masih ada lagi?".

"Lo harus nganterin dia balik ke barisan devina dan setelah itu lo baru boleh balik ke kelompok barisan lo".

"Gitu doang?". Ujar arsen sambil sedikit menyunggingkan senyum.

Arsenpun memgantar devina kembali kebarisan. Dia masih menatap mata devina seolah arsen ingin mengatakan sesuatu kepada devina. Tetapi mereka hanya saling menatap beberapa detik. Dan arsen segera kembali ke barisan.

Suasana panas pun tiba - tiba berubah jadi mendung. Terlihat jelas awan mulai menghitam dan gemuruh mulai terdengar. Seperti biasa, kantin selalu penuh dengan baju hitam.

"Kan, temenin gue ke kelas irisa yuk". Bujuk devina agar wikan mau mengantarnya ke kelas irisa.

"Sendirian aja deh, capek banget gue".

"Ah, bentar aja. Nggak lama kok. Janji deh". Muka devina pun dibuat memelas agar wikan mau menemaninya.

"Benci gue kalo liat lo kek gini. Yaudah yuk". Wikan pun berjanak dari kursi dan berjalan ke keluar kelas.

Setelah sampai di kelas, devina mencari - cari keberadaan irisa yang sepertinya tidak ada di kelas.

"Eh, pipi merah. Nyari siapa lo?". Ujar viko yang tiba - tiba muncul di depan devina.

"Apaan sih". Raut wajah devina berubah jadi badmood saat bertemu dengan viko.

"Lo kenal sama ni orang dev?" Bisik wikan kepada devina.

"Nggak, yuk cari ke kantin siapa tau ada disana".

"Lo nyari risa?".

Seketika devina dan wikan berbalik badan menghadap viko.

"Lo tau?". Ujar devina penasaran.

"Dia ada di bangku bawah pohon deket lapangan basket".

Tanpa berkata sepatah kata pun devina segera berjalan cepat menuju bangku dekat lapangan basket.

"Ajarin temen lo itu bilang terima masih sama orang". Ujar viko sambil masuk ke kelasnya.

"Kok jadi gue yang disalahin". Wikan bermonolog sendiri dan akhirnya ikut menyusul devina.

"Ris, lo marah sama gue?". Ujar devina yang baru sampai dan duduk di sebelah irisa.

Sementara irisa hanya terdiam dan menatap kosong ke depan.

"Ris, maafin gue. Gue tak tau kalo tadi arsen mil...". Pembicaraan diputus oleh irisa.

"Cukup!!! Cukup dev. Gue lagi gak pengen bahasa masalah tadi pagi". Ujar irisa sambil beranjak pergi namun ditahan oleh devina.

"Ris, ini cuma salah paham".

"Lepasin dev". Irisa mengibaskan tangan devina yang masih memegangnya

"Ris, gue gak salah. Lo seharusnya mikir dong pake logika".

"Kalo lo suka sama arsen, kenapa gak bilang dari awal".

"Gue gak suka sama arsen ris!!". Tegas devina sambil menatap tajam irisa.

Irisa pun masih terdiam tanpa melontarkan kata - kata apapun. Sementara wikan tidak ikut mendekat karena dari jauh dia sudah tau kalau mereka sedang ada masalah. Jadi, wikan cukup melihat mereka dari jarak jauh.

"Ini urusan OSPEK ris, bukan urusan pribadi. Kalo tadi gue bisa nolak untuk arsen gak milih gue. Gue bakal nolak kok. Lagian itu tadi cuma hukuman dan gue jadi figuran".

"Terus kenapa tadi lo senyum - senyum sendiri waktu arsen gombalin lo".

"Itu cuma refleks sa, lagian cewek mana yang digombali diem aja gak ada respon apapun. Senyum gue tadi ke arsen, bukan berarti gue suka sama dia. Disini seharusnya gue gak salah, dan gue gak perlu ngejelasin apapun apalagi minta maaf sama lo. Karena gue sadar, pertemanan kita jauh lebih berharga di mata gue sa, bahkan kalau di suruh milih antara cowok yang gue suka sama elo. Gue tetep milih elo sa. Banyak pertemanan hancur karena cinta. Dan gue harap pertemanan yang baru kita bangun ini jangan sampai hancur hanya karena cowok yang baru aja lo kenal". Devina sudah muak dengan irisa dengan hal sepele seperti ini. Dia pun pergi meninggalkan irisa yang masih berdiri mematung disana.

Kini irisa masih kembali duduk dan terdiam sambil mencerna kata - kata yang tadi keluar dari mulut devina.

"Lo berantem sama dia". Ujar cowok yang tiba - tiba muncul di belakang
Irisa.

"Lo... lo siapa?". Raut wajah irisa berubah menjadi bingung dengan cowok yang sekarang duduk di sebelahnya itu.

"Kenalin gue bryan. Anak hukum".

"Gue irisa, anak geografi". Irisa membalas jabatan tangan tersebut.

"Lo kenapa tadi sama devina?".

"Bentar, bentar kok lo kenal sama devina? Lo senior kan disini?". Irisa pun masih bingung dengan kedatangan bryan yang tiba - tiba muncul di sebelahnya.

"Iya gue senior disini. Dia adek dari temen gue, gue udah tau dia. Tapi dia nggak tau gue".

"Kok gitu?".

"Soalnya waktu gue maen kerumahnya, pasti dia gak ada di rumah".

"Owh, jadi kakak temennya kakaknya devina gitu?".

"Iya. Tadi lo kenapa sama dia?".

"Cuma salah paham aja kok kak".

"Buruan selesaiin, devina bisa jadi orang paling dingin setelah siapapun yang udah nyakitin dia".

"Maksudnya?".

"Devina itu anaknya beku, dingin, cuek banget kalo sama cowok. Apalagi sama orang yang udah nyakitin hatinya".

"Tapi dia anaknya asik kok, ramah, baik, lucu lagi".

(Bryan tersenyum kecil)

"Iya aslinya begitu, jangan sampe kehangatan yang udah devina kasih ke elo, lo ubah dia jadi dingin ke elo. Dia anaknya introvert".

"Sumpah, ni orang maksudnya apa coba. Tiba - tiba dateng trus ngomong kek gitu". Ujar irisa dalam hatinya.

"Yaudah, buruan gih samperin. Keburu dingin". Ujar bryan sambil beranjak pergi dari hadapan irisa.

Waktu pulang sekolah adalah hal yang selalu di nanti - nanti mahasiswa dan mahasiswi di manapun. Hari yang melelahkan terasa ringan ketika jam pulang kuliah telah tiba. Seolah mereka bisa bernafas lebih lega dan bisa bergerak dengan leluasa.

"Dev, nongkrong dulu yuk". Ujar wikan sambil berjalan di samping devina menuju parkiran.

"Dimana?".

"Caffe deket kampus kita. Mau ya". Bujuk wikan supaya devina mau.

"Iya udah ayo. Ntar pulang pokoknya anterin sampe rumah".

"Siappp".

Mereka berdua segera melaju dengan mobil nya wikan menuju ke caffe dekat kampusnya. Caffe tersebut tak pernah sepi pengunjung. Mayoritas yang nongkrong di sana anak kuliahan. Selain harganya yang lumayan terjangkau dan tempatnya pun sangat nyaman. Disana juga disediakan free wi-fi. Karena kebanyakan anak kuliahan di sana selain nongkrong mereka banyak yang ngerjain tugas kuliah disana. Lumayan nggak ngehabisin kuota diri - sendiri.

"Duduk di deket jendela sana aja yuk dev". Ujar wikan sambil menujuk ke arah bangku yang ada di dekat jendela tersebut.

"Lo mau pesen apa? Biar gue yabg traktir."

"Seriusan lo?".

"Iyalah. Kan yang ajak gue. Buruan milih apa aja, terserah lo".

"Gile lu kan, yaudah gue milih ini aja". Devina menunjuk ke salah satu menu yaitu paket nasi goreng pete.

"What!! Lo doyan pete?".

"Enak tau".

"Nggak mau milih menu yang lain?".

"Lah... tadi katanya terserah".

"Yaudah iya". Wikan cukup terkejut dengan selera devina. Ternyata berbanding terbalik dengan wikan yang menyukai kemewahan. Sedangkan devina dia selalu menyukai sesutu yang sederhana.

Selagi menunggu pesanan datang mereka mengobrol tentang kejadian tadi siang antara irisa dan devina di bangku lapangan basket.

"Gila tu irisa. Murahan banget sih. Cowok kaya arsen mah di kompleks gue banyak". Ujar wikan yang ikut kesal setelah mendengar cerita devina.

"Yaudah lah kan. Lagi gak mau bahas soal itu".

"Arsen!!!!". Teriak wikan mengejutkan devina.

Wikan melambaikan tangan ke arsen dan teman - temannya. Sementara devina tak tau apa maksud dari ini semua.

"Lo ngapain disini". Ujar wikan dengan arsen yang baru saja mengahampirinya.

"Lah.. lha lo ngapain disini". Arsen berbalik tanya.

"Nongkrong lah. Sini - sini gabung aja sama kita. Masag kita ber - 2 doang kan gak asik".

Arsen dan teman - temannya pun ikut gabung bersama irisa dan devina.

"Lo udah pesen kan?". Ujar arsen sambil membuka buku menu di atas meja.

"Udah, lo pesen aja dulu".

"Eh, dev irisa mana?". Ujar iskak yng duduk di sebelah devina.

"Emm, dia.. dia...".

"Dia cabut duluan is". Tiba - tiba wikan menyahut pembicaraan iskak yang sedang bertanya kepada devina.

"Oh iya sen, kemarin lo ngedate ya sama irisa". Ujar wikan yang sekarang menjadi pusat perhatian anak - anak yang sedang duduk bersama disana.

"Lhoh kok elo tau?". Ujar arsen sambil menaikkan satu alisnya.

"Lah, kan elo sekompleks sama gue. Rumah lo juga di depan gue. Yakali gue gak tau lo mau pergi kemana".

"Lo tanya bunda?".

"Ada deh, kepo banget sih".

"Owh jadi mereka tetanggaan". Batin devina dalam hati.

Pesanan devina dan wikan pun sudah datang. Lalu disusul pesanan arsen, iskak dan william. Mereka makan sambil asik berbincang. Namun tidak antara devina dan arsen. Mereka seperti sedang perang dingin.

"Sen, gue balik dulu ya. Ini emak gue udah misscall in gue mulu". Ujar william sambil melihat layar HP nya.

"Ah. Anak emak lo. Yaudah sono".

William pun pergi meninggalkan tempat dan segera melajukan motor sportnya dengan cepat.

"Balik yuk kan". Ujar devina yang sekarang membuat arsen menatapnya. Mungkin ini ke 2 kalinya arsen menatap agak dekat wajah devina.

"Jam berapa sih. Eh.. udah jam 5 aja. Yaudah yuk. Sen, is gue cabut duluan ya". Ujar wikan sambil beranjak pergi dari tempat duduknya.

Sesampai parkiran caffe ternyata ban mobil belakang wikan tiba - tiba kempes.

"Ya ampun ini kenapa coba bisa kempes, padahal tadi kan fine fine aja". Ujar wikan sambil gelisah melihat ban mobil nya yang mendadak kempes.

"Kenapa kan?". Ujar arsen yang baru aja datang mengahampirinya.

"Ban mobil gue nih sen tiba - tiba kempes".

"Bocor mah itu".

"Lah. Lha terus pulangnya gimana dong".

"Yaudah bareng gue aja yuk".

"Lha devina gimana?".

"Suruh aja naik taksi, susah amat". Arsen memasang tatapan sinis ke arah devina.

"Eh, lo siapa nyuruh - turuh gue naik taksi. Ogah ya". Ketus devina dengan pasang raut wajah sinis juga ke arsen.

"Yaudah lo jalan kaki aja".

"Lo bener - bener ya. Mancing emosi gue mulu".

"Gue gak mancing emosi lo kok. Lo nya aja yang baperan".

"Udah udah. Kok malah pada berantem sih. Gini aja, sen lo anterin devina pulang. Ntar biar telfon bokap gue suruh gue jemput disini".

"Ogah!!!". Devina dan arsen kompak menjawab kata tersebut.

"Cieeee, tadi berantem kok jadinya kompak gini".

"Ayolah kan lo balik aja sama gue". Bujuk arsen dengan penuh wajah memelas.

"Nggak mau sen, lo anterin devina napa sih".

"Nggak mau lah, beda arah".

"Lo cowok bukan !!". Ketus wikan kepada arsen. Dan membuat arsen terdiam.

"Yaudah. Gue anterin dia. Tapi pokoknya lo tetep harus disini jangan kemana - mana. Ntar gue kesini lagi".

"Gitu juga gakpapa". Wikan tersenyum kepada arsen.

Arsen segera mengambil motornya di parkiran caffe.

"Yuk, buruan naek". Ujar arsen kepada devina yang masih terdiam di tempat.

"Mau gue anter pulang nggak sih".

Devina tanpa melontarkan kalimat apapun, dia langsung naik di atas motor sportnya arsen.
Selama di perjalanan mereka hanya diam tanpa ada salah satu diantara mereka yang membuka pembicaaran. Kecuali arsen menanyakan arah ke devina dan devina menjawab arah - arah menuju rumahnya.

"Makasih". Ujar devina cuek kepada arsen.

"Gak usah makasih, tadi gue kalo gak dipaksa wikan. Gue juga ogah nganterin lo balik". Ujar arsen sambil memakai helmnya kembali dan melajuan motornya dengan kecepatan tinggi.

"Ihhhh, kok ada ya cowok kaya dia". Gumam devina yang masih berdiri di depan gerbang rumahnya sambil mengacak - acak rambutnya sendiri. Dia pun segera masuk ke dalam rumahnya.

"Eh, dev dari mana aja jam segini baru pulang". Ujar angga yang sedang duduk santai di bangku terasnya.

"Abis nongkrong!".

"Galak amat, lu dari rumah sakit jiwa ya".

"Enggak, kenapa?".

"Sana ngaca, penampilan lo mirip banget sama mereka yang ada di RSJ". angga pun tertawa melihat devina berpenampilan seperti itu.

"Apaan sih bang. Gajelas banget". Devina pun segera masuk ke dalam rumahnya dan menuju kamar.
Sampai di kamar, dia melihat ke arah cermin dan tertawa sendiri melihat penampilannya yang sekarang.

"Wagelasehhh, lucu juga gue kek gini. Tetep cantik kok". Devina bermonolog sendiri dengan pantulan dirinya di cermin dan sesekali dia menertawakam dirinya sendiri. Benar - benar mirip seperti pasien rumah sakit jiwa yang kabur dari sana.

Continue Reading

You'll Also Like

3K 92 17
Maaf telah menyukaimu dengan lancang. Ini tentang Marie yang menyukai diam-diam kepada Verick. Cintanya yang bertepuk sebelah tangan, bahkan Marie ha...
5.8K 1.8K 43
Kumpulan kata yang tercipta dengan tidak sengaja, dan akhirnya menjadi sebuah cerita. [Selesai] Garis Luka Written by @sndykalagirl_ ©2021
2.1M 10K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
587K 98.3K 44
Ini menceritakan tentang kisah percintaan seorang gadis yang memiliki tingkat halusinasi tinggi. Dirinya percaya kalau halu yang tercipta akan beruba...