Sexy Rich Man [PINDAH KE DREA...

By yurriansan

178K 1.8K 648

🚫+18 PINDAH KE DREAME/INNOVEL. CARI AKUN LION ATAU JUDUL OH, MY RICH MAN Tutorial membaca: 1. Pastiin gak la... More

Mahluk Malang Menyebalkan
Cerita Ran
Promosi Gooddreamer

ANAK HILANG

21.6K 753 337
By yurriansan

Ini cast Mahaprana Sultan, yah.

~~~

Lagi patah hati. Tapi, tidak bisa bersedih atau meratap karena harus bekerja. Nasib orang rendahan, beginilah.

Rasanya kecewa dan marah. Sakit luar biasa, ketika ditinggalkan pas lagi sayang-sayangnya. Kedengarannya 'lebay', tapi in faktanya. Aku memang ditinggalkan pas lagi sayang-sayangnya.

Beberapa malam ini aku menangis sendiri saat salat. Menangis pilu sepilu-pilunya, sampai ingus meler membasahi alat salat pun, sudah tidak peduli.

Serius ini, aku cuma bisa meratap di saat sendiri dan di waktu gelap. Kalau sudah terbit matahari, aku berusaha bersikap abai seakan-akan tidak ada apa-apa.

Cukuplah, Allah, aku, tisyu, dan tong sampah yang tahu kesedihanku.

Coba bayangkan, pas batin lagi sangat teraniaya dan tertindas, harus tetap tersenyum dan bersikap seolah semua baik-baik saja. Ya Allah ... miris sekali hidup hamba.

Katanya, kalau orang yang teraniaya doanya langsung dikabulkan. Fix! Tidak boleh disia-siakan. Harus gunakan kesempatan ini semaksimal mungkin. Aku--yang sedang teraniaya batinnya ini--akan mengucapkan doa kutukan untuk lelaki berengsek tersebut.

Enaknya didoain apa, ya?

Kalau disumpahin bisulan, tidak enak juga. Masa, mantanku cowok bisulan.

Sumpahin miskin? Tidak usah disumpahi, dia memang sudah miskin.

Perlu dipikirkan matang-matang. Ibarat kata cuma bisa dikasih satu permintaan, wajib pikirkan hal yang membawa kebaikan lahir-batin, dunia-akhirat. Komplet!

Setelah tahu, apa yang pantas untuk mantan tunanganku itu, aku bersiap untuk mendoakannya.

Eh, tapi, nanti dulu. Dipikir-pikir, menjadi orang yang sangat teraniaya itu bukanlah hal sering. Rugi, kalau aku memanfaatkan momen ini untuk meminta hal yang tidak ada gunanya buatku.

Tadinya mau sumpahi, biar dia gagal kawin. Tapi, itu buat apa?

Apa dengan mantanku menderita, aku akan bahagia?

Tidak juga, 'kan?

Yang ada, aku malah sama jahatnya dengan dia.

Kayaknya perlu ganti permintaan.Daripada menyumpahinya, lebih baik aku meminta sesuatu yang lebih baik buatku. Macam, doa minta jodoh gitu. Secara, status mulai hari ini jomlo!

Semoga aku dapat jodoh yang sepuluh kali lipat lebih kaya dari mantanku.

Baru mau bilang 'amin', aku malah jadi punya ide lain. Doa diralat. Kayaknya kalau sepuluh kali lipat kedikitan, mending seratus kali lipat. Cihuy juga, tuh kalau dikabulkan. Bisa mendadak jadi nyonya juragan.

Tapi, kayaknya masih belum cukup. Entah nih, memang lagi tamak atau terlalu kesal, aku pikir seratus masih sedikit. Yah, namanya juga orang patah hati ngehalu, halunya jangan tanggung. Sekalian aja. Secara, halu itu ... GRATIS.

Aku mau seribu kali lipat lebih kaya dari dia. Tidak mau deh, menyia-nyiakan kesempatan ini. Mungkin saja aku bisa jadi istrinya sultan.

Kan, enak, apa-apa tinggal tunjuk. Kalau mau jalan-jalan, naiknya mobil bagus. Beli barang yang penting suka, bukan cek berapa harganya dulu.

Gimana? Halunya orang patah hati, seindah itu, ya?

Ucapan adalah doa. Maka dari itu, aku lebih mengutamakan ucapan dan pikiran yang baik-baik untuk diri sendiri. Walau jujur saja, dalam hatiku ini kata-kata kasar ingin kukeluarkan. Tapi, kutahan.

Semoga saja, ada anak sultan beneran, yang khilaf jatuh cinta sama hamba. Aamiin.

Detik selanjutnya, aku bertabrakan dengan seseorang. Nyaris jatuh, tapi ada yang menangkap tubuhku.

Wow! Dia seorang cowok. Berkulit putih, bersih, dengan alis tebal yang rapi. Kelihatan masih sangat muda, mungkin usianya di bawah dua puluh tahun. Lumayan tampan, meski banyak luka di wajahnya.

Aku bengong selama beberapa detik.

Posisinya memang aku lagi teraniaya, cuma tidak menyangka doaku bakal dikabulkan secepat ini.

Inikah anak sultan itu?

"Oi!" Dia menegur.

Aku tersadar, dan segera kembali pada posisi normal. "Maaf!"

"Nggak apa-apa."

Aku menundukkan kepala sedikit. "Permisi." Kemudian bergeser ke samping.

Baru juga satu langkah, terdengar dia mengatakan sesuatu.

"Lain kali, kalau jalan jangan melamun," ucapnya. Dia merapikan rambut dengan jemari. "Untung aku ini anak baik-baik, coba kalau cowok jahat."

Menaikkan sebelah alis sambil menatapku. "Sini aku kasih tau ...." Tubuhnya yang lebih tinggi dariku, membuat dia harus membungkuk sedikit.

Aku tak berkata apa-apa. Hanya saja, bahasa tubuhku mengisyaratkan kalau dia boleh bicara.

"Kancing atasmu kebuka satu," ucapnya dengan enteng.

Astaghfirullah! Sontak mulutkku terbuka dan dengan sigap menutupi bagian atas tubuhku. Memang benar, kancingku terbuka satu.

Yah, bobol deh rahasia negara. Untung sedikit.

Aku melihatnya, dia sedang menutup mulut. Dasar nakal! Pikirannya pasti aneh-aneh. Juga, kurang ajar sekali bocah ini! Dia pikir, aku bakalan diam saja.

Ada 'hadiah' untuknya.

Aku hantam kepalanya dengan tas tangan yang kubawa, sekuat tenaga, sampai dia jadi teler.

"Dasar mesum!" Aku memakinya ketika dia memekik kesakitan.

Tapi, apa pukulanku terlalu keras? Dia pingsan. Matilah aku!

"Mbak!" Tukang ojek pesananku datang. Rupanya dia melihat aksiku barusan.

Ya ampun, makin buruk saja image-ku.

Tukang ojek itu termangu beberapa saat. Melihatku, kemudian melihat bocah di depanku ini. Aku tau apa yang ada di pikirannya. Dia pasti menyangka kalau aku penyebab anak ini babak belur.

"Bb-bukan saya ...." Aku berusaha menjelaskan, tapi kelihatannya sia-sia. Raut wajah rider ojol tersebut masih menaruh curiga.

Tahu apa yang terjadi berikutnya? Aku batalkan pesanan ojek, lalu ganti pesan taksi online. Terkuras lebih dalam isi kantung. Mana aku kasihan dengan tukang ojek tadi, jadi biar dia batal antar aku pulang, tetap kubayar ongkosnya.

Terpaksa, karena dia pingsan. Lebih-lebih lagi, ada saksi mata saat aku melakukan pemukulan. Harusnya aku sadar, walaupun hampir tengah malam, di Jakarta masih saja ramai orang.

Masih syukur ini abang ojeknya mau percaya, meski harus pakai akting nangis ala Naysilla Mirdad dulu. Ketimbang dilaporin ke polisi, mending rugi sedikit. Aku akan membawa bocah ini ke rumah Andre, salah satu temanku di Jakarta.
***

Dan pada akhirnya, Bocah Mesum--begitu aku memanggilnya-- pulang bersamaku. Kami mampir di rumah Andre untuk mengobati Bocah Mesum itu. Kebetulan rumah Andre sepi, karena kedua orang tuanya sedang pergi ke Jogja.

Andre terkejut, karena tiba-tiba aku bawa seoonggok daging.

"Ini siapa, Yas?"

"Nemu di jalan tadi," jawabku asal. "Tolongin dia, Dre. Mau, nggak?"

"Sini." Andre memapahnya masuk ke dalam rumah dan membaringkan bocah mesum di atas sofa. "Biar aku periksa dia dulu."

"Oh, iya."

Ke kamar sebentar, dia sudah kembali dengan alat-alat medis miliknya. Yang aku tahu, sih, cuma stetoskop, entah yang lain apa namanya.

Andre ini seorang dokter. Selain itu, dia juga anak pemilik kos tempatku tinggal. Meski pendiam, dia adalah manusia paling baik yang pernah kukenal.

Buktinya, orang asing yang kubawa saja, dia mau menolong. Apalagi, sudah jelas aku ini tidak mungkin bayar.

"Aku siapin kompres untuknya." Andre, kemudian pergi ke belakang. Aduh, jadi tidak enak merepotkannya.

Beberapa saat kemudian dia kembali dengan baskom berisi air di tangan kanan, serta handuk dan minyak angin di tangan kiri. Duduk di hadapan bocah mesum tersebut, dia kemudian memeriksanya dengan hati-hati.

"Dia kenapa?" tanyaku, ketika Andre masih sibuk mengobati. "Orang ini, nggak mati, 'kan?"

Pertanyaan bodoh dariku membuat Andre terkekeh. "Dia cuma pingsan."

Usai pemeriksaan Andre menyimpulkan kalau dia pingsan karena dehidrasi. Lega, dia pingsan karena kurang cairan. Jangan sampai nih, ya, dia pingsan gara-gara aku pukul. Bisa berabe, kalau dia mau menuntut ke pengadilan. Apalagi minta ganti rugi. Oh, no! Cari duit susah!

Omong-omong, kok dia bisa dehidrasi? Memang dia tidak minum? Yah, semiskin-miskinnya orang, air keran, 'kan banyak di mana-mana. Tinggal minum.

"Tolong kompresin memarnya," pinta Andre, di saat aku melamun.

"Baik." Aku mengompres memar pada bocah tersebut, tapi melakukannya dengan kasar.

"Pelan-pelan, Yas!" seru Andre. Matanya sampai membulat karena aku terlalu kasar.

Aku menyeringai. Biar saja. Malah kalau bisa, mau aku bejek-bejek ini anak. Ada dendam di dalam hati.

Andre mengoleskan minyak angin di hidungnya. Si Bocah Mesum belum sadar juga. Mungkin disiram air baru sadar.

Dia akhirnya sadar beberapa saat kemudian. Aku sengaja memelotot padanya saat membuka mata. Dia terperanjat melihatku, persis seperti lihat kuntil anak.

"Di mana aku?" katanya sambil menyapu pandangan ke sekitar
.
Andre menepuk pundaknya perlahan, menyuruhnya agar tenang.

"Kamu di rumahku," jelas Andre.

Dia sedikit tenang.

"Kenapa aku bisa di sini?" tanyanya.

Kok, aku jadi takut, ya? Takut karena aku pukul, dia jadi amnesia.

Sebenarnya, aku mau bilang kalau dia ada di sini karena mau aku hajar lagi. Sayangnya, tidak bisa. Andre pasti nanti tanya apa sebabnya. Kalau dia sampai tahu, bisa malu.

"Kamu tadi pingsan, Yasmin, yang bawa kamu ke sini."

Bocah Mesum itu memegangi kepalanya. Aku bisa lihat kalau dia masih pusing, wajahnya juga sedikit pucat.

"Kamu lapar?" Wah parah si Andre baiknya luar biasa. Sudah mau mengobati malah sekarang tawarin makanan ke dia. Salut, deh.

Yang ditanya diam saja, mungkin malu karena kita tidak saling kenal.

Andre pengertian, dia kemudian mengambilkan makanan untuknya dari dapur.

"Kamu makan dulu." Dia letakkan roti dan segelas air putih.

"Makasih!" Makanan langsung disambar, terus dia makan tanpa tahu malu. Lupa Bismillah, jangan-jangan.

Dia makannya cepat-cepat, kelihatannya sangat lapar. Lama-lama, aku merasa kasihan sama si Bocah Mesum ini. Untungnya, dia bertemu dengan Andre. Coba kalau bukan. Bisa mati kelaparan.

"Nama kamu siapa?" tanya Andre selagi dia mengunyah makanan.

"Mahaprana Sultan. Panggil aja Ran." Nada bicaranya terdengar angkuh.

By the way, namanya keren juga. Bau-bau ningrat gitu.

Pertanyaan Andre belum selesai. "Terus, kamu asalnya dari mana?"

"Banjarmasin."

Sumpah! Jawaban dia bikin aku terkejut setengah mati. Sepertinya, Andre juga sama terkejutnya.

Serius, ini anak dari Banjarmasin?

Banjarmasin ibu kotanya Kalimantan Selatan itu?

Apa di Jakarta ada daerah yang namanya Banjarmasin?

Aduh, gini nih repotnya, kalau waktu pelajaran geografi tidak memperhatikan guru.

Spam komen, boleh nih

Next gak?

PINDAH KE DREAME/INNOVEL DENGAN JUDUL 'OH, MY RICH MAN' AKUN Yurriansan.

Continue Reading

You'll Also Like

1M 148K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
552K 51.8K 54
[PRIVATE] on some chapter CopyRight by. SecretAeri ¤HIGHRANK¤ [27/10/2017] #4 in Short Story [14/09/2017] #13 in Short Story [25/07/2017] #25 in FAN...
202K 7.5K 24
Percayalah, bahwa cinta akan datang karena telah terbiasa.
1.9M 91.7K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...