Hari sudah gelap. Jungkook sang polisi muda ini akhirnya sampai di depan rumah mewahnya. Saat ingin memasuki rumahnya, ia teringat sosok mungil yang hanya tinggal di sebuah flat kecil yang bahkan ia yakin bisa roboh kapan saja. Ia menghela nafas kecil. Entah sejak kapan ia mulai memperhatikan seseorang? Biasanya ia bahkan tidak memperdulikan apapun.
"Aku pulang!"
"Oh, tumben kau pulang telat, Kook?" Sahut dan tanya seseorang yang muncul dari arah ruang keluarga. Ia adalah Kakak kandungnya, Jeon Yoongi.
"Aku harus mengerjakan beberapa tugas, Hyung." Jawab Jungkook.
"Mandilah lalu kita makan bersama. Appa dan Eomma sedang pergi ke rumah Harabeoji," Ucap Yoongi lalu segera berbalik ke arah dapur.
Jungkook segera menaiki tangga untuk menuju kamarnya. Setelah sampai, ia membuka seluruh pakaiannya lalu memasuki kamar mandi dan mulai membersihkan tubuhnya.
Dua puluh menit kemudian, ia turun menuju ruang makan. Di sana, nampaklah Yoongi yang sedang menata makanan di atas meja makan.
"Duduklah, Kook."
Jungkook mengangguk, ia menatap semua makanan kesukaannya. Perutnya terasa sangat lapar sekarang. Namun, ia jadi teringat Jimin. Apakah Jimin makan dengan baik hari ini? Ia cukup penasaran. Tak sadar bahwa ia sedari tadi di pandangi Yoongi, Jungkook akhirnya tersentak kaget saat Yoongi memanggil namanya.
"Kau ada masalah?" Tanya Yoongi.
Jungkook menggeleng, "Tidak, Hyung. Hyung, menurutmu bagaimana jika kita mengadopsi seseorang?"
Jungkook akhirnya memutuskan untuk bertanya. Entah mengapa, ia merasa tidak tega pada sosok kecil itu. Sekecil itu Jimin sudah harus menghadapi dunia yang keras ini seorang diri.
"Kau tau kan, Kook? Keluarga Jeon tidak mengizinkan untuk mengadopsi siapapun." Jawab Yoongi.
Jungkook menunduk lemas, "Kau benar...," Lirih Jungkook.
Yoongi menatap Jungkook bingung, "Memangnya kau ingin mengadopsi siapa, Kook?" Tanya Yoongi penasaran.
Jungkook tersenyum kecil, "Namanya Jimin. Aku kasihan padanya, Hyung. Ia sangat kecil dan yatim piatu. Ia bahkan tinggal sendirian dan kemarin aku menemukannya dalam kondisi hampir di perkosa oleh pria paruh baya." Jelas Jungkook membuat Yoongi menutup mulutnya.
"Astaga, kasihan sekali. Tapi, kita tak bisa melakukan apapun untuknya."
"Ada, Hyung. Tentu saja pasti ada jalan keluarnya." Tekad Jungkook.
Yoongi hanya menggeleng pasrah melihat kelakuan Jungkook yang 180 derajat berbeda dari biasanya.
***
Di sebuah flat kecil, Jimin duduk manis di lantai dengan meja kecil di hadapannya. Ia menatap mie instan yang baru saja ia masak. Ia mulai menyantapnya dengan hikmat.
"Pas sekali saat suasana sedang dingin begini. Uh, aku rasa aku harus cari pekerjaan besok. Tanpa sadar, uang peninggalan Eomma dan Appa mulai menipis," Gumam Jimin.
Selesai makan, Jimin mencuci piring miliknya. Lalu ia mencuci wajahnya dan mulai menaiki ranjang kecil dengan kasur yang mulai mengeras karena faktor usia. Bahkan Jimin sering mengeluh sakit punggung saat bangun tidur. Namun, ia belum bisa membeli yang baru saat ini.
Setelah berdoa, ia segera menutup mata indahnya. Berharap hari esok ia akan memiliki kenangan indah.
Suara burung mulai berkicau saat pagi tiba. Jimin terbangun lalu mendesis saat punggungnya terasa sakit. Mengabaikan rasa sakitnya, Jimin mulai membersihkan dirinya. Selesai mandi, Jimin hanya memakai sweater biru kebesaran dan celana berwarna putih selutut.
Jimin melangkah keluar flatnya. Ia sesekali menyapa bibi pemilik flat yang di balas senyuman sang bibi. Hari ini, Jimin akan mencoba mencari pekerjaan. Karena hari ini hari minggu, pasti tempat wisata akan ramai. Ia memutuskan untuk pergi kesana. Siapa tau ia bisa di terima jadi pekerja walau sehari. Itu tak masalah.
Jimin kini memasuki sebuah lokasi permainan bernama Lotte World. Ia segera melangkah pergi menuju tempat penjualan tiket masuk.
"Noona, aku ingin melamar pekerjaan hari ini? Apa hari ini butuh tambahan karyawan?" Jimin tersenyum manis saat bertanya.
Yang di tanya tersenyum gemas melihatnya, "Adik kecil, kenapa ingin bekerja? Di mana orang tuamu?" Tanyanya.
Jimin mengerucutkan bibirnya saat mendengar ucapan Noona itu. "Jimin sudah SMA, Noona. Dan Jimin yatim piatu...," Jawabnya dengan tatapan polos.
"Jimin butuh uang untuk makan hari ini, tolong bantu Jimin...," Lirihnya dengan tatapan memohon.
Wanita itu menatap kasihan sosok mungil di depannya. "Baiklah. Ayo ikut aku menemui Manager." Jawab Sang Noona.
"Terima kasih, Noona."
***
Jimin berteriak senang, ia di terima menjadi pembagi brosur hari ini. Ia segera melakukan tugasnya.
"Brosurnya, Tuan, Nyonya...."
"Brosurr...."
Tanpa sadar ia melakukan hal itu selama 2 jam lebih, ia bahkan tidak ingat ia belum sarapan. Peluh memenuhi wajah kecilnya. Banyak orang-orang yang kagum pada sosok kecilnya. Bahkan tak jarang ada yang ingin memberinya uang namun Jimin menolaknya dengan halus.
"Jimin, istirahatlah dulu!" Teriak Noona yang sudah berjasa untuknya. Ia bernama Seulgi.
"Baiklah, Seulgi Noona."
Jimin duduk di sebuah kursi panjang. Ia mengusap peluhnya dengan sweaternya.
"Jimin?"
Sebuah panggilan membuat Jimin mendongak menatap seseorang yang tadi memanggil namanya.
"Uh? Kooko hyung?"
Jimin terkejut saat melihat sosok Jungkook di hadapannya. Ia nampak gagah dengan seragam kepolisiannya. Dan jangan lupa tingginya yang wah membuat ia menjadi pusat perhatian.
"Sedang apa di sini?" Tanya Jungkook.
Jimin terkekeh, "Hehe, Jimin sedang bekerja, Hyung. Jimin butuh uang untuk kehidupan Jimin." Jawab Jimin dengan polosnya.
Jungkook membelalakan matanya mendengar jawaban Jimin. "Kau bekerja?" Tanyanya dengan raut wajah tak percaya.
Jimin mengangguk polos, "Hyung sedang apa di sini?"
"Umm, aku sedang bertugas di daerah ini. Rekanku menyuruhku untuk memastikan daerah ini aman."
Jimin mengangguk-anggukan kepalanya.
"Kau sudah sarapan? Wajahmu pucat," Tanya Jungkook khawatir.
Jimin merona saat menyadari Jungkook khawatir padanya. "Aku belum sarapan. Aku sedang menghemat, Hyung."
Lagi-lagi Jungkook melebarkan matanya. "Kau sedang istirahat, kan? Ayo makan dulu. Aku yang traktir." Ucap Jungkook menarik pelan lengan Jimin.
Jimin menurut saja, ia tak ingin munafik. Ia benar-benar lapar. Dan ini sebuah keuntungan baginya. Ia menatap punggung lebar Jungkook dan tanpa sadar sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman.
' Apakah begini rasanya di perhatikan seseorang?'
Continue~
Halo teman-teman. Jangan lupa vote dan comment ya^^ aku menantikan reaksi kalian setelah membaca storyku hehe