hyuckren playlist āœ”ļø

By aerikimc

77.5K 7.9K 1.3K

This is Hyuckren oneshoot story compilation ! šŸ’› Enjoy šŸ’› šŸŒ¼ bahasa bisa baku/non baku šŸŒ¼ More

ā€¢ my old love story ā€¢
ā€¢ coass love story ā€¢
ā€¢ berandal ā€¢
ā€¢ confession ā€¢
ā€¢ the interview ā€¢
Friday Night Series 01
ā€¢ unexpected meet up ā€¢
ā€¢ Lucky Fansite ā€¢
ā€¢ Can i ? ā€¢
ā€¢ sa(d)turdate ā€¢
Friday Night Series 02
ā€¢ how about me being yours ? ā€¢

ā€¢ Bake on Love ā€¢

18.2K 1.3K 399
By aerikimc








Waktu tepat menunjukkan pukul 22.00 , tetapi Huang Renjun yang merupakan mahasiswa seni rupa tingkat dua itu baru saja selesai mengerjakan tugasnya yang memang harus ia selesaikan segera di perpustakaan kampus.

Ia pun segera saja bergegas keluar dari kampus dengan sepeda keranjang kesayangan yang ia beri nama moomin. Cuaca malam di Seoul hari ini memang dingin bukan main. Dingin yang menusuk. Membuat perut Renjun yang memang belum terisi sejak sore tadi semakin meronta-ronta.



Sambil berjalan santai bersama sepeda moomin disampingnya, ia mencari kedai ataupun restoran yang masih buka pukul segitu. Hampir semua lampu restoran sudah padam menandakan bahwa restoran disekitarnya tersebut kebanyakan sudah tutup, tetapi ada satu toko roti di ujung sana yang masih menyala lampunya rupanya, sehingga tanpa pikir panjang segera saja Renjun lari dengan sepedanya ke arah toko roti itu dan dengan brutal membuka pintu toko roti tersebut.


"Permisi! Tolong jangan tutup dulu!"


Pemuda berkulit tan yang sepertinya sedang berbenah di kasir sana terlihat tersenyum pada pelanggan terakhinya ini.


"Hanya untuk mu, toko kami masih dibuka, manis. Silahkan" kata pemuda tampan itu sambil senyum, membuat Renjun tersipu malu karena dipanggil manis seperti itu, sial.


Renjun pun mencoba mengacuhkan perkataan pemuda dengan rambut sewarna abu-abu yang sialnya tampan tersebut. Ia bergegas mengambil nampan dan penjepit untuk memilih roti maupun cake. Kemudian mengernyit setelahnya karena baru sadar, dilihatnya tidak ada satupun roti yang tersisa disana. Hey!? Apa-apaan maksudnya ini!?





"Maaf tuan. Anda menyuruhku untuk memilih, tapi disini tidak ada roti ataupun cake sama sekali yang terlihat didepan mataku, excuse me?"



Pemuda tampan didepannya malah tertawa terbahak, respon pemuda itu benar-benar menjengkelkan bagi Renjun.


"Kau hanya memintaku supaya toko roti ini jangan tutup dulu, manis. Dan aku bahkan tidak menyuruhmu untuk memilih rotinya ?" Katanya santai sambil melipat tangannya didepan dada.



Renjun speechless dan geram bukan main. Bagaimana bisa pemuda itu bersikap seperti ini ? Hei, Renjun adalah pelangganya kalau dia lupa.



"Kau... Cih, am i a joke to you!? Aku. Sangat. Lapar, bedebah brengsek! Dan kau mengerjaiku seperti ini!? H-hiks!" Kata Renjun dengan sedikit penekanan pada kata 'sangat lapar' nya.



Habis kesabaran Renjun. Dirinya sudah sangat lapar dan dikerjai seperti ini oleh pemuda toko roti ini yang sialnya tampan itu!? Oke Renjun tidak peduli dengan ketampanan pemuda toko roti itu. Renjun benar-benar kesal setengah mati sampai-sampai tertunduk menangis saat itu juga.

Pemuda tampan berkulit tan itu gelagapan dan jadi merasa bersalah. Padahal ia tidak bermaksud hingga membuat si manis ini menangis.


"H-hei maafkan aku okay? Aku tidak bermaksud membuatmu menangis." Pemuda berkulit tan itu pun melangkahkan kakinya kehadapan Renjun dan menepuk-nepuk punggung si manis.



"Sebagai permintaan maaf, kau ingin aku buatkan apa sekarang?" Tanyanya lagi dengan lembut sambil menatap Renjun yang masih menangis dengan kedua telapak tangan menutupi wajahnya.


"C-coffee bun !" Ucapnya tanpa berpikir panjang, sambil menatap nyalang pemuda tampan itu. Bukannya takut, malah membuat pemuda itu terkekeh karena gemas.


Pemuda berkulit tan itu segera saja menarik Renjun ke area dapur di toko itu. Mengajak Renjun untuk ikut melihat langsung proses pembuatan coffee bun-nya, sambil menyiapkan tepung terigu, susu, telur, garam, ragi, perisa moka, bubuk kopi dan lainnya sebagai bahan untuk membuat coffee bun.


Setelah semua yang dibutuhkan sudah tersedia, pemuda itu kemudian menggulung kedua lengan kemeja putihnya hingga memperlihatkan urat-urat seksi di lengannya, lalu memakai apron siap untuk mulai membuat adonan coffee bun.


Renjun yang berada tidak cukup jauh dari tempat pemuda itu melihat segala gerak-gerik yang pemuda tampan itu lakukan. Terlihat fokus dan serius. Apalagi dengan lengan kemejanya yang digulung begitu, dengan perpaduan kulit tan miliknya yang membuat pemuda itu terlihat berkali-kali lipat tampan dan seksi secara bersamaan kalau sudah begini.

Renjun jadi sedikit terpesona.

Eh ?

Renjun menampar kedua pipinya bolak balik untuk membawa kesadarannya kembali.

Astaga, hampir saja pikiran liarnya tentang pemuda tampan itu berkembang didalam otaknya.

Pemuda itu kemudian menoleh ke arah Renjun dan terkekeh sendiri melihat perilaku renjun yang absurd itu.


"Hei, manis! Ingin membantuku membuat coffee bun ini?" Tawarnya.


Renjun hanya menganggukkan kepalanya dan berjalan mendekat ke arah pemuda tampan berkulit tan itu.

Dengan sabar pemuda tampan itu mengajarkan Renjun mencampur susu, gula, garam, ragi terigu dan telur kemudian mengaduk-ratakannya hingga menjadi sebuah adonan yang kalis. Sambil sesekali mereka bercanda ala-ala drama korea disana.

Setelah sekitar hampir dua jam, coffee bun buatan mereka pun akhirnya jadi.

Dengan riang, Renjun segera mencoba coffee bun buatan mereka. Matanya berbinar setiap kali menyuap potongan coffee bun yang ternyata sangat enak tersebut.

Pemuda itu menatap intens Renjun dengan senyum sambil menumpu dagunya dengan kedua tangannya.

Ia sangat suka bagaimana Renjun berekspresi saat memakan coffee bun buatan mereka. Ditambah lagi dengan kedua belah pipi gembilnya yang bergerak naik turun seperti squishy, Sangat manis.


Jemarinya dengan sigap membersihkan sudut bibir Renjun yang terdapat remahan roti. "Pelan-pelan saja manis, semua coffee bun itu milikmu. Aku tidak akan minta kok".


Dalam sekejap rona merah sialan itu muncul lagi dikedua pipi Renjun akibat ulah pemuda di depannya tersebut.


Pemuda itu hanya terkekeh melihat reaksi lucu si manis.


"By the way, kita belum berkenalan secara benar tadi. Aku Lee Donghyuck" kata pemuda itu pada akhirnya memperkenalkan dirinya pada Renjun.

Ah, Lee Donghyuck ? Agaknya Renjun familiar dengan nama tersebut. Pernah dengar dimana ya kira-kira?

Ah, masa bodoh dengan perihal dimana dia pernah mendengar nama Donghyuck. Ia tidak harus peduli.


"Aku Renjun. Huang Renjun"










Renjun sudah selesai menyantap coffee bun pertamanya. Berhubung coffee bun yang mereka buat satu loyang penuh itu sangat banyak jumlahnya, akhirnya Renjun membawa sisa rotinya itu untuk dibawa pulang ke apartemennya.

Lumayan kan untuk beberapa hari kedepan Renjun tidak perlu membeli camilan? Ah, anyway, coffee bun yang satu loyang besar itu diberikan cuma-cuma oleh Donghyuck sebagai permintaan maafnya pada Renjun karena telah membuat si manis itu menangis.

Renjun menunggu Donghyuck menutup tokonya, karena sebelumnya Donghyuck menawarkan Renjun untuk pulang bersama, karena ternyata apartemen Renjun dan kediaman Donghyuck itu satu arah. Lagi pula, ini sudah pukul 12 malam. Pulang dengan teman sepertinya lebih aman.

Selama perjalanan, mereka banyak mengobrol dan tertawa bersama. Renjun tidak menyangka kalau Donghyuck orang yang semenyenangkan ini.

Selera humor Donghyuck sebenarnya jelek juga, tapi masih lebih baik daripada Renjun.

Yah, walaupun humornya lebih didominasi oleh tingkah menyebalkan dan rayuan cheesy-nya yang sampai membuat pipi Renjun memerah karena kesal dan malu.












Sampai lah mereka akhirnya di depan bangunan apartemen sederhana milik Renjun. Perjalanan yang ditempuh selama 30 menit dengan berjalan kaki itu rupanya jadi tidak terasa karena mereka yang asik mengobrol selama perjalanan.


"Um, terimakasih coffee bun-nya. Dan terimakasih.. sudah mengantarku pulang" ucap Renjun tulus sambil tersenyum malu-malu, yang astaga sangat terlihat manis dan menggemaskan di mata Donghyuck.


Donghyuck lemah.


Donghyuck meresponnya dengan senyuman lebar khas miliknya sambil mengusak rambut si manis yang lebih pendek darinya itu. "Apapun untukmu, manis."


Sialan, apa-apaan sih pemuda ini? Kenapa setiap perlakuan dan perkataannya selalu bisa membuat wajah Renjun memerah? Dan Ah, jangan lupakan juga detakan jantung Renjun yang semakin cepat hingga rasanya jantungnya mau copot dan juga sensasi kembang api di perutnya yang naik hingga ke dada.


"Ah iya, selain coffee bun, apa lagi yang kau suka?" Tanya Donghyuck sambil terus memperhatikan gerak gerik si mungil.


"Umm... macaroon ?"


"Hm. Baiklah, datanglah lagi lain kali. Aku akan buatkan macaroon spesial khusus untukmu. Sampai jumpa" kata pemuda itu sambil bergegas pergi.

Sebelum langkahnya lebih jauh, Donghyuck itu berbalik sebentar membuat kening Renjun mengernyit keheranan. Apakah ada sesuatu yang dilupakan pemuda itu ?


"Ah ya, anyway aku juga suka macaroon. Sebagai info saja" tambahnya sembari mengedipkan sebelah matanya sebelum benar-benar pergi dan menghilang dari pandangan Renjun.


Renjun hanya menggelengkan kepalanya sambil berbalik memasuki kediamannya.


Dasar pria aneh, gumamnya dengan tanpa disadari mengulum senyum tipis di bibir manisnya.

.

.

.

.

.

Renjun telah selesai membersihkan diri. Mengganti kemeja merah bermotif kotak-kotak dengan setelan piyama berwarna putih garis-garis miliknya.

Ia kemudian merebahkan dirinya diatas kasur empuk berukuran queen size miliknya. Sambil menatap langit-langit kamar, ia memutar kilas balik kejadian hari ini. Tepatnya, kejadian di toko roti yang berada tidak jauh dari apartemennya beberapa jam lalu bersama Lee Donghyuck.

Lee Donghyuck lagi. Hanya dengan menyebut namanya saja entah kenapa bisa membuat Renjun senyam senyum sendiri seperti ini. Dasar aneh.

Iya, Donghyuck yang aneh, kata Renjun.

Sangat aneh.

Bagaimana bisa, pemuda yang baru pertama kali ditemuinya itu yang sangat menjengkelkan dalam tanda kutip juga sangat tampan , bisa membuat hatinya berdegup kencang, wajahnya merona dan perutnya menggelitik seperti diserang ribuan kembang api?


Dan bagaimana bisa pemuda yang baru ditemuinya itu ada di kepala Renjun terus menerus seperti ini hingga membuat Renjun senyum sendiri dan tidak juga bisa tidur padahal hari sudah sangat larut seperti ini?

Bagaimana bisaaaaaa ?

Apakah ini efek dari Renjun yang sudah terlalu lama melajang?

Masa bodoh dengan itu, yang penting
Renjun jadi tidak sabar untuk pergi ke toko roti Donghyuck hari esok. Menagih janji macaroon yang ditawari Donghyuck sebelumnya tentu saja.

Terlalu banyak memikirkan Lee Donghyuck,  maksudnya macaroon yang dijanjikan Donghyuck pada akhirnya membuat otaknya lelah dan mengantuk, hingga akhirnya Renjun terlelap juga.










Ingin membuatkan macaroon, your ass.

Sudah berhari-hari Renjun coba mengunjungi toko roti itu, tetapi tidak ada tanda-tanda kehidupan Donghyuck disana.

Bahkan, para pekerja intern yang Renjun temui disana saat berkunjung mengatakan tidak ada karyawan yang bernama Donghyuck di toko roti itu.

Lalu, yang kemarin di toko itu siapa? Hantu?

Oh, shit. Renjun kesana malam hari waktu itu. Untuk kemungkinan Lee Donghyuck seorang hantu itu berarti sangat besar. Belum lagi, Renjun ingat kalau saat itu memang hanya ada mereka berdua saja di dalam toko roti itu. Lalu, coffee bun yang Renjun makan itu, apa?


Untuk seseorang yang percaya adanya hantu, Renjun jadi merinding sendiri.


"Hei, Renjun ! Kau gila ya!? Kenapa rusuh banget sih!?" Omel Shuhua, teman sebangku Renjun di kampus sekaligus sahabat baiknya.

Iya, saat ini Renjun sedang berada di kampusnya. Melamun dan bertingkah tidak jelas sembari menunggu dosennya yang sedari tadi tidak datang padahal katanya mau mengisi materi pukul 07.00 pagi, tapi nyatanya sampai sekarang jam 10.00 pun belum datang juga.


"Shu, masuk akal tidak kalau hantu bisa membuat coffee bun ?" Tanya Renjun akhirnya pada Shuhua.


Shuhua yang mendengar pertanyaan super tidak masuk akal dari Renjun pun akhirnya memukul kepala Renjun dengan buku catatannya yang lumayan tebal. "Jernihkan otakmu bodoh, ini masih pagi".

"Aish, Ya!"

.

.

.

.

"Berkunjung ke toko rotiku seminggu ini dan tidak menemukanku disana? Sebegitu rindunya padaku, manis?" Seorang pemuda dengan rambut sewarna abu-abu tiba-tiba datang menghampiri mereka , membuat aksi jambak menjambak dan memukul antara Renjun dan Shuhua terhenti saat itu juga.



"Oh, Hai Hyuck !" Sapa Shuhua antusias.


"H-Hyuck!? Kenapa bisa—" Renjun melongo kaget. Ada dua hal yang membuatnya kaget sepertinya.


Yang pertama adalah, bagaimana bisa seorang Lee Donghyuck berada dikelasnya? Bagaimana dia bisa tahu dimana Renjun berada? Bahkan sepertinya Renjun belum pernah memberitahukan Donghyuck dimana letak kampus atau bahkan jurusannya? Apakah Lee Donghyuck ini seorang stalker ?


Dan yang kedua, apa-apaan ini ? Bagaimana bisa sahabatnya ini mengenal Donghyuck? Bahkan seingatnya, Renjun belum sempat menceritakan  pada Shuhua. Tapi, kenapa mereka seperti sudah mengenal lama, layaknya seorang teman?


"Hm? Ini. Macaroon yang kujanjikan untukmu." Kata Donghyuck sambil menaruh totebag berwarna hitam yang berisi sekotak macaroon di depan wajah Renjun yang membuat Renjun sadar dari lamunannya.


"Huh? Kau ... Bagaimana bisa kau tahu aku ada disini ? Rasanya aku tidak pernah memberitahumu tentang perkuliahanku ?" Tanya Renjun pada akhirnya.


Shuhua yang melihatnya pun memutar bolamatanya malas sekaligus menggeplak belakang kepala Renjun dengan kotak pensil miliknya. "Dasar bodoh. Makanya, kalau masuk kelas berkenalan lah dengan teman-teman sekelasmu. Donghyuck itu teman sekelas kita, bodoh !"


"HAH !?"


Donghyuck terkekeh melihat tingkah menggemaskan Renjun, sebelum ia membuka suara pada akhirnya. "Faktanya begitu, manis. Aku teman sekelasmu dari awal kita masuk. Dan toko roti itu milikku, jadi terkadang aku akan pergi kesana untuk iseng saja sebenarnya."


"Bukalah." Perintah Donghyuck akhirnya pada Renjun untuk segera membuka sekotak macaroon yang dibuatnya itu.


Dikeluarkannya sekotak macaroon dari totebag berwarna hitam dan dibukanya kotak macaroon itu hingga memperlihatkan enam buah macaroon dengan warna yang berbeda dan satu huruf alfabet ditiap buahnya, yang kalau semua disatukan akan membentuk suatu kalimat 'Date Me'.


Renjun mengernyitkan dahinya dan menoleh pada Donghyuck dengan raut kebingungan, meminta penjelasan.


Donghyuck yang sudah tahu akan begini reaksi yang diberikan si manis pun hanya terkekeh geli, menggemaskan batinnya. "Bagaimana? Date me? Yes or no?"


"Tiba-tiba?" Tanya Renjun lagi sambil mengangkat sebelah alisnya.


"Um, tidak juga. Sejak 1 tahun lalu kira-kira"


"Selama itu!? B-bagaimana bisa? Aku bahkan, ah kita bahkan baru bertemu seminggu lalu?"



Donghyuck hanya tertawa mendengarnya.



Diputarnya kembali kilas balik kisahnya saat pertama kali ia bertemu dengan Renjun. Tepatnya, dihari ketika prof. Kim memberinya tugas yang mengharuskan dirinya untuk mencari refensi di perpustakaan kala itu. Sehingga mau tidak mau, Donghyuck yang notabene nya tidak pernah menginjakkan perpustakaan malah jadi menetap berjam-jam demi menemukan referensi yang diperintahkan oleh prof. Kim.

Kesal tentu saja. Tapi, rasa bahagianya lebih mendominasi, ketika ia melihat seorang berparas manis sekaligus cantik yang dengan seriusnya menggambar pada sebuah buku sketsa didepan mejanya. Belum lagi, cahaya matahari sore yang menembus jendela menyinari wajah berparas manis didepannya yang menambah kesan cantik bak bidadari baginya.

Hingga akhirnya, ia tahu bahwa seorang berparas cantik dan manis tersebut bernama Huang Renjun merupakan teman sekelasnya.



"Jadi, bagaimana?" Tanya Donghyuck sekali lagi tanpa menghiraukan pertanyaan Renjun sebelumnya.


Renjun berdecak sebal ketika Donghyuck mengabaikan pertanyaannya dan malah balik bertanya padanya lagi.

Bagaimana ya, walaupun Donghyuck sudah mengenalnya selama itu, tapi Renjun baru mengenal Donghyuck baru-baru ini.


Walaupun begitu Renjun akui bahwa Donghyuck dapat membuat hatinya berdebar dalam rentan waktu yang singkat itu.

Sambil malu-malu dengan pipi yang merona, Renjun akhirnya menganggukkan kepalanya, "I would say, yes".



Senyum menawan milik Donghyuck seketika menguar di aula besar tersebut, hingga menular pada Renjun yang kini tertawa kecil sambil menundukkan kepalanya karena malu. Sedangkan Shuhua yang melihat adegan keduanya memasang ekspresi ingin muntah kemudian berlari keluar kelas setelahnya.




Yah, walaupun sebenarnya Renjun baru mengenal Donghyuck sebentar, tapi sepertinya ...



Tidak buruk juga, jadi Renjun akan mencobanya.




Pilihan Renjun sudah benar 'kan?



end .




Cerita hyuckren oneshot pertamakuuu 😭😭

Serius, maaf kalo jelek ya, namanya juga masih coba-coba huehehe 😔❤️

Continue Reading

You'll Also Like

42K 3.6K 17
author ga bisa nulis desk, mending langsung baca aja semoga sukaa~
30.7K 2.1K 47
CERITA INI KHUSUS HYUCKREN SHIPPER! BAGI KALIAN YANG TIDAK SUKA SHIPPER INI? DILARANG UNTUK MEMBACA, MENGHUJAT, SERTA MENGKRITIK NEGATIF DI KOLOM KOM...
81.4K 8.2K 35
FIKSI
3.7K 387 14
Briana seorang gadis pecinta novel dan film Harry Potter garis keras atau disebut juga potterhead membuat permohonan kepada Tuhan untuk merubah Alur...