I LOVE YOU , MR. ICE

Av ceptybrown

596K 25.6K 1.4K

Aku tidak pernah bermimpi bertemu dengan pria yang dingin, berpendirian kuat, dan benar-benar lempeng jalanny... Mer

PROLOG
Bab 02 Mengenalmu
BAB 03 PERJODOHAN
BAB 04 GUGUP
Bab 05 Bingung
SPESIAL POV ADTYATMA JUNIOR
BAB 13 PELINDUNG
promo pdf
promo pdf 50 k
open po cetak ulang
100 ribu / 3 pdf
novel dan pdf terbaru ready
Jumat Berkah
2 paket
novel lepas segel

BAB 01 MENGETAHUI LEBIH DALAM

18.3K 3.3K 134
Av ceptybrown

Aku berjalan sedikit lebih cepat, hari ini aku bangun terlambat. Meski shift-ku masih masuk siang, hanya saja aku tadi sempat pulang ke rumah yang ada di Wonosari. Karena minggu ini aku tidak pulang, jadi baru bisa  pulang tadi pagi. Aku pikir di rumah akan sebentar saja, tapi karena kedatangan saudara dari Jakarta sehingga menahanku lebih lama. Alhasil aku dari Wonosari jam 1, padahal harus balik kos dulu ganti seragam juga.  Dan sekarang aku hampir saja telat.

"Ngos-ngosan gitu, Jo, habis darimana?"

Sapaan Doni yang kali ini menjadi partnerku membuat aku tersenyum sambil membenarkan kerudungku. 

"Habis dari Wonosari, ngebut aku tadi."

Doni membelalakkan matanya mendengarkan penuturanku. 

"Kamu itu ya, udah dibilang naik motor itu nggak usah ngebut-ngebut. Banyak kecelakaan sekarang ini."

Aku mencibir mendapatkan ucapan Doni.

"Kok doain malah? Lha gimana lagi, Don, habis kepepet. Tadi di rumah ditahan-tahan terus mau pulang juga."

Doni hanya menggelengkan kepala, dia sudah hafal dengan jawabanku kalau disuruh hati-hati membawa motor. Tapi aku memang jarang mengenakan motor selain untuk pulang ke rumah. Makanya aku mencari kos yang dekat banget dengan hotel.

Pergantian shift akhirnya tiba, aku dan Doni sudah berada di belakang meja. Siap melayani tamu sampai nanti pukul 11 malam. Tiba-tiba telepon berdering di sebelahku. Aku langsung mengangkat.

"Assalamualaikum. front office di sini, selamat siang. Ada yang bisa kami bantu?"

"Mbak ini saya di room 1201, kok airnya macet ya yang di toilet?"

"Baik bu, saya akan segera sampaikan kepada room service."

"Cepetan ya mbak, saya udah gerah ini mau mandi. Eh tahu-tahu airnya macet. Hotel bintang kok kayak gini."

Aku menghela nafas "Iya maaf sekali lagi ya Bu atas kekurangannya. Kami akan segera tangani."

Aku langsung segera menghubungi bagian room service dan menceritakan kendala yang ada. Room service langsung menanggapi, tak berapa lama kemudian Rohman dari bagian room service sudah berdiri di depanku. Lalu melirik ke arah Doni yang  sibuk melayani tamu yang chek in. 

"Mbak Jo, itu room 1201 airnya lancar kok Mbak. "

Aku langsung mengernyit, "Lho ibu nya tadi katanya air macet dan marah-marah."

Rohman kini tersenyum tipis "Dia bukan ibu-ibu, Mbak. Tapi wanita muda, cantik seksi lagi."

Aku langsung melotot ke arah Rohman. "Hust yang sopan. Kamu bisa kena marah loh kalau kayak gitu."

Lalu Rohman menggaruk kepalanya "Maaf Mbak, tapi ya galak banget. Pas aku bilang airnya nggak macet, malah minta ketemu ama GM, Pak Atma gitu."

Mendengar nama Atma disebut aku langsung mencondongkan tubuh ke depan.

"Maksud kamu?"

"Dia kayaknya kenal sama Pak Atma."

"Owhhh."

Aku hanya ber owh saja, lalu Rohman pamit dari hadapanku. Lalu menghampiri Doni yang masih sibuk memeriksa reservasi tamu. Tapi belum sempat aku berbicara, seorang wanita sudah ada di depan meja.

"Selamat siang Ibu, ada yang bisa saya bantu?"

"Saya mau ketemu sama Pak Atma, GM hotel ini."

Aku langsung mengamati wanita cantik yang ada di depanku. Apa ini tadi yang dikatakan Rohman?

"Maaf Ibu, ada..."

"Saya temannya Pak Atma. Udah bilang aja gitu."

Belum sempat aku menjawab lagi, Doni sudah berdiri di sampingku.

"Mohon maaf sekali Ibu, kalau misal ada kekurangan dari pelayanan kami, ibu bisa bertemu dengan Pak Adi, sekali Manajer di bagian houskeeper.."

Tapi wanita itu langsung mendengus "Saya laporkan kalian."

Lalu tanpa menunggu jawaban kami, dia mengibaskan rambut panjangnya dan berlalu pergi. Aku dan Doni saling bertatapan.

"Cantik tapi galak."

Itu ucapan Doni, dan aku hanya menggelengkan kepala. Selalu saja ada yang seperti itu.

**** 

Aku pikir masalah itu akan berhenti begitu saja, tapi saat ini aku dipanggil oleh Pak Amir, padahal sebentar lagi shift ku dan Doni berakhir.

"Ada laporan dari tamu kalau kalian tidak sopan terhadapnya."

Mendengar itu aku dan Doni saling bertatapan. Lalu beralih kepada Pak Amir.

"Maaf Pak setahu saya, sejak tadi tidak ada komplain dari tamu."

"Iya Pak. Tidak ada laporan."

Aku dan Doni saling membela diri. Kami ada di dalam ruangan kerja milik Pak Amir.

"Ada seorang tamu yang bernama Talia, dia marah-marah langsung kepada Pak Atma."

Deg

Aku dan Doni saling bertatapan lagi. Ini pasti wanita tadi itu.

"Owh maksudnya tamu yang tadi minta ketemu sama Pak Atma langsung?"

Itu Doni yang mengatakan, tapi Pak Amir mengernyit.

"Beliau bilang kalian nggak sopan. Beliau minta informasi fasilitas kamar juga kalian abaikan. Beliau minta double bed malah kalian kasih single bed, ehm bukan kalian tapi  katanya sama resepsionis wanita. Kamu kan berarti, Jo?"

Mendengar itu tubuhku langsung lemas. Rasa lelah yang sejak tadi aku rasakan makin bertambah saat mendengar hal ini.

"Pak, saya bisa jamin, Jovanka tidak seperti itu."

Doni membelaku, sedangkan aku sudah tidak mengatakan apapun. Difitnah sebegitu cepat aku tidak bisa berdalih.

Pak Amir mengangkat tangannya meminta kami berhenti berbicara karena ada telepon masuk. Beliau mengangkatnya  "Halo,... owh iya Pak. Baik."

Setelah meletakkan gagang telepon kembali, Pak Amir menatapku.

"Jo, kamu disuruh ke ruangan Pak Atma sekarang. Dan kamu Don, boleh pulang."

Tentu saja aku terkejut dengan pemanggilan ini.

"Pak, Jovanka, nggak salah lho, dia difitnah."

Itu pembelaan Doni, tapi Pak Amir tidak bisa dibantah, dan aku hanya menganggukkan kepala.

****

Jantung berdegup kencang saat mengetuk pintu ruangan kerja Pak Atma. Tapi bukan di lantai bawah, ini di lantai teratas. Penthouse, yang memang diperuntukkan untuk Pak Atma. Jadi dia memang suka menginap di sini.

"Masuk."

Suara berat itu membuat aku gemetar membuka handel pintu. Harum khas room makin membuat aku gemetar saat langkah kakiku memasuki kamar mewah ini. Aku hampir memekik saat melihat Pak Atma sudah duduk di sofa panjang dan bersedekap menungguku.

Dia mengenakan kaos polo warna putih dan celana warna senada. Sosoknya tampak lebih santai daripada kemarin yang bersetelan resmi. Tapi auranya masih tetap saja menakutkan.

"Duduk!"

Dia menyuruhku untuk duduk di sofa yang ada di depannya. Perlahan aku langsung menjatuhkan diri di atas sofa empuk ini. Seumur-umur aku juga belum pernah memasuki kamar termewah di hotel ini. Kamar yang tipe deluke saja juga belum pernah apalagi yang ini.

"Jadi apa yang sebenarnya terjadi," ucapnya galak. Aku makin mengerut di sofa. Tatapannya menghujam ke wajahku. 

"Ehm maaf, Pak. Sebenarnya bukan begitu kejadiaannya. Ibu itu tadi minta ketemu Bapak, terus Doni bilang kalau ada masalah bisa hubungi Pak Adi, tapi ibu tadi langsung pergi."

Pak Atma mengangkat alisnya, lalu berdecak. Seperti kesal mendengar ucapanku. Aku kini menunduk untuk mengurangi rasa gugupku.

"Kenapa kamu malah ke sini kalau kamu nggak salah?"

Heh? Refleks aku menatap Pak Atma yang masih menatapku galak itu.

"Lha tadi disuruh sama Pak Amir."

Pak Atma kini menghembuskan nafas dengan keras.

"Kenapa kamu nggak membantah? kamu punya mulut kan? Kamu berhak buat membela diri kamu sendiri. Kenapa malah nurut saja. Kamu Jovanka yang kemarin juga mau aja disuruh kerja tanpa istirahat kan? Jangan jadi cewek lemah, kalau nggak salah ya bela diri kamu!"


BERSAMBUNG

Ah saya mah pasrah pak, dibilang salah juga gak apa-apa asal dicipok bapak, ehhh,..... wkwkwkwkw

Fortsätt läs

Du kommer också att gilla

74.8K 5.1K 12
Cover by @Henzsadewa Spin of Dek Ulay, Wo Ai Ni Maryam merasa sia-sia saat segala usaha telah ia lakukan untuk menjadi istri shalihah seorang Azzam...
1.3M 101K 55
Meta memutuskan pulang kampung untuk menemani orang tua ketika mendengar bahwa sang adik harus merantau karena kuliahnya, namun seperti dugaannya, ke...
973K 47.4K 37
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...
298K 46.4K 27
Mili sangat membenci kondisi ini. Dikejar-kejar oleh Mamanya sendiri yang mau menjodohkannya. Bahkan, titah untuk menikah sebelum usia 24 tahun terus...