✔️ Swag Couple : YoonRa [BTS...

Por J_Ra21

144K 15K 2.4K

Kisah cinta antara Yoongi dan Nara, pasangan berzodiak lambang ikan. Berawal dari insiden, hingga tinggal ber... Más

Prologue : Min Yoongi
Prologue : Nara Jang
01. Jenga Game
02. Sketsa
03. B*tches!
04. Diarrhea
05. Transfer
06. Love Delivery
08. Run & Hide
09. Nightmare
10. Drunk
11. Willkommen!
12. Neuer Freund
13. Ich Liebe Dich 🔞
14. Ich Liebe Dich Pt.2
15. Die Ex
16. Herzgebrochen
17. Der Streit
18. Das Treffen
19. Good Bye, Berlin!
20. Tired
21. New Parasite
22. Chimchim Park
23. Chimchim Park Pt.2
24. Meet Again
25. Ich Liebe Dich Pt.3
26. Saviour
27. Liar
28. Doubt
29. Move
30. Missing U
31. Mine
32. Gone Girl
Jamais vu Sequel
33. Little Girl
34. Drive Home
35. Find You
36. Find You Pt.2
37. Nara's Story
38. Permission
39. Rain In The Room
40. Kissing Bread
41. Going To Campsite
42. Happy Fish Day
43. Married?
44. Heartache
45. Arguing
46. Surprise
47. Daddy?
48. Yoongi Stories
Cerita baru
49. Take You Back (End)

07. About Stories

2.5K 274 27
Por J_Ra21

Nara, gadis yang senang sekali mencepol rambutnya itu tengah berdiri di depan wastefel pencucian piring. Mencuci beberapa piring juga gelas bekas makan para pengunjung kafe, menggantikan tugas Eunjung yang tak masuk hari ini karena sakit.

Ia melirik pada jam dinding tepat di atas pintu keluar. Sudah menunjukkan pukul 10 malam, itu artinya kafe akan segera tutup.

Dia tak sendiri di dapur, ia ditemani Namjoon yang tengah membersihkan peralatan penggiling kopi dan Sunny yang sedang mengecek stock bahan baku bersama Jimin.

Sedangkan Sujeong dan Injung, mereka punya tugas sendiri dibagian depan kafe.

Setelah merasa pekerjaannya selesai, Nara yang hendak pergi ke ruang loker untuk mengganti pakaian pun di kejutkan oleh Lee Hyun, SPV mereka yang tiba-tiba muncul di depan pintu dapur.

"Kau mau kemana?" tanya sang SPV pada Nara yang masih mematung di hadapannya.

"Aku mau ke loker. Pekerjaanku sudah selesai."

Lee Hyun mendorong Nara, membawanya masuk lebih dalam ke dapur.

"Namjoon, buatkan satu toffe nut latte,"

Namjoon yang mendengar perintah atasannya itu langsung mengambil bahan dan peralatan yang sudah ia bereskan tadi.

"Dan kau Nara, antarkan pesanan itu ke ruanganku. Ingat, harus kau."

Dahi Nara mengernyit. Merasa aneh karena biasanya atasannya itu hanya akan meminta Sunny yang mengantar minuman ke ruangannya. Biasa, cinta lokasi bersemi di kafe ini.

Walaupun sedikit ragu, tapi Nara tetap menurut dengan perintah atasannya tersebut.

"Ya sudah, aku akan pulang sekarang. Tolong perlihatkan kinerja terbaik kalian. Sampai jumpa besok."

Kini bukan hanya Nara yang terlihat kebingungan. Namjoon pun sama, terlihat dari raut wajahnya yang kini saling melempar pandangan bingung dengan Nara.

"Tunggu Pak, jika kau pulang. Lalu untuk siapa minuman yang aku buat?"

Nara mengangguk dengan antusias, ternyata Namjoon punya pemikiran sama dengannya.

"Itu bukan untukku, itu untuk CEO kita yang baru kembali dari Jerman."

"Ah ... begitu. Tenang saja, aku akan membuat minuman yang sangat enak untuknya." Senyuman Namjoon begitu merekah tatkala mendengar jawaban dari atasannya tersebut.

"Bagus, semangat itu yang ingin kulihat." Lee Hyun dan Namjoon terlihat akrab. Tidak heran, karena Namjoon memang karyawan terlama yang sudah bekerja di kafe tersebut.

Tapi di sisi lain, Nara yang masih berdiri di belakang mereka terlihat termangu, tak mengerti dengan sikap keduanya.

Lalu kenapa harus dia yang mengantar minuman tersebut? Dan kenapa Lee Hyun seperti memaksa harus dirinyalah yang pergi menemui CEO kafe?

"Kenapa aku?" suara Nara dari belakang menginterupsi mereka yang masih bersenda gurau.

"Kenapa kau? Aku tidak tahu. Yang pasti ia ingin bertemu denganmu."

"Ya kenapa? Kenapa tidak Namjoon saja? Dia 'kan karyawan terlama di sini. Pasti dia lebih mengenal Namjoon daripada aku."

Lee Hyun bertolak pinggang, membuat Nara sedikit takut jika atasannya tersebut marah dan memotong gajinya kembali karena sudah membantahnya.

"Kau ini 'kan karyawan baru. Mungkin dia ingin tahu pegawai barunya. Sudah, jangan banyak bertanya. Lebih baik kau antarkan minumannya sekarang."

Namjoon pun memberikan satu gelas pesanan sang CEO pada Nara.

Dengan nampan kecil, Nara membawa satu gelas toffe nut latte dengan perasaan gugup. Ini pertama kalinya ia bertemu dengan bos besar setelah 3 tahun ia bekerja.

Selama ini ia tak pernah bertemu, bertatap muka atau berbicara dengan CEO-nya. Karena sang CEO tinggal di Jerman dan memberikan kepercayaan penuh pada Lee Hyun.

Nara mengetuk pintu ruang SPV dan tak perlu menunggu lama, suara dari dalam langsung menyuruhnya masuk.

Nara mengintip sebelum akhirnya benar-benar memasuki ruangan. Ia menemukan pria dengan tinggi kira-kira 180cm berdiri menatap lukisan pada dinding.

Pria itu begitu tampan, bak pangeran negeri dongeng yang keluar dari buku. Rambut hitam, bahu lebar dan wajahnya yang cerah terarah pada Nara yang kini hanya tersenyum kikuk tatkala pria tersebut menyunggingkan senyumannya.

"Nara?"

Gadis itu langsung tersadar dan menggelengkan kepalanya, berusaha kembali pada dunia nyata.

"I- iya, saya Nara."

Pria tersebut tersenyum kembali, "jangan formal begitu. Santai saja."

Nara pun masuk lebih dalam untuk menyimpan minunan yang ia bawa menuju meja.

"Duduklah, aku ingin berbincang denganmu," ucap pria tersebut tepat saat Nara menyimpan gelas.

"Perkenalkan, aku Seokjin. Kim Seokjin. Pemilik kafe ini sekaligus sahabat kecil kekasihmu," lanjutnya seraya mengulurkan tangan.

Nara membalas uluran tangan pria tersebut sebelum akhirnya duduk berhadapan.

"Saya, Nara. Maaf sebelumnya, tapi aku tidak punya kekasih."

Ya, lebih baik Nara berkata jujur daripada dia mengaku-ngaku dan membuat dirinya malu jika pria di hadapannya ini sewaktu-waktu bertanya lalu dijawab 'bukan' oleh Yoongi.

"Benarkah? Tapi kau benar Nara yang tinggal bersama Yoongi, kan?"

Nara hanya mengangguk, membenarkan perkataan pria Kim tersebut.

"Aneh, aku kira kau ini kekasihnya. Bukankah kau yang kemarin sempat membuat dosen di kampusnya pingsan karena tiba-tiba menciumnya?"

Nara terkejut, bagaimana bisa pria di depannya ini tahu tentang kejadian tersebut?

"Hanya karena aku tinggal di Jerman. Jangan kira aku tidak tahu apa yang sudah terjadi di sini, Aku tahu semuanya," lanjut Seokjin setelah menyesap minumannya.

Nara benar-benar gugup sekarang. Tangannya bergetar, takut jika atasannya ini tiba-tiba memecatnya.

"Aku ... maksudku, saya sungguh ti-tidak bermaksud ...."

"Serius? Kau membuat dosen itu pingsan? Waaah ... keren!"

Satu alis Nara naik, heran dengan sikap atasanya tersebut.

"Kau tahu, Yoongi selalu mengeluh dengan dosen gilanya itu. Dosen Shin memang sudah jatuh hati pada Yoongi sejak lama. Dan sejak lama juga, Yoongi harus bersabar menghadapi tingkah lakunya. Terimakasih, setidaknya kau sudah memberi pelajaran pada Dosen Shin untuk tidak mengganggu Yoongi."

Mulut Nara menganga tak percaya. Ia kira atasannya ini akan marah, memaki-makinya seperti Lee Hyun karena sudah membuat salah satu customer-nya pingsan.

"Oh iya, bagaimana kabar si manusia es itu sekarang? Apa dia masih mengabaikan jadwal makannya?"

"Yoongi baik, dia bahkan gemuk seperti babi karena terlalu sering makan."

Seokjin tertawa mendengar perkataan Nara. Dia benar-benar tertarik dengan gadis di hadapannya ini.

"Serius? Baguslah, itu artinya Yoongi sudah bisa move on dari masa lalunya."

"Masa lalu?"

"Iya, masa lalu indah yang ia habiskan dengan perempuan paling cantik saat kami SMA dulu."

Nara bergeming, tak mau memotong cerita yang mungkin menjadi rahasia dalam hidup Yoongi yang tak bisa Yoongi ceritakan padanya.

"Saat SMA dulu, kami bertiga bersahabat. Sangat dekat sampai-sampai orang tua kami juga ikut dekat karena kami bertiga sering mengadakan pesta ulang tahun dengan membawa orang tua masing-masing."

"Namanya, Son Chae Young. Gadis cantik, ramah, ceria yang bisa membuat hati orang-orang di sekitarnya jatuh hati padanya. Termasuk aku dan Yoongi. Tapi sepertinya Yoongi sangat tergila-gila padanya. Tidak seperti aku yang hanya mengaguminya saja."

"Chae Young pun sama saja, dia juga telihat sangat menyukai Yoongi. Dan akhirnya aku mengalah untuk kebahagiaan mereka. Aku pikir tidak apa melepasnya, karena aku 'kan tampan jadi aku tidak pernah mengkhawatirkan tentang perempuan. Mereka akan datang sendiri padaku, benarkan?"

Nara mengangguk dan terkekeh mendengar kepedean Seokjin yang begitu berlebihan. Tapi Nara tidak menyangkalnya, karena Seokjin memanglah tampan.

"Mereka berdua akhirnya menjalin kasih dari SMA hingga kami bertiga berangkat ke Jerman untuk melanjutkan kuliah."

"Yoongi sebenarnya sudah sangat serius pada Chae Young. Yoongi juga sudah meminta izin untuk melamar Chae Young sebelum ayahnya meninggal. Tapi susuatu yang buruk terjadi pada hubungan mereka."

Nara mendekatkan kursinya menuju meja di depan, mencoba lebih intens mendengarkan kalimat-kalimat yang keluar dari bibir tebal Seokjin.

"Baru satu tahun kami berkuliah di sana. Chae Young memutuskan menikah dengan pengusaha muda dari Jerman, Beuer Emory Gabriel. Dan sudah pasti, Yoongi sangat-sangat tersakiti."

Seokjin terlihat membuang napasnya sebelum melanjutkan. "Kau tahu, Yoongi bahkan sempat menderita depresi parah hingga sudah mendatangi banyak psikolog untuk menyembuhkannya. Tapi hasilnya nihil. Yoongi tak pernah sembuh, hingga akhirnya dia berhasil mendapat gelar S1 nya. Aku pun memberi saran agar ia pulang ke Korea dan melanjutkan S2 nya di sini saja. Aku tidak mau, Yoongi semakin tertekan dan malah melakukan hal-hal di luar nalar karena hatinya yang sudah hancur."

"Tapi aku senang, saat dia menghubungiku jika ada seorang perempuan yang secara tiba-tiba datang di kehidupannya. Perempuan judes yang berani memarahinya, merengek-rengek meminta uang. Perempuan yang joroknya melebihi dirinya sendiri."

Nara tersenyum malu, dia tidak menyangka jika Yoongi menceritakan semua kejelekannya pada Seokjin.

"Dia juga yang memaksaku untuk menerimamu sebagai karyawan di sini. Dia ini benar-benar ... padahal aku pemilik kafenya, kan? Tapi malah dia yang mengaturku."

"Dia memang suka seenaknya sendiri."

Mereka berdua pun tertawa bersama.

"Nara, kuharap kau bisa mengembalikan lagi kecerian Yoongi yang sudah limit itu. Dan bisa memperbaiki serpihan-serpihan hati Yoongi agar kembali utuh."

Nara bergeming, entah mengapa ada sedikit rasa ragu di hatinya. Karena percuma saja jika hanya dia yang berusaha mengetuk pintu hati Yoongi sedangkan Yoongi sendiri tak mau membukanya.

Seokjin yang merasakan ke khawatiran Nara langsung menggenggam tangan Nara. Mengelus lembut tangan yang sudah terasa dingin itu.

"Jangan menyerah. Aku tahu Yoongi sangat sulit untuk menerima perempuan lain. Tapi kau harus tahu, bila batu yang keras saja bisa berlubang bahkan hancur jika terus menerus terkena tetesan air. Kenapa hati yang lembut itu tidak bisa? Benarkan?"

Nara menatap dalam Seokjin, mencerna dengan baik perkataan bosnya tersebut.

Lalu tak lama pintu ruangan berbunyi dan membuat keduanya melepas genggaman masing-masing.

Ternyata itu Namjoon, yang memberitahu jika Yoongi sudah menunggu di depan semenjak setengah jam yang lalu.

Seokjin dan Nara pun serentak mengalihkan atensinya pada jam digital yang tersimpan di meja Lee Hyun. Dan ternyata jam kerja Nara sudah habis sejak satu jam yang lalu.

"Wah, ternyata kita sudah berbincang lama. Maaf ya, kau jadi terlambat pulang. Tapi tenang saja, aku anggap ini sebagai lemburmu. Oke?"

Nara sempat menolak, karena dia juga tidak keberatan diajak berbincang oleh atasannya tersebut. Karena obrolan-obrolan tadi, Nara menjadi tahu alasan Yoongi yang selama ini bersikap dingin pada setiap orang.

Mereka berdua pun keluar dari ruang SPV di sudut ruang utama kafe dan mendapati Yoongi yang tengah duduk sendiri di meja favoritnya.

"Yoongi! Wie geht's?" (Apa kabar?)

Yoongi yang merasa terpanggil itu langsung berdiri. Terkejut karena melihat sahabat lamanya tersebut berada di Korea.

"Seokjin? Kau di sini?"

Seokjin dan Yoongi pun saling berpelukan. Meluapkan rasa rindu karena hampir empat tahun tak bertemu.

"Ich vermisse dich, oder?" (Aku merindukamu, kau tidak?)

"Aku juga merindukanmu, kawan."

Nara yang masih berdiri diantara dua sahabat itu hanya menatap bingung karena tidak mengerti apa yang dibicarakan Seokjin.

Yoongi yang menyadari itu langsung menyuruh Nara untuk mengemasi barang-barangnya.

"Maaf yah, sudah membuatmu menunggu lama. Aku meminjamnya sebentar."

"Lama juga tidak apa. Dia 'kan bawahanmu."

Mereka berdua duduk di meja tengah kafe dekat meja kasir.

"Yoon, kau menyukainya?"

"Tidak," begitu datar dan dingin. Tapi Seokjin tahu isi hati Yoongi.

"Kalau dia untukku saja bagaimana?"

"Kau yakin? Aku tidak yakin kau bisa hidup bersamanya."

"Kenapa tidak?"

"Aku sudah bilang 'kan? Dia itu gila uang, dia juga jorok. Belum lagi cerewetnya itu, kau bisa gila hanya dalam satu hari."

"Tapi dia tetap menggemaskan, benarkan?"

"Benar ... oh maksudku, benar-benar menyebalkan."

Seokjin hanya terkekeh melihat Yoongi yang sedikit gelagapan. Benarkan dugaan Seokjin. Yoongi menyukai gadis itu. Hanya saja Yoongi masih gengsi untuk mengakuinya.

"Oh iya, sampai kapan kau di sini?"

"Tak lama, hanya dua bulan saja. Aku ingin liburan dulu di sini."

"Kalau begitu hubungi aku jika kau butuh aku."

"Oke," Seokjin hanya membalas sekenanya.

"Yoon, kau terlihat baik-baik saja sekarang ya?"

Yoongi tersenyum kecut, tahu kemana arah pembicaraan sahabatnya itu.

"Kuharap kita tak membicarakannya lagi."

"Kalau begitu kau harus membuka hati juga untuk gadis itu."

Alis Yoongi menyatu, "Nara maksudmu?"

"Kasihan dia, jangan terlalu dingin padanya."

Yoongi terkekeh mendengar perkataan Seokjin. Tak mengerti dengan sahabatnya ini yang seolah-olah tahu tentang kehidupannya bersama Nara.

"Tunggu, tadi kau bicara di dalam dengan Nara. Kau membicarakanku?"

"Ya, dia sepertinya ragu saat aku menyuruhnya untuk membuatmu bahagia. Aku pikir, mungkin kau masih belum bisa membuka pintu hatimu."

Yoongi terdiam, tak bisa menjawab. Memang agak sulit bagi Yoongi untuk menerima cinta lain. Tapi dia sudah berusaha, mungkin Naranya saja yang tidak peka.

"Kau menyukainya 'kan, Yoon?"

Sebelum menjawab, Nara datang dari ruang loker sudah berganti pakaian dan membawa tote bag-nya, bersiap untuk pulang.

Yoongi dan Seokjin pun beringsut dari duduknya.

"Kita pergi dulu, nanti aku hubungi kau," ucap Yoongi berjalan menjauh.

Tapi belum sempat Nara dan Yoongi keluar kafe, Seokjin berseru memanggil.

"Yoon! Liebst du ihn?" (Kau mencintainya?)

Sebelum menjawab Yoongi menatap Nara yang terlihat kebingungan tak mengerti dengan bahasa Jerman yang Seokjin pakai. Lalu ia alihkan atensinya pada Seokjin dan menjawab pertanyaannya.

"Sehr, ich liebe sie so sehr."

.
.
.
.
.

Nah, artiin sendiri dah tuh 🤣🤣🤣

Kepanjangan dan bertele-tele, iya tau. Bosenin, iya tau. Aku mau mulai bikin konflik-konflik kecil ah. Biar gak monoton.

Jangan lupa voment gais 😘

💕💕💕

J_Ra









Seguir leyendo

También te gustarán

200K 24.4K 45
[Completed] [Baekhyun Fanfiction] Hidup dalam kebohongan dan persembunyian. Perlahan namun pasti, semua mulai terkuak. Keberadaan ku mulai di sadari...
[✓] PLAISIR Por nin

Historia Corta

84.7K 9.2K 10
𑁍┊Complete ˎˊ˗ ❝Bagaimana kalau ku ajari cara membina rumah tangga yang baik dan benar?❞ -Min Yoongi.
277K 27.4K 45
Min Yoon Gi, siswa tingkat akhir yang bertanggung jawab menjadi kapten tim basket untuk sekolahnya. Di sisi lain, siswi tahun pertama bernama Yoo Hyu...
86.7K 9.8K 41
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...