Transferred (Pending)

By RibbonFlowers

2.4K 238 29

Raine Blossom, 16, mengingat bahwa semalam dirinya sedang belajar mempersiapkan ujian akhirnya sebelum tidur... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 6
Chapter 7

Chapter 5

258 30 7
By RibbonFlowers

Tiba-tiba aku mendengar suara lelaki menuju ke ruangan ini diiringi dengan derap langkah kakinya. Tanpa ku sadar, aku pun mengembangkan senyumku. Aku akan bertemu dengan Hugo! Saudara kandungku!

“jika bisa, tolong siapkan scriptnya di mejaku. Dan.. Theresa? Aku mau Crys-“ ia berhenti melanjutkan kalimatnya saat aku berdiri menyambutnya dengan senyuman. “Raine?” aku tidak bisa berhenti tersenyum. Karena hari ini, Hugo adalah orang pertama yang ku kenal. Jadi aku merasakan perasaan yang familier. Kehangatan sebuah keluarga.

“Hei, Huge! Apa kabar?” aku memang selalu memanggilnya ‘Huge’ untuk melesetkan namanya.

“apa yang kau lakukan disini?” aku cukup kaget dengan responnya. Biasanya dia akan memelukku, atau mengacak-acak rambutku.

“apa itu yang harus kau katakan? Aku cukup jauh menempuh perjalanan kesini. Tidak ada pelukan atau ciuman?” kataku sembari mengerucutkan bibirku.

“kau ini 27 tahun, bodoh! Bukan 16 tahun lagi. Aku serius, apa yang kau lakukan disini? Aku tidka punya banyak waktu untuk bermain-main denganmu! Aku cukup sibuk disini.”

“eh, ada apa dengan sikap yang dingin-“

“cukup! Apa yang kau inginkan? Aku benar-benar tidak mempunyai banyak waktu disini! Kehadiranmu itu sangat menggangguku!!” Hugo kini benar-benar marah. Aku bisa mengatakannya hanya dengan melihatnya dari wajahnya. Sejak kapan ia berubah menjadi seperti ini? Sejak kapan? “apa? Apa kau akan berdiri disitu sepanjang hari, lalu menangisi semuanya? Asal kau tahu, tangisanmu tidak akan merubah semuanya. Kau tidak akan kembali lagi menjadi Blossom!! Lebih baik kau kembali ke pelukan lelaki penyanyi kaya yang kau pilih itu daripada memiliki keluarga seperti kami, kan?!! Pulang sana, dasar pengganggu!!!”

Apa?

Apa dia bilang?

Tanpa ku sadari, aku telah menamparnya.

Aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi. Tapi mendengar kata-katanya itu menyakitkan. Sebelumnya aku berharap ia akan memberiku pelukan hangat seperti sebelumnya, dan mengatakan ‘semua akan baik-baik saja’.

Ternyata era benar-benar telah berubah, eh? Aku bahkan tidak tahu apa yang terjadi antara kami. Jadi menjelaskan keadaanku yang sekarang di waktu yang seperti ini sangatlah tidak tepat.

What the hell are you talking about?! Aku pergi kesini karena aku ingin melihatmu!!” lalu tiba-tiba ia melempar setumpuk uang ke arahku, yang mengakibatkan uang kertas itu terbang kemana-mana.

“jika kau ingin uang, ambil saja. Jumlah segitu tidak berarti untukku.”

Aku...

Aku sudah tidak mengenal siapa Hugo lagi...

Sungguh...

Aku tidak mengenal siapa lelaki yang berada di depanku ini walaupun ada nama Hugo Blossom di mejanya...

“kau masih menginginkan uang warisan ayah, kan? Aku bisa transfer sisanya. Sekarang pulanglah. Aku harus bekerja.” Awalnya aku menahan air mata yang telah membendung di pelupuk mataku. Tapi kali ini mereka tidak terbendung lagi. Jadi ia mengalir di pipiku.

Uang warisan? Ayah?

“apa? Uang warisan?” Hugo melihat kearahku lagi, yang tadinya sempat teralihkan ke kaca meja kerjanya.

“kau lupa, atau sengaja melupakan? Apa perlu otakmu ku refresh? Dua tahun yang lalu kau pergi ke rumahku marah-marah karena kau tidak mendapat bagian. Ibu memberikan semuanya padaku untuk menjalankan On. Inc. Tapi karena dirimu adalah spoiled selfish bitch, kau tidak terima, lalu ke rumahku dan merusak ruang tamuku hanya karena kau tidak mendapat bagian. Setelah itu, coba tebak apa bagian bagusnya? Kau memutuskan untuk memutuskan garis keturunan dan tidak ingin berurusan lagi dengan keluarga Blossom.”

Aku seperti itu? Aku... apa itu benar-benar diriku?

“ayah.. kapan ayah meninggal?”

really, Raine? Kau benar-benar lupa hal itu?” Hugo berdecih. “23 agustus, 2 tahun yang lalu. Kecelakaan, jika kau bertanya-tanya tentang hal itu juga.”

            Really? Apakah itu benar-benar diriku? Spoiled selfish bitch? Aku telah kehilangan sosok yang sangat mempengaruhi hidupku, and yet, aku merusak ruang tamu Hugo hanya karena aku tidak mendapatkan warisannya? Sebenarnya apa yang aku pikirkan diumur 25 tahun? Kenapa aku sungguh bodoh? Lalu dimana mereka memakamkan ayah? Lalu bagaimana ibu? Nenek? Bagaimana keadaan mereka sekarang?

***

            Perjalanan dari kantor Hugo ke flat tidak terlalu jauh. Aku dan Harry juga tidak banyak bicara. Lagi pula memang apa yang harus kami bicarakan? Ia pasti sudah tahu tentang situasiku. Aku sendiri juga sedang tenggelam dalam pikiranku. Jika begini, rasanya aku tidak akan bisa hidup dengan tenang. Karena otakku di penuhi dengan pertanyaan, dan tidak ada seorang pun yang mengerti dengan keadaanku atau perasaanku.

“kau ingin menemui Dr. Kineas sekarang?” tanya Harry. Aku hanya menjawanya dengan menggeleng. Aku tidak tahu ia melihatku menggelengkan kepalaku atau tidak, aku tidak peduli. Kenyataan yang baru saja ku terima sungguh menyakitkan. “you all right?”

do I look all right to you?” sebenarnya Harry menanyaiku dengan baik-baik, tapi aku malah menjawabnya dengan nada tinggi. Ia pun menghembuskan nafas panjang.

“apa yang kau pikirkan hingga kau ingin bertemu dengan Hugo?” sekarang aku menoleh padanya. Is he joking or something?

“Dengan keadaanku yang seperti ini, kau kira aku akan tahu apa yang terjadi antara diriku dan Hugo? Kau kira aku akan tahu bahwa dulunya aku pernah marah-marah padanya sampai merusak ruang tamu rumahnya hanya karena aku tidak dapat uang warisan? Aku ini hilang ingatan!! Aku ini tidak tahu apa-apa!! Padahal sebelumnya aku berharap ia akan memelukku seperti dulu ketika aku menyapanya sepulang sekolah, lalu mengacak-acak rambutku, lalu aku akan menceritakan semuanya dan... ia akan berkata ‘semuanya akan baik-baik saja’ seperti apa yang ia selalu katakan.”,“Aku tidak tahu aku telah kehilangan Hugo. Yang lebih parah, aku tidak tahu aku tidak akan pernah bisa bertemu dengan ayahku, penyelamatku, untuk selamanya!! Aku ini... aku bisa...” aku tidak bisa melanjutkan kalimatku. Mereka tenggelam dalam tangisanku. Aku frustasi. Sementara Harry masih konsentrasi dengan jalanan, tapi aku bisa merasakan sorot matanya mengkasihani diriku. Dan ternyata benar, ia mengelus rambutku dengan lembut.

Ah, gawat, ini malah membuat tangisku lebih deras.

Angin sepoi-sepoi menemaniku di balkon kamarku –dan Harry-. Hari ini otakku terlalu capai karena menampung begitu banyak pertanyaan. Jadi kali ini aku memutuskan untuk mendinginkan kepalaku, dengan melihat pemandangan kota dari sini. Pemandangan kota pun sungguh berbeda dari yang ku ingat. Tiba-tiba ada seseorang yang memelukku dari belakang. Tentu saja aku kaget, dan dengan refleks aku melihat ke belakang. Ternyata Harry. Jujur, meskipun lelaki ini suamiku, aku tidak merasakan perasaan apapun terhadapnya. Bisa dibilang ia seperti seseorang yang baru ku kenal.

“di luar dingin, apa kau telah sukses mendinginkan kepalamu?”

Aku menghembuskan nafas panjang. Sebenarnya aku ingin melepaskan pelukan lelaki ini, tapi pelukannya terasa hangat. Jadi aku memutuskan untuk membiarkannya saja. “na-uh,” jawabku sambil menggelengkan kepalaku diantara lengannya.

“kau bisa bertanya kepadaku apa saja jika kau membutuhkan jawaban, Raine. Maaf aku sedikit sensitif padamu tadi pagi.” Ia mengeratkan pelukannya, membiarkanku mendapat kehangatan yang lebih.

“bisakah kau memberi tahuku aku ini orang yang seperti apa?”

Awalnya Harry diam saja, lalu ia membersihkan tenggorokannya. “aku harus mulai dari mana? Apa kau benar-benar membutuhkan jawaban itu?” aku mengangguk, lalu menyandarkan kepalaku ke dadanya. Entah kenapa aku bisa merasakan detak jantungnya. Apa jantungnya berdetak lebih keras? “well, hari ini kau sungguh berubah. Berubah 180 drajat jika ku bilang. Kau tidak pernah selemah ini atau sefrustasi ini sebelumnya. Aku bahkan jarang melihatmu menangis. Sebelumnya... kau adalah... uh... bagaimana aku mengatakannya?”

Spoiled selfish bitch?” Harry sedikit kaget, kau bisa merasakannya. “apa aku benar? Aku baik-baik saja, jadi katakan yang sebenarnya. Aku ingin mengetahui kenyataannya.”

“well, kau dulu mudah marah, dan terlalu protektif padaku. Meskipun kita telah menikah, kau masih saja cemburu buta kepada wanita yang ku ajak bicara. Apalagi jika aku melakukan kesalahan kecil, kau langsung mengomeliku dan tidak mau tidur sekamar denganku.”

“apa aku sekasar itu? Bagaimana aku bisa seperti itu?”

“mungkin kau stress, dan melampiaskannya semua padaku karena ‘ini’ tidak terisi.” Tangan kanannya memegang perutku.

Jadi aku menjadi seseorang yang sensitif hanya karena belum dikarunai seorang malaikat kecil? What am i? A little kid?

“lalu, kau mulai meminum Huju, yang mungkin mengakibatkan keadaan ini padamu,” lanjutnya. “apa kau benar-benar hilang ingatan? Seperti... amnesia?”

Aku melepaskan pelukannya, jadi aku berhadapan dengannya. Kini kedua tangannya berada di kedua sisi pinggangku. “I really don’t have any idea,” ucapku lemah. Aku merasakan air mata mulai mengumpul di pelupuk mataku. Ditambah dengan Harry yang memelukku dengan erat, akhirnya mereka pun tak terbendung lagi. Really, good job Harry.

Keadaanku yang seperti ini benar-benar membuatku gila. Aku bahkan tidak lagi mempunyai perasaan kepada seorang pendamping hidupku ini. Ditambah dengan cerita-cerita hidupku yang lainnya yang belum ku ketahui, mengingat bahwa aku adalah seorang wanita dengan kepribadian yang mengerikan ini benar-benar membuatku merinding. Berapa orang lagi yang telah ku buat benci pada diriku? Bagaimana aku bisa sekejam itu kepada orang-orang yang seharusnya ku sayang? Ayah, Ibu, Hugo, sekarang Harry.

Setelah aku menjawab pertanyaannya, Harry melepaskan pelukannya dan menuju ke dalam. Aku tidak tahu ia kenapa, yang pasti aku masih ingin disini. Jadi aku tidak peduli jika ia meninggalkanku dibalkon.

“um... Raine?”

“hm?” ketika aku menoleh padanya, aku kaget ia membawa sebuah cake kecil di tangannya. Berbentuk setengah bola, berwarna kuning, dan diatasnya ada buah cerinya. Tapi yang membuatku terpaku adalah, satu lilin kecil yang ada di belakang buah ceri. Aku baru ingat hari ini adalah hari ulang tahunku.

“belum terlambat untuk mengucapkan selamat ulang tahun, kan?” Harry berjalan mendekatiku, aku masih saja terpaku di tempat. Di situasi yang seperti ini, ia masih ingat dengan ulang tahunku. Mengetahui itu, rasanya hatiku tersentuh. Mungkin lelaki ini memang benar-benar suamiku. Aku mulai merasakan perasaan hangat padanya. “Happy birthday! Make a wish, and blow the candle,” perintahnya. Lalu ia tersenyum lembut padaku. Walau bukan senyuman lebar, tapi senyuman itu cukup untuk membuat jantungku berdebar.

Dear stupid heart, i know you kinda interested in him, but the timing is not right. Just forget it, okay?

Aku pun menutup mataku, lalu mengucapkan permintaanku di dalam hati.

“aku mohon semuanya kembali seperti semula besok. Disaat aku membuka mataku dari tidur, ku harap aku terbangun di tempatku semula.” Lalu aku meniup lilin itu.

yeay! Happy birthday 28th, Raine. Jangan terlalu banyak pikiran, oke? Kau tahu, kau bisa selalu berbagi denganku,” ucap Harry, lalu mencium keningku.

Holy shit, i don’t expect this. Dan ini jelas membuat pipiku memerah. Diumur –yang seharusnya- 17 ini, aku memang belum pernah di perlakukan seromantis ini. Aku dulu memang mempunyai seseorang yang kusuka, but it didn’t turn out like i want to be. Dan aku masih ingat bagaimana kecewanya aku saat itu. It fucking hurt.

don’t you want to taste your favorite cake ever?” tanyanya dengan mengembangkan senyumnya, yang memperlihatkan lesung pipinya. Aku tidak bisa menatapnya berlama-lama, jadi aku hanya mengangguk pelan. Harry pun menyodorkan sendok kecil kepadaku, dengan penasaran, aku pun menyendok cake yang berwarna kuning itu. Dan... well, aku terpesona dengan rasanya. Cakenya terasa lembut, belum lagi ditambah dengan selai lemon yang asam sekaligus manis di dalamnya. Oke, aku memang menyukai ini.

Dan Harry.

Continue Reading

You'll Also Like

174K 19.3K 47
#taekook #boyslove #mpreg
206K 4.8K 19
Warn: boypussy frontal words 18+ "Mau kuajari caranya masturbasi?"
138K 13.7K 25
Xiao Zhan, seorang single parent yang baru saja kehilangan putra tercinta karena penyakit bawaan dari sang istri, bertemu dengan anak kecil yang dise...
47.8K 6.5K 30
tidak ada kehidupan sejak balita berusia 3,5 tahun tersebut terkurung dalam sebuah bangunan terbengkalai di belakang mension mewah yang jauh dari pus...