To Be Naruto [DISCONTINUED]

By valloyard11

13.1K 778 158

Apa jadinya jika seorang OC bermulut pedas, banyak berpikir, dan penggila estetika masuk ke dalam tubuh Narut... More

00 » What The Hell!?
02 » Preparation
03 » The Bell Test
04 » Slipped Memories
05 » Wave Mission!
06 » The Attack
07 » Training and Pain
08 » Battle on the Bridge
09 » Other's View
10 » More Training and Bonding!
11 » Sand Siblings and The Begining of Chūnin Exam
12 » Of The Plan and The Feel
HIATUS (I'm Sorry)
Up For Adoption??

01 » Banshee, Duckbutt, and Cyclop

1.4K 75 20
By valloyard11

Aku berjalan ke Akademi dengan pikiran yang kemana mana.

Aku mendapatkan kembali ingatanku satu persatu beberapa saat yang lalu setelah puas berteriak. Aku ingat sebelum jiwaku ditempatkan di tubuh Naruto, aku sedang mengantri untuk membeli action figure Kakashi yang berlabel limited edition. Lalu tiba tiba sebuah truk pengangkut ikan dengan sombongnya memutuskan untuk menabrak segerombolan remaja di depan toko itu. Sayang sekali yang dia dapatkan hanya aku yang malang ini.

Tapi anehnya, ingatan Naruto juga ikut datang satu persatu ke dalam pikiranku. Aku memang sudah sering sekali bolak balik melihat anime nya, tapi kali ini semua cerita berada di point of Naruto's view. Aku seolah mengalami semua kejadian yang Naruto alami.

Dan sesuatu hal yang lebih aneh lagi adalah, ada sebuah hal baru dari cerita anime yang biasanya aku tonton. Dimana Mizuki (sekarang aku ingat dia adalah si bajingan yang pertama kali muncul di episode pertama) memaksakan untuk melakukan sebuah Jutsu kepada Naruto tanpa tahu itu Jutsu apa, dan dampaknya adalah Naruto yang berubah menjadi perempuan permanen.

Ini seperti... aku dan Naruto bercampur menjadi satu.

Ugh! Semua ini membuatku pusiiing! Serius, kepalaku benar benar sakit untuk mencerna semua ini dalam satu kali serap!

Aku sampai di kelas tempat pembagian tim akan dilakukan (setidaknya itulah yang kudapatkan dari ingatan Naruto), lalu diam untuk mengobservasi.

Kelas ini sama seperti terakhir kali aku lihat dalam anime, acak acakan dan sama sekali tidak ber-estetika. Di belakang kelas ada kumpulan fangirl yang terus terusan melihat kagum ke arah si pantat unggas (Sakura dan Ino adalah yang paling berisik). Bukannya aku tidak suka dia, tapi- entahlah, dia menyebalkan. Ada Shikamaru yang tertidur, Chouji yang mengunyah keripik, dan Kiba yang bermain dengan Akamaru. Dari ingatan Naruto (dan juga ingatanku saat melihat anime-nya), mereka bertiga adalah anak anak yang terdekat dan yang paling sering bermain dengan Naruto.

Lalu sisanya ada Hinata yang malu malu, Shino yang diam seperti batu, dan orang orang yang aku maupun Naruto tidak ingat dengan jelas.

"Eh, kau ini siapa?"

Aku menoleh ke samping dan melihat Kiba yang tahu tahu sudah ada disana, menatapku dengan penasaran. Dia lalu dengan tidak sopannya mulai mengendus ku.

"Bau mu seperti... Naruto?" Gumam Kiba tampak berpikir. "Dari tampilan mu... KAU NARUTO! AKU TIDAK SALAH!"

Teriakan Kiba sepertinya langsung menarik perhatian banyak orang karena kelas tiba tiba senyap. Aku dapat merasakan semua tatapan mengarah kepadaku.

"Kau membuatku tuli, dattebayo!" Aku melotot ke arah Kiba. Ya, ya, dia memang salah satu yang ku suka. Tapi sungguh, keterlaluan sekali dia teriak teriak di dekat telingaku. Dari dulu aku paling benci dengan teriakan yang memekakkan telinga, karena itu sama sekali tidak ber-estetika. Meskipun Naruto itu berisik.

"Heeh, meskipun kau berubah menjadi perempuan, kau tidak akan bisa membodohi hidungku." Katanya dengan lagak sok. "Lagian sedang apa kau disini? Kelas ini hanya untuk yang lulus, tahu! Dan apa apaan dengan berubah menjadi perempuan!?"

Lagi lagi dia berteriak keras keras. Oh, Kiba~ kalau kau terus seperti ini, kau bisa berada dalam blacklist milikku sebelum ceritaku didunia ini dimulai.

"Yang pertama, Kiba, tolong jangan berteriak di dekat telingaku," kataku pelan pelan, mencoba untuk semanis mungkin. "Yang kedua, tolong lihat ini. Aku punya headband Konoha, yang itu artinya aku juga lulus."

Aku menunjuk headband Konoha yang ada di dahiku dengan bangga. Yeah, entah kenapa perasaan itu muncul tiba tiba di dadaku. Mungkin ini efek pencampuran jiwaku dan Naruto. "Lalu yang ketiga, aku menjadi perempuan bukan karena keinginanku. Ada Jutsu yang mengubahku menjadi perempuan permanen."

Aku menghela napas, agak sedih. Aku memang anak perempuan berumur 17 tahun, tapi Naruto? Dia adalah anak laki laki selama 12 tahun hidupnya, dan tiba tiba dia berubah menjadi perempuan hanya dalam waktu satu malam. Ini adalah hal yang berat untuknya, dan ini berefek padaku.

"Tunggu!" Suara Sakura menggema. "Jadi maksudnya kau akan menjadi perempuan selamanya!?"

Aku hanya mengangkat bahu untuk menjawabnya.

Iruka sensei masuk ke kelas dan menginterupsi semua kegiatan. Anak anak dengan rusuh mencari tempat untuk duduk sementara Iruka sensei berjalan ke depan kelas. Setelah kulihat tempat duduk yang kosong hanya disamping Shikamaru (karena Ino dan Sakura duduk menghimpit Sasuke), aku berjalan santai ke tempat itu.

"Hai, Shika!" Aku menyapa nya santai. Bawaan Naruto.

Shikamaru tampak melihatku dengan pandangan mengobservasi, dari ujung kepala sampai ujung kaki. Sebenarnya, ini membuatku agak risih.

"Jangan melihatku seperti itu, bisa tidak? Kau membuatku risih."

Shikamaru kemudian menatap kearah mataku dengan pandangan bosan. "Kau akan menjadi dua kali lipat merepotkan."

"Kau yang merepotkan, 'ttebayo! Lazy pinneaple!"

Shikamaru terlihat sedikit kesal dengan panggilan dariku, tapi aku mengabaikannya karena Iruka sensei sudah memulai penjelasannya.

Dia menjelaskan sama seperti yang kuingat di anime. Tentang menjadi Genin, bla bla bla, tentang tiga orang di satu tim yang dipimpin satu jõnin, bla bla bla, dan tentang pengumuman tim.

"Tim 7 berisi Uzumaki Naruto, Haruno Sakura," aku dapat melihat badan Sakura yang melemas karena kecewa. "Dan Uchiha Sasuke." Dan kemudian dia melompat kegirangan, sementara Ino melemas kecewa.

"Perempuan memang merepotkan," kata Shikamaru yang melihat Sakura dan Ino kembali beradu argumen.

"Ya, kau memang benar." Jawabku.

Shikamaru kembali melihatku dengan pandangan aneh. "Kau juga perempuan, kau sadar? Itu artinya kau juga merepotkan."

"Cih, tunggu sampai kau mendapat perempuan yang paling merepotkan nantinya." Tentu saja aku bilang begitu karena Ino memang lah se berisik Sakura di umur yang segini.

"Team 10 akan berisi Nara Shikamaru, Yamanaka Ino,—"

Shikamaru mengeluh, dan aku menyeringai penuh kemenangan. "Sudah kubilang, kan?"

"—dan Akimichi Chouji."

"Setidaknya ada Chouji disana," gumam Shikamaru.

"Kalian akan bertemu jõnin pembimbing kalian setelah makan siang," kata Iruka sensei. "Sampai saat itu, kelas dibubarkan."

Setelah Iruka sensei pergi, aku berdiri dan segera mengapit lengan Shikamaru untuk mencegahnya kabur ke mana mana. "Ayo kita ke Ichiraku!"

"Merepotkan, aku tidak mau." Shikamaru bergerak gerak minta dilepaskan.

"Ayolah, pinneaple! Setelah ini kita akan jarang bertemu, jadi ayo kita makan siang bersama sama." Kataku, mengetatkan pegangan di lengannya. "Chouji, kau juga ikut, ya?"

"Baiklah," Chouji mengangguk, dan aku mengapit lengannya dengan tanganku yang satunya.

"Hey! Jangan lupakan aku!" Kiba muncul dibelakang dengan Akamaru yang mengonggong. "Ayo, Hinata! Shino!"

Aku berjalan memimpin rombongan bersama Shikamaru dan Chouji. Dan berhenti sejenak untuk melihat Sakura yang sedang berbicara kepada Sasuke.

"Sasuke-kun, maukah kau pergi makan siang bersamaku?" Sakura bertanya dengan wajah yang memerah. Tapi sayangnya jawaban Sasuke hanyalah diam dan pergi dari tempat itu segera.

"Kau bisa ikut makan siang bersama kami, Sakura." Kataku. Well, dia memang agak menyebalkan saat ini, tapi dia adalah salah satu tokoh kesukaan ku saat dia menginjak masa remaja. Dia bahkan ingin membunuh Sasuke demi mengakhiri rasa sakit yang pantat ayam itu sebabkan kepada Naruto dan Konoha.

"Pergilah, Naruto! Aku hanya akan makan siang bersama Sasuke-kun!"

See? aku dengan baik hatinya mengundang makan siang bersama (meskipun nanti dia akan membayar sendiri), tapi dia menolakku mentah mentah dengan nada kurang ajar.

"Kau harusnya tidak begitu! Naruto mengundang mu dengan baik baik!"

Oh, terima kasih, Kiba. Kau akan kuhapuskan dari calon blacklist ku.

"Sudahlah, biarkan saja banshee merah muda tidak ber-estetika itu. Aku lapar."

Aku kembali menarik Shikamaru dan Chouji, mengabaikan tatapan terkejut dari semua orang.

  

»»»

  

Waktu berlalu dengan sangat lambat saat kau menunggu seseorang. Dan hal itulah yang terjadi pada tim 7 sekarang.

Aku tahu kalau Kakashi memang akan terlambat, tapi aku tidak mengira menunggunya akan semenyebalkan ini. Sekarang aku menyesal dulu sering tertawa ketika melihat Naruto yang menunggu lama kedatangan Kakashi. Aku terkena karma sepertinya.

Selama menunggu si rambut perak itu, pikiranku kembali melayang kemana mana. Aku masih tidak habis pikir dengan jiwaku yang tiba tiba masuk ke dalam tubuh Naruto. Sangat irasional. Dan tidak mungkin. Tapi disinilah aku, mengalaminya sendiri.

Tapi jika aku masuk ke dalam tubuh Naruto, bukankah itu artinya aku memiliki Kurama ditubuhku sekarang?

Wah, ini aneh. Membayangkan makhluk besar yang ada di perutku saja membuatku merasa sangat sangat tidak nyaman. Dan lagi, saat ini Kurama masih dipenuhi dengan kebencian. Bagaimana kalau aku tidak bisa mengontrol emosi dengan benar dan membiarkan Kurama menguasai tubuhku?

Memikirkan itu membuatku mual.

Apakah sebaiknya aku mulai mencoba untuk menyapa dan bersikap baik pada Kurama? Tentu saja, kan? Dia akan menjadi partner yang sangat sangat hebat.

"Huh, dimana jõnin pembimbing kita? Dia telat sekali." Sakura menggumam sebal. Sedari tadi dia terus terusan mondar mandir hanya untuk menunggu Kakashi.

Hmm... bagaimana kalau...?

Aku berdiri untuk mengambil penghapus papan tulis, lalu menarik kursi menuju pintu. Ini adalah prank yang sama seperti prank milik Naruto. Aku merasa bosan, jadi kenapa tidak? Toh, Kakashi juga tidak akan peduli sekalipun dia terkena prank ini.

"Kau sedang apa, Naruto?" Sakura bertanya.

"Menyiram tanaman," jawabku datar. Dia terlihat tidak senang dengan jawabanku, dan aku hanya memutar bola mataku. "Kau sudah jelas melihat aku sedang apa, Sakura."

Sasuke mendengus, lalu bergumam. "Guru pembimbing kita adalah seorang jõnin elit. Tidak mungkin dia akan terkena prank seperti itu."

"Lihat saja nanti."

Beberapa saat kemudian, pintu kelas tergeser. Penghapus papan tulis sukses mendarat tepat di atas kepala perak milik cyclop kesayanganku, membuatnya terselimuti debu debu kapur yang ada di penghapus.

Aku tidak dapat menahan tawa lagi. Sumpah, wajah mereka benar benar tidak ada tandingannya. Sakura yang menatap tidak percaya, Sasuke yang skeptis, dan Kakashi yang pasrah dan menghela napas seperti kakek tua.

"Bagaimana aku mengatakan ini?" Kakashi berkata dengan menggumam. "Kesan pertamaku adalah, aku benci kalian."

"Aww, sensei! Tapi aku menyukaimu, 'ttebayo!" Teriakku, yang berhasil mengejutkan semua orang di ruangan. "Kau satu satunya orang yang memiliki estetika sejauh ini."

Kakashi berdehem. "Temui aku di atap."

Aku langsung berlari ke atap begitu dia menghilang. Kakashi itu adalah tokoh ter favorit ku di Naruto, jadi tentu saja aku sangat senang. Yeah, siapa yang tidak senang ketika kau bertemu dengan tokoh yang dulunya hanya hayalan semata?

Sasuke dan Sakura menyusul tak lama setelah aku datang. Semua mulai mengambil tempat duduk masing masing.

"Baiklah, bagaimana kalau kita mulai dengan memperkenalkan diri masing masing?" Kakashi memulai.

"Apa yang ingin kau ketahui, sensei?" Tanya Sakura.

"Apa yang kau suka, yang tidak kau suka, mimpi di masa depan, dan hobi. Yeah, hal hal sejenis itu."

"Kenapa bukan kau yang lebih dulu, sensei?" Astaga, sebenarnya aku sangat excited! Aku akan mengalami hal yang sama dengan Naruto alami di anime!

"Oh, aku?" Tanya Kakashi, benar benar kelihatan bosan. "Namaku Hatake Kakashi. Aku sedang tidak ingin memberitahu kalian apa yang ku suka dan tidak. Mimpi untuk masa depan? Tidak terlalu memikirkannya. Dan aku punya cukup banyak hobi."

"Jadi yang kita ketahui hanyalah namanya," bisik sakura agak kesal.

"Baiklah, dimulai dari kau pinkie."

"Namaku Haruno Sakura. Apa yang ku suka adalah... maksudku, orang yang ku suka adalah..." dia melihat ke arah Sasuke, lalu terkikik dengan wajah memerah. "Um, mimpi untuk masa depan... " lagi lagi terkikik dengan melihat ke arah Sasuke, kali ini lebih parah.

"Dan yang tidak kau suka?" Kakashi bertanya.

"Naruto!" Sakura berteriak keras keras, sampai telingaku rasanya berlubang dua. Serius, sudahkah aku katakan kalau aku benci dengan orang yang berteriak di telingaku?

"Tenang saja, banshee, aku juga tidak terlalu menyukaimu, kok." Balasku dengan santai. Sakura memelototi ku tapi aku tidak peduli sama sekali.

Kakashi menggosok tengkuknya, sepertinya tidak menyangka kalau akan ada pertengkaran diantara Sakura dan Naruto. "Baiklah, selanjutnya!"

"Aku Uchiha Sasuke. Ada cukup banyak yang tidak ku suka dan hanya sedikit yang ku suka." Tensi meninggi begitu si pantat unggas berbicara. "Dari pada mimpi, aku lebih menyebutnya sebagai ambisi. Dan ambisi ku adalah untuk menghidupkan klan ku dan membunuh seseorang."

Ada keheningan yang tidak nyaman saat Sasuke selesai berbicara.

"Sekarang kau pirang!"

Oh! Oh! Giliranku, giliranku! Apa yang harus kukatakan?

"Namaku adalah Uzumaki Naruto! Tadinya aku laki laki, tapi seorang bajingan memutuskan untuk mengubahku menjadi perempuan selamanya. Itu mengesalkan." Aku memutuskan untuk mengatakan itu. Well, jika aku Naruto, pasti aku akan kesal, kan?

"Hal yang ku suka adalah ramen Ichiraku, sesuatu yang ber estetika, coklat, ramen cup, dan hujan. Yang tidak aku suka adalah orang yang berteriak di dekat telingaku, sesuatu yang tidak ber estetika, dikagetkan, diremehkan tanpa tau aku yang sebenarnya, kebaikanku yang tidak dihargai, dan menunggu lama sampai bosan. Mimpiku dimasa depan? Pastinya untuk menjadi Hokage terhebat sepanjang masa dan menjadikan dunia penuh dengan keindahan!"

Untuk sesaat aku berhenti berbicara untuk melihat ekspresi orang orang yang ada di sekitarku. Dan benar saja, mereka semua kaget (Sasuke berusaha untuk tetap stoic, tapi gagal. Dan aku dapat melihat satu mata Kakashi yang melebar).

Yeah, siapa yang tahu jika Naruto adalah pecinta estetika? Dan juga, tiga hal yang tidak aku suka benar benar menyindir mereka. Aku tahu itu, dan aku melakukannya dengan sadar.

"Untuk hobi..." oh, aku tidak mungkin mengatakan hobi membaca ku, kan? Karena Naruto terkenal anti membaca. "Hobi ku adalah bermain hujan hujanan dan mengerjai orang yang membuatku menunggu sampai mati kebosanan."

Kakashi berdehem kembali. "Baiklah. Besok kita berempat akan melakukan sesuatu hal sebelum mulai mengambil misi."

"Dan apakah itu, sensei?" Tanya Sakura dengan wajah penasaran.

Kakashi mulai terkekeh, lalu kekehan itu berubah menjadi tawa menyeramkan.

Oke, pasti dia akan mulai.

"Survival training,"

Benar, kan?

Dan dimulailah kisah Kakashi tentang Genin yang akan gagal dan dikirim ke akademi kembali. Tentang seberapa sedikit persentase yang lulus. Lalu diakhiri dengan peringatan untuk tidak sarapan esok pagi.

"Jangan dengarkan dia, sarapanlah. Seorang shinobi harus memiliki tenaga untuk melakukan misinya." Kataku, setelah Kakashi sudah tidak terlihat keberadaannya.

Sakura mendengus. "Apa yang kau tahu, baka? Kakashi sensei jelas jelas sudah melarang kita untuk sarapan, maka kita menurutinya!"

Aku mengangkat satu alisku dengan elegan. "'Melarang'? Setahu ku Kakashi sensei hanya menyarankan. Ternyata selain fangirl tidak ber estetika, kau juga agak agak, ya?"

Aku bisa melihat seringai kecil di bibir Sasuke, pasti karena perkataanku. Sementara Sakura memerah karena malu dan marah. "Beraninya kau mengatakan itu padaku! Kau itu hanyalah deadlast yang harusnya tidak lulus menjadi Genin!"

"Cih, nyatanya aku lulus!" Aku menjulurkan lidahku ke arahnya. "Aku sudah mencoba bersikap baik denganmu, Sakura, dan kau selalu menolaknya mentah mentah. Jangan salahkan aku jika suatu saat nanti aku tidak lagi mau menolongmu Meski pun kau akan dipotong potong oleh Missing Nin sekalipun!"

Dan setelah mengatakan itu, aku langsung pergi tanpa melihat ke belakang lagi.

   

»»»

  

Chapter pertama done!

Menurut kalian bahasa yang aku pake agak aneh gak sih? Ya kan?

Aku sadar kalo aku pake bahasa campur campur. Indonesia, inggris, jepang. Ya gimana ya? Jujur aku lebih banyak baca fanfiction versi bahasa inggris, makanya aku lebih nyaman sama julukan julukan dari bahasa inggris yang kalo di translate ke bahasa indonesia jadi aneh.

Mungkin beberapa chapter lagi akan ada yang lebih aneh.

Continue Reading

You'll Also Like

157K 7.1K 102
In the vast and perilous world of One Piece, where the seas are teeming with pirates, marines, and untold mysteries, a young man is given a second ch...
147K 10.8K 60
BOOK #2 They say love heals scars, but Seokmin's scars were lessons-bitter reminders that twisted him into a creature of darkness. His life was a ser...
1.5M 25.9K 53
What if Aaron Warner's sunshine daughter fell for Kenji Kishimoto's grumpy son? - This fanfic takes place almost 20 years after Believe me. Aaron and...
1.4M 31.8K 87
It all began in China, In Qing Qing City. There was news that a baby that gave off light was born. Ever since then, superpowers were discovered in va...