PERSONA

By dd_____r

285 24 1

[ #LENGKAP ] Karena pilihanku yang memutuskan untuk bergabung dengan BT25, aku harus banyak berlatih dance da... More

Begin
EUROPA
Hidden
ME
The Liar
Retired
Heartbreaker part I
Heartbreaker part II
Collapse
Conflict
Explanation
Recognition
The Jab
Reunite
Conclusion ?
In the shared future, it will be just that, togetherness.

Complicated

13 0 0
By dd_____r

Jadwal terakhir hari ini adalah tes vokal untuk lagu utama dialbum baru kita. Aku tidak fokus selama berlatih, itu nampak jelas dimata pelatihan vokal ku. Setiap kali kami berlatih vokal, kami dibagi 2 tim, yaitu tim vocalis dan tim rapper. Tim vokalis terdiri dari aku, Bima, Jo, dan Biyan, sedangkan tim rapper terdiri dari Yuta, Wiga dan Ray. Jujur menurut aku, Yuta merupakan rapper terbaik, karena dia memiliki suara bass dan selalu stabil meskipun harus menari dan mengeluarkan kata-kata cepat didalam sebuah nada.

Saat ini memang fokusku terpecah karena ponselku terus berbunyi dan mendapatkan telepon dari nomer tak dikenal. Aturan saat latihan vocal memang tidak boleh membunyikan ponsel, kecuali jika pelatih menyuruh kita untuk menggunakannya. Aku mencoba untuk mengubah mode menjadi senyap agar suaranya tidak terdengar saat kita sedang berlatih. Lalu, aku mendengar Jo sedikit menyindirku

"ganggu banget sih, ngerusak konsentrasi aja. Udah tahu kalo latihan gak boleh bunyiin ponsel" ucapnya ketus.

Biasanya tak pernah ada yang menelepon ponselku, kecuali jika memang ada hal yang benar-benar penting. Yuta, Bima, Jo, Wiga, Ray, Biyan adalah orang yang sering meneleponku, itupun jika kami sedang tidak bersama. Tapi aku yakin bukan mereka, karena mereka tahu aturan saat berlatih vocal. Kak David dan kak Sena juga sedang bersama kita sekarang. Jeni akan mengirim pesan kepadaku terlebih dahulu sebelum dia meneleponku, karena dia menunggu konfrimasiku saat aku sedang tidak sibuk. Reva? Tapi kenapa ia menggunakan nomer baru? Atau pak Hitman lah yang meneleponku? Kurasa pak Hitman tidak mungkin mengubah nomer ponselnya yang sudah ia pakai sejak 15 tahun yang lalu. Entahlah, aku akan cek setelah latihanku selesai.

"Rafin, kenapa kayak gak fokus gitu hari ini?" tanya pelatihku.

"enggak, aku fokus kok dari tadi" jawabku mengelak.

"yaudah, kalian mungkin capek, sekarang kita istirahat dulu 15 menit, setelah itu saya akan kembali keruangan ini dan kalian harus udah bisa menyanyikan semua part nya" ucap pelatihku yang kemudian pergi meninggalkan ruang latihan. Sekarang tinggal aku, Bima, Jo dan Biyan yang berada di ruang latihan. Aku membolak balik kertas yang ada ditanganku, aku ingin mengulang beberapa materi hari ini dan berlatih dari awal part ku.

"fokus Fin, fokus" ucapku dalam hati.

Aku memang saat itu sedang memandang tulisan yang ada dikertasku, namun pikiranku entah kemana.

"aku kekamar mandi dulu ya" ucap Biyan, yang kemudian keluar ruangan.

Beberapa saat kemudian, aku menyadari Bima berjalan didepanku dan pergi meninggalkan ruangan. Sekarang tinggalah aku dan Jo yang ada diruangan ini, benar-benar canggung tak seperti biasanya, namun aku bisa melihat dengan pasti bahwa Jo masih sibuk memahami beberapa nada yang harus ia nyanyikan. Aku pun mengumpulkan semua keberanianku untuk berbicara kepada Jo.

"Jo, ada beberapa hal yang pengen aku omongin" ucapku. Namun Jo tidak merespon dan masih fokus membaca tulisan dikertasnya.

"Jo, aku mohon dengerin aku, kali ini aja" pintaku. Namun Jo masih tidak mempedulikanku.

"aku gak ada apa-apa sama Reva, waktu itu aku gak tau kalo kak David janjian sama kak Icha direstoran yang sama buat makan siang....."

"brisik banget sih, gak liat apa aku lagi latihan?" ucap Jo yang masih dengan nada ketus.

"dengerin aku dulu, aku gak bakal bisa fokus latihan kalo kondisi kita kayak gini" ucapku.

Jo bergerak seperti mencari sesuatu didalam tasnya, kemudian ia mengeluarkan headset yang kemudian dimasang dikedua telinganya.

"Jo aku gak akan biyarin kamu terus-terusan salah paham kayak gini, sampe kapan kamu mau kayak gini terus, kalo kamu gak mau dengerin penjelasan aku, sama aja kamu bakalan terus salah paham sama aku" ucapku dengan nada sedikit tinggi, aku sudah hilang kesabaran melihat sikap Jo.

Lagi-lagi Jo tidak merespon ku, ia malah beranjak dari tempat duduknya dan berusaha meninggalkan ruangan. Aku meraih pergelangan tangannya dan ikut berdiri mengikuti arah Jo berjalan.

"apaan si" ucap Jo yang sudah terlihat sangat marah. Ia coba melepaskan genggaman tangannku, namun gagal.

Aku memindahkah kedua tangan ku ke bahu milik Jo dan berkata, "ini semua skenario pak Hitman untuk mengalihkan isu kematian kakak iparnya".

Jo menghela nafas kemudian berkata, "aku gak peduli lagi sama hubungan kamu sama Reva".

"Jo,,," ucapku yang sudah mulai kehabisan kata-kata untuk menjelaskan masalah tersebut kepada Jo. Jo kemudian menatapku dengan tatapan yang sangat sinis.

"braaaaaaaaakkkkk" suara badanku yang terjatuh karena dorongan dari tangan Jo. Ia melepas tanganku yang ada dibahunya dengan cara yang sangat kasar. Jo kemudian pergi dari ruangan, tanpa melihat bagaimana kondisiku. Aku terjatuh, bahu kanan ku membentur sudut meja. Sakit sekali yang kurasakan saat itu. Aku tidak pernah membayangkan jika terbentur meja akan senyeri ini. Semoga bahuku baik-baik saja.

Jam menunjukan pukul 23.30 malam, kami baru saja keluar dari ruang latihan. Seharusnya 30 menit yang lalu jadwal latihan kita selesai, namun banyak hal yang harus kami siapkan dengan maksimal. Hari itu sangat padat, aku tahu teman-temanku sangat lelah, hal itu bisa dilihat dari wajah mereka, selama perjalan menuju asrama pun, mereka memilih untuk tidur. Aku masih belum bisa mengistriahatkan tubuhku, selama perjalanan pulang pun aku lebih memilih melihat perkembangan berita hari ini. Aku melihat bahwa berita kencan ku dengan Reva, masih banyak dibicarakan oleh nitizen. Berita itu menjadi tranding topic dihampir seluruh media sosial.

Tak lupa juga aku mengecek nomer yang sedari tadi terus menerus meneleponku. Lima nomer baru terus meneleponku sebanyak 75 kali. Mereka ternyata juga mengirimkan aku pesan singkat. Aku membukanya. 150 inbox baru masuk. Tak biasanya ponselku memiliki notif sebanyak ini. Aku membaca satu persatu pesan masuk diponselku, dan betapa terkejutnya aku. Pesan singkat itu dikirim oleh fans.

"darimana mereka tahu nomerku" aku berkata dalam hati dan kemudian mengingat-ingat sesuatu.

"ah mungkin kemarin Jeni sudah memberikan nomer cadanganku kepada fansku" pikirku dalam hati. Aku sekarang bisa sedikit bernafas lega, karena aku menduga bahwa fansku sudah berhenti mengikuti keluargaku setelah mereka tahu nomer ponselku. Jeni juga tampak tidak menghubungiku hari ini.

"dreeeettt dreeeeeett" ponsel yang ada digenggamanku bergetar. Satu pesan masuk dari Jeni.

Tak biasanya Jeni menghubungiku tengah malam begini.

Aku sedikit aneh membaca pesan yang dikirim oleh Jeni. Ia begitu dekat dengan Reva. Hubungan mereka pun baik-baik saja. Jeni sudah menganggap Reva sebagai kakak perempuannya begitu juga sebaliknya. Bahkan dulu Jeni pernah memintaku untuk pacaran dengan Reva, namun aku dan Reva menolak usulan Jeni. Itu usulan Jeni saat dia masih duduk dibangku SMP. Usulan yang sangat konyol menurut aku dan Reva.

Jeni sudah tidak lagi membalas pesan dariku. Tak terasa, malam itu sudah menunjukan pukul 12 malam. Aku dan tim ku yang lain sudah tiba di asrama. Kami pun segera bergegas turun dari mobil dan masuk kedalam asrama. Saat kami sedang melepas sepatu, Yuta berkata, "kita kumpul sebentar yang diruang tengah". Kami saling melempar pandangan setelah mendengar pernyataan Yuta.

"aku capek banget Ta, udah ngantuk juga" ucap Biyan dengan mata yang sudah sayu. Wiga sontak menyenggol lengan Biyan, untuk menyadarkannya. Aku tahu, Yuta pasti akan membicarakan tentang permasalahanku dengan Jo. Itulah yang biasa Yuta lakukan saat anggota BT25 sedang ada masalah internal.

"ini udah malem Ta, mau ngomongin apa si. Liat dong ini udah jam berapa. Besok jadwal kita masih padat juga" ucap Jo yang masih sibuk dengan tali sepatunya. "harusnya kamu bisa lebih mengatur waktu, kalo bukan ngomongin hal yang penting, mendingan gak usah aja, buang-buang waktu itu nama" lanjutnya.

"tapi ini penting" ucap Yuta yang masih dengan pendiriannya.

"aku tau kamu mau ngomongin apa Ta, tapi bener kata mareka. Ini udah malem, mereka udah capek, dan besok kita masih padat jadwalnya. Aku gak mau masalah aku jadi beban juga buat mereka" ucapku.

"bukannya kita udah biasanya diskusi jam 2 pagi, padahal besoknya masih ada banyak jadwal. Aku ngadain diskusi nanti juga penuh pertimbangan matang" ucap Yuta dengan nada tegas. Kali ini member BT25 lainnya termasuk aku, tidak bisa membantah lagi perintah darinya.

Setelah kami mandi, kami segera bergegas keruang tengah. Ternyata aku orang yang terakhir datang. Akupun menempatkan diriku disamping Biyan.

"oke, berhubung udah lengkap, jadi aku mau mulai sekarang" ucap Yuta mengawali perbincangan.

"aku mau jelasin beberapa hal kekalian soal berita yang beredar hari ini. Aku tahu, ini semua pasti cuman salah paham. Jadi aku pengen Rafin, jelasin keadaan yang sebenarnya sekarang" lanjutnya dan mempersilahkan aku untuk memulai penjelasan.

"pertama aku mau minta maaf, karna berita yang beredar hari ini. Aku awalnya mau nyimpen cerita ini sendiri, karna gak mau ngebenanin kekalian, tapi aku gak mau kalian salah paham sama aku. Aku beneran gak pacaran sama Reva. Waktu itu aku gak tahu kalo ternyata kak David udah janjian sama kak Ica buat makan bareng. Setelah itu, ternyata mereka ada urusan masing-masing yang harus ninggalin kita di restoran. Kita cuman ngobrol biasa. Tapi ada oknum yang sengaja ngefoto aku sama Reva, dan bikin berita seolah-olah kita pacaran" ucapku.

"kenapa sih, kamu gak cerita ke inti ceritanya aja" desak Bima.

"itu inti dari ceritanya" jawabku.

"cuman itu?" tanya Bima.

Aku mengangguk pelan. Bima menatap wajahku dengan tatapan yang sangat menakutkan, seolah mendesak aku untuk menceritakan semuanya.

"kamu tahu oknum yang sengaja ngefoto dan nyebar berita itu, kenapa gak cerita kemereka?" tanya Bima.

"aku mau minta maaf yang sebesar-besarnya sama kalian, terutama Jo, aku gak maksud buat ngapa-ngapain Reva. Aku sendiri tahu gimana perasaan kalian satu sama lain. Kita juga cuman sahabatan biasa" ucapku yang mencoba mengalihkan pertanyaan Bima. "gak penting buat aku kasih tahu kalian siapa oknum dibalik ini semua, yang terpenting sekarang aku pengen minta maaf sama kalian semua. Mungkin ada beberapa pihak yang ngerasa dirugikan atas munculnya berita ini. Aku bakal jadiin ini sebagai pelajaran buat aku kedepannya. Aku gak akan sembarangan main diluar tanpa penyamaran. Aku juga bakal jaga jarak sama beberapa temen perempuanku" lanjutku yang mulai tidak sanggup lagi menahan air mataku. Aku juga merasakan, ada sehelai tangan yang kini merangkul pundaku. Aku tahu itu tangan Biyan, karna dia satu-satunya orang yang ada disampingku.

"aku harap, kejadian hari ini gak mempengaruhi comeback kita yang akan datang" lanjutku.

"oke, sekarang aku persilahkan Jo buat bicara" ucap Yuta.

"aku?" tanya Jo dengan wajah yang bingung. "apa hubungan gosip hari ini sama aku?" tanya Jo.

"keliatan, kamu tuh beda banget hari ini. Kamu ngediemin Rafin. Jarang senyum depan kamera, dan keliatan gak mood ngelakuin jadwal hari ini. Kamu cemburu sama Rafin, sahabat deketnya Reva. Kamu lupa siapa yang bantuin kamu dulu pas mau jadian sama Reva? Kamu lupa siapa yang pertama kali jadi orang yang mau dengerin curhatanmu, kamu lupa...." ucapan Yuta yang terpotongan kerena sanggahan dari Jo.

"iya, iya, aku juga minta maaf karena gak profesional hari ini. Buat Rafin. Aku gak permasalahin gosip hari ini. Anggep aja gosip itu gak pernah muncul. Udah kan?" ucap Jo.

Aku mendengar ucapan Jo itu dengan jelas. Namun, aku yakin masih ada kekecewaan didalam hati Jo.

"kamu beneran maafin Rafin? Ikhlas kan? Awas kalo kamu masih diem dieman sama dia" ucap Yuta.

"iyaaaaa" jawab Jo.

"udahkan diskusi hari ini singkat banget kan, kalo gak diginiin, kalian bakal salah paham terus. Gak ada titik terang, diem-dieman terus. Yaudah sekarang kalian berdua jabat tangan" ucap Yuta yang menyuruhku dan Jo untuk berjabat tangan, tanda saling memaafkan. Aku pun mengulurkan tanganku kehadapan Jo. Aku senang karena Jo membalas jabatan tanganku.

"buat kalian semua, jangan gampang marah dulu sama orang sebelum kita tahu gimana kebenaran keadaannya. Inget ini berlaku bukan buat Jo atau Rafin aja, tapi buat kalian semua. Dan kita semua harus bisa jadiin ini sebagai pelajaran. Sama kayak yang diucapin Rafin tadi. Kita juga harus jaga attitude, kita nafas aja dikomentarin sama nitizen, apalagi kalo kita ketut. Bisa-bisa dihujat sama seluruh penghuni dunia" ucap Yuta yang masih sempat mengeluarkan leluconnya. Biyan, Wiga dan Ray nampak menanggapi guyonan Yuta dengan tawa yang terbahak-bahak.

"yaudah kalian sekarang bisa balik kekamar kalian masing-masing dan istirahat" ucap Jo mengakhiri diskusi malam ini. Semuanya pun beranjak dari tempat mereka duduk, kecuali Bima, yang masih menempel pada kursinya.

"tunggu, cerita Rafin belum selesai" ucap Bima. Mereka pun menghentikan langkah mereka ketika mendengar suara Bima.

"Pak Hitman sengaja bikin rumor dating Rafin sama Reva. Buat nutupin kasus kematian kakak iparnya" ucap Bima.

Aku kaget mendengar pernyataan Bima. Padahal dia sudah berjanji untuk tidak menceritakannya. Pada detik itu juga, aku bisa melihat wajah terkejut dari semua member BT25. Mereka kini kembali mendekat kearah meja diskusi.

"jadi pak Hitman sengaja bikin rumor ini, dan kamu beneran gak tahu kalo sebenernya kamu dijebak?" tanya Biyan kepadaku.

"berarti kak David sama kak Icha tau dong rencana pak Hitman? Buktinya mereka sengaja ninggalin kalian direstoran" celetuk Wiga.

"kalian gak sadar kalo Hitbegin udah bikin pernyataan soal Reva sama Rafin?" tanya Bima.

"pernyataan apa?" tanya Yuta.

"loh kalian gak tau sama sekali kalo pak Hitman bikin pernyataan kalo Reva sama Rafin beneran pacaran?" tanya Bima yang nampak terkejut.

"seriusan?" tanya Biyan. Biyan, Wiga dan Ray juga nampak terkejut mendengar pernyataan Bima.

"kamu tahu darimana soal pengalihan isu itu? Atau itu hanya asumsimu?" tanya Yuta kepada Bima.

"aku tahu dari mulut kak David sendiri" jawab Bima.

"aku tahu kok soal berita itu" jawab Jo.

"ya kalo kalian bersikap biasa aja, gak bakal muncul foto-foto mesra itukan. Malahan rencana pak Hitman bakalan gagal, iyakan? Secara gak langsung kalian ngedukung rencana pak Hitman loh" lanjut Jo.

"Jo.... kamu kenapa sih" ucap Yuta.

"iya, makanya tadi aku minta maaf kekalian, toh ini juga masuk dalam kecerobohanku. Aku akui aku salah. Disini juga aku gak mau nyalahin siapapun. Termasuk kak Icha dan kak David. Mereka semua dibawah naungan pak Hitman, kalo mereka menolak, juga bakal berpengaruh sama karir mereka. Aku harap kalian juga gak nyalahan kak David. Aku gak mau masalah ini mempengaruhi comeback kita, dan aku gak mau masalah ini mempengaruhi hubungan kita sama manajer, Pak Hitman juga udah ngasih jaminan bakal bersihin rumor ini pas comaback kita nanti" ucapku.

"tapi Fin, apa ini gak keterlaluan?" tanya Ray yang mulai angkat bicara.

"awalnya aku mikir ini udah keterlaluan banget. Tapi mau gimana lagi, aku bisa apa coba? Mau ngelawan aja gak bisa. Mau mundur juga bakalan tambah dipersulit" ucapku yang sudah mulai putus asa.

"mundur? Maksudmu?" tanya Ray.

"aku cuman asal ngomong, udahlah, yuk istirahat" pintaku. Aku mulai melangkahkan kakiku meninggalkan ruang tengah, namun tiba-tiba Biyan berkata "Fin, aku masih penasaran soal rumor itu, aku mau maen kekamarmu, kamu harus ceritain semuanya ke aku"

"cerita apa lagi, semua udah aku ceritain barusan. Aku ngantuk, jangan masuk kamarku, awas ya kalo kamu berani masuk" ucapku, sedikit mengancam kepada Biyan.

Biyan menghentikan langkahnya yang semula mengikutiku, seraya berkata "iyaa iyaaa" dengan memasang wajah yang kecewa.

Aku masuk kedalam kamar dan segera membaringkan tubuhku diatas ranjang. Rasanya tubuhku sangat lelah sekali hari ini. Aku pun memasang posisi nyaman untuk tidur. Namun ada sesuatu yang sedikit mengganjal dipikiranku.

"apa aku harus menghubungi Reva? Jeni. Kenapa sikap dia aneh banget hari ini?" tanyaku dalam hati. Akupun memutuskan untuk mengambil ponsel yang ada di meja samping tempat tidurku. Aku masih penasaran dengan perkembangan rumor kencanku hari ini.

Aku membuka beberapa akun sosial media yang aku miliki untuk melihat perkembangannya. Betapa terkejutnya aku ketika beberapa akun mengupload fotoku semasa SMA bersama Reva. Darimana mereka bisa mendapatkannya. Aku pun menelurusi siapa akun yang mengupload foto itu.

Akun instagram atas nama -Jejenfanaticme banyak mengupload fotoku semasa SMA bersama Jeni dan Reva. Memang, dulu aku dan Reva sering bertemu saat SMA, tidak hanya saat bermain, namun kami juga sering mengerjakan tugas bersama dan Jeni selalu ikut kemanapun kita pergi. Tak pernah ada yang tau soal foto- foto itu, kecuali Reva dan Jeni. Tunggu dulu, aku merasa ada yang aneh, siapa sebenarnya pemilik akun ini. Untuk apa dia mengupload foto-fotoku bersama Reva.

"drreeeeet, dreeeeeet" ponsel yang ada di tanganku bergetar, ada telepon masuk dari nomer yang tidak dikenal.

"siapani telepon malem-malem gini" ucapku.

Aku berfikir jika itu adalah telepon dari fansku yang ingin mengangguku. Namun setelah aku mengamatinya, ternyata itu telepon masuk untuk nomer utamaku, bukan untuk nomer cadanganku yang jarang aku pakai. Aku pun menjawab telepon masuk tersebut.

"haloo" ucapku memberi salam.

"ini beneran nomer Rafin BT25?"

"iya, maaf ini siapa?" tanyaku.

"aku Tiyas, aku fansmu sejak awal kamu debut. Aku sungguh ingin bertemu dengan mu, bisakah kita bertemu disaat kamu memiliki waktu luang"

"........" aku terdiam mendengar suara dari balik ponselku. Darimana mereka tahu nomer utamaku.

"jangan diam saja, bicaralah, kenapa kamu belum tidur jam segini?"

"darimana kamu bisa dapet nomer ini?" tanyaku.

"aku menemukan ponsel Jeni ditengah jalan. Mungkin dia gak sengaja menjatuhkannya"

"Jeni?"

"iya, Jeni, adikmu kan? Ponsel dia sekarang ada di aku. Kalo kamu mau mengambilnya, mari kita bertemu".

Betapa terkejutnya aku mendengar bahwa ponsel Jeni sedang berada ditangan fansku. Pantas saja, foto-foto pribadi ku yang ada di ponsel Jeni bisa tersebar luas begitu cepat. Aku segera mematikan ponselku untuk mengakhiri obrolan. Namun beberapa detik kemudian nomer itu meneleponku lagi. Aku sengaja tidak mengangkat telepon dari mereka, namun mereka terus meneleponku hingga panggilan yang ke lima, akupun memutuskan untuk mematikan ponselku.

Malam sudah semakin larut, namun aku masih belum bisa memejamkan mataku. Bayangan Jeni, Reva dan Jo terus muncul dibenakku. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku sangat ingin tahu bagaimana keadaan Jeni. Aku ingin tahu apakah orang tuaku baik-baik saja disana. Aku juga ingin tahu tentang kabar Reva setelah beredarnya rumor kencan ini. Dan Jo, walaupun dia sudah memaafkanku, tapi kenapa sikap dia masih terlihat aneh. Aku tidak yakin dia sudah memaafkanku, dia juga terus-terusan mengungkit kesalahanku.

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 58.2K 104
Maddison Sloan starts her residency at Seattle Grace Hospital and runs into old faces and new friends. "Ugh, men are idiots." OC x OC
466K 31.5K 47
♮Idol au ♮"I don't think I can do it." "Of course you can, I believe in you. Don't worry, okay? I'll be right here backstage fo...
43.8M 1.3M 37
"You are mine," He murmured across my skin. He inhaled my scent deeply and kissed the mark he gave me. I shuddered as he lightly nipped it. "Danny, y...
9.9M 501K 199
In the future, everyone who's bitten by a zombie turns into one... until Diane doesn't. Seven days later, she's facing consequences she never imagine...