INEFFABLE; hyunjin ft. felix...

By amaryleteal

15.9K 1.4K 418

🔮 [adj.] Too great or extreme to be expressed or described in words. ... Berisi kumpulan oneshot tentang hal... More

1: Ocean Nymph
3: Eternal
4: Heading Home
5: Blooming Tears
6: Kataware-doki; Forget
7: I Swear I'll Never Leave Again
[cuplikan] 8: To Your Eternity

2: Petals

2.5K 228 72
By amaryleteal

"Untuk semua hal yang ia punya (yang mana sebenarnya tidak begitu banyak) maka segala perasaan miliknya ada pada setiap kelopak-kelopak itu."

.

.

.

🔮 "Sialan."

Baru pagi-pagi, si empu rumah sudah menyumpah keras-keras dan tidak cuma sekali. Pasalnya, hari ini ia memiliki kelas dengan dosen sinting tempramen yang akan menggadaikan nilainya cuma karena sebuah keterlambatan, namun segala aktivitasnya malah terkunci akibat puluhan kelopak bunga yang terus bertambah sedari tadi.

Hyunjin geleng-geleng kepala, bagaimanapun juga ia harus membersihkan kekacauan ini. Ia tidak ingin siapapun yang datang nanti akan mendapati bilik sewanya dalam keadaan yang akan merusak mental.

Maksud Hyunjin, kelopak bunga yang berserakan di atas lantainya terciprat banyak cairan merah, dan meski se-estetik apapun itu tetap saja akan menyiratkan getaran ngeri.

Bagian dari bebungaan itu adalah rahasia miliknya.

Siapapun tidak boleh tahu.

Siapapun.

Apalagi-

Bunyi ponsel Hyunjin pagi itu menyenandungkan nada yang riang, sebuah lagu cinta. Dan itu adalah sebuah ringtone khusus yang ia beri untuk orang yang spesial.

-Felix.

"Apa?"

Hyunjin membuat suaranya seserak mungkin, membuahkan dengusan di seberang sana.

"Pasti baru bangun. Lima menit, Hyunjin. Bisa-bisanya terlambat bangun untuk presentasi kelas pagi. Cepat atau kamu kutinggal. Aku sudah di depan gang menuju tempat tinggalmu."

Hyunjin melotot, ia melihat layar ponselnya dulu kemudian kembali menempelkan benda itu di telinga kiri.

Sudah jam 07.45 untuk kelas paginya pukul 08.00.

"Jangan begitu! Aku tidak ingin mengulang di kelas ini!"

Lelaki di seberang mematikan sambungan. Hyunjin melempar begitu saja ponselnya ke atas ranjang dan bergegas mencari sapu lebih dulu.

.

.

Di mata Felix, Hyunjin hanyalah seorang lelaki eksentrik berkepribadian menyakitkan namun dianugerahi wajah tampan juga cerdas. Tuhan itu adil, kamu paham? Tidak ada yang sempurna. Dan teman karibnya yang memiliki tahi lalat cantik di bawah mata ini adalah salah satu yang seperti itu. Hanya saja level Hyunjin mendekati kata 'hampir'.

Awal Felix mengenalnya tidaklah terlalu penting, karena sudah selama ini mereka berteman dan tanpa memiliki ingatan tentang perkelahian sangat parah adalah bukti bahwa hubungan pertemanan ini sehat-sehat saja. Namun, Felix sendiri tidak yakin sebenarnya, tapi belakangan ini Hyunjin seperti menciptakan jarak untuk mereka. Dan untuk beberapa (atau banyak) alasan, Felix tidak suka hal itu.

Mereka sedang duduk berhadapan.

"Tahu tidak?"

Felix di ujung bangku adalah yang memancing terlebih dulu. Hyunjin menyeruput kuah berbumbu itu dalam sunyi, sebelum ia berbalik menatap Felix dengan tatapan bertanya.

"Tahu apa?"

Felix menghembuskan nafasnya kasar, ia menyuap sesendok bersama gelenyar tidak nyaman. "Kamu kalau ada masalah itu ngomong."

Hyunjin tidak menangkap sepenuhnya pokok permasalahan yang coba diangkat Felix. Dahinya berkerut dalam, "maksudmu bagaimana?"

"Kamu dan perangai menyakitkanmu itu menggangguku." Felix berucap seperti itu dalam keadaan menunduk. Ujung jemarinya menumbuk permukaan meja, ia meninggalkan Hyunjin yang tengah memandangnya dengan tatapan terpecah.

Selagi Hyunjin belum merespon, Felix melanjutkan kalimatnya. Percaya saja, Felix sudah mencoba agar kata-katanya gampang dipahami. "Tapi akan lebih mengganggu jika aku pulang-pergi kuliah dan makan di kantin bersama orang yang sudah kukenal sejak lama, namun saat ini ia terasa seperti orang asing."

Felix hanya tidak tahu, bahwa anggapan kelakuan Hyunjin yang menurutnya menyakitkan tidak pernah sesakit apa yang dirasakan pemuda itu ketika mereka cuma saling berbicara.

Bahwa kelopak bunga yang dimuntahkannya setiap pagi akan lebih menyakitkan.

Bahwa Hyunjin yang tiba-tiba bergegas ke toilet lalu terbatuk-batuk di sana akan merasakan sakit yang kian bertambah meremas dadanya.

Tapi lagi-lagi Hyunjin merasa jika Felix tidak perlu tahu hal itu.

.

.

Uang saku pemuda itu untuk bulan ini cuma tinggal secukupnya saja. Benar-benar hanya cukup untuk bertahan hidup sampai ia kembali menerima kiriman dari orang tuanya. Salah Hyunjin juga yang mungkin terlalu baik hati hingga tidak tega menolak teman-temannya yang ingin meminjam uang dengan banyak janji perihal pengembalian yang cepat. Hyunjin paling tidak bisa melihat orang lain terdesak, Felix bilang itu adalah jenis kebodohan dari orang pintar sepertinya.

Hyunjin nyaris mendengus ketika tadi menemani Felix ke toko parfum untuk membeli hadiah. Lelaki itu terlihat sangat ambisius saat memintanya memilihkan satu pengharum dengan wangi yang ia inginkan. Harus feminin dan manis, tapi lembut. Hyunjin menyerah dan memilihkan satu, Felix tersenyum percaya dengan selera sang kawan. Jadi ia menerima saja pilihan Hyunjin.

Lelaki yang lebih jangkung merasakan sudut bibirnya berkedut kesal begitu mengetahui harga sebotol cairan itu. Felix terlalu membuang-buang uang! Hyunjin menegurnya, tapi Felix bilang ini tidak seberapa untuk orang yang ia sayangi.

Hyunjin meringis. Sayang, katanya?

Hyunjin bahkan selalu menyayanginya setiap hari.

Tidakkah Felix tahu?

Bahkan terasa sangat menyesakkan hingga Hyunjin sering berprasangka hampir mati dibuatnya.

Lalu saat ini apa lagi?

Bunga?

Hyunjin komplain perihal ukurannya yang cukup besar dan rangkaiannya yang agak heboh. Tapi Felix membalasnya dengan delikan tidak suka.

Hyunjin berpikir, apa tidak bisa jika Felix memakai kelopak-kelopak miliknya saja daripada harus membeli yang baru? Warna dan bentuknya sama-sama indah. Dan yang lebih penting, semua perasaan Hyunjin ada di sana.

.

.

Jika kelopak yang ia keluarkan tidak bersama darah, maka Hyunjin akan memunguti dan menyimpannya. Seringkali itu terjadi dulu, sudah sangat lama. Namun belakangan batuk-batuknya semakin parah dan memuntahkan banyak cipratan darah.

Setiap kali itu terjadi, Hyunjin merasa akan mati. Dadanya panas dan sesak. Pada beberapa dari banyak kejadian, Hyunjin sempat tersungkur ke lantai akibat batuknya yang tidak berhenti. Kelopak bunganya berkembang semakin banyak, sangat sakit, seumpama ratusan duri menancap di jantungnya.

Menyayangi adalah hal yang biasa Hyunjin lakukan pada orang-orang. Namun untuk Felix, ia menyayanginya setiap saat. Ia terlalu mencintainya.

Jadi, mencintai memang akan sesakit ini?

.

.

Semua orang pernah menyayangi dan disayangi bukan?
Menurut buku yang Felix baca, itu adalah perkara dasar. Kamu ingin melindungi, kamu ingin membuatnya bahagia, kamu ingin menjaganya, kamu ingim memiliki, itu semua terdapat di dalamnya. Cinta.

Jadi ketika malam ini, Hyunjin yang benar-benar basah sampai sekuyup-kuyupnya, berdiri di depan pintu bilik sewa Felix, datang setelah menerobos hujan di luar sana begitu saja dan bertanya hal yang membuat Felix menaruh curiga, lelaki itu tidak habis pikir.

Ia tidak tahu apa yang terjadi, tapi Felix akan menanyainya nanti. Perihal Hyunjin yang hujan-hujanan, atau tentang matanya yang sembab memerah. Atau masalah bibirnya yang pucat sekali -mungkin karena dinginnya cuaca. Yang jelas saat ini lelaki itu memerlukan kondisi yang hangat.

"Masuk dulu, yuk?" pemuda pirang itu menawarkan, menarik lengan Hyunjin agar masuk lebih dalam. Namun si jangkung seperti memakukan kakinya pada undakan terakhir di pintu itu.

"Kamu menyayangiku, tidak?" Hyunjin mengulangi seutas kalimat yang belum sempat dibalas Felix, dengan lebih bergetar. Dan jika si pirang lebih peka, maka nada putus asa di sana akan lebih mudah terdengar daripada derasnya rinai hujan.

Felix berdecak singkat. Muak dengan tingkah Hyunjin yang tidak jelas begini. Jadi ia memutuskan untuk meraih tubuh pemuda itu dan memerangkapnya dalam rengkuhan lembut.

"Tentu saja." Felix menggigil ketika merasakan suhu tubuh Hyunjin, ia mengusap punggungnya dan terasa benar-benar lembab. "Tentu aku menyayangimu. Kamu temanku. Dasar bodoh."

Mata Hyunjin kembali panas. Yang Hyunjin mau, bukan sayang yang seperti itu.

.

.

"Batuk. Sepertinya aku terkena radang parah." Hyunjin berujar santai ketika Felix bertanya perihal sakit yang harus membuatnya tidak masuk kuliah selama sepekan.

Felix mendengus di ujung tatapan sinisnya. "Sudah kubilang jika merokok itu berbahaya."

Tepi bibir Hyunjin tertarik sedikit, ia senyum tanggung-tanggung. Kebiasaan lelaki itu sekali untuk selalu mengaitkannya dengan gulungan tembakau yang pernah menjadi candu Hyunjin.

'Kamu lebih berbahaya dari rokok. Kamu juga bisa membuatku mati.' jantung Hyunjin berdenyut miris. Namun kalimat itu tetap ia simpan dalam hati.

Hyunjin tidak memberi tahu kebenarannya pada Felix jika ia sudah berhenti merokok sejak lama.

Sejak kelopak Bunganya semakin banyak.

Sejak darah yang ia muntahkan ketika terbatuk bisa sampai segenggam.

Felix tidak perlu tahu hal itu. Tentang kelopak-kelopak bunga yang selalu muncul sebagai tanda kasih sayangnya. Yang akan selalu keluar entah sampai kapan.

Fin?
Kok malah nanya sih wkwkwk
Semoga hari ini berkah dengan asupan HyunLix :)

Hanahaki disease: is an illness born from one-sided love, where the patient throws up and coughs of flower petals when they suffer from one-sided love.

Continue Reading

You'll Also Like

235K 20.6K 33
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
155K 7.6K 27
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
203K 19.3K 71
Freen G!P/Futa • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
727K 63.5K 45
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...