Seokjin memutar kemudinya menuju sekolah setelah mengantar Mama nya ke stasiun. Ia terus-terusan menguap di perjalanan karena mengantuk, bagaimana tidak, satu malaman ia tidak bisa tidur karena bayangan gadis mungil di kepalanya tak mengijinkan untuk beristirahat, siapa lagi kalau bukan Chaeyoung.
Padahal tadi malam, seharusnya ia dan Mamanya membicarakan perihal hubungan nya dengan Irene.
Entah apa motif si gadis mungil yang dengan kurang ajar masuk ke dalam pikirannya saat itu, ia tidak tahu kenapa, yang jelas tubuh nya saat ini seakan berada di luar kendali.
Tanpa sadar, kakinya menancap gas, seiring dengan keinginannya untuk segera bertemu si pengganggu pikirannya itu.
Sesampainya di sekolah, Seokjin langsung menuju kelas dua belas ips tiga tanpa mampir ke kantor guru terlebih dahulu, karena mengantar Mamanya tadi membuat Seokjin tiba di sekolah tepat saat bel berbunyi, dan kebetulan hari ini ia mengajar di kelas murid itu pada pelajaran pertama.
Sesampainya di ruangan, Seokjin mengedarkan pandangan nya kearah meja Chaeyoung berada, namun yang di cari tak berada di tempat, Seokjin menghela napas kesal sembari meletakkan tas kerja nya di atas meja dan duduk di kursinya, entah apa yang menyebabkan ia sangat ingin bertemu gadis mungil itu, sekarang juga.
Tok tok
Suara pintu di ketuk dua kali membuat semua mata tertuju pada sumber suara
"Maaf gue telat."
Chaeyoung masuk dengan santainya melewati gurunya yang menatap tajam kearah nya
"Chaeyoung?"
Yang merasa terpanggil berbalik menghadap gurunya.
Seokjin bisa merasakan kalau gadis itu sedikit terkejut karena nada bicaranya, apalagi mendapati raut wajah dingin Seokjin
Bukankah kemarin mereka tertawa lepas bersama?
Namun di tengah keterkejutannya itu, Seokjin bisa menangkap jelas senyuman singkat yang baru saja terjadi.
Entahlah, mungkin gadis itu suka di panggil menggunakan namanya, bukan menggunakan julukan nya sebagai murid bermasalah.
"Mulai sekarang setiap pelajaran saya, kamu duduk di depan, itu hukuman karena kamu sering terlambat dan tidak masuk di jam pertama," ujar Seokjin dingin
Seperti nya bukan hanya Chaeyoung yang terkejut, tapi semua murid yang ada di dalam ruangan kelas itu terkejut, mereka berbisik satu sama lain, karena ini pertama kalinya Seokjin berani menghukum Chaeyoung atas keterlambatannya.
Namun Chaeyoung tetap mengikuti perintah gurunya, ia berjalan kembali dan duduk di samping temannya, Hana, yang duduk sendirian di meja paling depan.
💞
Selama pelajaran berlangsung, Chaeyoung merasa tidak nyaman, bagaimana tidak, gurunya itu terus-terusan memperhatikannya tanpa henti, tidak biasanya Seokjin bersikap begitu
Setiap kali ada pertanyaan, selalu Chaeyoung yang di tunjuk terlebih dahulu untuk menjawab, kalau hanya untuk menjawab tidak apa-apa, ini malah harus menerangkan di papan tulis, entah apa yang terjadi dengan gurunya itu.
"Sampai di sini materi kita, Bapak harap kalian tidak lupa lagi mengerjakan tugas kalian yang harus di kumpul minggu depan, karena Bapak tidak akan menerima alasan itu lagi," ujar Seokjin tegas, kemudian menatap Chaeyoung yang sibuk membereskan bukunya, "dan Chaeyoung, sepulang sekolah kamu temui saya."
Deg
Chaeyoung menatap Seokjin dengan tatapan terkejut yang berbinar
Apakah ia akan mendapat hukuman tambahan atas keterlambatan nya tadi? Karena kalau iya, Chaeyoung akan dengan senang hati menerima hukuman itu.
Biar saja orang-orang menyebut Chaeyoung gila, memang siapa murid di dunia ini yang suka terkena hukuman selain dirinya?
Namun begitulah adanya, ia benar-benar lelah dengan semua kemanjaan yang di berikan orang tuanya, ia ingin merasakan bagaimana rasanya mempertanggungjawabkan kesalahan nya. Dan belajar menjadi lebih dewasa.
Sebenarnya ia sudah melakukan hal itu, namun sayang, semua guru yang memberinya hukuman, berakhir dipecat.
Iya, Chaeyoung itu bermasalah, terserah apa kata kalian.
💞
"Sumpah ya Chae, gue gak nyangka Pak Guru tampan itu bisa segalak tadi, lo gak liat gimana seremnya waktu dia nyuruh lo keruangan nya? Serem gila," ujar Dahyun pada Chaeyoung sambil memikmati mie ayam nya
"Masih sereman muka lo tuh," ledek Tzuyu pada Dahyun, namun matanya tetap fokus kearah ponsel yang ia genggam, sambil sesekali menyeruput jus jeruk nya
"Apaan sih Tzuyu, salah aja gue di mata lo."
"Lo napas aja salah Dahyun, lobang hidung lo yang besar itu kebanyakan menghirup udara, jadi gue gak kebagian."
"Entar ya Tzuyu, entar, tunggu kantin sepi dulu baru ini meja semua gue sentil ke muka lo yang cantik mulus itu, tunggu aja."
"Lo sentilin dulu itu muka si Chaeyoung yang dari tadi senyam-senyum gak jelas," ujar Tzuyu sambil mengarahkan dagunya pada Chaeyoung yang duduk di depannya
Di tengah keramaian kantin, tentu keributan kecil dimeja Dahyun, Tzuyu, dan Chaeyoung tidak terlalu terdengar, Dahyun dan Tzuyu yang sedari tadi sibuk bertengkar seperti biasa kini mulai memperhatikan Chaeyoung yang dengan santai atau dengan senyuman santainya melahap baso nya.
"Chae.. lo dengar gak kita nge-gibahin siapa?" tanya Dahyun berteriak tepat di wajah Chaeyoung
Chaeyoung terkesiap mendengar teriakan Dahyun dan refleks melempar wajah sahabatnya itu dengan tisu kotor yang sedari tadi ia gunakan untuk membersihkan mulutnya
"Ihhh.. jorok banget sih lo," keluh Dahyun sambil mengambil rakus tisu dari kotak yang tersedia di meja kantin dan membersihkan wajahnya
Tzuyu tertawa puas, "makanya jangan kebanyakan ngebacot kena karma kan lo. Hahaha."
"Berisik banget sih lo bedua, gue mau makan dengan tenang ini, di harap mulut lo itu diem dulu," sela Chaeyoung kesal
"Kita gak bakalan berisik kalau lo jawab pertanyaan gue dari tadi," jawab Dahyun
"Pertanyaan apa?"
"Gini loh Chaeyoung ku, simba ku si harimau jadi-jadian," ujar Dahyun melebih-lebihkan,
"lo itu di suruh kekantor guru sama guru yang selama ini dikenal sebagai guru yang baik, yang jarang ngasih hukuman kalau muridnya gak salah, lo cuma telat doang, tapi guru tampan itu ngasih lo hukuman, gue tau dan paham lo pasti seneng kan karena dapat hukuman, tapi apa lo gak mikir dan berkaca dari pengalaman, kalau sampai orang tua lo tau, itu guru pasti bakalan langsung di keluarin," jelas Dahyun panjang lebar dengan sabarnya, dan dapat anggukan setuju dari Tzuyu yang masih sibuk dengan ponselnya
Seketika itu juga senyum diwajah Chaeyoung memudar, Dahyun benar, kesenangan nya karena mendapat hukuman membuat ia lupa kalau orang tuanya sampai tahu, Seokjin pasti akan di keluarkan.
Ia jelas tidak mau kalau sampai itu terjadi, Seokjin satu-satunya guru yang bisa diajak nya berteman, satu-satunya guru yang bisa di ajak nya bercanda, dan satu-satunya guru yang mau menghiburnya saat ia sedih, Chaeyoung tidak ingin kehilangan Seokjin, dan tidak akan pernah mau kehilangan Seokjin.
💞
Pria itu tidak ingat sejak kapan ia tersenyum senang melihat kelakuan muridnya itu. Seingatnya, ia sedang mengajar di kelas sepuluh, dan memberikan mereka kuis.
Bukannya menatap kagum kearah lapangan. Karena ruangan kelas tempat ia mengajar sekarang berada tepat di depan lapangan.
Seokjin tetarik untuk melihat Chaeyoung yang berlari mengejar bola, guru tampan itu berdiri di pintu kelas dengan kaki menyilang dan tangan kiri menyangga di pintu, sedangkan tangan kanan di masukan ke saku celana sambil melihat kearah lapangan, tempat dimana Chaeyoung berada.
Materi kelas olahraga Chaeyoung adalah bola voli. Chaeyoung mungkin punya postur tubuh yang kecil, namun kemampuan nya dalam menguasai bola terlihat sangat mengagumkan.
Seokjin bahkan sampai kaget melihat betapa lihainya Chaeyoung dalam melakukan smash kearah lawan, membuat lawan nya bahkan takut-takut menerima bola itu.
Seokjin tersenyum bangga tanpa ia sadari, ia tidak tahu perasaan apa ini, tapi yang jelas, setiap gerakan kecil yang di lakukan oleh Chaeyoung mampu membawa ia pada debaran dahsyat yang berasal dari balik dada nya.
Seketika Seokjin di lempar kembali pada ingatan dimana ia dan murid nya itu duduk berdua di taman dan membicarakan hal-hal yang tidak seharusnya dibicarakan oleh seorang guru pada muridnya.
***
"Saya gak nonton begituan."
"Jadi nonton apa? Drakor?"
"Kalau itu kamu yang suka, apalagi adegan ciuman, pasti kamu suka kan?"
"Ha?"
Seokjin memalingkan wajahnya dari Chaeyoung, membungkam mulutnya setelah sadar akan kata-kata yang barusan ia ucapkan.
Chaeyoung berdehem ringan, "lo juga pasti suka kan?"
Seokjin membelalak kaget, refleks kembali menghadap Chaeyoung, yang di hadap malah salah tingkah, "Sebaiknya ganti topik pembicaraan."
"Kenapa? Lo gak suka adegan begituan? Jangan-jangan lo gak normal lagi?" Chaeyoung menutup mulutnya terkejut melebih-lebihkan akan apa yang baru ia katakan.
"Ck, udah ngomong sama saya gak pernah sopan, ngatain saya Pedopil, ngatain saya idiot, sekarang ngatain saya gak normal, seburuk itu saya di mata kamu?
Chaeyoung tertawa puas, "haha.. ya lo sih, bersikap seolah-olah lo gak suka, gue kirain lo gak normal, lagian kan lo udah punya pacar, jadi makin gampang dong." Chaeyoung memainkan alisnya dengan senyum menggoda
Tak bisa di hitung berapa kali Seokjin melebarkan matanya mendengar pernyataan muridnya itu.
Apakah anak gadis ini tidak berfikir bahwa apa yang mereka bicarakan tidaklah pantas?
"Ciee.. jadi inget pacar kan lo?"
"Apaan sih, saya itu gak-" omongan Seokjin terhenti karena menyadari kalau Chaeyoung harus berfikir ia punya pacar, agar tidak menuduhnya sebagai Pedopil.
"Gak apa?" Tanya Chaeyoung dengan mata menyipit penasaran sekaligus curiga
"Gak, gak salah lagi." Seokjin terpaksa mengaku sambil menggigit bibir bawahnya menyalurkan rasa kesal dan tertunduk dalam tak mau tahu reaksi apa yang di berikan Chaeyoung
Selang beberapa detik tak ada sahutan membuat Seokjin mengangkat kepalanya mencari tahu apa penyebab gadis itu diam, padahal yang ia lakukan hanya menatap lurus ke depan, membuat Seokjin refleks melihat kearah yang sama.
"Ada apa?"
Chaeyoung menggeleng, "jadi pengen punya pacar."
"Ngapain? Kamu masih bocah, jangan pacaran sekarang."
"Iihh.. gue udah dewasa, udah punya ktp!" Balas Chaeyoung tak terima menatap kesal gurunya
"Ck. Emang ngapain punya pacar? Mau ciuman?"
Terkutuklah mulut suci Seokjin
"Ya, ya iyalah, Haha.."
Ha? Iya katanya, Chaeyoung tolong jangan pancing mulut suci Seokjin terbuka
Tapi Chaeyoung terlambat
"Jangan nyari pacar kalau cuma mau ciuman doang, sama saya aja."
"What? Dasar Pedopil lo."
Seokjin hanya bisa mengaduh kesakitan sepanjang penyiksaan yang Chaeyoung berikan melalui tangan mungil nya yang memukul bebas seluruh tubuh Seokjin
***
Seokjin tersenyum lebar mengingat kenangan sepintas nya itu, meskipun hari itu badan nya kesakitan semua karena bekas penyiksaan muridnya yang menyerang membabi buta, tapi Seokjin senang.
Karena, rasa lelahnya bekerja hilang, jika di beri waktu sebentar saja untuk bersama gadis itu.
Ah.. rasanya ingin cepat pulang agar bisa menemui muridnya itu lagi.
Seokjin yang terus tersenyum lebar tidak sadar kalau muridnya di dalam sudah grasak-grusuk membuka buku atau membuat kelompok masing-masing untuk menyelesaikan kuis yang ia berikan
💞
a/n:
Ada cinta.. yang ku rasakan.. saat tertawa dalam canda.. oh indahnya
Pak guru tampan jatuh cinta yee..
Btw, chapter depan udah masuk konflik deh kayanya
Ehehe
Happy Birthday Uri Precious Maknae
Wish you all the best my precious man💜
Buat yang baca, dapat salam dari
Bucinnya Jeon Jungkook sekaligus
Kembarannya Park Jihyo
Fancy You With Luv,
LittleNisya 💜