Y A D O N G

By Amipansi

233K 4.2K 180

Berada dalam satu rumah yang sama dengan pria kelewat mesum semestinya sudah menjadi alasan yang cukup releva... More

PROLOGUE
๐Ÿ’ Part. 1
๐Ÿ’ Part. 2
๐Ÿ’ Part. 3
๐Ÿ’ Part. 4
๐Ÿ’ Part. 5
๐Ÿ’ Part. 6
๐Ÿ’ Part. 7
๐Ÿ’ Part. 8
๐Ÿ’ Part. 9
๐Ÿ’ Part. 10
๐Ÿ’ Part. 12
๐Ÿ’ Part. 13
๐Ÿ’ Part. 14
๐Ÿ’ Part.15

๐Ÿ’ Part. 11

6.1K 181 15
By Amipansi

REASON

Tell Me About Your Reason


🍁

Arahan semilir angin yang terus bergulir menyapa bahu kurus Taehyung tak membuat pria itu bergidik dingin. Kaus putih bertelanjang lengan yang ia kenakan juga turut mengikuti arus angin, menyempit seiring mengetat pun memperlihatkan lekuk tubuhnya yang perfeksionis. Taehyung juga berselonjor santai di atas hamparan karpet bulu mewah di dalam kamar seseorang.

Tangannya terangkat guna mengapitkan sebatang rokok pada dua belah bibirnya yang plum. Menatap pada lengkungan punggung seorang wanita yang saat ini meringkuk meremat perutnya memunggungi Taehyung. Pun mengulas senyum, Taehyung segera membuang puntung rokok terakhirnya pada tong sampah yang sengaja ia letakkan di samping tubuh. "Apa rasanya sesakit itu?" pria itu berujar santai sebelum akhirnya merangkak mendekat pada pribadi wanita yang sedang menahan sakit di perutnya itu.

Tanpa Hyerin sadari, tangan besar nan hangat milik Taehyung mendadak menyampir melingkar di perutnya. Menahan deruan napas Taehyung terasa benar-benar menyiksa kesehatan, Hyerin ini sedang merasakan sakit lain, tetapi perlakuan Taehyung ini membuat kesehatan jantungnya berulah tidak karuan. "Atau kau mau mencoba menjadi wanita, Kim Taehyung?" wanita itu berujar spontan, walau dengan susah payah berlagak seolah tak merasakan apa-apa.

Taehyung sendiri menyadari semburat merah yang timbul pada pipi gembil Hyerin, pun dirinya tak terlalu terkejut karena menurutnya wanita pemalu itu terlihat menarik. Wanita yang malu bukan karena sebuah kekurangan, melainkan karena secara tidak langsung mereka telah mengakui bahwa apa yang menyambanginya sangatlah menarik dan menyenangkan. Begitu pikiran Taehyung.

"Apa pelukanku meredakan sakitnya?" Taehyung makin merapatkan tubuhnya pada presensi tubuh milik Hyerin. Mengukung wanita itu dengan hangat pun nyaman, hingga tanpa sadar Hyerin berani menyandar pada dada bidang milik Taehyung. "Lain kali jika sakit seperti ini lagi cepat kabari aku, Rin." Ucapnya mendadak serius. Aura manis Taehyung tiba-tiba saja menghilang.

Membuat Hyerin turut menukik alis serius, "Tapi kau kan sibuk, mana ada waktu untuk mengurusi wanita yang sakit karena sedang datang bulan sepertiku." Deliknya menjauhkan tubuh dari presensi Taehyung.

Membuat Taehyung menghela napas kelewat jengah, "Setidaknya aku bisa menghubungi dokter, kan? Bulan kemarin kau sampai pingsan karena menahan sakitnya. Apa kau tidak merasa khawatir dengan kesehatanmu? Apa kau tidak ingin memiliki tubuh sehat? Atau paling tidak, apakah kau tidak akan memikirkan masa depan kita?"

Hyerin bingung mengapa kekasihnya itu jadi lebih nyinyir sekarang. Seolah sesuatu sedang terjadi dan Taehyung berusaha menahannya sendiri. Hingga Hyerin membalik tubuhnya sendiri guna menghadap Taehyung, "Tae, coba jelaskan padaku, apa terjadi sesuatu?"

Taehyung terkesiap lalu memandangi wajah Hyerin dari dekat dan mencuri satu kecupan di bibir, "Semuanya baik-baik saja. Aku hanya ingin memberikan suatu perhatian yang pantas untuk wanita yang aku cintai ini." Jawab Taehyung kemudian mencubit gemas pucuk hidung Hyerin.

"Tapi memikirkan tentang masa depan yang bagaimana maksudmu, Tae? Coba jelaskan padaku. Apa kau secara tidak langsung mengira bahwa aku ini memiliki penyakit rahim atau sejenisnya?" Hyerin menilik pada sorot mata Taehyung penuh curiga.

Mendapati ekspresi penuh tanda tanya dari Hyerin, Taehyung mendadak mengapit kedua bibirnya ke dalam, sebelum pria itu menjilatnya sekilas. "Ya. Aku menemukan surat hasil cek kesehatan tercecer di mobilku setelah aku menjemputmu kemarin sore, Rin." Taehyung jadi meremat rambutnya frustasi. Membuat Hyerin kepalang cemas karena surat hasil cek kesehatan tersebut bukanlah berisi sebuah kabar yang baik. "Kau terkena penyakit Kista akut, Hyerin. Bagaimana aku bisa diam saja? Dan kau dengan teganya merahasiakan ini dariku."

Hancur sudah, tembok rahasianya selama tiga bulan ini sudah hancur ulah kecerobohannya sendiri. Tetapi Hyerin masih bersyukur ternyata di dunia ini masih ada yang memperdulikan dirinya, seingatnya Taehyung memang tipikal pria yang peduli dengan sesama. Tanpa memandang apa dan bagaimana hubungan antara dia dan siapa saja. Tetapi untuk memberitahu Taehyung soal penyakitnya mungkin bukanlah hal yang baik, menurutnya. Hyerin beranggapan, jika Taehyung tahu, pria itu dengan kecewa akan meninggalkannya karena dinilai sudah gagal menjadi wanita yang sempurna.

"A-aku takut jika kau tahu tentang ini, kau aka-,"

"Akan pergi?" pintas Taehyung berakhir membuat Hyerin mengangguk dengan raut mengiba.

Taehyung sendiri juga tidak mengerti, apakah dirinya terlihat sangat meragukan oleh seorang Hyerin? Atas apa yang sudah mereka lewati bersama, apakah pantas jika Hyerin meragukan seorang Kim Taehyung. "Dengar, Rin. Aku tidak akan mudah membuang seseorang bahkan jika aku membencinya. Aku tak seperti Ibu dan Ayahku, yang tega membuang diriku ketika masih kecil." Taehyung berujar melemah. Ia tiba-tiba terbayang wajah dua malaikat yang selama ini sudah sukarela menjadi orang tua angkat untuknya hingga sesukses sekarang.

"Mama Jimin dan Papa Jungkook menyelamatkanku dari lubang neraka dunia, Rin. Tetapi ini bukan tentang siapa yang akan menyelamatkanmu setelah aku membuangmu. Tetapi ini tentang aku yang tidak akan pernah membuangmu mau bagaimanapun kondisinya. Mengerti?" akhiran Taehyung sangat membuat Hyerin kelu. Tidak tahu lagi harus berkata seperti apa.

Hingga akhirnya Hyerin menitikkan air mata, beralih menyandarkan kepalanya pada dada bidang milik Taehyung dengan sang pria yang menyambut lembut kepala kekasihnya. Mengusap pun mengecup puncak kepala Hyerin begitu sayang. "Jika proyekku yang satu ini sudah selesai, maka menikahlah denganku, Rin."

Senyum Hyerin mengembang lantas membuat wanita itu mengeratkan pelukan hingga tanpa sadar nyeri menstruasinya benar-benar menghilang. "Aku mau menikah denganmu, Taehyung."

"Harus mau, Jung Hyerin."

🍁

Rampingan tubuh Saehee terseret langkahnya ketika dirinya hendak menemui presensi pria dewasa yang saat ini merentangkan kedua tangan di ambang pintu kelas. Raut Saehee jelas terlihat gembira, sudah beberapa hari ini ia memang terlihat selalu gembira walau harus menyambangi perasaan canggung ketika di sekolah, tepatnya ketika Guanlin dengan spontan sudah tak memperdulikannya lagi. Lalu ditambah lagi sohib remaja lelaki itu juga sudah mengurus surat pindah sekolah. Ya, Jihoon memilih untuk pindah dari SMA Guk sejak insiden di apartemen bersama Hyera. Tentu saja Hyera melaporkan kejadian tersebut kepada pihak sekolah. Hingga membuat Jihoon harus memilih di antara dua pilihan.

"Kau ingin keluar dari sekolah ini sebagai siswa Drop Out, atau menjadi siswa yang akan pindah sekolah dengan status sekolahnya tentu di bawah SMA ini?"

Begitulah tutur Choi Ssaem kemarin siang.

Saehee menyampirkan kedua tangannya pada body kekar milik Jungkook dan menempelkan wajah di dada pria tersebut. Sembari sedikit menggusuk-gusuk hidung pada puncak kepala Saehee, Jungkook juga meremat tubuh Saehee kelewat gemas. Saking gemasnya Jungkook tidak sadar jika sudah membuat Saehee kesakitan di bagian dada. Tahulah, rasa nyeri di area tersebut terkadang timbul begitu saja kan?

Setelah keduanya renggang dengan pelukan, mereka akhirnya berjalan gontai menjauhi kelas, berniat keluar dari bangunan yang disebut sekolah tersebut. Jungkook senantiasa menggandeng tangan Saehee begitupun sebaliknya. Saehee juga dengan bahagia membiarkan tangan besar itu menggenggam tangannya lamat.

"Ahjussi, ke taman bermain lagi, ya? Kumohon Ahjussi..."

Saehee berujar memohon sembari bergelantungan di lengan berotot Jungkook yang terbungkus jas abu-abu kebesarannya. Kalau diperhatikan betul, Jungkook seperti sedang mengajak anak berkeliling mall dan mendadak minta dibelikan boneka. Untung saja tidak ada lagi siswa yang tersisa di sekolah, karena mereka memang sengaja membiarkan para siswa pulang terlebih dahulu. Agar semuanya menjadi mudah dan aman.

Jungkook terkesiap, menghentikan langkah pun meremat kedua lengan Saehee serius, "Kita tidak menghabiskan waktu di taman bermain terus, Sae. Hari ini kita punya jadwal ke rumah Nenek di Busan."

Saehee mendadak mengerucutkan bibir, lumayan merasa kesal, tetapi Saehee tidak boleh lupa jika ia harus menjalankan sandiwara di depan semua anggota keuarga Jungkook, yaitu sebagai calon istrinya. "Tapi Hyera ikut kan, Ahjussi?" tanya Saehee.

Membuat Jungkook menghela napas lelah, ternyata menghadapi gadis dengan tingkah yang masih bocah sangatlah sulit. "Iya. Kemarin kan Jimin sudah beres-beres barang dengan Hyera, Sayang."

Saehee sendiri sampai lupa jika hidup bukanlah soal beremeh-temeh dengan taman bermain dan es krim saja. Tidak hanya belajar dengan giat, lalu mendapat hadiah kecupan dari si pria dewasa yang selama beberapa waktu ini hadir dalam kehidupannya. Semuanya tak semudah itu.

"Hmm, baiklah. Aku harus bersikap bagaimana nanti?"

Jungkook tersenyum simpul, "Jika hanya untuk sandiwara saja, bersikap dewasa lah. Tapi jika kau ingin jadi istriku sungguhan juga boleh, kau bisa memperlihatkan sifat menggemaskanmu ini kepada semua orang. Bagaimana? Mau jadi istriku saja?"

Sekarang giliran Saehee yang tersenyum, senyum simpulnya terasa dibuat dengan paksa. Mana mungkin dirinya bisa memikirkan soal menjadi istri sungguhan di usia yang sedang menginjak 19 tahun dan masih berada di semester pertama kelas 12. Rasanya sungguh tidak mungkin, "Mari lakukan dengan sandiwara saja Ahjussi. Karena aku belum berpikir dan belum siap untuk menjadi wanita dewasa." Terang Saehee kontan.

"Aku sedikit kecewa, tapi aku menghargai keputusanmu." Jawab Jungkook singkat sebelum akhirnya melanjutkan langkah meninggalkan Saehee di belakangnya.

Saehee mengerti benar jika pria tersebut akan seperti itu. Saehee hanya tidak paham mengapa dan apa alasan Jungkook mau mengajaknya untuk menikah sungguhan. Terlepas dari siapa kekasih Jungkook sebenarnya, katakanlah jika Jungkook memang tidak mencintai kekasihnya, apakah besar kemungkinan bahwa pria itu malah menyukai dirinya yang jelas-jelas masih duduk di bangku SMA.

"Aku memang menyukaimu, Ahjussi. Tetapi jangan salahkan aku nanti jika sukaku menjadi benci kalau kau berani memaksaku."

-

-

-

Saat ini Saehee sedang memilih beberapa gaun di butik, hanya gaun biasa. Ditemani jungkook yang saat ini tengah sibuk protes dengan beberapa bahan dasar gaun yang kurang bagus. Memang mereka belum membelinya, hanya saja Jungkook kesal ketika setiap menyukai satu model gaun santai, ia jadi tidak puas dengan bahan yang mendasari gaun tersebut.

Sampai Saehee sendiri juga tidak habis pikir mengapa lelaki seperti Jungkook malah nyinyir untuk urusan memilah gaun perempuan. Keningnya berkerut kala mendapati Jungkook tengah memasang air muka kelewat kesal saat berjalan ke arahnya sembari menjinjing beberapa paperbag. "Ayo menyingkir dari butik payah ini, aku sudah beli beberapa yang sedikit lebih baik. Kita tidak punya banyak waktu lagi untuk memilih yang bagus." Jungkook berujar sembari menarik tangan Saehee untuk turut ikut dengannya keluar dari butik.

Membuat Saehee juga jadi kesal sendiri, "Payah bagaimana? Bukankah gaun-gaun itu hanya akan kupakai saat di rumah Nenekmu saja, Ahjussi?"

"Iya." Jungkook membukakan pintu mobil dan menginstruksikan Saehee untuk lebih dulu memasukinya. Kemudian ia juga bergegas naik, "Tapi aku suka dengan hal-hal yang perfeksionis, Sae. Memilih jalang untuk kutiduri saja tidak boleh sembarangan."

Saehee benar-benar tidak habis pikir. Apa hingga sebegitu perfeknya seorang Jeon Jungkook. Saehee mendadak menjadi merasa miskin, dan merasa kurang pandai menggabahi keperluan gaya. "Memang kau sangat sesuatu ya, Ahjussi."

"Sesuatu bagaimana? Jangan mengatakan hal yang tidak jelas, Kim Saehee." Jungkook menyentak begitu saja, membuat air muka Saehee berubah kaku seketika. Memang jika diperhatikan betul, Jungkook agak sedikit aneh.

Semenjak Jungkook dan Saehee keluar dari kelas Saehee siang ini, lebih tepatnya setelah Saehee menolak untuk dijadikan istri sungguhan, pria dengan marga Jeon itu agak sedikit kesal dari pembawaan. Seperti akunya, ia memang sedikit kecewa, tetapi dirinya masih menghargai bagaimana keputusan Saehee. Tapi kelihatannya tidak begitu, harusnya hanya ada utara kecewa.

Saehee sendiri masih bingung sebenarnya, apa kiranya tujuan Jungkook mengadakan sandiwara untuk membohongi keluarganya sendiri? Yang jadi pertanyaan saat ini hanyalah tentang apa rupanya alasan Jungkook membawa Saehee untuk berpura-pura menjadi calon istri. Tanpa memikirkan kelanjutan alurnya bagaimana, Jungkook malah dengan gamblang bertutur jika dirinya tak keberatan kalau-kalau nanti Saehee mau menjadi istrinya sungguhan.

Pria brengsek mana yang mau berkata hal demikian? Memang pertemuan mereka berawal dari keberengsekan Jungkook memperalat kepolosan Saehee malam itu, hanya saja semakin kesini, Saehee tidak menemukan sifat brengsek apapun pada diri Jungkook. Ataukah dirinya telah salah mengira?

Jungkook hanya memperhatikan situasi jalanan yang lumayan ramai, tidak sampai menimbulkan macet juga, tetapi karena banyaknya kendaraan mobil yang menyampir agak sedikit menghalangi mobil Jungkook untuk bisa lebih cepat, alih-alih mengebut.

Tak lama Saehee memperhatikan Jungkook yang hanya diam saja dari samping. Gadis itu benar-benar menoleh dan terlihat ingin membahas sesuatu. Tetapi sepertinya Jungkook enggan untuk sadar jika presensi gadis di sampingnya tengah menunggu dirinya untuk memulai sebuah percakapan.

Hingga akhirnya Saehee membuka mulut dengan perasaan bercampur aduk, suasana jadi amat canggung setelah keadaan jalan sudah tidak terlalu ramai. "Ahjussi," panggil Saehee.

"Hmm?" nada tanya dari Jungkook yang terdengar sedikit dingin sejujurnya tak membuat Saehee nyaman. Serasa jika dirinya baru saja melakukan kesalahan.

Bibir Saehee mengerucut pun kedua alisnya menukik hebat. Pertanda ia mulai kesal. "Ahjussi! Aku tidak ingin pergi jika kau bersikap begitu!" gadis itu menyentak. Kemudian melipat kedua tangannya di depan dada lalu menatap keluar jendela.

Jungkook menghela napas, "Kau ini kenapa? Saehee, jangan karena aku sedikit kesal kau juga ikutan kesal."

"Kau kesal? Kesal karena aku tidak mau menikah denganmu?"

Jungkook terdiam cukup lama setelah mendengar pertanyaan Saehee yang sempat membuat perasaannya menimbulkan gelenyar aneh. Ia kembali mengingat suatu hal yang waktu itu pernah ia cemaskan. Ia benar-benar cemas hingga titik kerja otaknya pun terganggu kala itu.

Tetapi semenjak ia mengenal Saehee, segalanya mendadak berubah menjadi sedikit lebih menenangkan. Dan jika harus dipaksa untuk kembali mengingat, permasalahan sandiwara ini memanglah harus dilakukan. Karena ini menyangkut nasibnya di masa depan. Dan juga tergantung keputusan sang Ayah nantinya.

Saehee kembali menyentak sembari sedikit menggoyangkan lengan Jungkook, "Ahjussi!"

"Ah, iya. Aku kesal karena kau tidak mau menjadi istriku sungguhan." jawab Jungkook. Ia sedikit memperlambat laju mobil sebelum akhirnya berhenti di pinggir jalan tepat di depan pelataran toserba.

Saehee mencoba mencerna perkataan Jungkook yang terdengar lumayan tidak masuk akal ini. Pasalnya apa alasan Jungkook merasa kesal? "Ahjussi, aku benar-benar tidak mengerti sesuatu. Sebenarnya apa yang kau inginkan?"

"Kau." Jungkook menjawab kontan, membuat Saehee membelalak tidak mengerti seiring kepalanya meneleng lirih. Keduanya terdiam saling menatap cukup lama, sebelum akhirnya Jungkook membawa presensi wajahnya mendekat pada wajah Saehee.

Jungkook menyisik rambut tergerai Saehee ke belakang telinga berlanjut mengelus pipi gadis itu lembut. "Kumohon menikahlah denganku, Saehee."

"Kukira kau tidak punya alasan untuk menikahiku secara serius, Ahjussi. Ingat, semuanya harus kita lakukan berdasarkan sandiwara yang telah kita, mmpphhh..."

Bibir Saehee berakhir bungkam. Dibungkam telak oleh birai tipis milik Jungkook. Pria itu sudah muak mendengar kata sandiwara dari mulut gadisnya ini sebenarnya, hingga membuat Jungkook manyesap bibir gadis itu perlahan, sembari menatap wajah Saehee yang terlihat amat kaget.

"Aku yakin kau akan menemukan alasannya sesegera mungkin, Kim Saehee." ucap Jungkook melepas tautannya sejenak, kemudian kembali melanjutkannya.


🍁

To be Continue...

Continue Reading

You'll Also Like

805K 29.9K 105
The story is about the little girl who has 7 older brothers, honestly, 7 overprotective brothers!! It's a series by the way!!! ๐Ÿ˜‚๐Ÿ’œ my first fanfic...
600K 12.8K 43
i should've known that i'm not a princess, this ain't a fairytale mattheo riddle x fem oc social media x real life lowercase intended started: 08.27...
96.6K 3.2K 52
"๐“๐ซ๐ฎ๐ญ๐ก, ๐๐š๐ซ๐ž, ๐ฌ๐ฉ๐ข๐ง ๐›๐จ๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž๐ฌ ๐˜๐จ๐ฎ ๐ค๐ง๐จ๐ฐ ๐ก๐จ๐ฐ ๐ญ๐จ ๐›๐š๐ฅ๐ฅ, ๐ˆ ๐ค๐ง๐จ๐ฐ ๐€๐ซ๐ข๐ฌ๐ญ๐จ๐ญ๐ฅ๐ž" ๐ˆ๐ ๐–๐‡๐ˆ๐‚๐‡ Caitlin Clark fa...
214K 4.5K 47
"You brush past me in the hallway And you don't think I can see ya, do ya? I've been watchin' you for ages And I spend my time tryin' not to feel it"...