Sempiternal • Markhyuck

By ippi-chan

123K 17.3K 3.1K

Slow update! Inginnya Mark menolak belahan jiwa yang ditakdirkan untuknya. Tapi... memikirkan bagaimana Haech... More

i n t r o
s a t u
d u a
t i g a
e m p a t
l i m a
tujuh

e n a m (/)

8.8K 1.3K 222
By ippi-chan

Tubuh jangkung itu terlihat kesulitan mengontrol sosok alpha di depannya. Bahkan sesekali ia mendecak kesal ketika pegangannya pada lengan sang adik melemah. Ia juga sedang mengendalikan diri tapi dipaksa untuk mengendalikan tubuh alpha lain.

"Lepaskan aku, Johnny!" Nada datar itu keluar dari bibir tipis sang alpha.

Johnny lelah sungguh. Menyeret tubuh bongsor Lee Jeno adiknya yang sedang kalap akan nafsu adalah opsi terakhir yang akan ia lakukan. Rasanya benar-benar melelahkan. Tangannya kebas dan hampir kaku menyeret tubuh Jeno.

"DIA SAUDARAMU, LEE JENO!"

Habis sudah kesabaran Johnny yang dipupuk sedari tadi. Menyeret keras tubuh Jeno. Memberinya bogem mentah sehingga meninggalkan bekas darah pada sudut bibir sang adik. Adik yang biasanya penurut itu berubah menjadi pembangkang ketika menyangkut saudara kembarnya, Lee Haechan.

Haechan sedang heat yang ditemani ibunya. Diberi beberapa supresan agar mereda rasa sakit yang dirasakannya. Meskipun membantu meredakannya, aroma heat Haechan memang luar biasa. Faktor omega murni juga statusnya laki-laki membuat Heatnya berbeda dari yang sebelumnya.

Jeno adalah alpha yang sedang mengalami rut beberapa minggu yang lalu sebelum nafsunya kembali naik setelah mencium aroma harum saudara kembarnya. Rasanya pusing, Jeno bersumpah akan membunuh Johnny kalau saja tidak memberinya tamparan keras kalau Haechan itu pernah berbagi dalam kandungan ibunya. Ingin rasanya melompat dan mengungkung tubuh kecil itu dalam dekapannya, memberinya rasa nyaman dan aman. Menghujam lubang basah Haechan, mencium bibirnya. Jeno ingin melakukan itu pada saudara kembarnya!

"Sial!"

Jeno itu definisi anak baik. Tidak pernah ia mengumpat karena kesal. Tapi, umpatan itu terus keluar dari mulutnya selama dua hari ini. Dua hari ia mengungsi ditempat kakaknya, Johnny Lee. Kesal dengan kebiasaan kotor Johnny yang membuatnya menggerutu tapi enggan membersihkannya.

"Pantas saja Haechan mengeluh kalau tinggal bersamamu, apartemen milikmu sudah seperti tempat pembuangan akhir."

Johnny menaruh mangkuk kosong yang tadinya berisi ramen itu dengan keras. Menatap adiknya yang sialan ini dengan datar; "Pergi saja, kalau Haechan yang mengatakannya aku bisa maklum. Kalau dirimu, masih hidup saja kau harus bersyukur."

Ucapan itu membuat Jeno mendengus kesal. Ia menyandarkan kepalanya pada meja makan milik Johhny. Rasanya ia masih terngiang-ngiang aroma heat Haechan. Rasanya... Benar-benar memabukkan.

"John, Haechan seorang omega?"

Ucapan Jeno membuat dua orang alpha itu terdiam dengan pemikiran masing-masing. Fakta kalau Haechan omega memang bukan sesuatu yang mengejutkan. Faktanya, memang Haechan sedari kecil sudah menunjukkan kalau dirinya adalah seorang omega. Dari raut wajahnya, bentuk tubuhnya, bahkan dari perilakunya memang sudah mencirikan kalau dirinya omega. Tapi, selama ini Haechan memang belum mau menerima statusnya sebagai omega.

Dalam pikiran Jeno dan Johnny adalah... Bagaimana perasaan Haechan saat ini?

***

Hari ketujuh dari awal Haechan mendapatkan heat pertamanya. Tubuhnya sudah mulai kembali seperti biasa. Tidak ada keanehan seperti hari-hari sebelumnya. Meskipun, Haechan masih mengkonsumsi suppresan untuk meredakan rasa heat yang menyiksanya beberapa hari ini.

Haechan tidak masuk sekolah. Tapi, ia yakin, gosip-gosip di sekolah sudah mulai menyebar tentang statusnya yang seorang omega. Mengingat akan statusnya membuat Haechan sedikit banyak merasa sedih.

Ia menaikkan selimutnya untuk menutupi tubuh polosnya. Memegang dadanya yang terdapat sebuah tatto berwarna hitam dengan gambar wajah serigala separuhnya terdapat sulur daun dan terlihat seperti bunga. Itu adalah tatto yang sama dengan mattenya. Memang sangat indah. Namun, permasalahan dalam diri Haechan saat ini adalah...

...apa ada yang mau menerima dirinya sebagai mate? Meskipun omega, dirinya tetaplah laki-laki. Omega laki-laki yang jumlahnya hanya sedikit terlahir di dunia ini.

Haechan menangis untuk yang ke sekian kali. Apa dirinya hanya sendirian seumur hidupnya jika ia ditolak oleh matenya? Apa dirinya akan mati konyol karena ditolak oleh alphanya?

Karena sejatinya mereka adalah satu. Jika ada salah satu yang menolak, akan ada salah satu dari mereka yang mati secara perlahan.

Haechan menghiraukan ketukan pintu pada kamarnya. Ia menangis sesenggukan seorang diri. Meratapi nasib sial seumur hidupnya. Nasib sial yang menjadikannya omega. Membuatnya seperti diinjak-injak harga dirinya.

"Sayang, kenapa menangis lagi?"

Haechan bangun dari tidurnya, memeluk ibunya erat. Menangis sejadi-jadinya dalam pelukan sang ibu. Rasanya Haechan tidak bisa menerima ini semua. Takdir yang digariskan untuknya seolah sedang ingin mempermainkannya.

Haechan terus meracau kalau dirinya bukan omega. Status yang kini disandangnya adalah sebuah kesalahan. Haechan malu sekali, bahkan ibunya yang perempuan dan melahirkannya adalah seorang wanita alpha. Dirinya yang dari lahir laki-laki malah menjadi omega. Takdir seolah sedang bercanda padanya.

Ibu Haechan tidak bisa mengatakan apapun. Karena semuanya sudah terjadi. Mencegah semua ini juga tidak bisa dilakukan. Karena garis takdir Haechan adalah menjadi omega.

Sebenarnya, omega bukan sesuatu yang buruk. Namun, terlahir dalam keluarga alpha membuat Haechan seolah menolak kalau dirinya adalah omega. Membuat omega menjadi tabu dimatanya. Apalagi jumlah omega seperti Haechan sangatlah sedikit.

***

Dua minggu setelah heat pertamanya, Haechan menginjakkan kembali kakinya di sekolah. Dengan sesuatu yang baru. Dengan status yang baru. Matanya memindai sekelilingnya, dengan tangan yang memeluk erat lengan saudara kembarnya, Lee Jeno.

Tidak ada tatapan yang aneh menurutnya. Tidak seperti bayangan Haechan kalau dirinya akan dipandang rendah. Tidak seburuk itu kenyataannya. Malah mereka seolah menyambutnya kembali ke sekolah.

"Jeno, aku takut." Bisiknya pelan.

Mata bulat Haechan tidak mau menatap kearah teman-temannya. Ia menunduk menatap lantai putih dibawah kakinya. Ia mencoba menulikan pendengarannya saat siswa siswi menyebutnya omega. Rasanya masih sangat aneh ditelinganya. Terdengar seperti ejekan sarkas untuknya. Padahal mereka mengatakannya bukan untuk mencela atau merendahkan.

"Tidak perlu takut, aku selalu disisimu. Jangan pikirkan sesuatu yang buruk." Jeno menepuk pelan kakak kembarnya. Memberinya senyum tipis, ; "...omega itu bukan sesuatu yang buruk. Mereka adalah anugerah."

Haechan sudah merasa—agak muak—dengan omong kosong seperti itu. Tidak membuatnya merasa lebih baik atau setidaknya merasa baik-baik saja. Haechan hanya mendengus pelan mendengarnya. Jeno ini bdoh apa bagaimana?

"Kau tidak usah menghiburku. Kau sudah mengatakannya seribu kali—dan tidak mengubah apapun." Haechan mendengus pada akhir kalimat. Ucapan kasar itu membuat saudara kembarnya tersenyum kecut. Ucapan Haechan baginya itu...biasalah.

Diujung lorong, mata elang itu menatapnya. Langsung mengena dalam hatinya. Kaki Haechan seperti jelly rasanya. Lemas. Mata yang membuatnya terbayang-bayang dua minggu ini. Mata itu yang membuatnya menangis sepanjang malam. Mata sehitam malam itu menatapnya dengan datar.

Mark Lee.

Mark Lee yang entah darimana asalnya. Merasuki pikiran polosnya. Merasuki kehidupannya yang tenang dan damai. Mengusiknya hanya dengan tatapan matanya.

"Bajingan itu."

Bisikan Haechan lirih Haechan tidak sampai terdengar oleh adik kembarnya.

Entah apa yang telah diperbuat oleh Haechan di masa lalu sampai ia dipertemukan dengan manusia bajingan seperti Mark. Kalau ditelaah lagi, Mark tidak melakukan apapun. Mark hanya diam, berjalan melewatinya begitu saja. Seolah Haechan adalah butiran debu yang tidak terlihat.

Mark Lee, buta kah?

Haechan tidak tau angin apa yang menyeretnya kesini. Masuk di dalam kamar mandi yang dekat dengan laboratorium bahasa. Kamar mandi sepi, karena letaknya dipojok sekolah. Kamar mandi bersih yang membuat Haechan nyaman disana.

Saat sedang asyik mencuci tangan dengan kran air dengan kucuran air yang lembut, ada alpha bajingan yang mati-matian ia hindari. Mark Lee masuk dengan santainya, dengan setelan basketnya yang basah akan keringat.

Haechan menahan nafasnya. Aroma Mark Lee sangat aneh dihidungnya. Lagipula, takdir konyol apa yang memggariskan mereka bertemu setelah dirinya mati-matian menghindari tatapan mata itu.

"Hai, Haechan. Bagaimana heatmu? Apa ada yang menangani?"

Statusnya yang sebagai omega memang menjadi rahasia umum di sekolah. Haechan mencoba acuh meskipun itu sedikit mengganggunya. Apalagi ucapan sarkas itu seolah membuat Haechan memaki Mark Lee. Seperti membuat undangan untuk Haechan menghujatnya.

"Bukan urusanmu." Ujar Haechan dingin. Ia segera mencuci muka dan secepatnya harus pergi dari kamar mandi. Haechan tidak sudi hanya berbagi oksigen di ruangan yang sama dengan alpha bajingan itu.

"Galak sekali omega ini." Mark berdecih pelan tetapi masih didengar dengan jelas oleh Haechan.

Haechan menolehkan pandangannya, memutar tubuhnya untuk segera pergi dari sana. Pandangannya bertubrukan dengan Mark yang sedang mengganti bajunya. Tubuh shirtlessnya memang indah dan menarik untuk dipandang. Haechan tercekat sesaat pandangannya menatap objek milik Mark. Objek milik Mark yang bisa membuatnya limbung, jatuh terduduk dengan nafas yang tidak beraturan. Haechan seakan lupa caranya bernafas. Tanda itu—

—sama seperti miliknya.

Tidak, Haechan memohon kepada Tuhan. Bukan itu alphanya. Bukan bajingan itu alphanya. Bukan bajingan itu yang akan terikat dengannya seumur hidup. Bukan bajingan itu yang Haechan harapkan untuk menjadi matenya.

"AKH!"

Haechan merasa kepalanya dihantam oleh batu besar kasat mata. Matanya berkunang-kunang dengan bau besi berkarat memenuhi indera penciumannya. Tatto milik Mark yang menjadi objeknya menjadi fokus pandangannya, tatto serigala dengan setengah wajahnya tergambar oleh sulur bunga dan daun. Dengan serigala mata biru yang sama persis seperti miliknya. Hanya berbeda ukuran dan penempatan. Milik Haechan di dada kiri, milik Mark di punggung kanan.

"HAECHAN!"

Mark berteriak kaget setelah mendengar ringisan sakit omega yang ada di belakangnya. Omega yang bersimbah darah yang keluar dari hidung dan telinganya. Rasanya Mark bisa saja mati melihat pemandangan itu. Apalagi saat Haechan berteriak saat Mark mendekatinya. Rasanya Mark seperti aneh ditolak kehadirannya oleh Haechan.

"KAU BUKAN ALPHAKU!!!"

Teriakan itu seolah membuat kewarasan Mark hilang. Ia menarik seragam depan Haechan sampai robek, hanya untuk memastikan sesuatu. Sesuatu yang mengganjal hatinya beberapa waktu yang lalu.

Benar.

Tanda itu sama seperti miliknya. Omeganya adalah sosok yang paling ia hindari seumur hidupnya. Omega laki-laki yang ia benci, yang selalu ia sebut dalam do'a agar tidak berpasangan dengannya.

"ARGGHHH!! SAKIT... HIKSSS!!!"

Darah mengalir deras dari hidung Haechan. Kepalanya seperti dihantam batu beton besar. Matanya gelap tidak bisa melihat apapun. Samar-samar ia mendengar tangisan dengan tubuh yang terangkat pelan. Tenaganya kuat sekali, batin Haechan.

Apakah ini kematian? Ia ditolak oleh alphanya, itu sudah menjadi akhir dari hidupnya.

Tbc

H-hai?

Setaun lebih baru update.

Ada yang masih baca kah ? 👉👈

Jangan lupa vote dan komennya biar nambah semangat buat update chapter depan. Hehe:(

Continue Reading

You'll Also Like

194K 17K 27
Tittle : Little Omega Pairing : Yizhan Genre : Yizhan/semi hurt/mature/sex scene explicit-implicite/ModernAu Top...
2.8M 187K 34
[ SEBAGIAN PART PRIVAT FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Bryan Ablord. Siapa yang tidak mengenal The King Of Werewolf ini? Kejam, bengis, tak mengenal ampun. ...
66.8K 2.7K 25
Hidup noval semakin hancur saat 3 orang alpha memperkosannya secara bergikir. tak hanya itu mereka juga mengigit leher belakang noval hingga berdarah...
105K 4.7K 39
Tamat!! Sebelum baca wajib vote, comen, share, dan fallow Seorang wanita yang lelah akan hidupnya didunia yang kejam pada dirinya, tapi malah dipe...